Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pelapisan Hidroksiapatit Pada Logam KS-01 Dengan Metoda Sol – Gel G.S, Sulistioso; T., Setyanto; Purwaningsih, Henny; Susanti, Susanti; Sitompul, A.
Jurnal Kimia dan Kemasan Vol. 33 No. 1 April 2011
Publisher : Balai Besar Kimia dan Kemasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1977.998 KB)

Abstract

Telah dilakukan pelapisan hidroksiapatit (HAp) pada logam baja KS-01 buatan PT. Krakatau Steel. Sebelum dilapisi dengan HAp, baja KS-01 dinitridasi dengan metode nitridasi gas pada temperatur 525oC selama 3 jam. Tujuan pelapisan HAp pada permukaan sampel adalah untuk meningkatkan ketahanan korosi karena baja KS-01 adalah logam yang rentan terhadap korosi. Hasilnya lapisan FeN di permukaan sampel dapat menaikkan ketahanan korosi sehingga sampel dapat dilapisi dengan HAp, menggunakan metode sol – gel. Hasil pelapisan pada permukaan sampel menunjukkan lapisan yang homogen. Analisis difraksi sinar-X pada permukaan logam menunjukkan fasa yang dominan adalah fasa HAp, dan fasa lainnya adalah fasa apatit kelompok A dan fasa apatit kelompok B. 
Activity and Stability of the Alcohol Biosensor Using Acetobacter aceti Biofilm on Screen-Printed Carbon Electrode Dyah Iswantini; Fitriani Indahsari; Akhiruddin Maddu; Novik Nurhidayat; Henny Purwaningsih; Sri Sugiarti
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 27 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (865.056 KB) | DOI: 10.4308/hjb.27.1.24

Abstract

Most of the alcohol analytical methods are robust and instrumentally expensive. An alternative of ethanol biosensor based on selected biofilm forming Acetobacter aceti bacteria producing alcohol oxidase was constructed on a screen-printed carbon electrode. The enzyme specifically oxidizes the ethanol and generate electrical current that then electrochemically detected and measured by cyclic voltammetry method. A scanning electron microscopic analysis indicated that the biofilm was formed firmly in the electrode. This constructed biosensor reached its optimum at biofilm formed by bacteria of 1.33 × 1010 cells/ml, temperature of 27°C, and pH 7. The enzyme kinetic had KM and Vmax AOX values of 3.5 mm and 125 μA respectively. The biosensor had detection and quantization limit of 0.003 and 0.009%, respectively, and a sensitivity of 57.29 μA (%)-1. A linearity and relative deviation value were revealed at 0.993 and 1.95% respectively. The biosensor was relatively specific and had no interferences with methanol, sodium chloride and citric acid as the common interferences of ethanol compounds. Furthermore, the biosensor had been stably for at least 55 days. Therefore, this constructed biosensor should be developed into a prototype for a practical effective analysis.
Isolation and Characterization of Cellulose from Banana Stems using Microwave Heating Inda Iliyin; Henny Purwaningsih; Tun Tedja Irawadi
Jurnal Kimia Valensi Jurnal Kimia VALENSI Volume 6, No. 2, November 2020
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jkv.v6i2.15962

Abstract

During each day of harvest, wasted banana stems are obtained in large quantities. These stems are composed mainly of 74.37% cellulose which is a very important raw material. This study aims to isolate cellulose from banana stems using liquefaction, delignification and bleaching processes with a microwave  at power variations of 450, 600 and 800 W.  The results showed that the highest cellulose content of 86.43% was obtained at 800 W for 14 minutes. Meanwhile, the fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis result did not show a peak at wavenumber 1519 cm-1 which is the specific peak for lignin but showed a peak for cellulose at wavenumber 898 cm-1. Furthermore, XRD analysis of crystallinity showed a typical diffraction peak of cellulose at 22.5o with a degree of crystallinity of 56.8% while, morphological analysis with SEM showed that the sizes of the cellulose fibers produced varied, ranging from 5 to hundreds of micrometers and visible fibrillary fibers
Rekayasa Biopolimer Jerami Padi dengan Teknik Kopolimerisasi Cangkok dan Taut Silang Henny Purwaningsih; Tun Tedja Irawadi; Zainal Alim Mas’ud; Anas Miftah Fauzi
Jurnal Kimia Valensi Jurnal Valensi Volume 2, No.4, Mei 2012
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1485.613 KB) | DOI: 10.15408/jkv.v2i4.266

Abstract

Kopolimerisasi cangkok dan taut silang akrilamida (AAm) terhadap jerami padi dilakukan dalam suasana hampa udara menggunakan aliran gas N2 dengan amonium persulfat (APS) sebagai inisiator dan N,N’-metilena-bis-akrilamida (MBAAm). Pencirian dilakukan dengan teknik mikroskopi pemayaran elektron (SEM) untuk melihat morfologi permukaan, teknik spektroskopi FTIR untuk melihat gugus fungsi, dan teknik DTA untuk menganalisis ketahanan produk terhadap suhu. Kajian dilakukan terhadap swelling capacity produk hasil rekayasa. Spektra FTIR dan mikrograf menunjukkan bahwa kopolimerisasi cangkok dan taut silang telah terjadi pada biopolimer selulosa jerami padi. Produk hasil rekayasa memiliki ketahanan termal yang lebih baik dan indeks kristalinitas yang lebih tinggi dari isolat selulosanya. Nisbah dan efisiensi pencangkokan berturut-turut adalah 66,14-78.15% dan 13,23-16.63%. Swelling capacity sebelum proses hidrolisis berkisar antara 8,16- 12,20 g g-1. Proses hidrolisis terhadap produk hasil rekayasa mampu meningkatkan swelling capacity hingga 12,5 kali kapasitas awal. Selulosa adalah polimer alam dengan kelimpahan yang banyak, tidak mahal, tidak beracun, mudah didegradasi, dan termasuk ke dalam sumberdaya alam yang dapat diperbarui. Saat ini, pemanfaatan selulosa sebagai bahan baku alternatif di dalam industri (starting material) cenderung meningkat. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya jumlah cadangan bahan baku yang berasal dari sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui seperti minyak dan batu bara. Selain itu, perhatian dunia Internasional akan isu-isu yang terkait dengan masalah lingkungan pun cenderung meningkat. Selain memiliki beberapa keunggulan, selulosa juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan polimer sintetik, yaitu adanya ikatan hidrogen intra- dan antarmolekul yang kuat pada selulosa sehingga sulit diakses oleh senyawa lain. Modifikasi terhadap selulosa perlu dilakukan untuk memenuhi persyaratan dalam penerapannya di industri. Modifikasi kimia melalui kopolimerisasi cangkok dengan berbagai monomer sintetik diketahui dapat memperbaiki sifat-sifat seperti kemampuan menyerap air, elastisitas, kemampuan tukar ion, ketahanan terhadap termal, dan ketahanan terhadap serangan mikroba (McDowall et al. 1984). Berbagai jenis polimer dapat dicangkok (grafting) ke rantai selulosa melalui gugus hidroksil pada posisi C2, C3, dan C6 (Enomoto- Rogers et al. 2009). Gugus hidroksil pada C2 dan C3 adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon sekunder, sedangkan gugus hidroksil pada C6 terikat pada atom karbon primer. Kereaktifan dan kemasaman gugus hidroksil primer dan sekunder ini berbeda. Dengan memilih monomer yang tepat, maka kekuatan mekanik dan stabilitas termal material berbasis selulosa yang dimodifikasi dengan teknik pencangkokan dapat ditingkatkan (Princi 2005). Selain itu, polisakarida yang telah dimodifikasi tersebut dapat menghasilkan produk berstruktur makromolekular seperti gel atau hidrogel, resin polimer, membran atau material komposit yang dapat diaplikasikan sebagai material separator dalam teknologi separasi (Crini 2005). Beberapa kajian polimerisasi cangkok terhadap bahan berbasis selulosa telah banyak dilaporkan. Princi et al. (2005) melakukan modifikasi selulosa melalui kopolimerisasi cangkok menggunakan monomer metil metakrilat dan etil akrilat. Khan et al. (2009) melaporkan telah melakukan modifikasi pada permukaan serat kulit pohon Okra dengan teknik pencangkokan menggunakan monomer akrilonitril, inisiator K2S2O8, dan katalis FeSO4. Rendemen produk teknologi hasil pencangkokan diperoleh sebesar 11.43% pada suhu 70 C selama 90 menit menggunakan 3 x 10-2 mol akrilonitril melalui kopolimerisasi cangkok akrilamida menggunakan irradiasi diikuti dengan hidrolisis menggunakan larutan alkali. Produk akhir yang diperoleh berupa hidrogel yang bersifat superabsorben dengan kemampuan menyerap (swelling capacity) mencapai 10 kali di dalam air destilata dan 3 kali dalam larutan NaCl. Huang et al. (2009) melaporkan telah memodifikasi ampas tebu yang terlebih dahulu diaktivasi secara mekanik, lalu dilanjutkan dengan kopolimerisasi cangkok menggunakan monomer asam akrilat dan pasangan redoks NH2S2O8/Na2SO3 sebagai inisiator. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivasi secara mekanik mempengaruhi sifat produk kopolimerisasi cangkok ampas tebu, dimana rendemen dan efisiensi pencangkokan meningkat dengan meningkatnya waktu aktivasi. Doane et al. (2009) juga melaporkan telah melakukan modifikasi pati yang berasal dari berbagai sumber dengan teknik pencangkokan dilanjutkan dengan taut silang untuk mendapatkan polimer superabsorben dengan kemampuan menyerap yang cukup tinggi. Di Indonesia, jerami padi adalah limbah pertanian yang dihasilkan dalam jumlah cukup banyak setiap tahunnya. Menurut Kim dan Dale (2004), nisbah jerami padi terhadap padi yang dipanen adalah 1.4, artinya untuk menghasilkan 1 ton padi akan menghasilkan 1.4 ton jerami padi. Pada tahun 2011, total produksi padi menurut data BPS mencapai 67.31 juta ton, sehingga jerami padi akan diperoleh sebanyak 94.23 juta ton. Selama ini jerami padi di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar jerami padi dibakar setelah proses penggabahan selesai. Dari berbagai kajian diketahui bahwa komponen utama dinding sel pada jerami padi adalah selulosa. Kandungan selulosa yang cukup besar ini menjadikan jerami padi sebagai sumber selulosa yang cukup potensial. Menurut Sun et al. (2000), komposisi jerami padi terdiri atas selulosa 36,5%, hemiselulosa 33,8%, lignin 12,3%, bahan ekstraktif 3,8%, abu 13,3%, dan silika 70,8%.Penelitian ini bertujuan mendapatkan (1) produk kopolimerisasi cangkok akrilamida dan taut silang N,N’-metilena-bis-akrilamida sebagai suatu upaya rekayasa biopolimer dari selulosa jerami padi; (2) karakteristik produk hasil rekayasa yang dilakukan melalui analisis gugus fungsi dengan teknik spektroskopi IR (infrared), analisis morfologi permukaan dengan teknik dievaluasi melalui nisbah pencangkokan dan efisiensi pencangkokan.
Pelapisan Hidroksiapatit Pada Logam KS-01 Dengan Metoda Sol – Gel Sulistioso G.S; Setyanto T.; Henny Purwaningsih; Susanti Susanti; A. Sitompul
Jurnal Kimia dan Kemasan Vol. 33 No. 1 April 2011
Publisher : Balai Besar Kimia dan Kemasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24817/jkk.v33i1.1833

Abstract

Telah dilakukan pelapisan hidroksiapatit (HAp) pada logam baja KS-01 buatan PT. Krakatau Steel. Sebelum dilapisi dengan HAp, baja KS-01 dinitridasi dengan metode nitridasi gas pada temperatur 525oC selama 3 jam. Tujuan pelapisan HAp pada permukaan sampel adalah untuk meningkatkan ketahanan korosi karena baja KS-01 adalah logam yang rentan terhadap korosi. Hasilnya lapisan FeN di permukaan sampel dapat menaikkan ketahanan korosi sehingga sampel dapat dilapisi dengan HAp, menggunakan metode sol – gel. Hasil pelapisan pada permukaan sampel menunjukkan lapisan yang homogen. Analisis difraksi sinar-X pada permukaan logam menunjukkan fasa yang dominan adalah fasa HAp, dan fasa lainnya adalah fasa apatit kelompok A dan fasa apatit kelompok B. 
Seleksi Sel Bakteri Dari Minyak Bumi Sebagai Molekul Pengenal Dalam Biosensor Benzena Alfiah Alif; Dyah Iswantini; Henny Purwaningsih; Novik Nurhidayat; Amalyah Febryanti
Al-Kimia Vol 9 No 2 (2021): DESEMBER
Publisher : Study Program of Chemistry - Alauddin State Islamic University of Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-kimia.v9i2.24378

Abstract

Benzene is one of the harmful compounds which can affect both healthcare and environmental quality. Conventionally the effort of detecting this compound still requires several sample pre-treatments, contributing to a long analysis time and sophisticated instrumentation. Therefore, this study was aimed to determine the potency of bacteria as the bioreceptor for detecting benzene electrochemically. The bacteria isolate was immobilized on the working electrode surface. Four bacteria isolates from the petroleum sample were evaluated. The results showed that isolate II produced high oxidation and reduction peak currents as much as 150 µA and -490 µA respectively. The selected bacteria showed characteristics to Pseudomonas sp. physiologically. Since the bacteria can degrade benzene, thus hypothetically it can produce benzene dioxygenase. Through the catechol formation, 3 mM benzene produced 108.7 µA after 11.4 s from the starting scan. This result suggested that the excreted enzyme from the selected bacteria could react with benzene enzymatically.
PENCIRIAN DAN UJI AKTIVITAS KATALITIK ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI Charlena -; Henny Purwaningsih; Tina Rosdiana
Jurnal Riset Kimia Vol. 1 No. 2 (2008): March
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrk.v1i2.23

Abstract

  ABSTRACT Natural zeolite reserves are spread in Indonesia, but they are not yet used optimally. Generally, natural zeolite have poor crystalline, various pore size, low catalytic activity, and high contaminant. Natural zeolite need to be activated and modified before it can be used. The objectives of this research were to activite the natural zeolite that already got acid and thermal treatments and to characterize it and catalytic activity was tested in interesterification reaction. Fourier transformation infrared (FTIR) spectra showed that the structure of natural zeolite activated by acid and thermal  (NZAT) treatments were damaged. While, natural zeolite structure activated with acid (natural zeolite acid /NZA) did not show significant different to natural zeolite (NZ). Result of Si/Al ratio analysis showed that Si/Al ratio NZA higer than Si/Al ratio NZAT. The result of cation analysis by atomic absorption spectroscopy shoed that the general content of Na, K, Fe and Ca in the catalyst decreased because of acid and thermal treatments. Surface area and pore volume increased by the treatments. Catalytic activity of NZA in interesterification reaction gave a white cork product and in yield 35.78 %. Keywords : natural zeolite activated, catalytic activity, FTIR. 
Pelapisan Hidroksiapatit Pada Logam KS-01 Dengan Metoda Sol – Gel Sulistioso G.S; Setyanto T.; Henny Purwaningsih; Susanti Susanti; A. Sitompul
Jurnal Kimia dan Kemasan Vol. 33 No. 1 April 2011
Publisher : Balai Besar Kimia dan Kemasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1977.998 KB) | DOI: 10.24817/jkk.v33i1.1833

Abstract

Telah dilakukan pelapisan hidroksiapatit (HAp) pada logam baja KS-01 buatan PT. Krakatau Steel. Sebelum dilapisi dengan HAp, baja KS-01 dinitridasi dengan metode nitridasi gas pada temperatur 525oC selama 3 jam. Tujuan pelapisan HAp pada permukaan sampel adalah untuk meningkatkan ketahanan korosi karena baja KS-01 adalah logam yang rentan terhadap korosi. Hasilnya lapisan FeN di permukaan sampel dapat menaikkan ketahanan korosi sehingga sampel dapat dilapisi dengan HAp, menggunakan metode sol – gel. Hasil pelapisan pada permukaan sampel menunjukkan lapisan yang homogen. Analisis difraksi sinar-X pada permukaan logam menunjukkan fasa yang dominan adalah fasa HAp, dan fasa lainnya adalah fasa apatit kelompok A dan fasa apatit kelompok B. 
SINTESIS DAN KARAKTERISASI KITOSAN BERTAUT SILANG GLUTARALDEHIDA SEBAGAI ADSORBEN PEMURNIAN MINYAK AKAR WANGI Muhammad Fathurrahman; Purwantiningsih Sugita; Henny Purwaningsih
EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan) Vol 2, No 1 (2017): Available Online in January 2017
Publisher : Department of Chemical Education Faculty of Teacher Training and Education Universitas Su

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.024 KB) | DOI: 10.30870/educhemia.v2i1.1300

Abstract

Abstract: Synthesis of glutaraldehyde cross-linked chitosan (chitosan-GA) has been done and characterized by using FTIR and TGA. Adsorption of Fe(III) ion by glutaraldehyde cross-linked chitosan (chitosan-GA) has been studied by using batch method. The objectives of this research are to know optimum adsorption condition of Fe(III) ion by chitosan-GA, then study influence of Cu(II) ion to adsorption of Fe(III) ion and its application to vetiver oil. Optimum conditions are finding out by response surface Box Behnken method. Percent adsorption value of Fe(III) ion by Chitosan-GA (DD = 78%) is about 91,8439% in optimum conditions : weight adsorbent 0,75 gram, temperature 25oC, time contact 360 minutes. Percent adsorption of Fe(III) ion was decreased from 91,9521% to 79,724% because the existence of Cu(II) ion. The color of vetiver oil was changed from dark to reddish brown.Abstrak: Kitosan bertaut silang glutaraldehida (kitosan-GA) disintesis dan dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR dan TGA. Adsorpsi ion Fe(III) oleh kitosan-GA telah dipelajari dengan menggunakan metoda Batch. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum dari adsorpsi ion Fe(III) oleh kitosan-GA, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari pengaruh ion Cu (II) terhadap adsorpsi Fe(III) dan aplikasinya pada minyak akar wangi. Optimasi dilakukan dengan menggunakan metode respon permukaan desain Box Behnken. Serpih kitosan-GA dengan derajat deasetilisasi 78% mempunyai persen adsorpsi terhadap ion Fe(III) sebesar 91,9521% pada kondisi optimum: bobot adsorben 0,75 gram, suhu 25oC, dan waktu kotak 360 menit. Persen adsorpsi ion Fe(III) yang awalnya 91,9521% mengalami penurunan menjadi 79,7244% akibat adanya ion Cu(II). Minyak akar wangi yang awalnya berwarna gelap kemudian berubah menjadi cokelat kemerahan.
Pengoptimuman Kondisi Adsorpsi Cd(II) oleh Adsorben Berbasis Silika Termodifikasi Glisina Menggunakan Central Composite Design Lisa Aprilia Indriyani; Zulhan Arif; Roza Linda; Henny Purwaningsih; Mohamad Rafi
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Vol 22, No 5 (2019): Volume 22 Issue 5 Year 2019
Publisher : Chemistry Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3234.437 KB) | DOI: 10.14710/jksa.22.5.184-191

Abstract

Silika gel (SG) merupakan salah satu jenis adsorben yang umum digunakan pada eksraksi fase padat untuk prakonsentrasi. Berhubung SG memiliki selektivitas dan efektivitas adsorpsi yang rendah terhadap ion logam, maka silika perlu dimodifikasi. SG dimodifikasi dengan d-glisina (Si-Gly) menggunakan 3-aminopropiltrimetoksisilana dan glutaraldehida sebagai penaut silang. Kemampuan Si-Gly sebagai adsorben ion kadmium (Cd) dipelajari dengan metode adsorpsi batch. Hasil modifikasi dibuktikan dengan spektrum inframerah. Kondisi optimum adsorpsi Cd dengan Si-Gly diperoleh pada pH 5, dengan bobot adsorben 0,3 g, dan waktu kontak 11 menit. Persentase adsorpsi Cd pada kondisi optimum oleh Si-Gly (99,34%) lebih besar daripada oleh SG (89,03%). Kapasitas adsorpsi maksimum Si-Gly terhadap Cd(II) ialah 9,77 mg/g yang diperoleh pada konsentrasi 400 mg/L. Pola adsorpsi SG dan Si-Gly terhadap Cd(II) mengikuti model isoterm Langmuir.