Claim Missing Document
Check
Articles

STUDI POTENSI EKSTRAK DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor) SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA Ratnasari, Sinta; Suhendar, Dede; Amalia, Vina
Chimica et Natura Acta Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.875 KB) | DOI: 10.24198/cna.v4.n1.10447

Abstract

Daun adam hawa memiliki pigmen warna ungu yang diduga berasal dari antosianin. Pigmen antosianin ini bersifat larut dalam air sehingga mampu bereaksi baik dengan asam maupun basa. Karakterisitik perubahan warna ini menjadi potensi ekstrak daun adam hawa sebagai indikator dalam menentukan titik akhir pada titrasi asam basa. Perbandingan pelarut etanol 70% : ekstrak daun adam hawa (2:1) mampu mengekstrak metabolit sekunder secara optimal dengan metode ekstrasi teknik maserasi selama 24 jam. Karakterisasi indikator ini meliputi uji perubahan warna dalam berbagai pH, titrasi asam basa konvensional dan autotitrator, perbandingannya dengan indikator fenolftalein (PP) dan metil jingga (MJ), identifikasi menggunakan spektrofotometer sinar tampak dan FTIR serta uji waktu simpan indikator. Hasil karakterisasi menunjukkan, indikator memiliki perubahan warna dari jingga kemerahan-hijau kecoklatan dengan trayek pH 4,75-6,75 pada daerah serapan λ maksimum 510,01-591,99 nm, memiliki persentase selisih dengan indikator PP sebesar 0,915% dan indikator MJ sebesar 0,925%, serta dapat digunakan sampai empat minggu.
Isolasi dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Limbah Tulang Hewan Amalia, Vina; Hadisantoso, Eko Prabowo; Hidayat, Dede; Diba, Riska Farah; Dermawan, Muhamad Fahmi; Tsaniyah, Siti Wilamah
ALCHEMY Vol 5, No 4 (2017): ALCHEMY
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.759 KB) | DOI: 10.18860/al.v5i4.4705

Abstract

Tulang vertebrata mengandung 60% kalsium fosfat. yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar hidroksiapatit. Hidroksiapatit merupakan material biokeramik yang memiliki sifat adsorpsi yang baik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi hidroksiapatit dari beberapa limbah tulang, yaitu tulang sapi, kambing, gurame, dan tongkol. Hidroksiapatit dari limbah  tulang sapi dan kambing diisolasi dengan cara kalsinasi pada suhu 1000°C dan diaktivasi menggunakan Na2CO3. Isolasi hidroksiapatit dari limbah tulang gurame dan tulang tongkol tidak dilakukan kalsinasi hanya digunakan hidrolisis menggunakan NaOH. Karakterisasi menggunakan XRD menunjukkan bahwa telah terbentuk hidroksiapatit kristalin dari hasil isolasi tulang sapi dan kambing, dan terbentuk hidroksiapatit amorf dari hasil isolasi tulang gurame dan tongkol. Perbandingan Ca/P hidroksiapatit hasil isolasi dari tulang sapi, kambing, gurame, dan tongkol, masing-masing adalah 1,71; 1,79; 1,97 dan 1,86. Spektra IR hidroksiapatit menunjukkan adanya gugus –OH, PO43-, dan CO32-. Morfologi permukaan hidroksiapatit hasil isolasi berpori dengan ukuran partikel 1-2 µm.
STUDI POTENSI EKSTRAK DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor) SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA Sinta Ratnasari; Dede Suhendar; Vina Amalia
Chimica et Natura Acta Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.875 KB) | DOI: 10.24198/cna.v4.n1.10447

Abstract

Daun adam hawa memiliki pigmen warna ungu yang diduga berasal dari antosianin. Pigmen antosianin ini bersifat larut dalam air sehingga mampu bereaksi baik dengan asam maupun basa. Karakterisitik perubahan warna ini menjadi potensi ekstrak daun adam hawa sebagai indikator dalam menentukan titik akhir pada titrasi asam basa. Perbandingan pelarut etanol 70% : ekstrak daun adam hawa (2:1) mampu mengekstrak metabolit sekunder secara optimal dengan metode ekstrasi teknik maserasi selama 24 jam. Karakterisasi indikator ini meliputi uji perubahan warna dalam berbagai pH, titrasi asam basa konvensional dan autotitrator, perbandingannya dengan indikator fenolftalein (PP) dan metil jingga (MJ), identifikasi menggunakan spektrofotometer sinar tampak dan FTIR serta uji waktu simpan indikator. Hasil karakterisasi menunjukkan, indikator memiliki perubahan warna dari jingga kemerahan-hijau kecoklatan dengan trayek pH 4,75-6,75 pada daerah serapan λ maksimum 510,01-591,99 nm, memiliki persentase selisih dengan indikator PP sebesar 0,915% dan indikator MJ sebesar 0,925%, serta dapat digunakan sampai empat minggu.
PEMANFAATAN KULIT DAN BONGGOL PISANG UNTUK BAHAN BAKU MAKANAN RINGAN DI MAJELIS TAKLIM AN NUR CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG Vina Amalia; Tina Dewi Rosahdi; Tety Sudiarti
Al-Khidmat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jak.v2i1.5534

Abstract

Banana is a favorite fruit of the Indonesian people. So far, only the fruit is consumed, while the peel, hump and others are useless and become waste. The banana peel and banana humps contain high nutritional value. So that it has the potential to be processed as a food product, such as “sale” of banana peels, abon and banana hump jerky. This product can be an added income for woman’s, the members of the Taklim (MT) assembly of An Nur. MT consists of woman’s from various professional backgrounds. Most of them are ordinary housewives who are also agent of Posyandu RW 03 Cileunyi Kulon Village, Kec. Cileunyi Kab. Bandung. Some of them are teachers and entrepreneurs. Training on making food made from banana humps and peel was carried out for two months. Consisting of counseling on nutritional content, the practice of making “Sale”, shredded meat and beef jerky, and marketing strategies. The obstacle faced is the limitation of banana humps, because banana only found when bananas are harvested. While the processing of banana peels produces products that have less attractive colors because of the browning process that is common in processing bananas so that dyes are needed. Marketing using online media is not suitable for members of MT An Nur, where only a few members have social media and smart phones. In the future, this skill is expected to be the provision of mothers to improve their nutritional status and family economy and can be disseminated through their own MT programs and posyandu programs at the RW, village and sub-district levels.
EFEK LARVASIDA HASIL FRAKSINASI METANOL DAUN Aglaia glabrata TERHADAP LARVA Aedes aegypti Asep Supriadin; Rohana Kudus; Vina Amalia
JURNAL ISTEK Vol 10, No 1 (2017): ISTEK
Publisher : JURNAL ISTEK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aglaia glabrata merupakan salah satu spesies tumbuhan dari famili Meliaceae. Salah satu kandungan Aglaia sp. adalah senyawa siklopentatetrabenzohidrofuran yang bermanfaat sebagai insektisida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam hasil fraksinasi metanol daun A. glabrata, dengan analisis uji fitokimia dan sfektrum FTIR. Selain itu dalam penelitian ini dilakukan juga uji larvasida ekstrak metanol dan hasil fraksinasi dari daun A. glabrata terhadap larva Aedes aegypti. Ekstraksi dilakukan melalui metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol yang dihasilkan difraksinasi menggunakan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV), Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG). Uji fitokimia dilakukan pada sampel fraksi awal dan fraksi B4D. Fraksi awal ekstrak metanol daun A. glabrata positif alkaloid, terpenoid, tanin, flavonoid, dan saponin, sedangkan pada fraksi B4D positif tanin dan steroid. Analisis spektrum FTIR fraksi B4D didapatkan gugus fungsi –OH, - CH, C=O, -CH2-, C=C aromatik dan C-O. Larva Aedes aegypti yang digunakan yaitu larva instar III untuk menentukan uji larvasida. Data mortalitas Aedes aegypti dianalisis probit dengan SPSS 16,00 untuk mengetahui LC50 selama 24 jam. Ekstrak dapat dikategorikan toksik bila nilai LC50
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMISAHAN SERIUM (IV) DARI MINERAL MONASIT MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG TUBULAR MEMBRAN Vina Amalia
JURNAL ISTEK Vol 9, No 2 (2015): ISTEK
Publisher : JURNAL ISTEK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kondisi optimum pemisahan serium(IV) dari mineral monasit Bangka dengan teknik TSLM menggunakan carrier TOA. Tahapan dari metode pemisahan ini meliputi destruksi mineral monasit menggunakan basa KOH, pengendapan uranium dan thorium, oksidasi Ce(III) menjadi Ce(IV) dengan menggunakan KMnO4, dan pemisahan dalam TSLM. Variasi konsentrasi fasa umpan, fasa pengemban, dan fasa penerima dilakukan untuk mencari hasil yang optimum. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada konsentrasi asam sulfat dalam fasa umpan 0,2 M persen transpor serium(IV) memberikan hasil yang paling baik. Optimasi konsentrasi TOA, menunjukkan bahwa persen transpor serium(IV) naik dari konsentrasi TOA 1% sampai 4% dan mengalami penurunan setelah konsentrasi TOA 4%. Persen transpor serium(IV) mengalami kenaikan siginifikan dari konsentrasi Na2CO3 0,2 M sampai 0,6 M. Pada konsentrasi analit fasa umpan yang lebih rendah persen transpor yang dihasilkan lebih baik daripada dalam konsentrasi analit dalam fasa umpan lebih tinggi, dan keadaan yang paling baik pada konsentrasi analit 330 ppm.
Na-Alginate Utilization of Brown Algae (Sargassum sp.) as A Halal Edible Film Basic Materials Nisa Nur Khasanah; Vina Amalia; Baiq Vera El Viera; Asti Sawitri
Indonesian Journal of Halal Research (IJHAR) Vol 1, No 1 (2019): February
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ijhar.v1i1.4242

Abstract

Edible films made of Na-alginate from brown algae have great potential to be developed as brown algae have a fairly high abundance in Indonesia but have not been widely used. Therefore, in this study conducted by making edible films made from Na-alginate modified by the addition of hydrocolloids carrageenan and glycerol plasticizier. The addition of carrageenan biopolymers is the property of the produced Edible film. The use of glycerol as a plasticizer aims to improve the properties of elasticity Edible films. This research method consists of two stages. First, the isolation and characterization of Na-alginate. Both the preparation and characterization of making edible films. Na-alginate characterization results in yield of 25.68%, 10.84% moisture content, ash content of 23.79%. The carrageenan on the formula Edible films affect the characterization of the resulting films. The value of water absorption from 333.13% to 335.45% and the elongation of 26.26% to 33.34%, and the declining value of tensile strength of 8.93 MPa to 4.17 MPa and young's modulus values of 0.34 MPa to 0.22 MPa with the addition of carrageenan on an Edible film formula.
Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Kimia Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Yulia Sukmawardani; Vina Amalia
Jurnal Kartika Kimia Vol 2 No 2 (2019): Jurnal Kartika Kimia
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Sciences and Informatics, Jenderal Achmad Yani University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.391 KB) | DOI: 10.26874/jkk.v2i2.29

Abstract

Laboratory liquid waste is one of the problems encountered in universities. Before discharged into the aquatic environment, the liquid waste must pass through the processing first. One way that can be done to reduce the contamination of laboratory waste is by lowering the heavy metal content contained in the waste by using electrocoagulation method. Electrocoagulation becomes one of the alternative waste treatment because this method is easy and simple to do, but produces high efficiency of metal removal. In this research has been tested the liquid waste treatment laboratory by using electrocoagulation method. The processing of liquid waste by electrocoagulation using Al-Al electrodes, gives a very significant metal removal result. Including decreased levels of organic compounds and total solids in waste decreased. However, the waste from the treatment with electrocoagulation has not met the required quality standard in West Java Provincial Regulation No. 6 of 1999 on the Standard of Waste Water Quality. Because of the high concentration of metal in laboratory liquid waste, it is necessary to process the waste before and after the electrocoagulation process. Keywords: Al electrode, electrocoagulation, laboratory liquid waste
Analisis Kesuburan Perairan di Daerah Keramba Jaring Apung Berdasarkan Kandungan Unsur Hara (Nitrat dan Fosfat) di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur Purwakarta Seni Robiatul Adawiah; Vina Amalia; Sri Endah Purnamaningtyas
Jurnal Kartika Kimia Vol 4 No 2 (2021): Jurnal Kartika Kimia
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Sciences and Informatics, University of Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/jkk.v4i2.90

Abstract

Eutrofikasi/Kesuburan perairan merupakan peristiwa meningkatnya bahan organik dan nutrien (terutama unsur nitrogen dan fosfor) yang terakumulasi dibadan air. Eutrofikasi dapat terjadi karena dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor luar penyebab terjadinya eutrofikasi adalah aktifitas pertanian dan budidaya perikanan sistem KJA. Waduk Ir. H. Djuanda merupakan waduk terbesar di Indonesia dimana sebagian besar permukaan waduk dimanfaatkan sebagai tempat budidaya perikanan dengan sistem KJA. Saat ini jumlah KJA di Waduk Ir. H. Djuanda telah mencapai lebih dari 33.888 unit dan terus mengalami kenaikan. Besarnya pertumbuhan budidaya ikan dengan sistem KJA ini memungkinkan terjadinya eutrofikasi di perairan khususnya di daerah KJA. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nitrat dan fosfat di daerah KJA dan mengetahui tingkat eutrofkasinya. Lokasi yang dipilih merupakan 3 stasiun tempat budidaya perikanan dengan sistem KJA yakni Panyingkiran, Pasir Jangkung dan Pasir Canar. Kadar nitrat didapatkan berdasarkan metode Brucine Spektrofotometer sesuai dengan SNI 06-2480-1991 sedangkan kadar fosfat didapatkan berdasarkan metode Asam Askorbat sesuai dengan SNI 06-6989.31-2005. Dari kadar yang didapatkan kemudian dilakukan perhitungan dan perbandingan dengan literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar nitrat secara berturut-turut adalah 4,0167 mg/L, 3,7731 mg/L dan 4,4998 mg/L, sedangkan kadar fosfat secara berturut-turut adalah 0,0206 mg/, 0,0091 mg/L, dan 0,0956 mg/L. Berdasarkan kadar tersebut maka dapat diketahui bahwa ketiga stasiun tergolong perairan mesotrofik jika ditinjau berdasarkan kadar nitrat sedangkan berdasarkan kadar fosfat, stasiun Panyingkiran tergolong mesotrofik, Pasir Jangkung tergolong oligotrofik dan Pasir Canar tergolong eutrofik. Kata kunci: budidaya perikanan sistem KJA, eutrofikasi perairan, fosfat, nitrat
THE EFFECT OF FORTIFICATION OF BRANDS AND CHITOSAN ON TEMPEH ON FIBER LEVELS AND PROBIOTIC BACTERIA GROWTH Nunung Kurniasih; Farah Dinna; Vina Amalia; Diana Widiastuti
Helium: Journal of Science and Applied Chemistry Vol 1, No 2 (2021): Helium: Journal of Science and Applied Chemistry
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.827 KB) | DOI: 10.33751/helium.v1i2.4511

Abstract

Tempeh is a food made from soybean seeds processed through fermentation using Rhizopus sp. This processed food in the form of tempeh contains various nutrients that the body needs such as protein, fat, carbohydrates, and minerals but does not contain enough fiber. Therefore, fortification of rice bran and chitosan was carried out on tempeh. Rice bran is a by-product of rice milling which has a high fiber content. While chitosan is chitin that has removed the acetyl group. Chito-oligosaccharides (COS) contained in chitosan can act as natural prebiotics, preservatives, antimicrobials, lower cholesterol levels and are immunostimulants. The purpose of this study was to determine the fiber content and growth of the probiotic bacteria Lactobacillus acidophilus in soybean tempeh (A), rice bran (B), chitosan (C), the ratio of soybean tempeh: rice bran (6: 3) + 2% chitosan (D) and the ratio of soybean tempeh: bran (6: 2) + 2% chitosan (E). The method used for the analysis of fiber content was gravimetric, while the growth of probiotic bacteria Lactobacillus acidophilus was used to determine the potential of prebiotics contained in samples A, B, C, D, and E. The results obtained in this study were fortification of rice bran and chitosan in tempeh had high levels of fiber and the number of probiotic bacteria cells was higher than soybean tempeh. The higher the bran added, the higher the fiber content and the number of probiotic bacterial cells. while the growth of probiotic bacteria Lactobacillus acidophilus was used to determine the potential of prebiotics contained in samples A, B, C, D, and E. The results obtained in this study were bran and chitosan fortifications in tempeh had higher fiber content and cell counts of probiotic bacteria than soybean tempeh. The higher the bran added, the higher the fiber content and the number of probiotic bacterial cells. while the growth of probiotic bacteria Lactobacillus acidophilus was used to determine the potential of prebiotics contained in samples A, B, C, D, and E. The results obtained in this study were bran and chitosan fortifications in tempeh had higher fiber content and cell counts of probiotic bacteria than soybean tempeh. The higher the bran added, the higher the fiber content and the number of probiotic bacterial cells.
Co-Authors Abshar Fathur Rochman N Ade Johar Maturidi Adi Mulyana Supriatna ADNAN FARRAS SUHENDI adnan, adnan Aenur Roidatun Nisa Afianda Ghinaya Aulia Ahmad Koharruddin Ahmad Labib Ai Cucu Karlina Aisyah Zirconia Al-Bustomi, Ahmad Gibson Amirah Firyal Humaira Asep Supriadin, Asep Asti Sawitri AULIA FADILLA Ayu Novi Rianty Baiq Vera El Viera Dede Suhendar Dermawan, Muhamad Fahmi Diana Widiastuti Diba, Riska Farah Dini Fujianti Eko Prabowo Hadisantoso, Eko Prabowo Farah Dinna Farida Zahara Faruqi, Faris Fatimah Layyinah Fitriyani, Rizka Gina Giftia Azmiana Delilah Gustiana Isya Marjani Herna Novi Kurnianti Hidayat, Dede Ira Ryski Wahyuni Irma Yantyana Izzah Faizah Siti Rusydati Khaerani Junitasari, Assyifa Kurniawati Kurniawati Mufidah, Rafa Muhammad Daffa Mulyana Supriatna, Adi Mustika Tri Anggraeni Muttaqin, M. In’amul MU’MIN IKHWAN NULLOH NADA SALSABILA Neng Mastiani Nisa Nur Khasanah Nisrin, Yusrina Nunung Kurniasih, Nunung Nur Khasanah, Nisa Nur Munif, Irsa Putri Aprilia RASMIYANTI Ratnasari, Sinta Risanda Alirastra Budiantoro Riska Farah Diba RIZKY RAMDHANI Robby'atul Adawiyah Hanifah Rohana Kudus Rohmatullah, Yusuf Rohmatulloh, Yusuf Ryski Wahyuni, Ira Seni Robiatul Adawiah SHOFIA KHOERUNNISA SAEF Sinta Ratnasari Siti Rahayu Soni Setiadji Sri Endah Purnamaningtyas Sucitra SUSI ANNISAH Syara, Pusti Tety Sudiarti Tety Sudiarti Tina Dewi Rosahdi, Tina Dewi Tsaniyah, Siti Wilamah Tuti Garnasih Wahyudin Darmalaksana Yulia Sukmawardani, Yulia Yuliarti Yuliarti Yuna Widayanti Yusuf Rohmatulloh Zahrotun Nisa Zakaria, Tatang