Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA POKOK BAHASAN ANALISIS VEKTOR MELALUI INKUIRI TERBIMBING Handhika, Jeffry; Kurniadi, Erawan; Ahwan, Ahwan
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK) Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : UNIVERISTAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.776 KB) | DOI: 10.25273/jpfk.v2i1.20

Abstract

Hasil belajar pokok bahasan analisis vektor mahasiswa semester I P. Fisika semester I kurang dari 75.  Model inkuiri terbimbing diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2 siklus. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa mahasiswa semester I gasal tahun akdemik (2015/2016) sejumlah 25 mahasiswa. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pokok bahasan vektor non konten, pada siklus I (75,20) dan siklus II (76,52), sedangkan vektor berbasis konten  siklus I (68,36) menjadi  (69,40) pada siklus II. Aktivitas belajar mahasiswa juga mengalami peningkatan pada siklus I dan II dibandingkan dengan base line, walaupun pada siklus II mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus I.
Analisis Kadar Rhodamin B pada Blush On yang Beredar Via Online Shop Menggunakan Metode KLT dan Spektrofotometri UV-Vis Putri, Devi Ananda; Qonitah, Fadilah; Ahwan, Ahwan
Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 17 No 1 (2024): Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : LPPM, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37277/sfj.v17i1.1731

Abstract

Rhodamine B is a synthetic dye used as a paper and textile dye. Rhodamine B is often misused as a dye in cosmetic preparations, one of which is blush on. Long-term use of Rhodamine B in cosmetic preparations will result in cancer and impaired liver function. If exposed to large amounts of Rhodamine B, acute symptoms of poisoning will occur within a short time. This study aims to analyze whether blush on sold through online shops in the Surakarta area contains Rhodamin B. Analysis of Rhodamine B levels used 11 blush on samples purchased through online shops including Shopee, Lazada and Tokopedia. The testing method is carried out with two tests, namely qualitative and quantitative tests. The qualitative test uses Thin Layer Chromatography (TLC) and the quantitative test uses the UV-Vis Spectrophotometry method. Based on the results of research analysis of Rhodamine B levels in blush on sold through online shops in the Surakarta area, of the 11 samples tested, there were 2 blush on samples that were declared positive for containing Rhodamine B, namely sample A and sample C. The respective levels of Rhodamine B in sample A amounted to 797.8 ± 0.92 µg/mL, while sample C was 1,047.20 ± 1.16 µg/mL. In this study it can be concluded that there are 2 blush samples that do not meet the requirements of the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1998 and the Director General of Drug and Food Control No.00386/C/SK/II/1990.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MANAHAN SURAKARTA Widodo, Arvia Wahyu; Pambudi, Risma Sakti; Ahwan, Ahwan
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol 6 No 2 (2023)
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52216/jfsi.vol6no2p1-7

Abstract

Hypertension is an increase in systolic blood pressure more than equal to 140 mmHg and diastolic more than equal to 90 mmHg. Good knowledge must be possessed by people with hypertension in order to better understand the importance of routine blood pressure control and to know the dangers caused if they do not take medication regularly. Compliance with taking antihypertensive medication is very important to increase the effectiveness of treatment and prevent complications. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and medication adherence in hypertensive patients at the Manahan Surakarta Health Center. The method used is an analytic observational method with a cross sectional approach. The instruments used in this study were the HK-LS (Hypertension Knowledge-Level Scale) questionnaire and the MMAS-8 (Morisky Medication Adherence) questionnaire to obtain primary data. Data collection was conducted in March 2023 with a sample size of 100 hypertensive patients. Knowledge of hypertension is low knowledge of 8%, moderate knowledge of 23% and high knowledge of 69%. The results of the presentation of medication adherence are low adherence of 16%, moderate adherence of 29%, high adherence of 55%. Based on bivariate analysis using Spearman's rank analysis a correlation coefficient of 0.571 was obtained with a p value of 0.000 <0.05 which means that Ho was rejected and Ha was accepted, that is, there was a significant relationship between knowledge about hypertension and adherence to taking medication in hypertensive patients at the Manahan Surakarta Health Center.
Penafsiran Delik Makar dalam dinamika Rezim Pemerintahan di Indonesia Ristanti, Yuni; Ahwan, Ahwan
Hang Tuah Law Journal VOLUME 9 ISSUE 2, OCTOBER 2025
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/htlj.v9i1.288

Abstract

The purpose of the research is to analyze the development of interpretation against treason/Makar offense on the Penal Code in the law enforcement in Indonesia. This study is a normative legal research which refers to the foundherentism theory and the interpretation of judges theory against enforcement, the supreme court‘s Verdict No. 574 K / Pid /2012, Verdict number 38 / pid.B /2011/PN.Wmn, verdict No. 07/Pid/2015/PT.AMB. The results of the research finds out that Makar offense has various meanings, Penal Code itself does not on strictly define what Makar offense is. It results in vague norms. Therefore, the interpretation against the article 106 of the penal Code relies on the development of the interpretation of the verdict about Makar offense. So far, various verdict interprets or connect Makar offense -as stipulated in article 106 of Penal Code- with subversion, independence, separatism (martial law i.e. terrorism and armed rebellion). Conducting an independence ceremony which is not an Indonesian independence ceremony, sticking a flag other than the Indonesian flag, an oration which increase the sense of nationality other than a sense of nationality towards the Indonesian state, producing a banner to commemorate the anniversary of independence instead of the Indonesian state.
Analisis Kandungan Asam Retinoat Pada Sediaan Krim Malam Yang Beredar Di Toko Online Kota Surakarta Elvina erlan; ahwan, ahwan; Qonitah, Fadilah
Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi Vol. 1 No. 01 (2023): Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi
Publisher : PC Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.65117/4e9d2z02

Abstract

Krim pemutih dapat mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kulit, seperti, merkuri, hidrokuinon, dan asam retinoat. Asam retinoat dilarang digunakan dalam krim pemutih karena dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah krim malam yang beredar di toko online Kota Surakarta mengandung asam retinoat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak sepuluh (10) produk krim malam yang beredar di kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak berupa n-heksana dan aseton (6:4) dan analisis kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil pengamatan secara kualitatif dengan metode KLT menunjukkan noda bercak gelap berwarna biru tua pada sampel A, C, G jika dilihat dibawah sinar UV 254 nm dengan nilai Rf yaitu 0,45. Pemeriksaan kuantitatif diperoleh hasil tiga sampel krim malam mengandung asam retinoat. Kadar asam retinoat pada sampel yang diperiksa yaitu pada sampel A 12,42 ± 0,006 µg/mL, pada sampel C 15,46 ± 0,006 µg/mL dan pada sampel G 16,04 ± 0,007 µg/mL. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat 3 sampel pada krim malam yang tidak memenuhi persyaratan BPOM RI (2008) melalui Peraturan Mentri Kesehatan RI No.445/MENKES/PER/V/1998.    
Formulasi Handbody lotion Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus monacanthus) Sebagai Tabir Surya Puji Astutik, Anggit; ahwan, ahwan; Qonitah, Fadilah
Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi Vol. 1 No. 01 (2023): Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi
Publisher : PC Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.65117/y846x377

Abstract

Buah naga merah (Hylocereus monacanthus) merupakan tanaman yang mengandung flavonoid dan fenolik yang mempunyai potensi tabir surya, sehingga tanaman ini sangat berpotensi jika dibuat dalam bentuk kosmetik tabir surya. Tujuan penelitian untuk mengetahui syarat mutu fisik pada lotion dan mengetahui potensi tabir surya pada handbody lotion yang meliputi nilai SPF, %Te, dan %Tp. Metode dari penelitian ini adalah ekperimental dengan pengukuran nilai tabir surya menggunakan spektrofotometri Uv-Vis dan pengujian mutu fisik sediaan. Hasil evaluasi uji fisik handbody lotion memenuhi persyaratan kecuali uji daya sebar pada formula II dan III . Hasil uji potensi tabir surya pada FI(0%), F2(2%),F3(4%), F4(8%). Hasil nilai SPF yaitu FI=(4,92±0,18); FII=(4,86±0,31); FIII=(48,5±0,32) dan FIV=(4,43±0,025). %Te yaitu FI=(31,38%±1,72); FII=(32,34%±2,2); FIII=(34,02%±1,84); FIV=(35,86%±1,68). %Tp yaitu FI=(40,60%±1,36); FII=(40,68%±3,11); FIII=(45,33%±1,38); FIV=(51,56%±1,60).Uji statistik Oneway ANOVA pada uji viskositas, uji daya lekat, dan uji daya sebar menunjukkan p-value <0,05 berarti sampel signifikan. Uji statistik Kruskal Wallis pada uji pH p-value >0,05 berarti tidak signifikan. Uji statistik Oneway ANOVA pada SPF dan %Te p-value >0,05 berarti sampel tidak signifikan. Uji Oneway ANOVA pada %Tp p-value <0,05 berarti sampel signifkan. Handbody lotion memenuhi persyaratan kecuali pada daya sebar di formula II dan III dan tidak memiliki potensi tabir surya.
Uji Sun Protecting Factor (SPF) Formulasi Ekstrak Air, Etanol Dan Kloroform Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.) Sebagai Krim Tabir surya Fitriyatun NurKhotimah; ahwan, ahwan; Qonitah, Fadilah
Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 01 (2024): Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi
Publisher : PC Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.65117/t3e82z54

Abstract

Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung senyawa kimia yang dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar UV yang mengenai kulit sehingga dapat digunakan untuk melindungi kulit manusia dari kerusakan akibat sinar UV. Daun teh hijau memiliki senyawa plifenol dan flavonoid yang mempunyai potensi sebagai tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan krim ekstrak air, etanol dan kloroform daun teh hijau (Camellia sinensis L.)  mempunyai aktivitas sebagai tabir surya berdasarkan nilai SPF. Sediaan krim dibuat 4 formula yaitu formula 0 (basis krim), formula 1 (ekstrak air), formula 2 (ekstrak etanol) dan formula 3 (ekstrak kloroform) dengan konsentrasi 10%. Penentuan aktivitas sediaan krim tabir surya terhadap sinar UV dilakukan menggunakan spektrofotometer UV- Vis. Data nilai SPF dianalisis menggunakan SPSS One Way Anova. Hasil rata-rata nilai SPF sediaan krim pada formula 0 0,37±0,011 (tidak ada), formula 1 36,14±1,849 (proteksi ultra), formula 2 40,57±0,700 (proteksi ultra) dan formula 3 34,96±0,980 (proteksi ultra). Sediaan krim pada formula 1, 2, dan 3 mempunyai aktivitas tabir surya dengan nilai SPF tertinggi pada formula 2 yaitu sebesar F2 40,57±0,700 (proteksi ultra). Hasil uji mutu fisik sediaan krim meliputi uji organoleptis, homogenitas, daya sebar, daya lekat dan viskositas didapat hasil pada formula 0, 1, 2, dan 3 memenuhi semua persyaratan uji sebagai sediaan krim yang baik. Berdasarkan hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p-value <0,05 yang berarti terdapat perbedaan aktivitas tabir surya yang signifikan pada tiap formula.
Aktivitas Antibakteri Formulasi Sediaan Lotion Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes Dg. Majid, Viranty; ahwan, ahwan; Qonitah, Fadilah
Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 02 (2024): Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi
Publisher : PC Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.65117/7x8s9g35

Abstract

Penyebab dari jerawat yang dialami oleh 85% remaja perempuan Indonesia yaitu salah satunya bakteri Propionibacterium acnes. Tanaman daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) diketahui memiliki zat aktif alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin yang bersifat antibakteri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui formulasi lotion ekstrak etanol daun salam memenuhi persyaratan uji sifat fisik sediaan yang baik dan untuk mengetahui sediaan lotion ekstrak etanol daun salam memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Pengujian sifat fisik meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya lekat, uji daya sebar dan uji viskositas. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode Kirby Bauer. Sediaan lotion ekstrak etanol daun salam dibuat dengan konsentrasi 1,5%, 3%, 4,5%, kontrol negatif (Basis lotion) dan kontrol positif (Acnol lotion). Data hasil uji sifat fisik dan aktivitas antibakteri dianalisis statistik dengan uji One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan lotion ekstrak etanol daun salam memenuhi persyaratan uji sifat fisik sediaan yang baik. Sediaan lotion ekstrak etanol daun salam juga memiliki daya hambat terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan rata-rata nilai diameter zona hambat kontrol negatif (0%) (0±0,00) tidak ada, F1 (4,5%) (5,30±0,52 mm) daya hambat sedang, F2 (3%) (7,96±0,61 mm) daya hambat sedang, F3 (4,5%) (10,56±0,61 mm) daya hambat kuat dan kontrol positif (12,70±0,87 mm) daya hambat kuat. Hasil analisis data One Way Anova dan uji Post Hoc menunjukkan nilai p-value <0,05 yang berarti ada perbedaan antar formula. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion ekstrak etanol daun salam mempunyai kualitas fisik yang baik dan mempunyai aktivitas antibakteri
Perbandingan Efektivitas Analgesik Dua Sediaan Tablet Paracetamol Generik Dan Tablet Asam Mefenamat Generik Terhadap Mencit Putih Jantan (Mus Musculus) dengan Menggunakan Metode Geliat ahwan, ahwan; Qonitah, Fadilah
Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 02 (2024): Jurnal Farmasi Sains dan Teknologi
Publisher : PC Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.65117/7jdq3w09

Abstract

Paracetamol dan asam mefenamat merupakan obat analgesik-antipiretik paling banyak dikonsumsi masyarakat dan digunakan dalam swamedikasi nyeri. Paracetamol dan asam mefenamat bentuk sediaan tablet berjenis generik dan bermerek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas analgesik pada sediaan tablet paracetamol generik, asam mefenamat generik, dan kombinasi paracetamol dan asam mefenamat generik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas analgesik antara tablet paracetamol generik, asam mefenamat generik, dan kombinasi paracetamol dan asam mefenamat generik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode geliat, sebanyak 20 mencit putih jantan (Mus musculus) dilakukan dalam penelitian ini dan dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I kontrol negatif, kelompok II (paracetamol generik), kelompok III (asam mefenamat generik), dan kelompok IV (kombinasi paracetamol dan asam mefenamat generik). Setelah 15 menit pemberian perlakuan, mencit diinduksi dengan larutan asam asetat 1% secara intraperitonial. Data yang digunakan adalah jumlah geliat komulatif mencit setiap 5 menit selama 1 jam, kemudian digunakan untuk menghitung presentase daya analgesik. Daya analgesik paracetamol generik (46,29%), asam mefenamat generik (55,13%), dan kombinasi paracetamol dan asam mefenamat generik (53,98%). Hasil tersebut menunjukan bahwa daya analgesik terbesar adalah asam mefenamat (55,13%). Berdasarkan dari hasil uji SPPS Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dari efektivitas analgesik paracetamol generik, asam mefenamat generik, dan kombinasi paracetamol dan asam mefenamat generik (p<0,05).
Sifat Melawan Hukum dalam Tindak Pidana Korupsi Pasca Disahkanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Ahwan, Ahwan; Susilawati, Ika Yuliana
Indonesia Berdaya Vol 6, No 3 (2025)
Publisher : UKInstitute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/ib.20251145

Abstract

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006 khususnya tafsiran terhadap penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berkaitan dengan sifat melawan hukum materiil nampaknya belum mampu memberikan kesatuan pemahaman bahkan cenderung menjadi instrumen ketidakpastian dalam penegakan hukum. Dualisme tafsir dalam diskursus akademik serta ambivalensi dalam putusan pengadilan terhadap kasus korupsi menjadi dampak nyata dari ketidakjelasan tersebut. Disahkanya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2023 tentang KUHP menjadi titik tolak baru untuk mendiskusikan kembali hal ini. Terlebih dengan dimasukkannya pasal-pasal yang merupakan core crime dari Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi serta diaturnya ketentuan tentang hukum yang hidup dalam masyarakat ke dalam KUHP baru. Dengan menggunakan penelitian hukum doktrinal, artikel ini hendak menjawab suatu pertanyaan penting yang muncul yaitu, setelah adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 Tentang KUHP, sifat melawan hukum materiil yang manakah (dalam arti positif atau negatif) yang secara konsep berlaku dalam tindak pidana korupsi? Hasil penelitian menunjukan bahwa, KUHP baru selain menerima penggunaan sifat melawan hukum materiil dalam arti negatif juga menerima penggunaan fungsi positif dari sifat melawan hukum materiil. Khusus terkait fungsi positifnya, Hal tersebut salah satunya didasarkan pada rumusan Pasal 2 ayat (1) KUHP. Meski demikian, ketentuan tersebut tidak dapat digunakan delik korupsi dalam KUHP. Sebab, rumusan pasal 2 ayat (1) hanya ditunjukkan terhadap tindak pidana ringan. Oleh karena demikian, tidak kompatibel untuk tindak pidana korupsi yang dalam struktur KUHP ditempatkan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Abstract. The Constitutional Court Decision Number 003/PUU-IV/2006, especially the interpretation of the explanation of Article 2 paragraph (1) of the Corruption Eradication Law relating to the nature of the material against the law, does not seem to be able to provide unity of understanding and even tends to be an instrument of uncertainty in law enforcement. Dualism of interpretation in academic discourse and ambivalence in court decisions on corruption cases are the real impact of this uncertainty. The passing of Law Number 1 of 2023 concerning the Criminal Code is a new starting point to discuss this matter again. Especially with the inclusion of articles that are core crimes of the Corruption Act and the provisions on laws that live in society into the new Criminal Code. By using doctrinal legal research, this article aims to answer an important question that arises, namely, after the existence of Law No. 1 of 2023 concerning the Criminal Code, which material tort (in a positive or negative sense) conceptually applies in the crime of corruption? The results showed that, in addition to accepting the use of the material tort in the negative sense, the new Criminal Code also accepts the use of the positive function of the material tort. Specifically related to the positive function, this is based on the formulation of Article 2 paragraph (1) of the Criminal Code. However, this provision cannot be used in corruption offenses in the Criminal Code. This is because the formulation of Article 2 paragraph (1) is only shown against minor criminal offenses. Therefore, it is not compatible for the crime of corruption, which in the structure of the Criminal Code is placed as an extraordinary crime.