Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

The Potential of Herbal Combinations as Adjunctive Therapy for Standard Care of COVID-19 Patients: A Lesson Learned from Indonesia Rozaliyani, Anna; Pratama, Satria; Setianingrum, Findra; Yunita, Fenny; Rumende, C. Martin
Pharmaceutical Sciences and Research Vol. 10, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The pandemic of novel coronavirus disease (COVID-19) has become a global disaster that occurred between the end of 2019 and 2023. It caused immeasurable damage to almost all aspects of human life. The disease has opened a lot of new perspectives on Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) origins and pathogenesis, the nature of the virus, the potential for new treatments, and new policies to overcome this pandemic. This review aims to know the potential of plants that are beneficial to combat the diseases, including immunomodulators in the management of COVID-19. Studies reporting COVID-19 with the keywords SARS-CoV-2, COVID-19, pathogenesis, clinical manifestations, medicinal plants, and their benefits were included. We also discussed the molecular pathways of the bioactive compound that may interact with the pathogenesis of COVID-19. Clinical management for COVID-19 is still being refined from time to time because many aspects are not yet fully understood and need further studies. Therefore, effective, non-invasive, and affordable treatment must be sought immediately to meet this very urgent need. The commotion situation of the COVID-19 pandemic has encouraged various efforts to develop new drugs, including alternative therapies from potential medicinal plants. The pharmacotherapeutic activity of Indonesia-based medicinal plants for COVID-19 has evolved, including Phyllanthus niruri, Andrographis paniculata, Anacardium occidentale, Zingiber officinale, and Glycyrrhiza glabra. The potential benefits of that combination of herbal medicinal plants also need to be explored for better contribution in managing COVID-19, particularly in Indonesia.
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN TENTANG JAHE MERAH SEBAGAI TANAMAN OBAT Giofransisco Tenis, Erick; Yunita, Fenny
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v3i1.24603

Abstract

Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan beragam. Contoh kekayaannya yaitu berbagai tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional. Pemakaian tanaman herbal sebagai bahan obat ini telah berlangsung sejak lama dan diturunkan secara turun-temurun dalam kehidupan masyarakat. Saat ini, masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional daripada obat kimia. Jahe merah atau dalam nama latinnya Zingiber officinale var. Rubrum adalah salah satu tanaman obat yang populer di Indonesia. Jahe merah ini merupakan jenis jahe yang dipercaya memiliki banyak sekali manfaat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara tentang jahe merah sebagai tanaman obat. Penelitian ini diikuti oleh 112 orang responden penelitian, dengan kriteria inklusi yaitu mahasiswa aktif fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2020. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 107 orang (95.5%) dengan tingkat pengetahuan terhadap tanaman obat dalam kategori yang baik dan tingkat pengetahuan dengan kategori yang kurang sebanyak 5 orang (4.5%). Penelitian ini juga meneliti tentang pengetahuan tentang karakteristik tanaman jahe, sebanyak 59 orang (52.7%) dengan tingkat pengetahuan yang baik dan 53 orang (47.3%) dengan tingkat pengetahuan yang kurang. Pengetahuan tentang tanaman jahe merah, sebanyak 98 orang (87.5%) dengan tingkat pengetahuan yang baik dan 14 orang (12.5%) dengan tingkat pengetahuan yang kurang.
PROFIL PEMANFAATAN TEMULAWAK (CURCUMA ZANTHORRHIZA) UNTUK MENJAGA KESEHATAN LAMBUNG PADA MASYARAKAT DI CITRA RAYA 2023 Talentia, Jennifer; Yunita, Fenny
Ebers Papyrus Vol. 30 No. 2 (2024): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v30i2.28112

Abstract

Temulawak adalah salah satu tanaman asli Indonesia dari genus Curcuma, famili Zingiberaceae yang banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di Indonesia, dan nama latinnya Curcuma zanthorrhiza. Kawasan Citra Raya terletak di Provinsi Banten, merupakan salah satu provinsi dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Banyak masyarakat telah mempercayai temulawak sebagai obat herbal karena berkhasiat bagi tubuh, diantaranya berupa zat antiinflamasi, antimikroba, dan antioksidan. Dikarenakan kehidupan masyarakat di daerah ini masih banyak yang berasal dari alam, seperti air yang digunakannya masih berasal dari sungai sehingga menjadi rentan untuk terinfeksi penyakit gastritis akibat bakteri Helicobacter pylori. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui jumlah masyarakat yang menggunakan temulawak terutama dalam mengatasi masalah kesehatan lambung. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dilakukan dengan desain cross sectional dan consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada masyarakat di kawasan Citra Raya dengan menggunakan kuesioner, karakteristik subjek terdiri dari 36 orang laki-laki dan 44 orang perempuan dengan usia mayoritas masyarakat berada di rentang 21-30 tahun. Temulawak digunakan masyarakat di kawasan Citra Raya dengan tingkat penggunaan untuk mengatasi masalah pencernaan (38,75%), mendukung sistem kekebalan tubuh (37,5%), meredakan nyeri (13,75%), masalah pada kulit (7,5%), dan peradangan (2,5%). Mayoritas masyarakat yaitu sebanyak 98,75% merekomendasikan temulawak kepada orang lain karena manfaatnya sebagai pengobatan ataupun nutrisi. Penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrumen penelitian yang lebih baik kualitasnya agar dapat mengetahui potensi temulawak sebagai obat herbal untuk kesehatan lambung.
Peran Penggunaan Lactagogue dalam Mendukung Keberhasilan ASI Eksklusif 6 Bulan di Rumah Sakit H Jakarta Periode 2019-2024 T, Angelina Florensia Valdes; Yunita, Fenny
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 5, No 3 (2025): Volume 5 Nomor 3 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v5i3.18682

Abstract

ABSTRACT Exclusive breastfeeding has been established by the World Health Organization (WHO) as a recommended program for newborns until they are able to digest other foods after six months. However, the relationship between the use of lactagogues and the success of exclusive breastfeeding for six months in Jakarta remains unclear. This study aims to examine the relationship between the use of lactagogues and the success of exclusive breastfeeding. The research method used is analytical with a cross-sectional design. The study population consists of 217 individuals, with 209 respondents meeting the inclusion and exclusion criteria for the sample. The variables used are the use of lactagogues and breast milk production. Data collection was conducted using questionnaires, and the analysis was performed using SPSS. The results of the study show that 83.3% of postpartum mothers in Jakarta provide exclusive breastfeeding to their babies. Additionally, 86.1% of respondents reported using lactagogues to increase milk production. Although a positive relationship between lactagogue use and signs of successful breastfeeding was observed, statistical analysis indicates no significant relationship between lactagogue use and the success of exclusive breastfeeding for six months. Conclusion: The use of lactagogues does not have a significant relationship with the success of exclusive breastfeeding for six months at a hospital in Jakarta during the 2019-2024 period. Keywords: Lactagogue, Exclusive Breastfeeding, Breastfeeding Mothers  ABSTRAK ASI eksklusif telah ditetapkan World Health Organization (WHO) bahwa merupakan program yang disarankan kepada bayi yang baru saja dilahirkan sampai mereka mampu mencerna makanan lain setelah enam bulan. Dengan adanya masalah masih belum diketahui secara jelas hubungan antara pemberian lactagogue  untuk keberhasilan ASI eksklusif selama 6 bulan di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi hubungan antara pemberian lactagogue dengan keberhasilan ASI eksklusif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 217 orang, namun responden yang sesuai ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel adalah 209 responden. Variabel yang digunakan adalah pemakaian lactagogue dan produksi ASI. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan menggunakan SPSS dalam metode analisis penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan 83,3% ibu pasca partus di Jakarta memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pemakaian lactagogue juga mencapai 86,1% responden melaporkan bahwa mereka menggunakan untuk meningkatkan produksi ASI. Meskipun terlihat terdapat hubungan positif antara pemakaian lactagogue  dan tanda-tanda keberhasilan menyusui, namun analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemakaian lactagogue dan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Simpulan: Pemberian lactagogue tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan ASI eksklusif 6 bulan di salah satu rumah sakit di Jakarta periode 2019-2024. Kata Kunci: Lactagogue, Asi Eksklusif, Ibu Menyusui
The journey of Indonesian traditional medicine Yunita, Fenny; Gunawan, Shirly; Silaban, Hertina; Chaidir
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 2 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i2.33351

Abstract

Indonesia is the second mega biodiversity country in the world, with more than 17.000 islands and 1.340 tribes with abundant potency in traditional medicine. Traditional medicine in Indonesia has a long history. It has been greatly influenced by foreign cultures, such as India (Ayurveda), China (Traditional Chinese Medicine), and the Middle East (Arabic/Islamic/Thibbun Nabawi). Traditional Indonesian medicine is also known as Jamu, which refers to prayer, physical and non-physical techniques, and herbal medicine that aims to maintain and improve health. Many national surveys have shown that Indonesian people strongly believe in traditional medicine and still use it daily. The development of traditional medicine in Indonesia started early in the 8th century, as shown in the reliefs of Borobudur and many other temples. The development of traditional medicine in Indonesia also refers to the WHO's traditional medicine strategy, which focuses on the 3Ps (Products, practices, practitioners). World Health Organization (WHO) recommends using traditional medicines to maintain public health, preventing and treating diseases, especially chronic and degenerative diseases. WHO also supports efforts to improve the safety and efficacy of traditional medicines. Traditional Indonesian medicine has great potential to help improve the community's health. Cross-sectoral cooperation from all sectors, such as academics, business, government, and the community, is needed to develop traditional Indonesian medicine and support its use in health service facilities towards independence in the health sector.
PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA MENGENAI SLIMMING TEA UNTUK MENURUNKAN BERAT BADAN Chandra, Jennifer Evelin; Yunita, Fenny
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.43360

Abstract

Secara global, ada lebih banyak orang yang mengalami obesitas dibandingkan dengan orang yang mengalami kekurangan berat badan. Kelebihan berat badan dan obesitas menjadi permasalahan di berbagai negara dan telah mencapai proporsi epidemi secara global, dengan setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun akibat kelebihan berat badan atau obesitas. Teh adalah minuman yang umum dikonsumsi setiap hari di berbagai belahan dunia, dan menjadi salah satu cara yang banyak dipakai untuk menurunkan berat badan, yaitu dengan meminum teh pelangsing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara terhadap penggunaan teh pelangsing untuk menurunkan berat badan. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan desain cross-sectional pada 197 mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara.  Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dalam kategori baik yaitu yaitu 115 subyek (58,4%).
Pola penggunaan lactogogue pada ibu menyusui di RS Hermina Jakarta Alifia, Tosya Putri; Yunita, Fenny
Tarumanagara Medical Journal Vol. 7 No. 1 (2025): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v7i1.34133

Abstract

Bayi mendapatkan nutrisi penting dari air susu ibu (ASI). Menyusui memberikan manfaat dalam jangka pendek dan panjang, termasuk mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas infeksi. Cakupan ASI eksklusif selama enam bulan di seluruh dunia masih belum optimal. Di Indonesia, cakupan ASI eksklusif mencapai 69,7% pada tahun 2021, namun di beberapa provinsi seperti Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Barat masih di bawah target. Berbagai faktor, termasuk produksi ASI yang tidak memadai, akses yang mudah ke susu formula, dan faktor hormonal, fisik, dan emosional ibu, berkontribusi pada rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif. Penggunaan laktogogue alami dan sintetis merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah ini. Studi deskriptif cross-sectional ini bertujuan untuk menilai pola penggunaan laktogogue oleh ibu menyusui di salah satu rumah sakit di Jakarta. Total responden yang mengikuti studi sebanyak 211 orang. Hasil studi mendapatkan daun kelor (71,6%), daun katuk (80,6%), dan kelabat/fenugreek (70,1%) ialah tiga laktogogue alami yang paling banyak digunakan. Hasilnya ialah ibu menyusui bervariasi dalam penggunaan laktogogue, bahan alami lebih disukai karena aman dan efektif, sementara laktogogue sintetis digunakan untuk hasil yang cepat dengan pengawasan medis. Ibu yang menghadapi kesulitan saat menyusui harus menggunakan laktogogue, berkonsultasi dengan tenaga medis, dan memilih metode menyusui yang tepat.
Monitoring Gula Darah sebagai Upaya Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 pada Populasi Dewasa di Gereja Asisi Jakarta Yunita, Fenny; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian; Bachri, Fiqi Afrizal; Rafi, Muhammad Adam Abizar
jurnal ABDIMAS Indonesia Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal ABDIMAS Indonesia
Publisher : STIKes Ibnu Sina Ajibarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59841/jurai.v3i2.2783

Abstract

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease whose prevalence continues to increase due to changes in lifestyle and lack of physical activity, especially in the productive age population. Uncontrolled hyperglycemia can cause various serious complications such as nerve, kidney, vision disorders, and cardiovascular disease. Early detection of blood sugar levels is very important to identify risks early and prevent disease progression. The Community Service Program (PKM) implemented at the Asisi Church, Tebet District, aims to increase public awareness of the importance of early detection of diabetes through blood sugar screening activities. This activity uses the Plan-Do-Check-Act (PDCA) approach, including capillary blood tests with Point-of-Care Testing (POCT) tools and education about risk factors, symptoms, and prevention of diabetes. Of the 68 participants involved, it was found that 10 people (14.7%) had diabetes, 13 people (19.12%) had prediabetes, and 45 people (66.18%) had normal blood sugar levels. These results emphasize the importance of early detection to prevent long-term complications and encourage people to maintain metabolic health in order to improve quality of life sustainably.
PEMERIKSAAN LEMAK SUBKUTAN DENGAN SKINFOLD CALIPER EMPAT TITIK SEBAGAI EDUKASI PENCEGAHAN RISIKO HIPERTRIGLISERIDEMIA PADA DEWASA MUDA Yunita, Fenny; Santoso, Alexander Halim; Destra, Edwin; Fajarivaldi, Kresna Bambang; Pratama, Muhammad Kevin Dava
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 3 No. 3 (2025): Juni
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v3i3.2605

Abstract

Lemak subkutan merupakan salah satu indikator awal dari potensi gangguan metabolik, termasuk hipertrigliseridemia. Distribusi lemak yang dominan di area sentral tubuh memiliki hubungan erat dengan peningkatan sintesis trigliserida hepatik, terutama pada individu usia produktif tanpa gejala klinis. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya promotif dan preventif terhadap risiko hipertrigliseridemia melalui pemeriksaan lemak subkutan dan edukasi gizi berbasis hasil pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan menggunakan skinfold caliper pada empat titik: biceps, triceps, suprailiac, dan subscapular. Hasil diinterpretasikan sebagai estimasi distribusi lemak subkutan, dan digunakan sebagai dasar dalam penyampaian edukasi visual. Dari 49 peserta, distribusi median lemak subkutan tertinggi ditemukan pada titik suprailiac (8,7 mm) dan subscapular (8,1 mm), diikuti triceps (6,6 mm) dan biceps (3,4 mm). Pola ini menunjukkan dominasi lemak di area tubuh bagian tengah, yang memiliki relevansi terhadap risiko metabolik. Edukasi dilakukan dalam kelompok kecil dan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan populasi secara agregat. Pemeriksaan lemak subkutan empat titik dapat digunakan sebagai pendekatan skrining awal untuk mendeteksi distribusi lemak berisiko, dan efektif mendukung edukasi gaya hidup sehat yang berfokus pada pencegahan hipertrigliseridemia. Kata Kunci: Skinfold Caliper; Lemak Subkutan; Distribusi Lemak Tubuh; Hipertrigliseridemia; Edukasi Gizi; Deteksi Dini
Pengukuran Lemak Subkutan Sebagai Alat Evaluasi Obesitas pada Populasi Dewasa Produktif Yunita, Fenny; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian; Soebrata, Linginda; Hartono, Eric
Jurnal Pengabdian Sosial Vol. 2 No. 9 (2025): Juli
Publisher : PT. Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/88zqeg50

Abstract

Obesitas dan akumulasi lemak tubuh berlebih merupakan masalah kesehatan serius yang meningkatkan risiko hipertensi, diabetes, stroke, hingga kematian. Tujuan kegiatan ini adalah mendeteksi distribusi lemak subkutan sebagai indikator obesitas dan memberikan edukasi pencegahan kepada populasi usia produktif. Metode kegiatan dilakukan dengan pemeriksaan ketebalan lemak subkutan menggunakan fat caliper pada 107 peserta di Kelurahan Tanjung Duren, Jakarta Barat, yang mencakup empat titik pengukuran yaitu biceps, triceps, suprailiac, dan subscapular. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pada area biceps, 86,92% peserta memiliki ketebalan lemak kategori rendah; area triceps didominasi kategori rendah (69,16%) dan normal (22,43%); pada suprailiac, 57,01% kategori rendah dan 33,64% normal; sedangkan area subscapular, 88,79% berada dalam kategori rendah. Edukasi mengenai faktor risiko dan pencegahan obesitas diberikan kepada seluruh peserta untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya gaya hidup sehat. Kegiatan ini membuktikan bahwa fat caliper efektif sebagai metode deteksi dini distribusi lemak tubuh dan edukasi berbasis hasil pemeriksaan berperan penting dalam pencegahan obesitas di komunitas.