Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS KOTA BANDUNG M. Hilmi Fathurrahman; Auliya A. Suwantika; Rini Hendriani
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.403 KB) | DOI: 10.58327/jstfi.v9i1.131

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit kronis dengan terapi pengobatan yang membutuhkan biaya yang besar.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya dalam pelaksanaan Prolanis hipertensi dipuskesmas Kota Bandung tahun 2015 dan 2016. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi pada pasienprolanis di puskesmas Kota Bandung adalah sebanyak 762 pasien. Analisis efektivitas biaya dilakukandengan menghitung Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost EffectivenessRatio (ICER), selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui parameter yangmempengaruhi efektivitas biaya. Uji t tidak berpasangan pada ACER menunjukkan tidak berbedasignifikan antara tahun 2015 dan 2016, dimana nilai t (0,004 < 4,303) dan nilai signifikansi lebih besardari α (0.997 > 0.05). Hasil analisis menunjukkan bahwa pelaksanaan Prolanis hipertensi pada tahun2016 (ACER = Rp 25.840) lebih cost-effective dibandingkan tahun 2015 (ACER = Rp 41.831). Hasilanalisis senisitivitas menunjukkan obat golongan ARB lebih banyak digunakan dan mempengaruhiefektivitas biaya dalam pengobatan hipertensi dalam pelaksanaan Prolanis tahun 2015 dan 2016. Karenaitu, dalam penggunaan obat golongan ARB perlu diperhatikan dan peserta prolanis harus meningkatkankepatuhan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Kata kunci : Hipertensi, Prolanis, Analisis Efektivitas Biaya, Average Cost Effectiveness (ACER),Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER).
STUDI PERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP SIRUP PASCA PERNYATAAN BPOM MENGENAI TURUNAN GLIKOL DI APOTEK KOTA BANDUNG Asti Widiani; Rini Hendriani
Termometer: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Vol. 1 No. 2 (2023): April : Termometer: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa waktu terakhir, terdapat isu terkait Sirup yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) sebagai faktor penyebab penyakit gagal ginjal akut progesif atipikal pada anak. Beredarnya informasi tersebut membuat mayoritas masyarakat mengalami dilema dalam memilih obat yang aman dan tepat untuk anak. Penelitian ini menganalisa pola pembelian masyarakat terhadap Sirup anak yang mengindikasikan perspektif publik terhadap Sirup setelah adanya pengumuman BPOM terkait Sirup dengan metode deskriptif analitik, yakni komparasi tren pembelian obat Sirup di salah satu apotek Kota Bandung selama Bulan Oktober, November, dan Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bhawa tren pembelian Sirup untuk merek Sanmol, Praxion, dan Tempra di salah satu apotek Kota Bandung cenderung menurun selama awal isu merebak, dan kembali naik saat BPOM merilis hasil pengawasan dan penindakannya.
Artikel Review : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Sebagai Obat Demam di Indonesia Rahman, Nazhmi Fauzan Fadhl; Hendriani, Rini
Farmaka Vol 22, No 1 (2024): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v22i1.40048

Abstract

Demam merupakan sebuah gangguan kesehatan ditandai dengan peningkatan suhu tubuh sehingga suhunya diatas normal (36-37℃) dan hampir setiap orang pernah mengalaminya. Dalam penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan pemberian terapi farmakologi salah satunya obat antipiretik sintetik. Namun, seringkali muncul dampak seperti mual, muntah, nyeri, bahkan kerusakan organ akibat pemberiannya sehingga masyarakat mulai mengurangi penggunaannya dan mulai beralih ke tanaman obat.  Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan informasi mengenai tanaman obat yang memiliki aktivitas antipiretik. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi umum mengenai beberapa tanaman obat keluarga (TOGA) yang dapat digunakan sebagai obat demam. Penulisan dilakukan dengan pencarian literatur berbasis web yang meliputi pencarian artikel mengenai tanaman obat keluarga di Indonesia yang memiliki aktivitas antipiretik sebagai obat demam. Dari hasil pencarian diperoleh beberapa tanaman yang memiliki aktivitas antipiretik yaitu jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum), kencur (Kaempferia galanga L.), kunyit (Curcuma domestica Val.), bawang putih (Allium sativum L.), bawang merah (Allium ascalonicum L.), pepaya (Carica papaya L.), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia).
Review Artikel: Potensi Tanaman Herbal Sebagai Anti-Kanker Multiple Myeloma Ramadhiany, Ziyan Zulfah; Hendriani, Rini
Farmaka Vol 22, No 1 (2024): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v22i1.51045

Abstract

Kanker multiple myeloma adalah kelainan proliferatif sel plasma yang menjadi ganas dan tidak terkendali dalam sumsum tulang. Saat ini, telah banyak penelitian mengenai terapi alternatif kanker multiple myeloma, salah satunya dengan tanaman herbal yang dibandingkan dengan terapi konvensional dinilai memiliki risiko efek samping yang lebih rendah. Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai beberapa tanaman herbal yang memiliki potensi sebagai terapi alternatif pada kanker multiple myeloma yang telah diuji secara in vitro pada garis sel RPMI 8226. Metode yang digunakan yaitu studi literatur dengan meninjau literatur pada beberapa sumber. Berdasarkan penelusuran pustaka, ditemukan beberapa tanaman herbal yang berpotensi sebagai antikanker multiple myeloma, yaitu Buah salju (IC50 20 μg/mL), Rosella (IC50 30 μg/mL), Kayu manis (IC50 72 μg/mL), Ginseng India (IC50 76 μg/mL), dan Mangrove tancang (IC50 508,19 μg/mL). Dari ke-5 tanaman herbal tersebut, ekstrak etanol dari biji Buah salju memiliki potensi sitotoksik yang lebih besar dengan nilai IC50 ≤20 μg/mL.Kata kunci: kanker Multiple myeloma, tanaman herbal, garis sel RPMI 8226
Review Artikel : Potensi Tanaman Herbal Dengan Aktivitas Antikanker Paru Karim, Bilqisti Kanzabila; Hendriani, Rini
Farmaka Vol 21, No 3 (2023): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i3.47821

Abstract

Kanker paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi sorotan di Indonesia karena paling banyak menyebabkan kematian. Saat ini, telah banyak penelitian dan pengembangan terapi kanker paru, khususnya yang memanfaatkan tanaman herbal karena pengobatannya dinilai sederhana dan memiliki efek samping yang minimal dibanding terapi konvensional. Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai beberapa tanaman herbal yang berpotensi sebagai terapi komplementer dan alternatif dalam pengobatan kanker paru yang diujikan pada sel A549. Metode yang dilakukan yaitu Literature Review dengan meninjau literatur pada berbagai database serta melakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan terdapat beberapa tanaman herbal yang potensial sebagai antikanker paru dan telah teruji secara in vitro pada garis sel A549. Diantara 14 tanaman yang potensial, ekstrak  rimpang kunyit daun sirsak, dan daun tapak liman memiliki potensi yang sangat baik untuk dijadikan sebagai terapi komplementer dan alternatif dalam pengobatan kanker paru karena memiliki nilai IC50 ≤20 μg/mL.
Review Jurnal : Klasifikasi dan Aktivitas Farmakologi dari Senyawa Aktif Tanin Sunani, Sunani; Hendriani, Rini
Indonesian Journal of Biological Pharmacy Vol 3, No 2 (2023): IJBP (Agustus)
Publisher : Department of Biological Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijbp.v3i2.44297

Abstract

Tanin pada tumbuhan merupakan salah satu metabolit sekunder yang sangat penting. Berdasarkan struktur kimia tanin diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Selain itu, tanin dalam bidang kesehatan memiliki aktivitas farmakologi sebagai, anti-diare, anti-oksidan, anti-bakteri, dan astringen. Pada studi literatur kali ini akan membahas klasifikasi tanin berdasarkan struktur kimia dan ke empat aktivitas farmakologi dari tanin. Studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer melalui pencarian dengan sistem online pada beberapa sumber jurnal dengan tahun publikasi 2013 sampai 2022. Berdasarkan dari pokok bahasan yang telah dibahas aktivitas farmakologi pada tanin yang paling baik adalah sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan yang sama dengan senyawa fenolat dalam mempresipitasikan protein bakteri dan saling berkaitan dengan aktivitas antidiare, yaitu pada diare yang disebabkan oleh adanya inflamasi dari bakteri. Kata Kunci : Tanin, Klasifikasi, Antibakteri
Physalis angulata Linn. As a Potential Liver Antifibrotic Agent In Rats. Bestari, Muhammad Begawan; Rohmawaty, Enny; Rosdianto, Aziiz Mardanarian; Usman, Hermin A.; Saragih, Winda A. M.; Zuhrotun, Ade; Hendriani, Rini; Wardhana, Yoga Windhu; Ekawardhani, Savira; Wiraswati, Hesti Lina; Agustanti, Nenny; Dewi, Sumartini; Wijaya, Muhammad Palar
The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy Vol 24, No 3 (2023): VOLUME 24, NUMBER 3, December, 2023
Publisher : The Indonesian Society for Digestive Endoscopy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24871/2432023206

Abstract

Background: No drug with a liver antifibrotic effect for treating non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) has been approved. Physalis angulata Linn., better known to Indonesian as ciplukan, has natural abilities in various metabolic and inflammatory diseases. This study aims to determine the effect of ethyl acetate fraction of P. angulata in the NAFLD rat model by examining alanine aminotransferase (ALT), cholesterol levels, and liver histopathological features, which are methods to evaluate the course of the disease and the potential antifibrotic effect.Method: This research is an in vivo study on male Wistar rats conducted at the Animal Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, from September to November 2020. Rats were grouped randomly into seven groups of 5 each. The NAFLD models were created by giving a diet containing 20% margarine for four weeks. The intervention groups were given vitamin E, ethyl acetate fraction of P. angulata, and both combinations. The statistical analysis examined differences in each group based on their histopathological features, ALT, and cholesterol levels.Results: Histopathological results in the group given P. angulata at a dose of 0.32 mg resembled normal liver, and the ALT level was similar to vitamin E. The administration of P. angulata at 0.16 mg dose improved cholesterol levels.Conclusions: P. angulata ethyl acetate fraction at a dose of 0.32 mg improved the histopathological and serum ALT levels in the NAFLD rat model, which could be the basis for the mechanism of P. angulata's antifibrotic ability in NAFLD conditions.
The Health Profile of Students and Teachers in Madrasah Al Ihsan, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung Febrina, Ellin; Herawati, Irma E.; Wahyuni, Indah S.; Rusdianto, Aziiz M.; Hendriani, Rini; Puspitasari, Irma M.; Mutakin, Mutakin; Halimah, Eli; Sumiwi, Sri A.; Levita, Jutti
Pharmacology and Clinical Pharmacy Research Vol 9, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/pcpr.v9i2.51203

Abstract

The prevalence of diabetes mellitus and hypertension in Indonesia is increasing both in low- and high-income communities. Therefore, health awareness should be started from a younger age for the prospective future generation. This study, included in a community engagement activity, aims to assess the health profile, in terms of blood pressure (BP) and total cholesterol, of the students (by cross-sectional method) and teachers (by cohort method) of a private madrasah in the rural area of Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, West Java. 54 students and 10 teachers participated in this study. Results revealed that the students' average systolic and diastolic BP were 120.23 mmHg and 78.67 mmHg, respectively. The average systolic BP of the teachers in August 2021, January 2022, and August 2022 was 136.8 mmHg, 128.1 mmHg, and 131.9 mmHg, respectively. The average diastolic BP of the teachers in August 2021, January 2022, and August 2022 were 91.6 mmHg, 87.3 mmHg, and 87.1 mmHg, respectively. Moreover, the average cholesterol levels of the students (148.38 mg/dL) and the teachers (190.81 mg/dL) were categorized as normal. Taken together, the health profile of the students and the teachers in Madrasah Al Ihsan is within the normal range. This activity gets positive support from the school and needs sustainability.
The Effects of NSAIDs on Patients Diagnosed with Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Nurul Fauziah Rosandi; Rini Hendriani
International Journal of Health and Medicine Vol. 2 No. 2 (2025): April : International Journal of Health and Medicine
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62951/ijhm.v2i2.371

Abstract

Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) are a widely used class of medications for managing pain and inflammation. However, long-term use of NSAIDs has been associated with an increased risk of gastrointestinal disorders, including Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). This study aims to analyze the impact of NSAID use on GERD patients based on recent research findings. The literature search was conducted through national and international databases such as Elsevier, Google Scholar, and the National Institutes of Health (NIH) National Library of Medicine, using keywords including GERD, NSAID, LES (Lower Esophageal Sphincter), gastric acid, reflux, and regurgitation. A total of 25 journal articles published between 2016 and 2024 were used as data sources. The findings indicate that NSAIDs inhibiting cyclooxygenase-1 (COX-1) can reduce prostaglandin production, which plays a protective role in the gastric mucosa, thereby increasing the risk of irritation and acid reflux. Conversely, selective COX-2 NSAIDs have a lower risk of gastrointestinal side effects, making them a safer alternative for patients with chronic pain and inflammation. This study highlights the importance of selecting the appropriate type of NSAID and monitoring its long-term use to minimize the risk of gastrointestinal disorders, particularly in patients with a history of GERD. By considering these factors, it is hoped that complications related to NSAID use in patients with digestive issues can be reduced.
Education on the Production of Fig Leaves Extract Hand Sanitizer in Cilayung Village, Jatinangor Nyi Mekar Saptarini; Resmi Mustarichie; Diah Lia Aulifa; Rini Hendriani
ETHOS: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 12 No. 1 (2024): (Januari, 2024) Ethos: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Sai
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v12i1.2582

Abstract

Abstract. During the COVID-19 pandemic, people are advised to always wash their hands using soap and running water or hand sanitizer. Concerns about dangerous chemicals in hand sanitizers encouraged us to carry out community service in villages close to our campus, namely Cilayung Village, Jatinangor, West Java. In this activity, we used the fig plant, which was proven to have antibacterial activity. This community service aims to use fig leaf extract as an active ingredient in hand sanitizer. The method used is simple technology on a household scale: boiling fig leaves to obtain an extract, which is then formulated into a hand sanitizer. Before the activity, we optimized the formula of hand sanitizer from fig leaves. During community service, we provide education on fig leaves which have antibacterial activity, accompanied by making your own (do-it-yourself) hand sanitizer that can be used every day. The result, which is assessed through an interactive quiz, shows that education can increase participants’ knowledge regarding the use of fig leaves, and they can process fig leaves into hand sanitizer. The conclusion is that people know the benefits of fig leaves and how to process them into hand sanitizer.