Articles
SURVEI TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA PADA KUALITAS LAYANAN DI STT SIMPSON UNGARAN, SEMARANG, JAWA TENGAH
I Putu Ayub Darmawan;
Edi Sujoko
Satya Widya Vol 33 No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (283.745 KB)
|
DOI: 10.24246/j.sw.2017.v33.i1.p45-53
Penelitian ini mengkaji kualitas layanan yang disediakan oleh STT Simpson, Kabupaten Semarang dan pengaruhnya terhadap tingkat kepuasan mahasiswa. Lebih khusus lagi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tangibles (keberwujudan), reability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan empathy (ketulusan) terhadap kepuasan mahasiswa. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif khususnya survey. Kemudian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu). Mengingat jumlah mahasiswa STT Simpson yang tidak terlalu banyak maka dalam penelitian ini tidak akan menggunakan sampel melainkan akan diambil seluruhnya atau menggunakan populasi. Karena variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kepuasan mahasiswa maka ada satu instrument yang akan dibuat yaitu instrumen untuk mengukur kepuasan pelayanan mahasiswa. Skala pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan skala interval 1 sampai 5. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa : (1) Kualitas layanan yang berwujud fisik secara keseluruhan memuaskan bagi mahasiswa STT Simpson, (2) Kualitas layanan Kehandalan secara keseluruhan memuaskan bagi mahasiswa STT, (3) Kualitas layanan yang berupa daya tanggap STT Simpson memuaskan mahasiswa, (4) Kualitas layanan yang berupa jaminan secara keseluruhan sangat memuaskan bagi mahasiswa STT Simpson, (5) Kualitas layanan rasa perduli dan perhatian secara keseluruhan memuaskan mahasiswa STT Simpson, (6) Secara kontinyu kelima variable berpengaruh positif terhadap Kepuasan mahasiswa.
IMPLEMENTASI PAK KONTEKS GEREJA DI GKII TANDANG, SEMARANG
Semion Nuh;
I Putu Ayub Darmawan;
Edi Sujoko
Pengarah: Jurnal Teologi Kristen Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2963.89 KB)
|
DOI: 10.36270/pengarah.v1i1.7
Christian Religious Education is a biblical and Christ-centered teaching and learning process. Christian education plays a role in directing a person toward the understanding of and maturity in Christ. This research was conducted as the continuation of the research conducted by the previous researcher that is Susanto. Susanto’s research found that Christian religious education has been conducted in GKII Tandang, however the previous research has not explained how is the implementation. For that reason, it is considered important to describe Christian Religious Education implemented in the congregation of GKII Tandang. For that purpose, the researcher collects datas through interviews with pastors, church governing body members and church members, then observes the fellowship activities and collects datas from church documentation. Based on the results of the research, it has been found that the Christian Religious Education in GKII Tandang is held through Sunday worship preaching, catechisms, cell group fellowship, categorical fellowship, open-air fellowship, and prayer and fasting. Thus, the study concludes that Christian Religious Education is carried out in the congregation through fellowship and teaching.
Upaya Sekolah dan Keterlibatan Orang Tua dalam Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
I Putu Ayub Darmawan;
Patri Alinda Nalle;
Magdalena Magdalena;
Marderina Marderina;
Yustina Julita
Jurnal Komunikasi Pendidikan Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32585/jkp.v5i2.1254
Pandemi covid-19 telah memaksa pembelajaran dilaksanakan dengan cara berbeda. Siswa harus belajar dari rumah, sementara Sekolah dan guru harus menyelenggarakan pembelajaran yang efektif. Demikian pula orang tua harus berperan aktif melaksanakan pembelajaran dari rumah. Untuk itu, penulis melakukan penelitian terdahap upaya sekolah dan keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di masa pandemi covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan jika upaya TK Isa Almasih mewujudkan kegiatan belajar pada masa pandemi covid-19 adalah 1) Merancang pembelajaran yang menstimulus siswa belajar sesuai dengan tema belajar dan efisien secara ekonomi; 2) Bekerjasama dengan orang tua murid dengan mengadakan pertemuan terbatas membahas perkembangan siswa; 3) Menggunakan sosial media untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan bahan ajar dan pemberitahuan hasil belajar murid. Sementara bentuk keterlibatan orang tua dalam pembelajaran dari rumah yaitu 1) Menjadi penuntun anak dalam belajar dari rumah; 2) Orang tua berperan menjadi operator. AbstractThe Covid-19 pandemic has forced learning to be carried out in a different way. Students must learn from home, while schools and teachers must organize effective learning. Likewise, parents must play an active role in carrying out learning from home. For this reason, the authors conducted research on school efforts and the involvement of parents in learning during the Covid-19 pandemic. This study uses a qualitative approach by collecting data through interviews. The results showed that the efforts of Isa Almasih Kindergarten to realize learning activities during the Covid-19 pandemic were 1) Designing learning that stimulates students to learn according to the learning theme and is economically efficient; 2) Collaborating with the parents by holding a limited meeting to discuss student development; 3) Using social media to convey information related to teaching materials and notification of student learning outcomes. While the forms of parental involvement in learning from home are 1) Being a guide for children in learning from home; 2) Parents act as operators.
Implikasi Konsep Yesus Pengudus Menurut A.B. Simpson Bagi Orang Kristen Masa Kini
Ayu Rotama Silitonga;
Priskha Natonis;
I Putu Ayub Darmawan
KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Bethel Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (233.934 KB)
|
DOI: 10.55798/kapata.v1i2.12
Sanctification is a blessing and gift from God to believers. According to Albert Benyamin Simpson, the Holy Jesus has an important meaning, which is a form of complete submission to God. The problem formulation in this writing is what is the concept of Jesus the Holiness according to the thought of Albert Benjamin Simpson? The purpose of this paper is to know the concept of the Holy Jesus according to the thought of Albert Benyamin Simpson. To obtain information in this writing, the writer uses the Literature method by observing books and journals to support writing. The result of this writing is that Simpson thinks that the concept of Jesus is a form of submission to God. The meaning of the Holy Jesus as explained by the author is to live in holiness and as a sign of submission to God. The implication that today's believers can do is continue to believe in God and fully surrender to the Lord Jesus Christ as a sanctuary. Abstrak:Pengudusan merupakan berkat dan anugrah dari Tuhan kepada orang percaya. Menurut Albert Benyamin Simpson, Yesus Pengudus memiliki makna penting, yaitu bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini ialah seperti apa konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson? Adapun tujuan dalam penulisan ini ialah untuk mengetahui konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson. Untuk mendapatkan informasi dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode Literatur dengan melakukan observasi terhadap buku-buku dan jurnal untuk mendukung penulisan. Hasil dari penulisan ini adalah Simpson beranggapan bahwa konsep Yesus Pengudus ialah bentuk penyerahan diri kepada Allah. Makna Yesus Pengudus yang dipaparkan oleh penulis adalah hidup dalam kekudusan dan sebagai tanda penyerahan diri kepada Allah. Implikasi yang dapat dilakukan orang percaya masa kini adalah tetap percaya kepada Tuhan dan berserah penuh kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai pengudus.
Bisnis dalam Perspektif Iman Kristen
Sundoro Tanuwidjaja;
I Putu Ayub Darmawan
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (451.61 KB)
|
DOI: 10.55884/thron.v1i2.5
: It is a challenge for Christians today in responding to economic developments that continue to grow and increasingly depress in human life. The author analyzes some literatures by looking at some relevancy that related to the topic. The author believe that the Bible provides a theological base for business practice. God himself is a person who is a model of work. When running a business, the main attention of all effort is to glorify God. In this case, Christians are not controlled by mammon but rather do business as part of God's mandate. Abstrak: Tantangan bagi orang Kristen masa kini adalah menyikapi perkembangan ekonomi yang kemudian terkait dengan isu bisnis. Penulis melakukan analisis pustaka dengan mencermati beberapa literatur relevan yang terkait topik bahasan. Penulis mencermati bahwa Alkitab memberikan landasan teologis untuk berbisnis. Allah sendiri adalah pribadi yang menjadi model dalam bekerja. Hanya dalam menjalankan bisnis, fokus perhatiannya adalah seluruh pekerjaan dilaksanakan sebagai upaya memuliakan Allah. Dalam hal ini, orang Kristen tidak dikuasai oleh mammon melainkan menjalankan bisnis sebagai bagian dalam mandat Allah.
Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Melalui Kreativitas Guru Selama Masa Pandemi: Problem Solving In Learning Through Teacher Creativity During the Pandemic
Dwi Ariefin;
I Putu Ayub Darmawan
PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 17 No 1 (2021): PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46494/psc.v17i1.129
Akibat pandemi Covid-19, timbul masalah-masalah pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan teknologi untuk pembelajaran, hingga beragam dampak dan kesulitan pembelajaran. Untuk maksud tersebut, dilakukan analisis terhadap hasil-hasil kajian tentang permasalahan pembelajaran saat pandemi, maupun tentang proses menghasilkan kreativitas. Ditemukan adanya masalah pembelajaran yang berkaitan dengan keberadaan teknologi dalam pembelajaran, kesiapan pelaku pembelajaran, komunikasi pembelajaran, serta tentang pengelolaan kelas. Masalah-masalah dalam pembelajaran harus dipecahkan dengan kreativitas. Melaluinya guru akan menghasilkan ide-ide solutif yang berpotensi efektif mengatasi masalah dalam pembelajaran.
Theological knowledge internalization in man and sin doctrine learning
Eirene Mary;
Samuel Udau;
I Putu Ayub Darmawan
International Journal of Humanities and Innovation (IJHI) Vol. 5 No. 1 (2022): March
Publisher : Center for Humanities and Innovation Studies
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33750/ijhi.v5i1.130
The learning pattern of the Dogmatics course tends to be directed at mastering and memorizing Christian doctrines, and participants find it difficult to connect Christian doctrines learned to real-life realities. The course materials become things to memorize, not things to believe. In the Dogmatics learning process, a learning pattern that can improve understanding of course materials and be applied in everyday life is needed. This research aims to describe the application of the combined teaching method to improve participants' understanding of course materials and to be able to relate them to daily life. It is descriptive &qualitative research. The research was conducted at Simpson Theological Seminary Ungaran on the odd semester of 2020/2021 Academic Year. The objects of this research were 15 participants and lecturers of Christian Religious Education major participating in the Dogmatics I course. The results show that applying a combination of lecture and Q&A methods could improve participants' understanding of course material and connect lecture material to daily life. Evaluation of learning outcomes showed a good level of understanding of the course material, in which participants could connect the concepts in learning to everyday life
Tahapan Pembelajaran Yesus pada Perempuan Samaria
Karnawati Karnawati;
Nanda Christiani Ayudea Yahya;
I Putu Ayub Darmawan
Davar : Jurnal Teologi Vol 1, No 1 (2020): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (221.743 KB)
|
DOI: 10.55807/davar.v1i1.4
Teaching is a science and an art. Where teachers are required to intentionally become professional workers who have a number of teaching competencies obtained through formal education. Teaching is also an art, where teachers who have the talent of a teacher will be able to apply a variety of environmental situations, the media, methods, conditions of students, become learning situations that are not boring and will continue to achieve the learner's goals. Teaching as an art causes each teacher to have an idea to create an effective learning phase according to him. From various sources found a variety of learning stages with diverse learning outcomes as well. This research uses a literature research approach, by specifically exposing the Gospel of John 4: 1-42. The results of the study found the stages of learning that Jesus did especially for the Samaritan woman were as follows: 1) introduction; 2) development; 3) presentation of material topics; 4) conclusion; 5) students' responses. Mengajar merupakan sebuah ilmu dan sebuah seni. Dimana guru dituntut untuk secara sengaja menjadi tenaga professional yang memiliki sejumlah kompetensi mengajar yang diperoleh melalui pendidikan formal. Mengajar juga merupakan seni, dimana guru yang mempunyai bakat seorang guru akan mampu menerapkan berbagai situasi lingkungan, media, metode, kondisi peserta didik, menjadi situasi pembelajaran yang tidak membosankan dan tetap akan mencapai tujuan pembelajarnya. Mengajar sebagai seni mengakibatkan setiap guru memiliki ide untuk membuat sebuah tahapan pembelajaran yang efektif menurutnya. Dari berbagai sumber ditemukan tahapan pembelajaran yang bermacam-macam dengan hasil belajar yang bermacam-macam pula. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Pustaka, dengan mengekposisi secara khusus Injil Yohanes 4: 1-42. Hasil penelitian ditemukan tahapan pembelajaran yang dilakukan Yesus terutama untuk perempuan Samaria adalah sebagai berikut: 1) pendahuluan; 2) pengembangan; 3) penyajian topik materi; 4) kesimpulan; 5) tanggapan peserta didik.
Tantangan Humanisme bagi Pendidikan Agama Kristen Abad 21 dan Tanggap Teologisnya
Leniwan Darmawati Gea;
I Putu Ayub Darmawan
Jurnal Shanan Vol. 5 No. 1 (2021): Maret
Publisher : UKI Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (484.639 KB)
|
DOI: 10.33541/shanan.v5i1.2621
Education aims to shape human beings to grow in a better direction, in accordance with what is expected in social life. That is why educational institutions design curricula necessary for this purpose. However, in its development, a big challenge arises behind the good goals that were originally expected, namely from the ideology of humanism which makes humans become autonomous with all their abilities and advantages, so that humans no longer need God in all aspects of their life. This fact is a big challenge for Christian education which leads to the truth of God, so it is very necessary to be addressed. From these problems, the authors conducted research with a literature analysis approach. There are two dangers of humanism for Christian religious education. First, humans become the main center of education so that humans leave the importance of spiritual life and knowledge of God; Second, the misconception about sin, where sin is seen not as a big problem that needs to be resolved. In the midst of these challenges, Christianity must be critical of the curricula in force so as to maintain efforts to internalize Christian values through education.
Penerapan Storytelling Dalam Menceritakan Kisah Alkitab Pada Anak Sekolah Minggu
I Putu Ayub Darmawan;
Kiki Priskila
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 6, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30995/kur.v6i1.129
Learning in Sunday schools requires good innovation in order to produce quality learning. In this study, the authors examined the application of storytelling in telling Bible stories to Sunday school children. Therefore, the authors use a qualitative approach by conducting observations and directed discussions on participants so that data obtained about the application of storytelling methods. The results showed that the application of storytelling-assisted lecture methods was carried out in accordance with the steps. The application of storytelling also provides benefits in the form of Increased ability to understand children, as evidenced by the success of retelling stories, specifically Bible stories; increased listening ability in children; increased ability to remember, so that you can retell; increased listening ability in children. Children can concentrate on listening to the teacher's story. These results can be achieved because of an increase in listening, listening, remem-bering, and understanding so that the memorization process occurs which ultimately helps children retell stories that have been heard. Abstrak Pembelajaran pada Sekolah Minggu memerlukan inovasi yang baik agar meng-hasilkan kualitas belajar. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang penerapan storytelling dalam menceritakan kisah Alkitab pada anak Sekolah Minggu. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan observasi dan diskusi terarah pada partisipan sehingga diper-oleh data tentang penerapan metode storytelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah berbantuan storytelling dilakukan sesuai dengan langkah-langkahnya. Penerapan storytelling juga memberikan manfaat berupa: meningkatnya kemampuan memahami pada anak, terbukti dari keber-hasilan menceritakan kembali cerita, secara khusus cerita Alkitab; mening-katnya kemampuan mendengar pada anak; meningkatnya kemampuan meng-ingat, sehingga dapat menceritakan kembali; meningkatnya kemampuan menyi-mak pada anak. Anak dapat berkonsentrasi untuk menyimak cerita guru. Hasil tersebut dapat tercapai karena terjadi peningkatan menyimak, mendengar, mengingat, dan memahami sehingga terjadi proses memorisasi yang akhirnya membantu anak-anak menceritakan kembali cerita yang telah didengar.