Fenomena hoaks semakin marak di era digital dan menimbulkan dampak signifikan terhadap kehidupan sosial, politik, maupun psikologis masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor psikologi kognitif yang memengaruhi penerimaan dan penyebaran hoaks. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus eksploratif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, serta dokumentasi digital dari berbagai contoh hoaks yang beredar di media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan hoaks dipengaruhi oleh berbagai mekanisme kognitif, antara lain confirmation bias, illusory truth effect, keterbatasan refleksi akibat beban kognitif, serta pengaruh emosi yang kuat dalam memicu penyebaran informasi. Selain itu, validasi sosial dari kelompok sebaya memperkuat keyakinan individu terhadap kebenaran hoaks dan mempercepat proses difusi di ruang digital.Temuan ini menegaskan bahwa hoaks bukan hanya persoalan kurangnya literasi digital, melainkan juga terkait erat dengan cara kerja pikiran manusia dalam memproses informasi. Oleh karena itu, strategi penanggulangan hoaks perlu mengintegrasikan aspek psikologi kognitif, seperti penguatan kesadaran bias, pelatihan berpikir reflektif, dan intervensi edukatif berbasis prebunking atau accuracy prompts. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoretis dalam kajian psikologi kognitif serta kontribusi praktis bagi desain literasi digital dan kebijakan publik untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap informasi palsu.