Yoga Windhu Wardhana
Department Of Pharmaceutics And Pharmaceutical Technology, Faculty Of Pharmacy, Universitas Padjadjaran, Hegarmanah Road, Jatinangor, West Java, Indonesia, 45363. Study Center On The Development Of Pharmaceutical Preparations, Faculty Of Pharmacy, Un

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Formulasi dan Evaluasi Tablet Dispersi Padat Kalsium Atorvastatin Gozali, Dolih; Wardhana, Yoga Windhu; Shofa, Shofa
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 2, No 2 (2015): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kalsium Atorvastatin  merupakan obat antihiperlipidemia golongan statin.  Berdasarkan Biopharmaceutical Classification System (BCS),   Kalsium Atorvastatin termasuk dalam golongan obat yang memiliki kelarutan rendah. Kelarutan atorvastatin yang rendah dalam air menyebabkan laju disolusi rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan disoluisi adalah dengan  dispersi padat. Dispersi padat  yaitu suatu keadaan dimana satu atau lebih bahan aktif terdispersi dalam polimer pembawa pada keadaan padat. Pada penelitian sebelumnya (Lakshmi, 2010), dispersi padat atorvastatain kalsium dengan PEG 6000 (1:3) menunjukkan hasil laju disolusi yang tertinggi. Pada penelitian ini dispersi padat kalsium atorvastatain (ATC) dengan PEG 6000 sebagai pembawa hidrofilik dalam perbandingan 1:3, 1:6, 1:9 Kemudian hasilnya dibuat tablet dengan metode kempa langsung. Uji disolusi dilakukan dengan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil disolusi yang dilakukan, menunjukkan bahwa  bahwa adanya peningkatan laju  disolusi dilihat dari persen terdisolusi yang dihasilkan setelah 30 menit yaitu sebesar  formula 1 (ATC tanpa PEG 6000)  25,63%, formula 2  (1:3) 27,90 %), formula 3 (1:6)  31,83 % dan  formula 4  (1:9)   13,61 %. Kata Kunci :  Kalsium Atorvastatin, Dispersi Padat, Disolusi, PEG 6000 ABSTRACTAtorvastatin calcium is anti-hyperlipidemia drugs known as statins. Based on Biopharmaceutical Classification System (BCS), Calcium Atorvastatin belongs to a class of drugs which have low solubility. The low solubility of atorvastatin in water causes low dissolution rate. One way to improve disolution is by solid dispersion. Solid dispersion is a condition which one or more active ingredients dispersed in a polymer carrier in the solid state. In the previous study (Lakshmi, 2010), solid dispersion of calcium atorvastatain with PEG 6000 (1: 3) showed the results of highest dissolution rate. In this study, solid dispersions of calcium atorvastatain (ATC) with a hydrophilic PEG 6000 as a carrier in a ratio of 1: 3, 1: 6, 1: 9 Then the results are made into tablet by direct compress method.  Dissolution rates are tested by UV-Vis spectrophotometry. The dissolution result shows that there is an increase of the  dissolution rate, viewed by percent dissolved after 30 minutes in the amount of formula 1 (ATC without PEG 6000) 25.63%, formula 2 (1: 3) 27.90%), formula 3 (1: 6) 31.83% and the formula 4 (1: 9) 13.61%.Keyword : Atorvastatin calcium, Solid Dispersion, Dissolution, PEG 6000
Studi Permeabilitas In Vitro Sediaan Gel Natrium Diklofenak dan Dietilamin Diklofenak Wardhana, Yoga Windhu; B, Sriwidodo; Hasanah, Aliya Nur; Dwiestri, Priskila O; Khoerunisa, Anis
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.372 KB) | DOI: 10.15416/ijpst.v1i2.7514

Abstract

 Akhir-akhir ini di pasaran farmasi beredar produk gel antiinflamasi golongan NSAID diklofenak dengan bahan aktif yang berbeda. Beberapa produk dibuat menggunakan bahan aktif garam natrium diklofenak, sedangkan industri farmasi lainnya menggunakan bahan aktif garam dietilamin diklofenak. Kedua bahan aktif memiliki perbedaan sifat dan karakter terutama dari sifat kelarutannya dalam air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan penyerapan (permeabilitas) dari kedua zat aktif tersebut. Metode penelitian meliputi pembuatan gel dengan basis gel HPC (Hidroksi Propil Selulosa), evaluasi sediaan yang meliputi: organoleptis, kadar, pH, dan viskositas. Sediaan gel yang telah memenuhi persyaratan kemudian diuji lebih lanjut permeabilitasnya secara in vitro selama 32 jam dengan sel difusi Franz dan sisa kulit ular phyton (Python reticulates) sebagai membrannya. Hasil evaluasi kualitas sediaan gel  menunjukkan bahwa kedua formula gel dari bahan aktif yang berbeda memiliki kualitas yang memenuhi persyaratan sebagai sediaan gel yang baik. Sedangkan hasil uji permeabilitas in vitro memperlihatkan bahwa kedua bahan aktif memberikan profil yang berbeda danjumlah keterserapan bahan yang berbeda. Dimana setelah 32 jam uji difusi diperoleh sebanyak 20% natrium diklofenak dan 15,5% dietilamin diklofenak. Terlihat bahwa profil dari dietilamin diklofenak memiliki efek depo, sehingga dosis yang digunakan lebih efektif untuk jangka waktu lama.  Kata kunci: Gel, dietilamin diklofenak, natrium diklofenak, permeabilitas
Stabilitas Hidrogel dalam Penghantaran Obat M. Ramadhan Saputro; Yoga Windhu Wardhana; Nasrul Wathoni
Majalah Farmasetika Vol 6, No 5 (2021): Vol. 6, No. 5, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i5.35705

Abstract

Produk obat yang diproduksi harus dilakukan pengujian stabilitas guna untuk mengetahui umur simpan dan jalur degradasi suatu obat. Produk obat seperti hidrogel sangat rentan terjadi penurunan mutu kualitas. Sehingga pengujian stabilitas penting dilakukan terutama terkait dalam proses pengajuan izin edar suatu produk. Oleh karena itu, tujuan dari review artikel untuk mengetahui parameter pengujian stabilitas hidrogel, jalur degradasi dan bahan yang dapat meningkatkan stabilitas sediaan hidrogel. Parameter pengujian yang dilakukan beberapa literatur seperti fisika (organoleptis, titik leleh), kimia (kandungan obat, pH) dan mikrobiologi. Sediaan hidrogel umumnya terdegradasi melalui jalur kimiawi seperti oksidasi dan hidrolisis, oleh karena itu, perlu menanggulanggi dari kekurangan tersebut, yang diantaranya yaitu dengan penambahan polimer alami maupun sintesis serta modifikasi sediaan hidrogel guna meningkatkan stabilitas sebagai sistem penghantaran obat.
Sistem Penghantaran Obat Berbasis Biopolimer Kitosan pada Formulasi Film Forming System Fajra Dinda Crendhuty; Sriwidodo Sriwidodo; Yoga Windhu Wardhana
Majalah Farmasetika Vol 6, No 1 (2021): Vol. 6, No. 1, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i1.27457

Abstract

Sistem penghantaran obat topikal melalui film forming system mampu mengatasi keterbatasan sediaan konvensional dengan membentuk film tipis in situ dan memberikan kontak lebih lama dikulit yang dapat mengontrol pelapasan obat. Polimer kitosan sebagai basis film forming system banyak digunakan karena sifatnya yang mukoadhesif dan mampu membentuk film tipis. Dalam review ini, dibahas penggunaan kitosan sebagai basis dalam sistem penghantaran obat yang telah banyak diaplikasikan dengan berbagai aktivitas biologis. Dalam formula FFS, perlu diperhatikan parameter kritis yang mempengaruhi formulasi film forming system seperti pemilihan konsentrasi polimer, kombinasi dengan polimer lain seperti polimer sintetik polyvinyl alcohol (PVA), derajat deasetilasi kitosan yang rendah untuk meningkatkan sifat mekanik dan pembentukan film yang lebih baik, penambahan eksipien seperti plasticizer, humektan dan crosslinker yang dilaporkan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia obat. Parameter fisikokimia yang diinginkan harus memiliki sifat mekanik yang mampu mengatasi tekanan takensial gerakan tubuh, pH untuk formula topikal berada pada rentang 4 – 6, waktu pembentukan film kurang dari 15 menit serta water vapour permeability (WVP) lebih dari 0,05 g/cm2. 24 jam. Dari berbagai hasil penelitian, dilaporkan bahwa Film forming system menggunakan basis kitosan menjadi salah satu pendekatan yang potensial dalam sistem penghantaran obat untuk meningkatkan efektivitas permeasi dan penetrasi yang lebih baik.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI HERBAL TERHADAP SHIGELLOSIS (Shigella dysenteriae) SHEILA FRIZQIA JELITA; Yoga Windhu Wardhana; Anis Yohana Chaerunisaa
Farmaka Vol 18, No 1 (2020): Farmaka (Januari)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.736 KB) | DOI: 10.24198/jf.v18i1.22028

Abstract

ABSTRAKObat tradisional dengan bahan dasar tanaman telah digunakan sejak lama secara turun temurun di berbagai negara di dunia. Berbagai penelitian telah menunjukkan aktivitas dan mekanisme kerja tanaman-tanaman tertentu dalam melawan patogen yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia Shigellosis merupakan salah satu jenis infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Shigella dysenteriae dan berlokasi di usus. Kasus resistensi terhadap antibiotik juga telah terjadi pada S. dysenteriae, sulfonamid merupakan salah satu dari antibiotik tersebut. Oleh karena itu, pengembangan dan penelitian terkait pengobatan alternatif dengan bahan dasar tanaman sebagai penghambat pertumbuhan bakteri S. dysenteriae dapat menjadi suatu solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri dari tanaman terhadap S. dysenteriae sebanding dengan antibiotik konvensional, bahkan secara sinergis dapat meningkatkan aktivitas antibiotik konvensional. Maka, penelitian terkait penggunaan bahan alam sebagai antibakteri diharapkan dapat mewujudkan pengobatan yang lebih efektif, efisien, dan aman dalam dunia farmasi.ABSTRACTTraditional medicines with plant based ingredients have been used for a long time for generations in various countries in the world. Numerous studies have shown the activity and mechanism of action of certain plants against pathogens that can cause infection in humans. Shigellosis is one type of acute infection caused by the bacterium Shigella dysenteriae and is located in the intestine. Cases of antibiotic resistance have also occurred in S. dysenteriae, sulfonamide is one of the antibiotics. Therefore, the development and research related to alternative medicine with plant based ingredients as inhibitors of S. dysenteriae's growth can be a solution to solve this problem. In addition, several studies have shown that the antibacterial activity of plants against S. dysenteriae is comparable to conventional antibiotics, even synergistically increase conventional antibiotic activity. Hence, researches related to the use of natural ingredients as an antibacterial agent is expected to be able to objectify a more effective, efficient and safe treatment in the pharmaceutical world.
Peran Senyawa Flavonoid dan Glikosida Jantung dalam Aktivitas Kardiotonik RAHADIANTI KHOFII SUWANDITYA; Sri Adi Sumiwi; Yoga Windhu Wardhana
Farmaka Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Supplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.109 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i1.22117

Abstract

Kardiotonik merupakan kemampuan untuk meningkatkan efisiensi dan kontraksi otot jantung, yang mengarah pada peningkatan aliran darah ke seluruh jaringan di tubuh. Aktivitas kardiotonik dapat berasal dari tanaman dengan senyawa metabolit sekunder. Salah satu metabolit sekunder yang terkenal adalah glikosida jantung. Metabolit sekunder ini sejak dahulu dipakai untuk pengobatan gagal jantung dan aritmia jantung. Disamping jenis glikosida, metabolit lain seperti flavonoid juga dapat berperan dalam aktivitas kardiotonik dengan aktivitas antioksidannya. Melalui tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait peran flavonoid dan glikosida jantung dalam aktivitas kardiotonik.Kata Kunci: Kardiotonik, glikosida jantung, flavonoid
REVIEW JURNAL: Parameter Standarisasi Tanaman Herbal untuk Pengobatan HAMMAM HAFIDZURAHMAN SYAHIDAN; YOGA WINDHU WARDHANA
Farmaka Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.344 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i2.22094

Abstract

Penggunaan tanaman herbal sebagai bahan baku pengobatan baik secara klinis maupun empiris sering di gunakan di masyarakat luas, namun seringkali di temukan belum terstandarisasi sehingga belum terjamin kemananan khasiat dan kualitasnya.  Simplisia herbal yang digunakan untuk pengobatan membutuhkan standarisasi untuk menjamin kualitas, keamanan dan khasiat farmakologi obat tersebut. Parameter standarisasi yang yang di butuhkan dalam membuat obat herbal yang terstandarisasi meliputi standarisasi organoleptik, fisika, kimia, mikroskopik dan biologi. Penelusuran pustaka diharapkan mampu memberikan gambaran penting bagaimanaparameter yang dibutuhkan dalam standarisasi herbal dari berbagai macam tanaman. 
ANALISIS SUKRALFAT PASCA KALSINASI UNTUK OBAT SITOPROTEKSI PADA MUKOSA LAMBUNG Defertha Ayudia Paramita; Yoga Windhu Wardhana; Wisnu A. Adi; Sudirman Sudirman
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol 13, No 4: Edisi Khusus Material untuk Kesehatan
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.326 KB) | DOI: 10.17146/jsmi.2012.13.4.4755

Abstract

ANALISIS SUKRALFAT PASCA KALSINASI UNTUK OBAT SITOPROTEKSI PADA MUKOSA LAMBUNG. Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi bahan sukralfat untuk obat sitoproteksi pada mukosa lambung. Sukralfat merupakan garam aluminium dari sukrosa sulfat. Pada suasana perut kosong, obat ini membentuk pasta kental yang secara selektif mengikat ulkus/ luka yang stabil antara molekul obat dengan protein pada permukaan ulkus. Sukralfat dikalsinasi pada suhu 100 °C, 300 °C dan 500 °C. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui dan memahami pengaruh suhu kalsinasi terhadap kemampuan sukralfat dalam menetralisasi dan mempertahankan pH lambung, juga dapat meningkatkan kualitas mukoadhesif dari sukralfat tersebut. Karakterisasi sampel meliputi analisis fasa dan derajat kristalinitas, uji kemampuan menetralkan asam, uji kemampuan mempertahankan pH lambung, dan uji mukoadhesif. Disimpulkan bahwa bahan sukralfat yang memiliki kemampuan menetralisasi dan mempertahankan pH lambung tertinggi serta mempunyai kualitas mokoadhesif yang baik adalah sukralfat yang dikalsinasi pada suhu 100 °C dengan karakteristik mengandung fasa Bayerite dan fasa diaspore, derajat kristalinitas sebesar 65,46 %, memiliki kemampuan menetralkan asam sebesar 17,44786 (nilai UPH XVII), mampu mempertahankan pH ≥ 3 selama 33 menit, dan memiliki kualitas mukoadhesif yang baik. Sehingga diharapkan dapat lebih efektif digunakan sebagai obat sitoproteksi pada mukosa lambung.
Studi Permeabilitas In Vitro Sediaan Gel Natrium Diklofenak dan Dietilamin Diklofenak Yoga Windhu Wardhana; Sriwidodo B; Aliya Nur Hasanah; Priskila O Dwiestri; Anis Khoerunisa
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.372 KB) | DOI: 10.15416/ijpst.v1i2.7514

Abstract

 Akhir-akhir ini di pasaran farmasi beredar produk gel antiinflamasi golongan NSAID diklofenak dengan bahan aktif yang berbeda. Beberapa produk dibuat menggunakan bahan aktif garam natrium diklofenak, sedangkan industri farmasi lainnya menggunakan bahan aktif garam dietilamin diklofenak. Kedua bahan aktif memiliki perbedaan sifat dan karakter terutama dari sifat kelarutannya dalam air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan penyerapan (permeabilitas) dari kedua zat aktif tersebut. Metode penelitian meliputi pembuatan gel dengan basis gel HPC (Hidroksi Propil Selulosa), evaluasi sediaan yang meliputi: organoleptis, kadar, pH, dan viskositas. Sediaan gel yang telah memenuhi persyaratan kemudian diuji lebih lanjut permeabilitasnya secara in vitro selama 32 jam dengan sel difusi Franz dan sisa kulit ular phyton (Python reticulates) sebagai membrannya. Hasil evaluasi kualitas sediaan gel  menunjukkan bahwa kedua formula gel dari bahan aktif yang berbeda memiliki kualitas yang memenuhi persyaratan sebagai sediaan gel yang baik. Sedangkan hasil uji permeabilitas in vitro memperlihatkan bahwa kedua bahan aktif memberikan profil yang berbeda danjumlah keterserapan bahan yang berbeda. Dimana setelah 32 jam uji difusi diperoleh sebanyak 20% natrium diklofenak dan 15,5% dietilamin diklofenak. Terlihat bahwa profil dari dietilamin diklofenak memiliki efek depo, sehingga dosis yang digunakan lebih efektif untuk jangka waktu lama.  Kata kunci: Gel, dietilamin diklofenak, natrium diklofenak, permeabilitas
Formulasi dan Evaluasi Tablet Dispersi Padat Kalsium Atorvastatin Dolih Gozali; Yoga Windhu Wardhana; Shofa Shofa
Jurnal Pharmascience Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v2i2.5824

Abstract

ABSTRAK Kalsium Atorvastatin  merupakan obat antihiperlipidemia golongan statin.  Berdasarkan Biopharmaceutical Classification System (BCS),   Kalsium Atorvastatin termasuk dalam golongan obat yang memiliki kelarutan rendah. Kelarutan atorvastatin yang rendah dalam air menyebabkan laju disolusi rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan disoluisi adalah dengan  dispersi padat. Dispersi padat  yaitu suatu keadaan dimana satu atau lebih bahan aktif terdispersi dalam polimer pembawa pada keadaan padat. Pada penelitian sebelumnya (Lakshmi, 2010), dispersi padat atorvastatain kalsium dengan PEG 6000 (1:3) menunjukkan hasil laju disolusi yang tertinggi. Pada penelitian ini dispersi padat kalsium atorvastatain (ATC) dengan PEG 6000 sebagai pembawa hidrofilik dalam perbandingan 1:3, 1:6, 1:9 Kemudian hasilnya dibuat tablet dengan metode kempa langsung. Uji disolusi dilakukan dengan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil disolusi yang dilakukan, menunjukkan bahwa  bahwa adanya peningkatan laju  disolusi dilihat dari persen terdisolusi yang dihasilkan setelah 30 menit yaitu sebesar  formula 1 (ATC tanpa PEG 6000)  25,63%, formula 2  (1:3) 27,90 %), formula 3 (1:6)  31,83 % dan  formula 4  (1:9)   13,61 %. Kata Kunci :  Kalsium Atorvastatin, Dispersi Padat, Disolusi, PEG 6000 ABSTRACTAtorvastatin calcium is anti-hyperlipidemia drugs known as statins. Based on Biopharmaceutical Classification System (BCS), Calcium Atorvastatin belongs to a class of drugs which have low solubility. The low solubility of atorvastatin in water causes low dissolution rate. One way to improve disolution is by solid dispersion. Solid dispersion is a condition which one or more active ingredients dispersed in a polymer carrier in the solid state. In the previous study (Lakshmi, 2010), solid dispersion of calcium atorvastatain with PEG 6000 (1: 3) showed the results of highest dissolution rate. In this study, solid dispersions of calcium atorvastatain (ATC) with a hydrophilic PEG 6000 as a carrier in a ratio of 1: 3, 1: 6, 1: 9 Then the results are made into tablet by direct compress method.  Dissolution rates are tested by UV-Vis spectrophotometry. The dissolution result shows that there is an increase of the  dissolution rate, viewed by percent dissolved after 30 minutes in the amount of formula 1 (ATC without PEG 6000) 25.63%, formula 2 (1: 3) 27.90%), formula 3 (1: 6) 31.83% and the formula 4 (1: 9) 13.61%.Keyword : Atorvastatin calcium, Solid Dispersion, Dissolution, PEG 6000