Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Penapisan Fitokimia dan Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Beberapa Tanaman Obat Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Mappasomba, Musadar; Wirasmanto, Bayu; Malaka, Muhammad Hajrul; Wahyuni, W; Sahidin, I
Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol 5, No 2 (2019): Pharmauho
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/pharmauho.v5i2.10171

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongansenyawa yang terdapat dalam ekstrak metanol beberapa tanaman obat yang sering digunakan masyarakat Sulawesi Tenggara diantaranya miana (C. scutellaroidesL.), ketepeng cina (C. alata L.), eceng gondok (E. crassipes), kayu jawa (L. coromandelica H.), dan nenas (A. comocus L.) serta mengetahui tingkat toksisitasnya menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Sampel terdiri dari lima tanaman obat yang telah dipisahkan perbagiannya berupa akar, batang, daun, bunga dan buah. Ekstraksi menggunakan teknik maserasi, skrining fitokimia menggunakan teknik Kromatografi Lapis Tipis, serta pengujian toksisitas terhadap larva udang Artemia salina L. Data kematian larva dianalisis dengan analisis probit untuk mengetahui nilai LC50 pada masing-masing sampel, dimana ekstrak dikatakan toksik bila nilai LC50˂1000 µg/mL. Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya kandungan flavonoid, tanin dan saponin pada setiap tanaman, kandungan alkaloid tidak terdapat pada tanaman E. crassipes, dan senyawa triterpenoid hanya terdapat pada daun tanaman C. alata L. Hasil pengujian toksisitas menunjukkan bahwa dari delapan belas sampel yang telah diuji, dua belas diantaranya bersifat toksik. Sampel yang memiliki nilai LC50 terkecil (120,573 µg/mL) adalah kulit batang L. coromandelica sedangkan nilai LC50 terbesar (1510,415 µg/mL) ditunjukkan oleh daun C. scutellaroides LKata kunci: ekstrak, toksisitas, skrining, Artemia, BSLT
Pemanfaatan Tumbuhan Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Sebagai Obat Sariawan dan Bau Mulut Malaka, Muhammad Hajrul; Wahyuni, W; Hamid, Mustakim; Hasanuddin, Didi Dharmadi; Mawarni, Indah
Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol 5, No 1 (2019): Pharmauho
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/pharmauho.v5i1.12437

Abstract

Penelitian mengenai aktivitas antijamur dari tumbuhan ketepeng cina (Cassia alata L.) yang diketahui memiliki manfaat pengobatan sebagai antijamur telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia ekstrak etanol daun ketepeng cina serta mengetahui aktivitas antifungi ekstrak etanol daun ketepeng cina terhadap Candida albicans, serta memformulasikan ekstrak etanol daun ketepeng cina dalam sediaan moutwash. Ekstrak ketepeng cina dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol. Uji stabilitas sediaan mouthwash dilakukan dengan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak ketepeng cina 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm tidak meiliki aktivitas antifungi melainkan konsentrasi 5000 ppm yang merupakan larutan induk memiiki aktivtas antifungi dengan zona hambat 7 mm. Aktivitas antifungi tersebut dijadikan acuan formula sediaan. Hasil menunjukkan sediaan moutwash stabil secara fisik.Keywords: Ketepeng cina, mouthwash, Candida, antijamur
PENDEKATAN DESAIN SISTEM SOSIAL-TEKNIS UNTUK MENDUKUNG KOMPETENSI LULUSAN DI JAWA BARAT Gustiana, Iyan; Hasti, Novrini; Wahyuni, W; Sanjoyo, D D; Mubaroq, S R
IJIS - Indonesian Journal On Information System Vol 5, No 2 (2020): SEPTEMBER
Publisher : POLITEKNIK SAINS DAN TEKNOLOGI WIRATAMA MALUKU UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.272 KB) | DOI: 10.36549/ijis.v5i2.104

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sistem sosial-teknis sebagai solusi untuk mengatasi pengangguran terbuka di Jawa Barat, yaitu lulusan sarjana. Peningkatan jumlah pengangguran terbuka tingkat universitas (lulusan TI) cenderung meningkat setiap tahun. Salah satu alasannya adalah bahwa kompetensi lulusan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh bisnis dan industri. Maka, perlu untuk membuat desain yang bisa mengatasi hal ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis Triple Helix dan sistem sosial-teknis. Langkah analitik yang diambil dalam penelitian ini adalah observasi dokumenter dan pengolahan data statistik. Hasil penelitian ini diusulkan desain teknis dan desain implementasi sebagai bentuk kolaborasi dari universitas dan industri yang dibantu oleh pemerintah sebagai regulator. Desain ini dapat digunakan oleh universitas, untuk meningkatkan kurikulum dan penelitian. Harapan dari desain ini dapat memperbarui dan meningkatkan kebutuhan bisnis dan industri dan memiliki lulusan yang kompetenKata Kunci : Sosial-teknis, Pengangguran, Lulusan sarjana
Formulasi Kombinasi Minyak Nilam (Pogostemon cablin), Minyak Adas (Foeniculum vulgare) dan Aroma Buah untuk Pembuatan Parfum Lestari, Ulfa Putri; Kusala, Katrin Vidya; Chairunnisa, Maurizka; Wahyuni, W; Rahayu, Triastuti; Harismah, Kun
Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri 2023: Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak atsiri (essential oil) merupakan senyawa berbau dan mudah menguap dan memiliki aroma khas yang hanya ditemukan di 10% tumbuhan. Salah satu minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan parfum yaitu minyak nilam (Patchouli). Parfum atau minyak wangi merupakan cairan wewangian yang dihasilkan dari ekstrak tumbuhan atau buah yang digunakan untuk memberikan aroma yang wangi. Parfum juga berfungsi sebagai aroma khas seseorang saat berada di antara kerabat, sahabat, orang terdekat, atau pun lingkungan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi pembuatan parfum dari dua jenis minyak atsiri dan minyak adas yang digunakan sebagai bahan pembuatan parfum eau de toilette. Parfum eau de toilette merupakan wewangian yang mengandung 4-8% konsentrat bahan wewangian dan wanginya bertahan untuk 3-4 jam. Metode yang digunakan dalam metode eksperimen yaitu menggunakan metode pencampuran dengan formulasi masing-masing bahan seperti minyak nilam, hugo orange, dan lemon sebagai base note, melon sebagai middle note, dan adas sebagai top note dengan formulasi sebanyak 6 formulasi yang memiliki perbedaan setiap konsentrasi dan dicampurkan dengan etanol 96% sebanyak 10 mL. Analisis yang dilakukan berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh dari setiap panelis. Dari hasil analisis menunjukkan sebanyak 15 responden sangat menyukai formula F6 Parfum eau de toilette dari dua minyak atsiri telah memenuhi persyarat mutu menurut SNI 16-4949-1998 dan cocok untuk dijadikan parfum dengan ketahanan wangi yang cukup lama.
Pembuatan Parfum Wewangian Vanila, Melati, dan Nanas berbasis Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth) Kusala, Katrin Vidya; Chairunnisa, Maurizka; Lestari, Ulfa Putri; Widayatno, Tri; Wahyuni, W; Harismah, Kun
Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri 2023: Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak atsiri (essential oil) merupakan bahan yang bersifat mudah menguap dan berbau mirip tanaman aslinya, minyak atsiri juga memiliki sifat menenangkan dan dapat memperbaiki masalah kesehatan. Beberapa minyak atsiri juga memiliki fungsi sebagai antiseptik antara lain minyak nilam, minyak adas dan minyak atsiri melati. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi formulasi parfum Eau de Toilette dari beberapa minyak atsiri. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan pencampuran pada masing-masing formulasi seperti minyak nilam sebagai base note, melati sebagai middle note dan minyak adas sebagai top note, sebanyak 6 formulasi. Analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif kepada 15 panelis. Hasil analisis menunjukkan formula parfum P5 sangat disukai. Parfum Eau de Toilette dari minyak atsiri ini telah memenuhi persyaratan mutu menurut SNI 16-4949-1998 dengan ketahanan wangi yang cukup lama dan memiliki efek antiseptik.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Asthma Bronchial: Case Report Wulandari, Nanda Dias; Wahyuni, W; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Asthma bronchial adalah suatu penyakit heterogen yang ditandai dengan terjadinya peradangan atau penyempitan pada sistem pernapasan. Secara klinis, asthma disertai dengan peradangan saluran napas, hiperresponsif saluran napas dan keterbatasan aliran udara. Hal tersebut dapat menimbulkan gejala pernafasan seperti batuk, mengi dan sesak napas. Ketika sesak napas atau batuk tersebut terjadi maka otot-otot pernapasan akan mengalami spasme. Berdasarkan data jumlah penderita asthma di Indonesia berjumlah 4,5% dari total jumlah penduduk atau sebanyak 12 juta jiwa penderita asthma. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain studi case report yang dilakukan di RS Paru Respira Bantul. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 12 Februari hingga 9 Maret 2024. Studi kasus ini dilakukan pada 1 pasien Laki-laki yang berinisial Tn. D dengan umur 78 tahun dan saat ini sudah tidak bekerja. Presentasi Kasus: Pasien Tn. D yang berusia 78 tahun dengan diagnose medis Asthma Bronchial, pasien datang ke RS Paru Respira Bantul dengan keluhan sesak napas terkadang disertai mengi. Sesak napas terkadang timbul saat pasien terkena hawa dingin, biasa terjadi saat dini hari atau subuh. Management Fisioterapi: Pasien mengikuti program berupa myofascial release, Pursed Lips Breathing, Inspiratory Muscle Training (IMT) dan Endurance Exercise menggunakan static cycle. Program latihan dilakukan selama 5 kali pertemuan. Hasil dan Pembahasan: Menunjukkan pengukuran pada ekspansi thoraks yang mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan terlihat. Menunjukkan bahwa pada pemeriksaan atau pengukuran Voldyne terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengembangkan paru-parunya saat inspirasi. Menunjukkan bahwa pda pemeriksaan atau perhitungan peakflow terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengeluarkan udara yang ada di paru-paru. Evaluasi endurance exercise ini menggunakan static cycle yang dilakukan selama 20-25 menit dan didapatkan hasil adanya peningkatan pada capaian HRmaks pasien. Kesimpulan: Program fisioterapi yang diberikan pada kasus Asthma Bronchial pada Tn. D berusia 78 tahun di RS Paru Respira yang dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan hasil adanya peningkatan pada ekspansi thoraks, adanya peningkatan pada nilai tahanan Inspiratory Muscle Training (IMT), adanya peningkatan pada hasil Voldyne, adanya peningkatan pada hasil Peakflow serta adanya peningkatan kekuatan dan daya tahan paru yang dilakukan dengan menggunakan endurance exercise berupa static cycle.
Penatalaksanaan Rehabilitasi Fisioterapi pada Kasus Pasca Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament Sinistra Fase 2: A Case Report Hardalena, Lidya; Wahyuni, W; Mardianto, Halim
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Aktivitas fisik yang berlebihan atau olahraga dapat menimbulkan resiko terkena cedera. Cedera olahraga biasa terjadi karena adanya cedera yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah cedera lutut yang umum terjadi saat berolahraga. Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan zig-zag, perubahan arah gerakan, perubahan kecepatan yang mendadak seperti pada olahraga sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Komplikasi yang terjadi setelah rekonstruksi ACL adalah keterbatasan gerakan terutama gerakan fleksi knee yang dapat mengakibtakan kelemahan otot, kesulitan berjalan dan rasa nyeri pada lutut Presentasi Kasus: Jenis studi yang digunakan dalam penelitian yaitu metode penelitian case report di RSD KRMT Wongsonegoro pada pasien laki-laki berusia 21 tahun yang merupakan seorang mahasiswa yang telah melakukan operasi rekonstruksi ACL sinistra. Pasien menjalani fisioterapi dengan kondisi dapat berjalan tanpa alat bantu tetapi pasien masih mengeluhkan nyeri dan krepitasi saat berjalan pada lutut kiri. Metode dan Hasil: Rehabilitasi fisioterapi dilakukan di RSD KRMT Wongsonegoro Semarang selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan dan home program di rumah pada pasien pasca rekonstruksi ACL sinistra dan didaptkan hasil penurunan rasa nyeri, meningkatakan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan keseimbangan dan mengembalikan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari. Diskusi: Rehabilitasi fisioterapi fase 2 pada pasien pasca rekonstruksi ACL sinistra pada latihan awal dapat dilakukan dengan jenis latihan menggunakan berat badan, latihan resistance, latihan keseimbangan dan latihan koordinasi. Latihan yang dilakukan selama terapi yaitu statis bycyle, squat, lunges, dan step up dapat mengurangi keterbatasan gerakan lutut dan meningkatkan kemampuan fungsional Kesimpulan: Rehabilitasi fisioterapi fase 2 pasca rekonstruksi ACL sinistra terbukti dapat menurunkan rasa nyeri, meningkatakan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan keseimbangan dan mengembalikan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari.
Management Fisioterapi pada Kasus Multiple Sclerosis: Studi Kasus Arimbi, Cindy Kartika; Wahyuni, W; Belinda, Melur
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Multiple Sclerosis (MS) merupakan suatu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh mengeluarkan reaksi abnormal dan menyerang sistem saraf pusat yang menyebabkan defisit keseimbangan dan gaya berjalan, kekejangan, peningkatan risiko jatuh, disfungsi kognitif, penglihatan, pernapasan, kelemahan otot dan kelelahan. Biasanya didiagnosis antara usia 20–50 tahun. Menurut National Multiple Sclerosis Society yang berbasis di AS, rehabilitasi MS membantu pasien mencapai dan mempertahankan potensi fisik, salah satunya yaitu dengan fisioterapi. Case Presentation: Seorang pasien perempuan 29 tahun mengeluhkan tubuhnya tiba-tiba terasa lemas dengan kelemahan pada kedua kakinya yaitu pada otot fleksor dan ekstensornya. Nyeri yang dirasakan hilang timbul di setiap sendi tetapi lebih nyeri dari pinggang hingga ke kedua tungkai dan nyeri bertambah ketika saat ingin berdiri maupun kembali ke duduk. Pasien mengalami keterbatasan Lingkup gerak sendi pada kedua ankle saat dorsofleksi dan ekstensi knee nya. Serta adanya gangguan sensoris dan aktivitas fungsional. Pasien memeriksakan keadaannya ke dokter di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Jawa Timur dengan hasil dari lab lumbal pungsi menunjukkan bahwa pasien di diagnosa sebagai Multiple Sclerosis. Kemudian dirujuk ke rehabilitasi medik dan mendapat penanganan fisioterapi. Management and Outcome: Pasien diberikan intervensi berupa TENS, NMES, DNS, mobilisasi bertahap serta terapi latihan. Setelah diberikan intervensi selama 4x didapatkan hasil yaitu adanya penurunan nyeri diam dan nyeri gerak, adanya peningkatan LGS, tetapi belum adanya peningkatan pada kekuatan otot, sistem sensoris, maupun aktivitas fungsionalnya. Discussion: Intervensi TENS dapat mengurangi nyeri dan NMES dapat memberikan stimulasi pada otot yang bertujuan untuk penguatan otot dan mencegah kelemahan otot atau atrofi otot. Serta tujuan DNS yaitu pendekatan manual dan rehabilitatif untuk mengoptimalkan sistem pergerakan. Terapi latihan dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, mobilisasi bertahap dapat meningkatkan aktifitas fungsional serta stimulasi sensoris untuk menstimulasi sistem sensoris dengan cara stimulasi taktil. Conclusion: Management fisioterapi pada kasus MS dengan intervensi TENS, NMES, DNS, mobilisasi bertahap, stimulasi sensoris yang dilakukan selama 4x terapi didapatkan hasil adanya penurunan nyeri diam dan nyeri gerak, adanya peningkatan LGS pada ekstensi knee dan dorsofleksi ankle akan tetapi belum ada peningkatan kekuatan otot, belum muncul sensibilitas pada kulit, serta aktifitas fungsionalnya.
Manfaat Deep Breathing Exercise dan Latihan Mobilisasi Sangkar Thorax terhadap Penurunan Derajat Sesak dan Peningkatan Ekspansi Thorax pada Pasien Efusi Pleura di RSUD Dungus, Madiun: Studi Kasus Ariyanti, Annisa Mutiara; Wahyuni, W; Utami, Mulatsih Nita
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Efusi pleura merupakan kondisi patologis dimana terjadi penumpukan cairan pada rongga pleura, yaitu antara pleura visceral dan pleura parietal. Pada aspek fisioterapi pada efusi pleura akan didapatkan permasalahan sesak napas, nyeri pada area dinding dada, pola napas tidak efektif, gangguan postur, penurunan ekspansi thorak, dan keterbatasan aktivitas fungsional. Terdapat juga kelemahan atau thigtness pada otot-otot bantu pernapasan seperti scaleni, sternocleidomastoid, upper trapezius, pectoralis major, dan serratus anterior yang apabila dibiarkan dapat menyebabkan sesak napas parah dan mempengaruhi diafragma. Deep breathing exercise efektif dalam meningkatkan ekspansi thorax, mengurangi kerja pernapasan dan meningkatkan efisiensi ventilasi pernapasan, pasien menarik napas dalam melalui hidung dan ditahan 3-5 detik kemudian dihembuskan napas melalui mulut secara perlahan, latihan dapat dilakukan dengan frekuensi 3 kali sehari dengan waktu 5-10 menit. Latihan mobilisasi sangkar thorax juga dapat meningkatkan mobilitas ekspansi thorax, ventilasi pernapasan, mengkontrol inspirasi dan ekspirasi. Case Presentation: Pasien inisial Ny.S berumur 65 tahun, beragama islam. Pasien didiagnosa medis di RSUD Dungus dengan Cardiomegaly dengan efusi pleura kanan, suggestive lobar pneumonia kanan. Pasien sudah pernah dirawat di RSUD Dungus dengan keluhan yang sama 4 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan mual dan berat saat menarik napas, dirasakan memberat 2 minggu terakhir sebelum masuk RS. Saat ini pasien tidak bisa beraktivitas turun dari kasur dikarenakan lemas dan sesak apabila beraktivitas. Management and Outcome: Pasien diberikan intervensi fisioterapi berupa nebulizer, deep breathing exercise, mobilisasi sangkar thorax dan stretching active regio neck dan shouldher sebanyak 6 kali dalam jangka waktu 4 hari berturut-turut, untuk evaluasi dilakukan penilaian ulang dari vital sign (BP,HR,RR,Spo2), pengukuran mobiltas ekspansi thorax dengan antropometri, pola napas pasien, nyeri dengan NRS, derajat sesak napas menggunakan BORG scale, dan aktivitas fungsional dengan MRC. Discussion: Intervensi yang diberikan berupa nebulizer untuk membuka jalan napas, deep breathing exercise untuk mengatur pola napas, latihan mobilisasi sangkar thorax untuk menambah ekspansi thorass dan stretching untuk mengurangi spasme pada otot accecory muscle. Deep breathing exercise dan latihan mobilisasi thorax yang diberikan sebanyak 6 kali dapat menurunkan sesak, meningkatkan eksapansi thorax. Conclusion: Setelah terapi 6 kali dengan Nebulizer, Deep Breathing dengan mobilisasi sangkar thorax dan Stretching aktif SCM didapatkan penurunan RR, peningkatan sangkar thorax, perbaikan pola napas dan penurunan spasme pada SCM kanan dan kiri, upper trapezius dan pectoralis mayor kanan dan kiri.
THE CORRELATION BETWEEN STRESS LEVEL AND PREMENSTRUAL SYNDROME IN FINEL LEVEL NURSE STUDENTS Wahyuni, W; Dewi, Diana Rosalina Kartika
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2021: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.632 KB)

Abstract

Introduction: Stress is a phenomenon that occurs quite often in everyday life that we cannot avoid and will be experienced by each person. Stress is a condition that can be caused by several things such as uncontrolled physical demands, the environment, and social situations. Premenstrual syndrome (PMS) is a common problem that is often encountered by women which includes a collection of emotional and physical symptoms that occur in women in the 2-14 days before the onset of menstruation, or in the luteal phase of the menstrual cycle and then subsides soon after the onset of menstruation. College students are one of the groups that have a high potential for experiencing premenstrual syndrome due to increased levels of stress during academic education Objective: This study aims to determine the relationship between stress levels and premenstrual syndrome symptoms in final year nursing students. Methods: This type of research is observational with a cross-sectional study approach. The sampling technique used was purposive sampling, with the number of respondents as many as 115 final year D3 nursing students at Kusuma Husada University Surakarta in January. The instrument used to measure the level of stress is the Kessler Psychological Distress Scale (K10) and to measure the level of premenstrual syndrome using the Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF). Results: The results of the study using the Sperman rho' test, it was found that the p-value was 0.000 < 0.05, which means that there is a significant relationship between stress levels and premenstrual syndrome, and a correlation of r = 0.846 which means the relationship is strongly correlated with the direction of the correlation. positive Conclusion: The heavier the stress level, the more severe the premenstrual syndrome symptoms experienced.