cover
Contact Name
Ahmad Fauzan
Contact Email
elizdiwaj@radenintan.ac.id
Phone
+628996444357
Journal Mail Official
elizdiwaj@radenintan.ac.id
Editorial Address
Jln. Lektol H. Endro Suratmin, Sukarame, Bandar Lampung Rumah Jurnal Fakultas Syari'ah UIN Raden Intan Lampung
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law
ISSN : -     EISSN : 27460126     DOI : 10.24042/el-izdiwaj.v2i2.
Core Subject : Religion,
El Izdiwaj Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law jurnal yang membahas artikel dalam bidang hukum keluarga Islam dan hukum perdata dengan berbagai pendekatan
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 76 Documents
Analisis Falsafah Tasyri’ Terhadap Makkalu Dapureng Wekka Pitu: Integrasi Adat Bugis dan Fiqh munakahat Tentang Kesiapan Menikah Mutmainnah, Iin; Hasim, Hasanuddin; Musyahid, Achmad; Sultan, Lomba
El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law Vol. 6 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/patj6z03

Abstract

Penelitian ini mambahas tentang tradisi masyarakat bugis dalam nilai-nilai makkalu dapureng wekka pitu yang diintegrasikan dengan fiqh munakahat tentang kesiapan menikah. Analisis falsafah tasyri’ digunakan untuk menggali nilai-nilai yang terkadung dalam hukum perkawinan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif empiris untuk memecahkan masalah tentang makkalu dapureng wekka pitu yang menjadi tradisi dari masyarakat bugis. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu observasi, wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai dalam makkalu dapureng wekka pitu  sejalan dengan konsep fiqh munakahat dalam konsep tanggung jawab seorang suami kepada istri. Hal inilah yang perlu dikuatkan bagi setiap laki-laki yang akan menikah agar tidak mudah dalam mengambil keputusan pernikahan tanpa ada persiapan dalam kesanggupan pemenuhan tanggung jawab kepada perempuan.
The Legal Status of Children in Unregistered Marriage Divorces:Problems and Challenges Ramadhani, Indriya; Sulistiyaningsih, Nur; Solikhah
El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law Vol. 6 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/vccfbe74

Abstract

Abstrak:  Studi ini ditujukan untuk mengkaji status anak dalam perceraian nikah siri sebagaimana Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia. Dalam perkara ini, suami masih berstatus terikat perkawinan sah bersama wanita lain. Termasuk pada studi hukum normatif dengan pendekatan undang-undang dan kasus, studi ini menerapkan data primer dan sekunder. Melalui teknik studi kepustakaan, data pada studi ini dianalisis dengan metode deduksi silogisme. Temuan studi membuktikan bahwasanya status anak dalam Putusan Nomor 546/Pdt.G/2024/PA.Krw dapat diakui secara hukum sebagai anak kandung Tergugat (Ayah biologis anak/suami siri Penggugat) sesuai dengan alat bukti yang diajukan di pengadilan. Walaupun pada saat menikah, Penggugat (Ibu Anak/istri siri Tergugat) telah hamil dua bulan, anak yang lahir dapat diakui sebagai anak Tergugat (Ayah biologis anak/suami siri Penggugat), sebab syarat bahwa anak dari seorang wanita yang telah hamil pada saat dinikahi sebagaimana Imam Syafi'i dan Imam Malik adalah lahir minimal enam bulan sejak perkawinan  dilangsungkan, sedangkan anak dari Penggugat lahir setelah tujuh bulan perkawinan . Selanjutnya, menurut Putusan Mahkamah Konstitusi No 46/PUU-VIII/2010, anak tersebut berhubungan dengan Tergugat secara perdata. Namun, dikarenakan Tergugat (Ayah biologis anak/suami siri Penggugat) masih terikat perkawinan sah dengan wanita lain serta dalam perkawinan yang dilakukan oleh Penggugat dan Tergugat tidak terbukti secara akta perkawinan, dan anak tersebut hanya diterima sebagai anak kandung secara biologis, bukan anak sah, karena secara perdata adalah anak hasil zina. Kata kunci: Perceraian, Kawin Siri, Status Anak   Abstract:    This study aims to examine the status of children in a siri marriage divorce as per Islamic Law and Positive Law in Indonesia. In this case, the husband is still legally married to another woman. Included in a normative legal study with a statutory and case approach, this study applies primary and secondary data. Through literature study techniques, the data in this study was analyzed using the syllogism deduction method. The findings of the study prove that the status of the child in Decision No. 546/Pdt.G/2024/PA.Krw can be legally recognized as the biological child of the Defendant (the biological father of the child/the Plaintiff's common-law husband) in accordance with the evidence submitted in court. Even though at the time of marriage, the Plaintiff (the child's mother/the Defendant's common-law wife) was two months pregnant, the child born can be recognized as the child of the Defendant (the biological father of the child/the Plaintiff's common-law husband), because the requirement that the child of a woman who is pregnant at the time of marriage as stated by Imam Syafi'i and Imam Malik is born at least six months after the marriage, while the child of the Plaintiff was born after seven months of marriage. Furthermore, according to Constitutional Court Decision No 46/PUU-VIII/2010, the child is civilly related to the Defendant. However, because the Defendant (the biological father of the Plaintiff's child/strict husband) was still legally married to another woman and the marriage between the Plaintiff and the Defendant was not proven by a marriage certificate, and the child was only borne by the Defendant. Keywords: Divorce, Unregistered Marriage, Child Status  
The Role of Fasting in Managing Sexual Impulses within Marriage: A Study of Ali Ahmad al-Jurjāwī’s Thought Safitri Ar, Anisa Lutfiana; Maharani, Rifa Arum Tazkia; Masitoh
El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law Vol. 6 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/02y3f726

Abstract

Abstrak: Tulisan ini membahas secara komprehensif tentang hakikat dan hikmah ibadah puasa perspektif Ali Ahmad Al-Jurjawi, baik dari sisi spiritual, sosial, maupun kesehatan terutama dalam menekan hawa nafsu perkawinan. Puasa tidak hanya dilihat sebagai kewajiban ritual, tetapi juga sebagai sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) yang mengantarkan manusia pada derajat takwa. Tujuan penelitian untuk mengkaji bagaimana puasa berfungsi sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT, menumbuhkan kesabaran, menguatkan kontrol diri, serta mendekatkan manusia kepada nilai-nilai ketuhanan. Selain itu, puasa juga dipaparkan memiliki manfaat ilmiah di bidang kesehatan, seperti detoksifikasi, peningkatan sistem imun, dan pengendalian metabolisme tubuh. Metode yang digunakan dalam tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis isi terhadap sumber-sumber primer Al-Qur’an, hadis, dan pemikiran Ali Ahmad Al- Jurjāwi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa Puasa menurut Ali Ahmad Al- Jurjāwi bukan sekadar menahan lapar dan haus, melainkan sebuah ibadah yang mengandung hikmah mendalam terkait waktu dan kesabaran. Waktu puasa menjadi momen spiritual yang sarat makna, sementara kesabaran dalam menahan nafsu mengajarkan pengendalian diri, peningkatan kualitas spiritual, dan kedekatan dengan Allah SWT. Puasa juga berfungsi sebagai penepis sifat kebinatangan dan sarana pembentukan karakter manusia yang lebih mulia dan ikhlas dalam beribadah. Dengan demikian, hikmah waktu dan kesabaran dalam puasa menurut Ali Ahmad Al-Jurjāwi adalah pembelajaran mendalam tentang disiplin spiritual dan moral yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan sesama secara harmonis. Kontribusi penelitian ini secara teoritis ini juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan keluarga Muslim sebab relevan dalam konsep hukum keluarga Islam. Kata Kunci: Puasa, Sabar, Seks dalam Keluarga, At-Tasyrī‘wa Falsafatuhu, Al-Jurjāwi   Abstract:. This paper offers a comprehensive exploration of the essence and wisdom of fasting (ṣawm) from the perspective of Ali Ahmad al-Jurjāwī, examining its spiritual, social, and health dimensions—particularly its role in curbing marital desires. Fasting is not merely viewed as a ritual obligation, but as a means of spiritual purification (tazkiyat al-nafs) that elevates the human soul toward the attainment of taqwā (God-consciousness). The study aims to investigate how fasting functions as an act of servitude to Allah SWT, cultivating patience, strengthening self-control, and drawing individuals closer to divine values. Beyond its spiritual significance, fasting is also presented as having scientific benefits in the realm of health, including detoxification, immune system enhancement, and metabolic regulation. This research employs a qualitative descriptive method with a content analysis approach, drawing upon primary sources such as the Qur’an, Hadith, and the thought of Ali Ahmad al-Jurjāwī. The findings reveal that fasting, according to al-Jurjāwī, is not limited to abstaining from food and drink, but is a profound act of worship imbued with wisdom related to time and patience. The fasting period becomes a spiritually charged moment, while the endurance of desire fosters self-restraint, spiritual refinement, and closeness to Allah SWT. Moreover, fasting serves to suppress animalistic tendencies and contributes to the formation of noble character and sincerity in worship. Thus, the wisdom of time and patience in fasting, as articulated by Ali Ahmad al-Jurjāwī, offers deep lessons in spiritual and moral discipline, harmonizing the human relationship with both God and fellow beings. The theoretical contribution of this study is also applicable to Muslim family life, as it aligns with the principles of Islamic family law. Keywords: Fasting, Patience, Sex in the Family, At-Tasyrī‘wa Falsafatuhu, Al-Jurjāwi
The Transition of Tunggu Tubang Roles in the Semende Tradition Gender and Islamic Law Perspective Saipudin; Patima
El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law Vol. 6 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/j7rt3465

Abstract

Abstrak: Penelitian ini membahas dinamika gender dalam peralihan peran tunggu tubang pada masyarakat adat Semende di Desa Sindang Agung, Kecamatan Tanjung Raja, dalam konteks transmigrasi di Kabupaten Lampung Utara. Sistem tunggu tubang merupakan tradisi pewarisan matrilineal yang menempatkan anak perempuan sulung sebagai pemegang hak dan tanggung jawab atas rumah serta lahan keluarga. Perubahan sosial seperti pendidikan, mobilitas, dan ekonomi telah mendorong pergeseran peran tersebut kepada anak perempuan bungsu atau anggota keluarga lain yang lebih fungsional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi lapangan melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Semende beradaptasi dengan mengutamakan kemampuan aktual dan keberadaan fisik dibanding urutan kelahiran. Masyarakat juga membedakan antara pengelolaan dan pembagian waris, sehingga praktik Tunggu tubang tetap sejalan dengan hukum waris Islam melalui pendekatan maslahah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur gender dalam masyarakat adat Semende bersifat dinamis dan adaptif, mencerminkan negosiasi antara adat lokal dan prinsip syariah yang menjunjung keadilan serta tanggung jawab sosial. Kata Kunci:  Tunggu tubang, Semende, Gender, Waris, Maslahah   Abstract: This study examines the gender dynamics in the transition of Tunggu tubang roles among the Semende indigenous community in Sindang Agung Village, Tanjung Raja District, within the context of transmigration in North Lampung Regency. The Tunggu tubang system is a matrilineal inheritance tradition that places the eldest daughter as the holder of rights and responsibilities over the family home and land. Social changes such as education, mobility, and economics have driven this role shift to the youngest daughter or other more functional family members. This study employed qualitative methods with a field study strategy through interviews, observation, and document analysis. The results show that the Semende community adapts by prioritizing actual ability and physical presence over birth order. The community also differentiates between inheritance management and distribution, ensuring that Tunggu tubang practices remain in line with Islamic inheritance law through a maslahah approach. The results indicate that gender structures in the Semende indigenous community are dynamic and adaptive, reflecting negotiations between local customs and sharia principles that uphold justice and social responsibility. Keywords: Tunggu tubang, Semende, Gender, Inheritance, Maslahah
Tinjauan Fikih Empat Mazhab Terhadap Operasi Caesar Pasca Kematian Ibu Hamil Putri, Marisa; Gandhi Liyorba Indra
El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law Vol. 6 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/et21ef17

Abstract

Abstrak: Tulisan ini bertujuan menjelaskan tentang pendapat empat imam mazhab mengenai operasi caesar pada wanita hamil yang meninggal dunia. Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan. Data utama pada penelitian ini adalalah data sekunder dari al-Qur’an, Hadis, dan kitab Rahmatul Umah Fi Ikhtilafi Aimmah, serta literatur terkait yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapat empat imam mazhab berbeda pendapat mengenai bedah pada wanita hamil yang meninggil dunia. Ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan masing-masing mempunyai dasar hukum yang menjadi alasan perbedaan pendapat dikalangan empat Imam. (1) Terdapat persamaan dan perbedaan dikalangan Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dam Imam Ahmad bin Hambal, dimana Imam Abu Hanifah dan Syafi’i boleh membedah perutnya untuk menyelamtkan bayinya. (2) Imam Malik memiliki dua perdapat yaitu suatu saat boleh dan suatu saat tidak tergatung pada konteksnya (Illat-nya), dan Ahmad bin Hambal melarang membedah perutnya melarang untuk melakukan pembedahan mayat karena melakukan pembedahan pada mayit sama saja menyakiti mayit tersebut, sedangkan menyakiti mayit sama seperti menyakiti ketika dia hidup. Kata Kunci: Empat Mazhab, Caesar, Wanita hamil menggil dunia.   Abstract: This paper aims to explain the opinions of four imams of the Islamic school of thought regarding caesarean section on pregnant women who die. This research is classified as library research. The main data in this study are secondary data from the Qur'an, Hadith, and the book Rahmatul Umah Fi Ikhtilafi Aimmah, as well as relevant related literature. The results of the study show that the opinions of the four imams of the Islamic school of thought differ regarding surgery on pregnant women who die. Some allow it and some do not allow it, each of which has a legal basis that is the reason for the difference of opinion among the four Imams. (1) There are similarities and differences among Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi'i and Imam Ahmad bin Hanbal, where Imam Abu Hanifah and Syafi'i may operate on the stomach to save the baby. (2) Imam Malik has two opinions, namely that at times it is permissible and at times it is not, depending on the context (Illat), and Ahmad bin Hanbal forbade dissecting the stomach and forbade dissecting a corpse because dissecting a corpse is the same as hurting the corpse, while hurting a corpse is the same as hurting it when it was alive. Keywords: Four Mazhab, Caesar, Pregnant woman died.
MEDIATION IN MARRIAGE ANNULMENT CASES UNDER SUPREME COURT REGULATION (PERMA) NO. 1 OF 2016 ON COURT MEDIATION PROCEDURES Burhanuddin, Ahmad; Marnila Sari, Nani; Sahrin, Muhammad Farhan
El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law Vol. 6 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/e4gptg07

Abstract

The Religious Court of Tanjung Karang, in Decision Number 1240/Pdt.G/2024/PA.Tnk, conducted mediation in a marriage annulment case. Although Article 4 paragraph (2) letter d of Supreme Court Regulation (PERMA) Number 1 of 2016 stipulates that marriage annulment cases are exempted from mandatory mediation, the judge exercised discretion to carry out mediation in this case.This research employs normative and empirical juridical methods with a case study approach. The findings indicate that the implementation of mediation in marriage annulment cases does not contravene procedural law, as the exemption in PERMA Number 1 of 2016 does not amount to an absolute prohibition. On the contrary, mediation in this context provides the parties with an opportunity to resolve their disputes amicably and in a familial spirit, reflecting the values of deliberation in Islamic law as well as the modern judicial principles of being swift, simple, and low-cost. Therefore, the judge’s decision is considered lawful and in accordance with the prevailing legal framework.