Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

KAJIAN EVALUASI RONA FISIK LINGKUNGAN TERHADAP PEMBANGUNAN GARDU INDUK (GI) SOFIFI 30 MVA DI DESA SOMAHODEKOTA TIDORE KEPULAUAN Sofyan, Adnan; Hadun, Ramli; Rasyid, Rusman
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Vol 5, No 4 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi (Oktober 2020)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jppg.v5i4.15391

Abstract

Komponen-komponen fisik lingkungan merupakan salah satu komponen yang penting dalam melihat perubahan yang terjadi pada suatu kegiatan pembangunan. Demikian halnya dengan pembangunan gardu induk (GI) Sofifi 30 MVA dan prasarana penunjang lainnya dalam rangka memenuhi pasokan listrik di wilayah Provinsi Maluku Utara khususnya Sofifi dan sekitarnya. Kegiatan pembangunan tersebut tentu juga menimbulkan perubahan terhadap lingkungan, yang dapat berdampak positif terhadap peningkan dan kesetaraan hidup masyarakat sekitar dan sebaliknya berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar seperti:  terganggu kesehatan manusia, penurunan pendapat masyarakat akibat dari kehilangan lahan-lahan yang potensial, gejolak sosial dalam masyarakat, banjir atau kerusakan lahan, pencemaran air, pencemaran udara serta pencemaran tanah yang ditimbulkan oleh proses pembangunan tersebut. Oleh karena itu penting untuk mengetahuii pengaruh perubahan fisik lingkungan yang ditimbulkan dalam proses pembangunan gardu induk (GI) Sofifi 30 MVA. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi rona fisik lingkungan terhadap pembangunan gardu induk (GI) Sofifi 30 MVA menunjukkan komponen  kualitas udara ambien, intensitas kebisingan, kualitas air sumur dan badan air masih dalam kondisi yang cukup baik dan belum melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Demikian halnya jika dilihat dari trend kenaikan yang dibandingkan dengan rona awal Tahun 2018 dan periode semester I Tahun 2019 pada tahap pra konstruksi ke tahap konstruksi belum terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini dapat dimaklumi karena kajian ini dilakukan saat proses pembagunan masih pada tahap konstruksi.
KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PAJALE DI KECAMATAN WASILE KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Teapon, Amiruddin; Hadun, Ramli; Sudjud, Suratman; Rasyid, Rusman
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jppg.v6i2.19746

Abstract

Seringkali aktivitas penggunaan lahan tidak dilaksanakan sesuai dengan potensi dan daya dukung lahan serta terbatasnya teknologi konservasi tanah sehingga berdampak buruk terhadap menurunya produktivitas dan kerusakan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman pangan tanaman pangan PAJALE (padi, jagung dan kedelai); dan 2) merumuskan arahan pengelolaan lahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dengan jarak observasi free survey. Analisis kesesuaian lahan menggunakan sistem klasifikasi kesesuaian lahan dengan menggunakan metode perbandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan tumbuh tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) kesuaian lahan sesuai untuk tanaman padi sawah meliputi kelas cukup sesuai (S2) seluas 196,3 ha (2,6%) dan sesuai marginal (S3) seluas 5.327,0 ha (69,2%). Selanjutnya lahan sesuai untuk tanaman kedelai terdiri dari kelas cukup sesuai (S2) seluas 2.547,5 ha (33,1%) dan sesuai marginal (S3) seluas 2.975,8 ha (38,7%), sedangkan lahan sesuai untuk tanaman jagung umumnya merupakan lahan kelas sesuai marginal (S3) dengan luas areal 5.523,3 ha (71,8%); dan 2) arahan pengelolaan lahan untuk meliputi pembuatan saluran irigasi dan drainase, pemberian kapur dan bahan organik tanah, pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCL atau pupuk majemuk seperti ponska serta pembuatan dam dan talud penahan banjir terutama pada daerah-daerah yang rawan banjir. Dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman pangan di Kecamatan Wasile, maka sebaiknya pengembangan lahan dilaksanakan pada lahan-lahan yang sesuai baik kelas cukup sesuai (S2) maupun sesuai marginal (S3) dengan mempertimbangkan dan melaksanakan arahan-arahan pengelolaan lahan terhadap faktor-faktor pembatas lahan.
EVALUASI POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA Teapon, Amiruddin; Hadun, Ramli
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Vol 6, No 4 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 6 No. 4 Oktober 2021
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jppg.v6i4.23768

Abstract

Tanaman hortikultura pada khususnya jenis sayur-sayuran merupakan sumber pendapatan potensial bagi petani di Kota Tidore Kepulauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi lahan dan pengelolaan lahan untuk pengembangan tanaman hortikultura strategis di wilayah transmigrasi Desa Koli Kecamatan Oba yang meliputi tanaman cabe merah keriting, tomat, bawang merah dan terung. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dan metode survei tanah dengan jarak observasi survei bebas (free survey). Analisis kesesuaian lahan menggunakan sistem klasifikasi kesesuaian lahan FAO (1976) dengan menggunakan metode perbandingan (matching) antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan tumbuh tanaman hortikultura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lahan sesuai (S) untuk pengembangan tanaman hortikultura terdapat seluas 1.185,2 ha (68,4%) dan tidak sesuai (N) seluas 548,2 ha (31,6%). Lahan sesuai kategori kelas cukup sesuai (S2) untuk tanaman cabe merah keriting, tomat dan terung terdapat seluas 504,5 ha (29,1%) dan kelas sesuai marginan (S3) seluas 680,7 ha (39,3%). Lahan sesuai untuk tanaman bawang merah umumnya kelas sesuai marginal (S3) dengan luas areal 1.185,2 ha (68,4%). Upaya pengelolaan lahan untuk memperbaiki faktor-faktor pembatas lahan meliputi pemberian air irigasi, pengolahan tanah dan pembuatan saluran drainase, pemberian kapur dan bahan organik tanah, pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCL atau pupuk majemuk seperti ponska dan pembuatan dam dan talud penahan banjir.
EVALUASI STATUS KESUBURAN KIMIA TANAH PADA BEBERAPA SUBGROUP TANAH DI KECAMATAN TIDORE TIMUR Amiruddin Teapon; Ramli Hadun
JURNAL AGRIMENT Vol 3 No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.077 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia tanah, status kesuburan tanah dan alternatif pengelolaan tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah di Kecamatan Tidore Timur. Penelitian ini menggunakan metode survei tanah dengan sistem jarak observasi survei bebas. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lapisan atas (0-30cm) dan lapisan bawah (30-60 cm). Analisis data dengan cara pemberian harkat sifat tanah menurut kriteria harkat sifat kimia tanah (PPT, 1993) dan status kesuburan tanah mengacu pada kriteria klasifikasi kesuburan tanah (PPT,1983). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sifat kimia tanah pada lapisan atas (0-30 cm) meliputi kemasaman tanah (pH) tergolong netral (pH 6,7), c-organik tergolong sedang (2,20%), KTK tanah tergolong sedang (22,63 cmol(+)/kg), kejenuhan basah (KB) tergolong sedang (55%), unsur hara Nitrogen tergolong rendah (0,19%), Phospor tergolong sedang (31,79 mg/100g) dan Kalium tergolong sedang (21,09 mg/100g). Pada lapisan bawah (0-30 cm) kondisi kemasaman tanah (pH) tergolong agak masam (pH 6,4), c-organik tergolong rendah (1,56%), KTK tanah tergolong sedang (22,21 cmol(+)/kg), kejenuhan basah (KB) tergolong sedang (44%), unsur hara Nitrogen tergolong rendah (0,12%), Phospor tergolong sedang (27,45 mg/100g) dan Kalium tergolong rendah (19,443 mg/100g). Rata-rata satus kesuburan tanah lapisan atas (0-30 cm) tergolong sedang, sementara lapisan bawah (30-60 cm) tergolong rendah. Pengelolaan tanah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui pemberian bahan organik dan pengapuran, dilanjutkan pemupukan dengan menggunakan pupuk Urea, SP36 dan KCL. Selain itu tindakan konservasi tanah meliputi penanaman legume covercroop dan tanaman pupuk hijau juga diperlukan dalam upaya mencegah erosi tanah, meningkatkan bahan organik dan unsur hara tanah terutama nitrogen dan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
The potential of rice field resulting from conversion of sago (Metroxylon spp) land at toboso village West Halmahera regency Ramli Hadun
Jurnal Agrivet Vol 18, No 1 (2012): AGRIVET
Publisher : UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/agrivet.v18i1.4646

Abstract

The research aims to examine the potential of a land for the development of lowland rice crop, to analyze land cultivation system to support the growth and production of rice crop. Physical examination on land is conducted using survey method with rigid grid observation distance. Economical aspects related to the examined farm are: (1) farm profit, (2) R/C ratio analysis, and (3) Break Even Point (BEP) analysis. Research result shows that the actual potential of the rice field resulting from conversion of sago land has low nutrient (N total, available P2O5, and K2O) availability. Result from rice farm analysis shows that the average area is 2.700 m2 , with average production is 699 kg or 0,26 kg m-2 or equal to 2.586,30 kg Ha -1 . The average net income is Rp. 2,660,333,-. The farm is feasible to be developed with R/C ratio value of 4,72. Rice farming with area of 2.700 m2 will break even if the income gained by farmer is Rp. 315.928 per season, production of 52,93 kg per season, or sold result of Rp. 1.482 kg -1 on area of 204,66 m2 .Keywords: Land potential, land evaluation, farm analysis
KARAKTERISTIK EROSI TOPOSEKUEN PADA TANAH MEDITERAN DI DAS GIRINDULU KABUPATEN PACITAN Djafar Mey; Jufri Karim; Aqshan Sadikin; Ramli Hadun
Jurnal Ecogreen Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.326 KB)

Abstract

penghancuran, perusakan, transportasi/redistribusi material tanah (Arsyad, 1989) dari satu tempat oleh kekuatan air dan/atau angin baik secara alamiah maupun oleh campur tangan manusia (Kartasapoetra dkk., 2000), lalu dideposisikan di tempat lain (Suripin, 2002; Lal, 2003). Erosi dapat terjadi pada berbagai jenis tanah dan dengan kondisi topografi tertentu. Desa Ngreco mempunyai kondisi topografi berbukit dan jenis tanah mediteran, telah terjadi proses erosi yang intensif. Material sedimen hasil erosi tampak terlihat pada lereng kaki bukit, dan jika terjadi hujan air sungai di kaki lereng menjadi keruh akibat sedimentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya erosi dan karakteristik yang mempengaruhinya pada jenis tanah mediteran dengan topografi yang berbeda.Penelitian dilakukan dengan membuat plot sedimen, pengukuran data sedimen dan curah hujan dilakukan pada setiap kejadian hujan di lokasi plot sedimen. Data hasil pengukuran dianalisis secara deskriptif dengan cara menginterpretasi pola sedimentasi pada setiap kejadian hujan.Besarnya erosi toposekuen pada tanah mediteran di Desa Ngreco menunjukkan pola yang berbeda pada setiap plot sedimen, terutama terjadi diawal musim penghujan dan semuanya menunjukkan pola yang menurun kearah lebih stabil. Perbedaan karateristik besarnya erosi toposekuen pada tanah mediteran di Desa Ngreco dipengaruhi langsung oleh faktor iklim (curah hujan), faktor topografi (panjang dan kemiringan lereng), karakteristik tanah (tekstur, struktur dan permeabilitas tanah), serta kondisi vegetasi (tutupan kanopi dan serasah permukaan tanah). Kata Kunci : erosi, karakteristik, toposekuen
Perbanyakan Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) Dengan Metode Pembiakan Vegetatif Suratman Sudjud; Hayun Abdullah; Buhari Umasugi; Ramli Hadun; Idris Abd. Rachman
Savana Cendana Vol 7 No 01 (2022): Savana Cendana (SC) - January 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.44 KB) | DOI: 10.32938/sc.v7i01.1795

Abstract

Rootstock affects the success rate of vegetative compatibility through the grafting method. Knowing one of the best rootstock ages that determine the percentage rate of success of the grafting method is the goal of this study. The method used was a randomized block design with 3 treatments for rootstock age 60 days, 90 days, and 120 days. The results showed that the difference in rootstock age affected 90% of the success of vegetative propagation using the connection method on the emergence of new shoots and the number of leaves. The highest percentage of success was in the treatment of rootstock seedlings aged 60 days (48.75%). The highest number of leaves was in the treatment of nutmeg seedling age of 60 days (6 pieces) while the lowest was in the treatment of 120 days (3 pieces).
ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DI HUTAN DESA QAHABANGA KECAMATAN TERNATE BARAT Asiah Salatalohy; Adam Esa; Ramli Hadun
Jurnal Inovasi Penelitian Vol 3 No 3: Agustus 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/jip.v3i3.1850

Abstract

Hutan Desa adalah hutan negara yang belum di bebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa (P.49/Menhut-II/2008). Masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan mendapat akses legal untuk mengelola hutan negara dimana mereka hidup dan bersosialisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi yang terdapat di Hutan Desa Qahabanga Kecamatan Ternate Barat. Metode yang digunakan yakni metode sampling berupa petak dalam jalur, dengan jumlah plot pengamatan 31 di kawasan HPK (Hutan Produksi yang dapat dikonversi) dan 9 plot pengamatan di kawasan HL (Hutan Lindung) dari total luas Hutan desa 159 ha. Data yang diperoleh di analisis menggunakan rumus Indeks Nilai Penting (INP) untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis vegetasi dan rumus Shannon – Wiener untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis vegetasi. Hasil penelitian menunjukan Struktur dan komposisi jenis vegetasi di kawasan HPK terdiri dari 29 jenis vegetasi sebanyak 771 individu. Pada tingkat semai (589 individu) terdiri dari 9 jenis, pancang (55 individu) terdiri dari 10 jenis, tiang (69 individu) terdiri dari 10 jenis, dan pohon (57 individu) terdiri dari 8 jenis. Sedangkan di kawasan HLterdiri dari 183 individu dari 13 jenis vegetasi. semai 139 individu dari 4 jenis, 11 individu dari 3 jenis vegetasi tingkat pancang, 17 individu dari 6 jenis vegetasi tingkat tiang, dan 16 individu dari 5 jenis vegetasi tingkat pohon. Tingkat Keanekaragaman Jenis Vegetasi HPK untuk semai di kategorikan sedang (nilai H´ 1,57). Untuk pancang, tiang dan pohon di kategorikan rendah (H´ ˂1). Kawasan Hutan Lindung memiliki Keanekaragaman Jenis Vegetasi sedang pada tingkat semai, dengan nilai H´ 1,09. Sedangkan tingkat pancang, tiang dan pohon di kategorikan dengan tingkat Keanekaragaman Jenis rendah dengan nilai H´ ˂1.
Effects of Initial Water Temperature and Soaking Duration on the Germination of Canarium (Canarium indicum) Seeds Aqshan Shadikin Nurdin; Ramli Hadun; Bagus Dimas Setiawan; Laswi Irmayanti; Reyna Ashari
Jurnal Sylva Lestari Vol. 10 No. 2 (2022): May
Publisher : Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jsl.v10i2.571

Abstract

Canarium (Canarium indicum) seeds have mechanical dormancy, i.e., seeds have a hard outer seed coat, which causes inhibition of germination. Mechanical dormancy can be broken by mechanical and chemical scarification. One way of chemical scarification is water soaking. This study aimed to analyze the initial effect of temperature of the soaking water and duration of soaking on the germination of canarium seeds. The research design used was a two-factor experiment in a completely randomized design. The first factor is the different initial water temperature and the second factor is soaking duration. The initial water temperature consists of 60°C, 70°C, 80°C, 90°C, and 100°C, while the soaking duration consists of 0 h, 24 h, 48 h, and 72 h. The results showed that the initial water temperature had a very significant effect on germination percentage, peak value, mean daily germination, and germination value. The soaking duration did not significantly affect germination percentage, mean daily germination, and germination value, but it significantly affected the peak value. The interaction of initial water temperature and soaking duration significantly affected the germination percentage, mean daily germination, peak value, and germination value. The initial water temperature and soaking duration affected the germination of canarium seeds. Keywords: Canarium indicum, dormancy, germination, initial temperature, soaking duration
Penyuluhan dan Pembagian Alat Produksi Kasbi Lempeng pada Kelompok Masyarakat di Desa Dodinga Aqshan Shadikin Nurdin; Ramli Hadun; Abdul Kadir Kamaluddin; Asiah Salatalohy; Andy Kurniawan; Mahdi Tamrin; Nurhikmah Nurhikmah; Rosita Rosita; Reyna Ashari; Fadila Tamnge; Firlawanti Lestari Baguna; Laswi Irmayanti; Aisjah Rachmawaty Ryadin; Much Hidayah Marasabessy; Adesna Fatrawana
Repong Damar: Jurnal Pengabdian Kehutanan dan Lingkungan Vol 2, No 1 (2023): June
Publisher : Magister of Forestry,Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/rdj.v2i1.7410

Abstract

Kasbi lempeng adalah makanan tradisional yang banyak dikonsumsi di beberapa daerah di Indonesia. Dalam penyuluhan dan pembagian alat produksi Kasbi lempeng, penting untuk memastikan peserta memahami informasi yang disampaikan dan memiliki keterampilan dalam menggunakan alat produksi tersebut. Penyuluhan dan pembagian alat produksi kasbi lempeng adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan informasi dan bantuan kepada masyarakat terkait dengan proses produksi kasbi lempeng.  Pembagian alat produksi kasbi lempeng dapat dilakukan dalam rangka memperluas produksi kasbi lempeng di masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan produksi kasbi Lempeng.