Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Pemberian Hormon BAP Terhadap Induksi Perkecambahan Biji Hambawang (Mangifera foetida) Secara In Vitro Rahmat, Muhammad Aldy; Fitriani, Adistina; Susilawati, Susilawati; Syahid, Yulianto; Kristyanto, Sigit
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 6 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 6 Edisi Desember 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i6.8947

Abstract

Hambawang (Mangifera foetida) adalah sejenis pohon buah-buahan yang termasuk dalam famili Anarcadiaceae (keluarga mangga). Habitat hambawang dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Perubahan penggunaan lahan mengakibatkan berkurangnya habitat dan tempat tumbuh hambawang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh hormon BAP dan konsentrasi hormon BAP yang tepat terhadap induksi perkecambahan benih hambawang (Mangifera foetida) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode in vitro untuk induksi perkecambahan benih hambawang. Hambawang mengalami respon berupa perubahan warna yang semula putih kecoklatan menjadi putih kehijauan. Respon perubahan warna cepat muncul pada hari ke-17. Di urutan kelimaperlakuan penambahan hormon BAP pada media MS dengan konsentrasi 1,6 mg diperoleh respon perubahan warna yang paling cepat dan paling banyak diamati. Penggunaan hormon sitokinin jenis BAP pada biji mangga hanya memberikan respon perubahan warna dari putih kecoklatan menjadi putih kehijauan. Konsentrasi hormon BAP yang tepat terhadap respon perubahan warna benih hambawang adalah perlakuan kelima dengan konsentrasi 1,6 mg, respon terbanyak dan perubahan warna tercepat terjadi pada hari ke-17.Hambawang (Mangifera foetida) adalah jenis pohon buah yang termasuk dalam family Anarcadiaceae (keluarga mangga). Habitat tumbuh hambawang berasal dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Perubahan alih fungsi lahan mengakibatkan berkurangnya habitat dan tempat tumbuh hambawang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon BAP dan konsentrasi hormon BAP yang tepat terhadap induksi perkecambahan biji hambawang (Mangifera foetida) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode kultur jaringan untuk induksi perkecambahan biji hambawang. Hambawang mengalami respon terjadinya perubahan warna yang awalnya putih kecoklatan menjadi putih kehijauan. Respon perubahan warna tercepat muncul pada hari ke 17. Perlakuan kelima penambahan hormone BAP pada media MS dengan konsentrasi 1,6 mg hasil pengamatan respon perubahan warna tercepat dan terbanyak Penggunaan hormone sitokinin jenis BAP terhadap biji hambawang (Mangifera foetida) hanya memberikan respon perubahan warna yang awalnya putih kecoklatan menjadi putih kehijauan. Konsentrasi hormon BAP yang tepat untuk respon perubahan warna pada biji hambawang (Mangifera foetida) adalah perlakuan kelima dengan konsentrasi 1,6 mg, terjadi respon perubahan warna paling banyak dan paling cepat pada hari ke 17.
Macroscopic Fungi in Grassland and Rubber Plantation Habitat Types in Special Purpose Forest Areas of Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia Lefi, Elsa Lenia; Soendjoto, Mochamad Arief; Fitriani, Adistina; Riefani, Maulana Khalid
Biota Vol 17 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In addition to secondary natural forests, other habitat types that also exist in the Special Purpose Forest Area of Universitas ​​Lambung Mangkurat (KHDTK ULM) are grasslands and rubber plantations. While previous studies have documented macroscopic fungal species in secondary natural forests, there has been no documentation on fungi in the last two habitat types. This study aimed to analyze macroscopic fungal species present in these two habitat types and the substrates they inhabit. Fungal species and their substrates were recorded on a 250 m x 8 m track between May and September 2024. Each track was placed at threelocations representing grasslands and three locations representing rubber plantations. In total, ten fungal species were found in grasslands and 7 species in rubber plantations. The similarity index of the fungal communities in the two habitats was categorized as very low (23.53%). Additionally, more fungal species were found on substrates such as dead trunks (rotten wood) compared to those found in the soil
Induction of in Vitro Germination of Tandui (Mangifera rufocostata Kostrem.): Effect of Antioxidants and 2,4-dichlorophenoxyacetic Acid Fitriani, Adistina; Arifin, Yudi Firmanul; Hatta, Gusti Muhammad; Wahdah, Raihani
Biota Vol 11 No 1 (2025): Jurna Biota 2025
Publisher : Faculty of Science and Technology Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/biota.v11i1.22190

Abstract

The bark of tandui (Mangifera rufocostata Kostrem.) is commonly used as a medicine for diabetes. Regeneration of this plant is difficult, and continuous harvesting of the bark leads to a decrease in the plant population. The purpose of this research is to apply tissue culture techniques for the propagation of tandui. Different antioxidants (KNO3, polyvinylpyrrolidone (PVP), Murashige and Skoog (MS) media + PVP, and MS + ascorbic acid) and varying concentrations of 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) (0.8, 1.0, 1.2, and 1.4 mg L–1) were tested for embryogenic tandui. The application of KNO3 and PVP suppressed the formation of browning in the media and explant of tandui. Soaking the explants in KNO3 and PVP reduce browning to 35% and 20%, respectively. The results also showed that increasing the concentration of 2,4-D enhanced the percentage of embryogenic tandui. Supplementing the media with 1.4 mg L–1 2,4-D resulted in 90% of embryogenic tandui. This study demonstrates that pre-soaking explants in antioxidants significantly reduces media browning, and supplementation of MS media with 2,4-D enhance embryogenic process. Thus, micropropagation of tandui could be achieved on a commercial basis.