Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Screening and Profiling of Antioxidant Activity in Mud Crab (Scylla Serrata) from Banyuasin Waters Rozirwan, Rozirwan; Lestari, Ning Intan; Winarta, Yoga; Isnaini, Isnaini; Putri, Wike Ayu Eka; Hendri, Muhammad; Ulqodry, Tengku Zia; Fauziyah, Fauziyah; Melki, Melki; Nugroho, Redho Yoga; Mohamed, Che Abd Rahim
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 30, No 3 (2025): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.30.3.438-452

Abstract

Mangrove crab (Scylla serrata) as one of the crustacean species, has a variety of bioactive compounds that can be utilized in the field of pharmacology. Antioxidant compounds act as therapeutic agents against degenerative diseases. Banyuasin waters have mangrove vegetation with associated marine organisms that have the potential to be studied for bioactive compounds. This study aims to identify the phytochemical profile quantitatively and qualitatively, samples were collected from mud flats near mangrove ecosystems in Banyuasin waters, South Sumatra. Samples were tested for antioxidant activity using the DPPH test, and IC50 values, qualitative phytochemical identification, and phytochemical profiles were calculated using Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) analysis. Based on the results of antioxidant testing, the IC50 value of S. serrata extract is 2.25 ppm, the sample is included in the category of very strong antioxidants. Phytochemical test results showed that the compound is thought to contain antioxidant activity from flavonoids and triterpenoids. GC-MS analysis detected major compound groups of alkaloids, purines, and vitamins. Minor compound groups detected amines, terpenoids, monosaccharides, amino acids, fatty acids, silanes, formamides, heterocycles, carboxylic acids, aminoglycosides, naphthalene derivatives, nitriles, amides, glycosides, and peptides. S. serrata extract shows very strong antioxidant activity, with major compounds such as alkaloids, purines, and vitamins. S. serrata extract detected compounds that have been reported as anti-inflammatory, anticancer, antimicrobial, and antiviral. These findings highlight the pharmaceutical potential of S. serrata as a source of bioactive compounds. The results of this study provide valuable information for the development of alternative medicines derived from marine organisms.
Keanekaragaman Zooplankton pada Variasi Kedalaman di Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan Isnaini, Isnaini; Aryawati, Riris; Susanti, Ester Mei; Ulqodry, Tengku Zia; Hartoni, Hartoni; Surbakti, Heron; Fauziyah, Fauziyah
Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v14i3.68360

Abstract

Muara Sungai Musi berperan penting bagi masyarakat sekitar pinggiran sungai, karena berfungsi sebagai tempat untuk mencari ikan, sebagai sarana jalur transportasi di perairan. Adanya aktivitas tersebut berdampak pada penurunan kualitas perairan, dimana zooplankton memainkan fungsi penting pada perairan dengan mentransfer energi dari produsen utama di suatu daerah ke konsumen yang lebih tinggi di perairan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan komposisi zooplankton, menganalisis kelimpahan zooplankton dan menganalisis hubungan biodiversitas, kelimpahan zooplankton dengan parameter lingkungan pada kedalaman yang berbeda. Penentuan titik sampling dilakukan dengan metode random sampling sebanyak 9 stasiun pada kedalaman 0 m, 3 m dan 6 m. Pengambilan sampel zooplankton menggunakan planktonet dan pengukuran parameter perairan dilakukan secara insitu. Sampel zooplankton dilakukan analisis kelimpahan dan biodiversitas serta hubungannya terhadap parameter perairan dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Berdasarkan hasil penelitian zooplankton di muara Sungai Musi ditemukan sebanyak 50 genera terdiri dari 14 kelas dan 8 filum. Rata rata Kelimpahan zooplankton semakin dalam perairan, kelimpahan zooplankton semakin tinggi. Biodiversitas zooplankton pada kedalaman 0 m, 3 m dan 6 m memiliki keanekaragaman tergolong sedang, keseragaman zooplankton semakin dalam perairan semakin tinggi dan tidak ada jenis zooplankton yang mendominansi. Hubungan biodiversitas dan kelimpahan zooplankton dengan parameter lingkungan menunjukkan kecepatan arus, salinitas dan suhu  kelimpahan, keanekaragaman dan keseragaman zoolankton.
Konsentrasi Klorofil-a di Muara Upang Sumatera Selatan Aryawati, Riris; Diansyah, Gusti; Melki, Melki; Ulqodry, Tengku Zia; Isnaini, Isnaini; Surbakti, Heron
Indonesian Journal of Oceanography Vol 6, No 3 (2024): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v6i3.24295

Abstract

Muara Sungai Upang merupakan salah satu muara yang terletak di pesisir Sumatera Selatan. Muara sungai banyak menerima masukan bahan organik dari lingkungan di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi klorofil-a yang dapat digunakan untuk mengetahui status kesuburan di Perairan Muara Sungai Upang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus 2020. Pengambilan sampel air dan pengukuran parameter ditentukan secara purposive sampling method. Analisis klorofil-a dilakukan dengan metode spektrofotometri. Konsentrasi klorofil-a dan parameter lingkungan perairan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Data konsentrasi klorofil-a selanjutnya dianalisis untuk melihat kesuburan perairannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a di perairan Muara Sungai Upang tergolong oligotrofik dengan rata-rata 1,04 mg/m3 pada bulan Februari dan tergolong mesotrofik dengan rata-rata 6,63 mg/m3 pada bulan Agustus. Konsentrasi klorofil-a di perairan Muara Sungai Upang cenderung tinggi pada daerah bagian muara menuju perairan laut dan lebih rendah di daerah sungai.
Efektivitas daun kemangi sebagai anti lalat pada pembuatan ikan asin sepat rawa (Trichopodus trichopterus): The effectiveness of lemon basil as a fly repellent in salted fish from three spot gourami (Trichopodus trichopterus) Ulqodry, Tengku Zia; Rinto, Rinto; Sudirman, Sabri; Pitayati, Puspa Ayu; Balqis, Finanda Rahil
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 5 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(5)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i5.50005

Abstract

Kontaminasi lalat dapat terjadi selama proses pengeringan ikan asin. Pemberian insektisida alami merupakan salah satu pencegahan lalat selama pembuatan ikan asin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas daun kemangi (larutan maupun ekstrak) sebagai anti lalat pada pembuatan ikan asin. Penelitian dilakukan secara bertahap, yaitu pembuatan larutan dan ekstrak serta pembuatan ikan asin. Jenis ikan yang digunakan dalam pembuatan ikan asin yaitu ikan sepat dengan tiga perlakuan yaitu tanpa filtrat/ekstrak kemangi (P1), perendaman filtrat kemangi 10% (P2), dan penyemprotan ekstrak kemangi 10% (P3). Pengamatan dilakukan 3 kali ulangan pada setiap parameter yaitu jumlah lalat dan suhu. Uji kelembapan dilakukan selama penjemuran ikan dan uji mortalitas dilakukan terhadap larva lalat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan kemangi/filtrat yang diperoleh sebanyak 64,09% dan setelah dipekatkan menghasilkan ekstrak sebesar 32,62%. Total lalat yang hinggap yaitu ikan asin kontrol 105, direndam dalam larutan 63 dan disemprot ekstrak selama penjemuran yaitu 33 ekor. Rata-rata lalat aktif hinggap pada ikan asin dengan suhu 29-36℃ dan kelembapan 55-69%. Larva lalat hanya mengalami kematian pada perlakuan penyemprotan ekstrak kemangi 10%. Perlakuan penyemprotan ekstrak daun kemangi efektif digunakan untuk pencegahan lalat dibandingkan perendaman larutan daun kemangi.
Status Cemaran Logam Berat pada Sedimen Ekosistem Mangrove di Muara Sungai Banyuasin Novitasari, Tri Ayu; Ulqodry, Tengku Zia; Putri, Wike Ayu Eka; Diansyah, Gusti; Melki, Melki; Barus, Beta Susanto; Aryawati, Riris; Hendri, Muhammad
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 4 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i4.29506

Abstract

Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang penting karena mampu melindungi garis pantai, menyerap karbon, menyediakan habitat bagi biota, serta berperan sebagai penyaring polutan. Namun, tekanan aktivitas manusia di wilayah pesisir, seperti keberadaan pelabuhan, aktivitas perikanan, dan masukan limbah domestik dari daratan, dapat berkontribusi terhadap masukan logam berat baik di air maupun terakumulasi dalam sedimen. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi status cemaran Pb dan Cu pada sedimen mangrove di Muara Sungai Banyuasin yang berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Api-api. Pengukuran konsentrasi logam berat dilakukan dengan metode Flame Atomic Absorption Spectrophotometry. Rata-rata kandungan Pb (20,71–21,61 mg/kg) dan Cu (10,81–10,99 mg/kg) masih berada di bawah ambang batas baku mutu lingkungan (Pb 50 mg/kg; Cu 65 mg/kg). Nilai Faktor Kontaminasi menunjukkan Pb termasuk kategori sedang, dan Cu tergolong rendah. Nilai Indeks Geoakumulasi ≤ 0 menunjukkan sedimen berada pada kondisi tidak tercemar dan Indeks Beban Pencemaran > 0–2 mengindikasikan berada dalam kondisi tercemar ringan. Secara keseluruhan, kualitas sedimen di Muara Sungai Banyuasin tidak menimbulkan risiko signifikan terhadap biota perairan, serta menunjukkan peran penting mangrove sebagai penahan akumulasi logam berat. Hasil penelitian ini memberikan dasar ilmiah bagi pengelolaan lingkungan pesisir, khususnya sebagai acuan dalam pemantauan kualitas sedimen dan pencegahan potensi pencemaran logam berat di sekitar pelabuhan.
THE CRAB SILVOFISHERY SYSTEM AS A CONSERVATION STRATEGY IN MANGROVE RESTORATION AREA: A CASE STUDY ON THE COAST OF BANYUASIN, SOUTH SUMATRA Apriyanto, Apriyanto; Suwignyo, Rujito Agus; Ulqodry, Tengku Zia; Sarno, Sarno; Aryawati, Riris; Muhtadi, Muhtadi; Purnomo, Herry; Okarda, Beni
Journal of Environmental Science and Sustainable Development Vol. 8, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anthropogenic activities such as logging and converting mangrove forests into plantations have degraded coastal ecosystems and reduced their ecological stability. Silvofishery is a restoration system that balances the ecological and economic functions of mangroves. In Marga Sungsang Village, South Sumatra, mangrove restoration was integrated with mud crab (Scylla spp.) cultivation through a crab silvofishery system. This study aimed to analyze the contribution of mangrove restoration with a mud crab silvofishery system to mud crab growth. The study was conducted from August 2024 to January 2025. Growth parameters included carapace length, width, and body weight. Analyses covered absolute growth and the correlation between carapace width and body weight. Results showed that in non-mangrove ponds, Scylla tranquebarica males exhibited negative allometry (prominent carapace width), while females showed positive allometry (prominent body weight). Scylla paramamosain showed negative allometry in both sexes. In contrast, in mangrove ponds, both species showed positive allometry for both sexes, indicating higher weight gain. These findings suggest that mangrove vegetation provides optimal habitat conditions by increasing nutrient availability, protecting crabs during molting, and improving substrate quality. The results not only demonstrate the bioecological relationship between mangrove vegetation and mangrove crab growth but also highlight the role of crab silvofishery systems in supporting food security, mitigating climate change, and conserving coastal ecosystems. These results align with the Sustainable Development Goals (SDGs), specifically goal 2 (end hunger, achieve food security and improved nutrition, and promote sustainable agriculture), goal 13 (climate action), and goal 14 (life below water). Although informative, this study was limited by temporal observations conducted only at the start of seed stocking and at harvest. Further research with continuous monitoring and environmental parameter analysis is needed. The findings can support mangrove restoration policies that integrate vegetation recovery with sustainable community-based aquaculture and promote blue economy development.