Claim Missing Document
Check
Articles

Studi Relokasi Hiposenter Aftershock Gempa Yogyakarta 2006 Velli Shinta; Dwi Pujiastuti; Atin Nur Aulia
Jurnal Fisika Unand Vol 9 No 4 (2020)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (991.767 KB) | DOI: 10.25077/jfu.9.4.502-509.2020

Abstract

Studi relokasi hiposenter aftershock gempa Yogyakarta 2006 telah diteliiti melalui pengolahan data waveform aftershock gempa Yogyakarta pada 16 Juni s.d 5 Juli 2006.  Data model kecepatan gelombang 1D Jawa Tengah digunakan sebagai model kecepatan awal. Identifikasi distribusi hiposenter gempa bumi diperoleh menggunakan metode Joint Hypocenter Determination (JHD) dan program Velest. Lokasi hiposenter ini selanjutnya di plot pada peta menggunakan GMT (Generic Mapping Tools). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persebaran hiposenter gempabumi membentuk tiga buah cluster, berada dibagian timur kemudian membelok ke arah selatan Sesar Opak. Hiposenter memiliki pola persebaran membentuk suatu bidang sesar. Kemudian, hasil penelitian menemukan adanya rambatan energi di sepanjang zona lemah Sesar Opak dari sesar aktif di bagian timur. Nilai RMS residual relokasi hiposenter  menunjukkan hasil yang cukup akurat yaitu sebesar 0,0596 detik dan menghasilkan model kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan model kecepatan awal (Jawa Tengah). The relocation study of the 2006 Yogyakarta earthquake aftershock hypocenter has been investigated through the processing of the Yogyakarta earthquake aftershock waveform data from 16 June to 5 July 2006. Data from the 1D wave velocity model of Central Java is used as the initial velocity model. Identification of the earthquake hypocenter distribution was obtained using the Joint Hypocenter Determination (JHD) method and the Velest program. The hypocenter location is then plotted on the map using GMT (Generic Mapping Tools). The results showed that the hypocenter of the earthquake formed three clusters, located in the eastern part and then veered to the south of the Opak Fault. The hypocenter has a distribution pattern to form a fault plane. Then, the results of the study found energy propagation along the weak zone of the Opak Fault from an active fault in the eastern part. The RMS value of the residual hypocenter relocation shows a fairly accurate result of 0.0596 seconds and produces a velocity model that is not much different from the initial velocity model (Central Java).
ANALISIS PENGARUH INTENSITAS RADIASI MATAHARI, TEMPERATUR, DAN KELEMBABAN UDARA, TERHADAP FLUKTUASI KONSENTRASI OZON PERMUKAAN Di Bukit Kototabang Tahun 2005-2010 Mairisdawenti -; Dwi Pujiastuti; Asep Firman Ilahi
Jurnal Fisika Unand Vol 3 No 3: Juli 2014
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1224.713 KB) | DOI: 10.25077/jfu.3.3.177-183.2014

Abstract

ABSTRAKTelah dilakukan analisis pengaruh intensitas radiasi matahari, temperatur, dan kelembaban udara terhadap fluktuasi konsentrasi ozon permukaan di Bukit Kototabang tahun 2005-2010 dengan metode regresi linier.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi konsentrasi ozon rata-rata harian mengikuti pola rata-rata harian intensitas radiasi matahari, dan berbanding terbalik dengan kelembaban udara. Faktor meteorologi yang paling besar hubungannya dengan konsentrasi ozon berdasarkan analisis nilai regresi yaitu temperatur permukaan, dengan nilai koefisien determinasi R2=26,0 pada tahun 2010.Kata kunci : ozon permukaan, regresi linier, faktor meteorologiAbstractAnalysis effect of the intensity of solar radiation, temperature, and air humidity, tofluctuations in surface ozone concentrations in Bukit Kototabang with linear regression method from 2005 to 2010 has been conducted. The results showed that the fluctuations in ozone concentration daily average follows the pattern of average daily solar radiation intensity, and inversely proportional to the air humidity. The meteorological factors which have greatest correlation with the ozone concentration values based on regression analysis is surface temperature, with a coefficient of determination R2 = 26.0 in 2010. Keywords : surface ozone, linear regression , meteorological factors
Analisis SBA (Simple Bouguer Anomaly) Sebelum Gempa Padang Panjang 6 Maret 2007 Sebagai Prekursor Gempa Bumi Fhatihatul Rahmi; Dwi Pujiastuti
Jurnal Fisika Unand Vol 10 No 3 (2021)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2628.922 KB) | DOI: 10.25077/jfu.10.3.310-316.2021

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis SBA (Simple Bouguer Anomaly) sebelum gempa Padang Panjang 6 Maret 2007 yang bertujuan untuk melihat adanya korelasi antara perubahan anomali gravitasi dengan kejadian gempa bumi.  Data gravitasi yang digunakan adalah data dari satelit GRACE (Gravity Recovery And Climate Experiment). Metode yang digunakan adalah metode time-lapse microgravity.  Hasil kontur anomali selisih SBA menunjukkan adanya polarisasi anomali gravitasi yang terjadi di sekitar episenter gempa pada 35 hari sebelum gempa.  Terdapat zona anomali tinggi di bagian tenggara dan zona anomali rendah di bagian barat daerah penelitian.  Berdasarkan hasil sayatan melintang pada kontur harian SBA, diperoleh nilai harian SBA dan grafik harian SBA yang menunjukkan penurunan secara perlahan dari 35 hari hingga 20 hari sebelum gempa.  Penurunan maksimum terjadi pada tanggal 12 Februari 2007.  Lalu diikuti kenaikan secara terus menerus dari 20 hari hingga 15 hari sebelum gempa.  Berdasarkan grafik selisih harian SBA, pada 35 hari sebelum gempa muncul anomali medan gravitasi tanggal 28 Januari 2007 dengan perubahan anomali gravitasi maksimum dari tanggal 22 – 23 Februari 2007 sebesar 0,490763281 µgal pada titik episenter gempa magnitudo 6,4 dan sebesar 0,49639576 µgal pada titik episenter gempa magnitudo 6,3. Sehingga anomali yang muncul tersebut dapat dijadikan pertanda awal (prekursor) gempa bumi. Kata kunci : anomali bouguer, gempa bumi, GRACE, gravitasi, polarisasi
Karakterisasi Reservoar Hidrokarbon Menggunakan Atribut Energi dan Metode Seismic Coloured Inversion (SCI) Pada Lapangan Penobscot Kanada Jarnal Witarsa; Dwi Pujiastuti; Elistia Liza Namigo
Jurnal Fisika Unand Vol 8 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.718 KB) | DOI: 10.25077/jfu.8.2.113-119.2019

Abstract

Telah dilakukan karakterisasi reservoar hidrokarbon pada Lapangan Penobscot Kanada menggunakan atribut energi dan  metode Seismic Coloured Inversion (SCI) di sepanjang inline 1284 m. Penelitian ini menggunakan data seismik post stack sebagai data input dan data sumur sebagai data kontrol untuk menentukan nilai impedansi akustik (AI). Analisis sensitivitas log yang digunakan menunjukkan bahwa gamma ray log lebih sensitif dalam pemisahan lapisan sand dan shale. Analisis atribut energi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal dari penampang seismik untuk menentukan zone of interest. Analisis inversi SCI dilakukan untuk melihat pola sebaran nilai AI pada penampang seismik yang diteliti. Dari hasil inversi SCI terhadap penampang seismik diperoleh nilai AI antara 2,00 x 106 kg/m2s sampai 5,56 x 106 kg/m2s. Hal ini menunjukkan bahwa pada penampang seismik yang diteliti terdapat potensi reservoar hidrokarbon.Kata kunci: atribut energi, Seismic Coloured Inversion (SCI), Acoustic Impedance (AI), Zone Of Interest.
Perbandingan Anomali Frekuensi Kritis Lapisan F2 (Fof2) Ionosfer Pada Gempa Bumi Laut Dan Gempa Bumi Darat Pulau Sumatera Luthfia Hafizhah; Dwi Pujiastuti
Jurnal Fisika Unand Vol 10 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1006.282 KB) | DOI: 10.25077/jfu.10.1.41-47.2021

Abstract

Pada saat akan terjadinya gempa bumi, maka akan diikuti dengan peningkatan injeksi gas radon di daerah zona persiapan gempa. Gas radon ini akan menyebabkan perubahan terhadap lapisan ionosfer. Telah dilakukan analisis perbedaan anomali frekuensi kritis lapisan F2 ionosfer (foF2) sebelum kejadian gempa laut dan gempa darat menggunakan ionogram ionosonda FMCW (Frequency Modulation Continous Wave) untuk melihat perbedaan karakteristiknya. Terdapat 5 kejadian gempa darat dan 5 kejadian gempa laut yang dianalisis.  Rentang hari pengambilan ionogram adalah 21 hari sebelum kejadian gempa bumi (analisis prekursor gempa bumi) dan 7 hari setelah kejadian gempa bumi (respon lapisan ionosfer setelah gempa bumi). Terdapat 13.440 buah ionogram yang di-scaling manual. Perbandingan intensitas anomali foF2 pada gempa laut dan gempa darat terlihat acak dan tidak memiliki karakteristik yang berbeda.  Anomali foF2 sudah terlihat 21 hari sebelum gempa darat. Pada gempa laut kemunculan anomali foF2 juga sudah terlihat 21 hari sebelum gempa bumi tetapi hanya untuk gempa dengan magnitudo besar saja yaitu gempa 12 September 2007 (7,7 SR dan 7,9 SR) dan 11 April 2012 (8,4 SR).  Kemunculan anomali foF2 terakhir beberapa jam sebelum gempa bumi darat berakhir lebih cepat dibandingkan dengan gempa laut.  Respon lapisan ionosfer terhadap aktivitas seismik dari gempa darat lebih cepat dari pada gempa laut. Anomali foF2 dipengaruhi oleh sumber gempa bumi, kedalaman dan magnitudo. Comparing the characteristic critical frequency anomaly of the ionosphere F2 layer (foF2) concerning land earthquake and sea earthquake during 2005 – 2016 in Sumatera region has been carried out. Ionogram data from the Frequency Modulation Continous Wave (FMCW) ionosonde instrument were analyzed for each of the five earthquakes. The foF2 anomaly in sea earthquake and land earthquake looks random. The foF2 anomaly was seen 21 before the earthquake. For the land earthquake, the foF2 anomaly has also been seen 21 days before the earthquake but only with large magnitudes (> 7.7 SR). The last foF2 anomaly was observed several hours before the land earthquake, ending the anomaly sooner than sea earthquake. Thus, the ionosphere layer response to seismic activity from the land arthquake was faster than sea earthquakes. The foF2 anomaly is influenced by earthquake source, depth, and magnitude. 
Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji) Friska Puji Lestari; Dwi Pujiastuti; Hamdy Arifin
Jurnal Fisika Unand Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.676 KB) | DOI: 10.25077/jfu.5.1.42-46.2016

Abstract

Telah dilakukan survei mikrotremor di Kecamatan Kuranji dan Padang Barat untuk melihat nilai indeks kerentanan tanah yang ada di kecamatan tersebut. Data mikrotremor di Kecamatan Kuranji diambil pada 46 titik, sedangkan di Kecamatan Padang Barat diambil pada 17 titik. Dari data  mikrotremor didapatkan data kecepatan tanah yang kemudian diolah menggunakan software GEOPSY dan dianalisis dengan metode HVSR. Hasilnya adalah dan diperoleh nilai frekuensi resonansi (f0) dan faktor amplifikasi (A0) yang digunakan untuk menghitung nilai indeks kerentanan tanah (Kg). Dari nilai Kg dipetakan dengan software ArcGIS 9,2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks kerentanan tanah  di Kecamatan Kuranji berkisar antara 0,2-5,66 cm/s2. Kondisi inimenggambarkan wilayah Kuranji merupakan daerah yang stabil dengan indeks kerentanan yang rendah. Sedangkan indeks kerentanan tanah di Kecamatan Padang Barat berkisar antara 0,46-115,00 cm/s2, yangmenggambarkan daerah yang tidak stabil karena memiliki nilai indeks kerentanan yang tinggi.Kata kunci: ArcGIS 9,2, DataPro, GEOPSY, indeks kerentanan tanah, mikrotremor.
ANALISIS KORELASI RADIATIVE FORCING METANA (CH4) DENGAN PERUBAHAN TEMPERATUR DI KOTOTABANG TAHUN 2004 2009 Dwi Pujiastuti
Jurnal Dampak Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.10.1.29-37.2013

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan perhitungan radiative forcing gas Metana (CH4) menggunakan konsentrasi (CH4) dari tahun 2004 2009 di Kototabang dengan menggunakan metode Intergovernmental on Panel Climate Change (IPCC). Hasil perhitungan kemudian dikorelasikan dengan selisih temperatur yang merupakan data bulanan temperatur permukaan Kototabang dikurangi dengan temperatur rata-rata selama 6 tahun pengukuran. Temperatur permukaan diukur dengan menggunakan instrumen Automatic Weather station (AWS) yang ada di stasiun GAW Kototabang. Dari hasil analisi diperoleh nilai radiatve forcing mengalami peningkatan dari 0,24338 Wm-2pada tahun 2004 menjadi 0,246221 Wm-2 pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan lebih banyak energi radiasi matahari yang diserap daripada yang diemisikan (Positive feedback). Tetapi hasil korelasi radiative forcing CH4 dengan selisih temperatur memiliki koefisien determinasi yang rendah yaitu 0,0047. Hal ini karena perubahan temperatur di Kototabang yang tercatat di AWS bukan hanya dipengaruhi oleh nilai konsentrasi metana saja tapi juga oleh aerosol, awan, dan gas rumah kaca lainnya. Hal juga ini menunjukkan bahwa konsentrasi gas metana tidak signifikan mempengaruhi perubahan temperatur di Kototabang. Kata kunci: Kototabang, metana, radiative forcing, temperaturABSTRACTRadiative forcing of methane (CH4) gas has been calculated based on its concentration in Kototabang from 2004 to 2009, by using Intergovernmental on Panel Climate Change (IPCC) method. The calculation results were further correlated to the temperature differences, i.e., monthly surface temperature subtracted by the average temperature data at Kototabang during the six year of measurement. The surface temperature was measured by using Automatic Weather Station (AWS) installed at the Global Atmospheric Watch (GAW) Kototabang. Based on the analysis, there was an increment of the radiative forcing from 0.24338Wm-2 in 2004 to 0.246221Wm-2 in 2009. This showed the solar energy was more absorbed than emitted (positive feedback). However, the result of correlation analysis between CH4 radiative forcing and the temperature difference shows a low determinant coefficient, i.e., 0.0047. This is due to the measured temperature change in Kototabang is not only affected by methane concentrations but also influenced by aerosol, clouds and other green house gases. This also shows that methane gas concentration did not significantly influence the temperature change in Kototabang.Keywords: Kototabang, methane, radiative forcing, temperature
ANALISIS POLA KONSENTRASI METANA (CH4) DAN CURAH HUJAN DI KOTOTABANG TAHUN 2004 2009 Dwi Pujiastuti
Jurnal Dampak Vol 9, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.9.2.123-131.2012

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk melihat pola konsentrasi gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas rumah kaca dan kaitannya dengan pola curah hujan di wilayah Kototabang dari tahun 2004 2009. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kecenderungan pola konsentrasi CH4 di wilayah Kototabang dan kaitannya dengan curah hujan di wilayah ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola musiman tahunan konsentrasi metana yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan dan penurunan konsentrasi metana. Pola musiman tahunan ini mengikuti pola Intertropical Convergence Zone (ITCZ). Konsentrasi CH4 tahunan meningkat dari 1.810,01 ppb pada tahun 2004 menjadi 1.818, 69 ppb pada tahun 2009. Peningkatan konsentrasi CH4 dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas pertanian dan kebakaran hutan yang terjadi di wilayah ini. Pola konsentrasi metana di Kototabang hampir sama dengan pola konsentrasi metana global. Terdapat perbedaan pola pada tahun 2005 dimana konsentrasi metana di Kototabang meningkat secara signifikan karena adanya kebakaran hutan di Sumatera sehingga produksi metana ke atmosfer meningkat. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan adanya pengaruh curah hujan terhadap konsentrasi metana di atmosfer. Curah hujan yang tinggi menyebabkan penurunan konsentrasi metana di atmosfer karena reaksi yang terjadi antara metana dan peningkatan keberadaan radikal hidroksil (OH) akibat curah hujan di troposfer yang akan mengurangi konsentrasi metana. Kata kunci: Atmosfer, curah hujan, metana, Kototabang, ITCZABSTRACTThe research has been conducted to look at the pattern of methane (CH4) concentration which is one of the greenhouse gases with precipitationl patterns in the region Kototabang from 2004 to 2009. The research aims to see how the trendline of CH4 concentration in Kototabang and its relation to precipitation in this region. The results showed the of annual seasonal pattern of methane concentration, indicated by the fluctuations methane concentration . The annual seasonal patterns follows the pattern of Intertropical Convergence Zone (ITCZ). The annual CH4 concentration increases from 1.810,01 ppb in 2004 to 1.818,69 ppb in 2009. The condition was influenced by the increase in agricultural activity and forest fire. From the results it wa also obtained that concentration patterns of CH4 at Kototabang is similar to the pattern of global CH4 concentration. There are differences in the pattern of concentration in 2005 where the concentration of CH4 significantly increased at Kototabang due to forrest fire in Sumatera region resulting in the increase of CH4 production to the atmosphere . The results also indicate the influence of precipitation against the concentration of CH4 in the atmosphere. High precipitation caused a decrease in the concentration CH4 in the atmosfer due to reaction that occur between CH4 and increase of hydroxyl radical (OH) due to pecipitaion in the troposfer that will reduce CH4 concentration. Keywords: Atmosphere, ITCZ, Kototabang, methane, precipitation
Penentuan Tinggi dan Waktu Tempuh Penjalaran Gelombang Tsunami Menggunakan Model Numerik Linier Tunami N1 di Pantai Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman Sumatera Barat Dwi Pujiastuti
Jurnal Ilmu Fisika Vol 1 No 1 (2009): March 2009
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jif.1.1.17-25.2009

Abstract

Penelitian ini difokuskan untuk menentukan tinggi dan waktu tempuh serta visualisasi penjalaran gelombang tsunami dari pusat pembangkitan sampai kawasan pantai menggunakan model numerik linier TUNAMI N1. Dalam penelitian ini digunakan tiga model skenario penjalaran gelombang tsunami yaitu untuk magnitudo (Mw) 7,5, 8,0 dan 8,5 dengan titik koordinat gempa 99,3 BT dan 3,3 LS. Hasil penelitian di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman menyatakan bahwa terjadi penurunan muka air laut setelah terjadinya gempa besar sebelum gelombang tsunami sampai di titik tinjauan. Tinggi gelombang tsunami paling besar dihasilkan pada skenario pemodelan Mw 8,5. Daerah yang mengalami tinggi gelombang paling besar adalah Ketaping (4,50 m), selanjutnya disusul oleh Pariaman Tengah (3,85 m) dan terakhir Sungai Limau (3,09 m). Waktu tempuh penjalaran gelombang tsunami dari pusat pembangkitan ke titik tinjau pasang surut paling cepat dihasilkan pada pemodelan skenario Mw 8,5. Daerah yang paling cepat dihantam gelombang tsunami setelah terjadinya gempa adalah Ketaping (2545 detik), selanjutnya disusul oleh Pariaman Tengah (2659 detik) dan terakhir di Sungai Limau (3057 detik)
Studi Kegempaan Vulkanik Gunungapi Marapi Sumatera Barat Dwi Pujiastuti
Jurnal Ilmu Fisika Vol 1 No 2 (2009): September 2009
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jif.1.2.28-38.2009

Abstract

Telah dilakukan analisis data gempa vulkanik gunungapi Marapi Sumatera Barat dari tahun 2000 sampai tahun 2006 untuk menentukan besarnya nilai intensitas, posisi episenter, hiposenter dan tingkat keaktifan. Data yang digunakan adalah data dengan skala magnitudo ≥ 1 SR. Perhitungan intensitas maksimum dan intensitas menggunakan model empiris Gutenberg Richter. Hasil penelitian menunjukkan daerah Koto Baru, Batusangkar, Bukittinggi memiliki intensitas maksimum 5,1 MMI, nilai intensitas 5,09 MMI dan nilai intensitas maksimum rata-rata 2,82 MMI, 2,82 MMA dan 2,81 MMI. Perbedaan intensitas sangat kecil karena jarak ketiga daerah tersebut terhadap pusat gempa terlalu kecil. Posisi episenter umumny tersebar di puncak gunung, sebagian di pinggang gunung dan daerah pemukiman penduduk. Hiposenter berkisar antara 1 sampai 30 km. Keaktifannya meningkat pada bulan Juni dan Juli kecuali tahun 2004 pada bulan Oktober, November, Desember keaktifannya meningkat karena dipengaruhi gempa tektonik di Gunung Rajo
Co-Authors Adrial, Rico Afdal Afdal Afdal Afdal Afdal, Afdal Afdhal Muttaqin Afrizal Afrizal Ahmad Fauzi Pohan Ahmad Furqan Alifvia Daswita Alimin Mahyudin Andiyansyah Sabarani Andiyansyah Z Sabarani Annisa Zahratul Hilma Annisa Zahratul Hilma Ardian Putra Ardian Putra Ardian Putra Ari Febriana Kabisat Arif Budiman Arif Budiman Ariqah Ardelia Arisa, Deasy Asep Firman Ilahi Astuti Astuti - Astuti Astuti Astuti Astuti Atin Nur Aulia Atin Nur Aulia Aulia Latifah Aulya Rahayu Badrul Mustafa Badrul Mustafa, Badrul Br. Sitanggang, Regina Mai Anggriani Dahyunir Dahlan Damayanti, Elok Daz Edwiza, Daz Deasy Arisa Deasy Arisa Deasy Arisa Dedi Mardiansyah Denisa Syafriana Desi Indriani Dian Fitriyani Dian Fitriyani Dian Milvita Diana Saputri Dika Aprilia Susanti Dimas Pramudito Dwi Puryanti Ednofri - Ednofri - Ednofri Ednofri, Ednofri Edwards Taufiqurrahman, Edwards Ekarama Putri Eldiani Arifya Elistia Liza Namigo, Elistia Elvaswer Elvaswer Fadilla Monica Fadilla Monica Feriska Handayani Irka, Feriska Handayani Fery Kurnia Sandi Fhatihatul Rahmi Fitri Gustiana Fitri Gustiana Friska Puji Lestari Gustiana, Fitri Hamdy Arifin Hamdy Arifin Hamdy Arifin, Hamdy Hanif Hidayat Harmadi Harmadi Herifa - Hilma, Annisa Zahratul Ikhwan Safrima Illona giovanni, Vannessa Imam Taufik Imam Taufiq Indah Putri Utami Indri Septiani Iqbal Ramadhan Irma Kurniawati Jarnal Witarsa Koko Ondara Lina Handayani Lusi Fitrian Sani Luthfia Hafizhah M. Arif Mairisdawenti - Marlisa Marlisa Marzuki Marzuki Marzuki Marzuki Maya Minangsih Maya Minangsih Mayang Putri Andini Mayola Fariza Meqorry Yusfi Minangsih, Maya Mochammad Imron Awalludin Mohammad Ali Shafii Mora Mora Muhamad Rizki Agfustian Muhammad Arif Muhammad Kahfi Muhammad Razi Muhammad Ridho Amirudin Muldarisnur, Mulda Mutya Vonnisa Nadila Syarah Nadya Rezky Ananda Naela Amalia Zulfa Nini Firmawati Nofaslah, Rido Novia Anggraini Novia Dwi Agusri Nurdin Nurdin Nurul Annisa Nurul Hasanah Okci Mardoli Rachmad Billyanto Rachmad Billyanto Rachmad Billyanto Rahma Fidia Rahmad Aperus Rahmad Aperus Rahmad Baihaqi Rahmat Rasyid Rahmi Nanda Pertiwi Ramacos Fardela Regina Mai Anggriani Regina Mai Anggriani Br. Sitanggang Rido Nofaslah Rido Nofaslah Rika Desrina Saragih Rika Desrina Saragih Riska Wulan Dari Rita Ummi Sahida Tanjung Rohadatul Aisy Syafda Solly Aryza Sri Handani Sri Oktamuliani Sri Wahyuni Sucy Lestari Wirma Sumi Daniati, Sumi Titi Anggono Toni Widianto Trengginas Eka Putra Sutantyo Trevi Jayanti Puspasari Usna, Sri Rahayu Alfitri Velli Shinta Violina Oktaviani Vira Friska Wendi Harjupa Widi Satria Indriani Wildan Hafni Wiwit Reflidawati Yoci Darwita Putri Yoci Darwita Putri Yudi Darma Zulfi Zulfi Abdullah