cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 27, No 2 (2025)" : 10 Documents clear
Efektivitas Eltrombopag dalam Penanganan Anemia Aplastik Berat pada Anak Septiana, Mega; Sari, Teny Tjitra
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.126-35

Abstract

Latar belakang. Efektivitas pemberian eltrombopag pada kasus anemia aplastik berat pada anak masih kontroversial. Tujuan. Melakukan telaah kritis untuk melihat efektivitas pemberian eltrombopag dalam penanganan anemia aplastik berat pada anak.Metode. Penelusuran pustaka pangkalan data elektronik berupa PubMed, The Cochrane Library, dan Embase pada bulan Juli 2023. Pencarian dilakukan dengan menggunakan Boolean term dengan kata kunci berupa “severe anemia aplastic,” “children,” “pediatric,” dan “eltrombopag.”Hasil. Terdapat dua artikel yang dipilih kemudian dilakukan telaah kritis. Level of evidence kedua studi tersebut adalah 1a. Kedua studi tersebut menunjukkan pemberian eltrombopag memberikan perbaikan profil hematologi pada anak dengan anemia aplastik bila dikombinasikan dengan terapi imunosupresi standar. Meskipun demikian, tidak semua studi terlibat memiliki hasil yang sama.Kesimpulan. Pemberian eltrombopag pada anak dengan anemia aplastik berat menunjukkan kemungkinan perbaikan profil hematologi yang lebih besar dibandingkan tidak diberikan eltrombopag, pada pemantauan jangka panjang dan bila dikombinasikan dengan terapi imunosupresi standar.
Profil Serum Serotonin dan Brain-Derived Neurotrophic Factor sebagai Indikator Kompleksitas Gejala Anak Autisme Usia 6-10 Tahun Solek, Purboyo; Gamayani, Uni; Rusmil, Kusnandi; Afriandi, Irvan; Prasetya, Taufan; Rizqiamuti, Anggia Farrah; Nurfitri, Eka; -, Burhan; Sahril, Indra; Gunawan, Kevin
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.96-101

Abstract

Latar belakang. Gangguan spektrum autisme (GSA) adalah gangguan neurodevelopmental kompleks yang melibatkan faktor neurobiologis seperti serotonin dan brain-derived neurotrophic factor (BDNF).Tujuan. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kadar serotonin dan BDNF serum pada anak dengan autisme serta menilai potensinya sebagai biomarker diagnostik.Metode. Penelitian potong lintang melibatkan 51 anak autisme usia 6-10 tahun di Melinda dan Indigrow Child Development Center. Kadar serum serotonin dan BDNF dianalisis dengan metode ELISA dan dinilai berdasarkan tingkat kompleksitas gejala menggunakan Childhood Autism Rating Scale (CARS). Uji T-test independent digunakan untuk menganalisis perbedaan kedua biomarker berdasarkan tingkat kompleksitas gejala. Kadar serotonin dan BDNF dianalisis lebih lanjut menggunakan ROC.Hasil. Rerata kadar serotonin adalah 339,86 ng/ml, dengan perbedaan signifikan antara autisme ringan-sedang (398,82 ng/ml) dan berat (325,48 ng/ml) (p<0,05). Rerata kadar BDNF adalah 41,77 ng/ml, cenderung lebih tinggi pada autisme berat (42,92 ng/ml) dibandingkan autisme ringan-sedang (37,05 ng/ml), namun tidak signifikan (p>0,05). Analisis ROC menunjukkan nilai diagnostik suboptimal untuk kedua biomarker. Kesimpulan. Meskipun terdapat perbedaan kadar serotonin dan BDNF serum berdasarkan tingkat kompleksitas gejala anak autisme, namun penggunaannya sebagai biomarker diagnostik masih terbatas dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Analisis Kadar Zink Serum pada Anak Perawakan Pendek: Studi Cross-Sectional di Makassar Badaria, Badaria; Maddeppungeng, Martira; Daud, Dasril
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.113-7

Abstract

Latar belakang. Perawakan pendek merupakan salah satu masalah kesehatan anak di Indonesia yang belum teratasi. Perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi kronis dan infeksi kronis. Perawakan pendek terjadi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah defisiensi zink.Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar zink serum pada anak perawakan pendek.Metode. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data primer pada anak usia 24-72 bulan di PAUD dan TK di Makassar, dilakukan Oktober 2019–Februari 2020. Subjek dibagi menjadi dua kelompok: anak perawakan pendek dan normal (kontrol). Kadar zink serum diukur dan dibandingkan antar kelompok, dengan analisis data menggunakan Chi-square dan Mann-Whitney.Hasil. Dari total 91 subjek didapatkan 31 anak perawakan pendek dan 60 perawakan normal. Kadar zink serum rerata pada kelompok perawakan pendek adalah 26,81 ?g/dL (rentang: 0,4-102,2 ?g/dL), secara signifikan lebih rendah dibandingkan kelompok normal (49,04 ?g/dL; rentang: 4,4-157,8 ?g/dL; p=0,000). Frekuensi defisiensi zink tidak berbeda bermakna antara kelompok perawakan pendek (83,9%) dan normal (81,7%; p=0,793).Kesimpulan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa baik kelompok anak perawakan pendek maupun perawakan normal mengalami defisiensi zink, tetapi kadar zink pada anak perawakan pendek jauh lebih rendah dibandingkan perawakan normal.
Korelasi Neutrofil-Limfosit Rasio dengan Kadar C-Reaktif Protein sebagai Biomarker Sepsis Neonatus pada Bayi Prematur di Rumah Sakit Wangaya Denpasar Sriwaningsi, Lina; Bikin Suryawan, I Wayan; Suarca, I Kadek
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.89-95

Abstract

Latar belakang. Sepsis neonatus merupakan kondisi yang mengancam jiwa dengan angka kematian yang tinggi pada bayi prematur. Bayi prematur memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum matang. Sampai saat ini, kultur darah masih menjadi pemeriksaan standar emas untuk mendiagnosis sepsis neonatus. Neutrofil-limfosit Rasio (NLR) diusulkan sebagai penanda inflamasi, mendeteksi, dan menentukan tingkat keparahan sepsis, sedangkan C-Reaktif Protein (CRP) paling banyak digunakan pada fase akut, tetapi parameter ini dibatasi oleh sensitivitas, spesifisitas, ketersediaan, dan biaya. Kami mencoba menganalisis NLR sebagai alternatif pada sepsis neonatus.Tujuan. Mengetahui nilai cut-off point Neutrofil-limfosit Rasio yang optimal sebagai prediktor sepsis neonatus pada bayi prematur di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional cross-sectional menggunakan data sekunder dari rekam medis bayi yang dirawat di perinatologi dan NICU/neonatal intensive care unit Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. Total 94 bayi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang terkumpul disajikan secara deskriptif, dengan analisis bivariat dan analisis cut-off point menggunakan kurva ROC.Hasil. Berdasarkan sosiodemografi, bayi sepsis dengan berat badan lahir rendah sebanyak 81%, sebagian besar mengalami sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) 73 bayi (77%). Nilai cut-off point NLR 3,52 dengan nilai AUC 85%, sensitivitas 81%, dan spesifisitas 81%. Sedangkan nilai cut-off point CRP dengan nilai AUC 71%, sensitivitas 68%, dan spesifisitas 67%. Terdapat hubungan nilai NLR dengan CRP pada sepsis neonatus bayi prematur p-value 0,00 (p=<0,05).Kesimpulan. Nilai cut-off point NLR dapat digunakan sebagai prediktor deteksi dini sepsis neonatus. Deteksi sepsis neonatus menjadi lebih baik bila dikombinasikan dengan CRP.
Pengaruh Stimulasi Bermain Ibu terhadap Kadar Brain Derived Neurotrophic Factor dan Perkembangan Psikososial pada Anak Usia 12-18 Bulan Soedjatmiko, Soedjatmiko; Gatot, Djajadiman; Rusmil, Kusnandi; Bardosono, Saptawati; Padmonodewo, Suminarti; Gutama, Gutama; Sitorus, Rita; Dwirestuti, Ratna
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.118-25

Abstract

Latar belakang. Penelitian pada tikus dan orang dewasa menunjukkan bahwa stimulasi lingkungan dapat meningkatkan kadar BDNF di hipokampus, korteks, dan amigdala, yang berperan penting dalam proses pembelajaran dan memori. Namun, belum ada publikasi mengenai pengaruh stimulasi pada anak-anak.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh stimulasi bermain yang berupa rangsangan visual, auditori, dan emosional oleh ibu terhadap kadar BDNF darah tepi, serta perkembangan kognitif, bahasa, emosi-sosial, dan memori anak.Metode. Sebanyak 80 anak berusia 12–18 bulan yang sehat (divalidasi melalui pemeriksaan fisik, laboratorium, dan psikologis) terlibat dalam penelitian ini. Subjek dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok stimulasi (n=40) dan kelompok kontrol (n=40). Stimulasi dilakukan oleh ibu setelah dilatih selama 2 jam oleh tim peneliti, dengan menunjukkan dan membacakan 5 kata, diakhiri dengan pujian dan pelukan; dilakukan tiga kali sehari, empat hari dalam seminggu, selama 8 minggu. Kata-kata diganti bertahap setiap harinya hingga mencapai total 60 kata. Kelompok kontrol tidak menerima stimulasi.Hasil. Terdapat perbedaan bermakna dalam kadar BDNF 24,6% lebih tinggi pada kelompok stimulasi, p<0,01), serta dalam perkembangan bahasa reseptif, emosi-sosial, dan memori anak (p<0,05). Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan pada skala kognitif dan bahasa ekspresif (p>0,05).Kesimpulan. Metode stimulasi yang dilakukan tiga kali sehari selama 8 minggu terbukti bermanfaat untuk meningkatkan kadar BDNF serta perkembangan bahasa reseptif, emosi-sosial, dan memori anak usia 12–18 bulan.
Hubungan antara Pemberian Terapi Steroid dengan Pertumbuhan pada Pasien Hiperplasia Adrenal Kongenital Anak Arrizal, Ruhul Zihad; Purjatni, Anik; Tjahjono, Harjoedi Adji
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.102-7

Abstract

Latar belakang. Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK) adalah penyakit bawaan yang diturunkan secara autosomal resesif dan menyebabkan gangguan fungsi kelenjar adrenal. Terapi steroid, sebagai bagian dari tata laksana HAK, dapat menimbulkan efek samping terutama gangguan pertumbuhan tinggi badan pada pasien.Tujuan. Mengetahui hubungan antara terapi steroid (durasi, jenis, dan dosis) dengan pertumbuhan (panjang/tinggi badan dan panjang/tinggi badan menurut usia) pada pasien anak dengan HAK.Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan analisis rekam medis pasien HAK di RSSA Malang periode September 2020-Januari 2024. Sampel sebanyak 15 anak diambil menggunakan teknik proporsional random sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran pertumbuhan menggunakan panjang/tinggi badan (cm) dan ukuran menurut usia berdasarkan grafik WHO (0-2 tahun) dan CDC (>2 tahun). Data durasi terapi dihitung dalam bulan, jenis steroid dikategorikan menjadi terapi hidrokortison dan kombinasi hidrokortison-fludrokortison, serta dosis dihitung dalam mg/hari (hidrokortison) dan mcg/hari (fludrokortison). Analisis statistik menggunakan uji regresi dan korelasi Rank Spearman.Hasil. Terdapat hubungan signifikan antara durasi terapi steroid (r²=0,478; p=0,04) dan dosis hidrokortison (r²=0,766; p<0,001) dengan pertumbuhan tinggi badan. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara dosis fludrokortison (r²=0,077; p=0,507), maupun jenis steroid dengan pertumbuhan (r=0,491; p=0,063).Kesimpulan. Durasi dan dosis terapi steroid mempunyai hubungan signifikan dengan pertumbuhan tinggi badan pada pasien anak dengan HAK, sedangkan jenis steroid dan dosis fludrokortison tidak berhubungan signifikan.
Kepatuhan Pengobatan Sebagai Faktor Proteksi terhadap Kualitas Hidup pada Anak dan Remaja dengan Penyakit Graves Ismail, Ismi Citra; Soesanti, Frida; Syarif, Badriul Hegar; Medise, Bernie Endyarni; Pulungan, Aman Bhakti; Bermanshah, Evita Karianni; Faizi, Muhammad
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.73-81

Abstract

Latar belakang. Penyakit Graves (PG) merupakan kelainan autoimun yang merupakan penyebab hipertiroid terbanyak pada anak dan remaja. Manifestasi PG dan proses pengobatan yang dilakukan pasien akan memberikan dampak pada kualitas hidup pasien. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan akan memengaruhi keberhasilan pengobatan dan kualitas hidup.Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan pengobatan dengan kualitas hidup pada pasien anak dan remaja dengan PG.Metode. Studi potong lintang terhadap 74 anak usia 5-18 tahun dengan PG. Pemilihan subjek secara consecutive sampling mulai Desember 2020 – Mei 2021. Kepatuhan pengobatan diukur dengan The Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), kualitas hidup diukur dengan The Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQLTM) Analisis hubungan antara kepatuhan pengobatan dengan kualitas hidup setelah menyesuaikan dengan variabel perancu dilakukan dengan metode regresi logistik.Hasil. Tingkat kepatuhan pengobatan tinggi pada pasien anak dan remaja dengan PG adalah 21,6 %. Prevalens kualitas hidup terganggu pada anak dan remaja dengan PG adalah 45,9% dan tidak ada beda antara laporan anak dan orangtua. Nilai adjusted OR kepatuhan pengobatan tinggi untuk terjadinya kualitas hidup terganggu setelah menyesuaikan dengan tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan, usia, dan durasi sakit adalah 0,098 (IK95% = 0,016-0,580).Kesimpulan. Tingkat kepatuhan pengobatan tinggi merupakan faktor protektif dari terjadinya kualitas hidup terganggu pada anak dengan PG.
Analisis Hubungan Stunting dan Infeksi Kecacingan pada Anak di Daerah Pesisir Makassar Putri, Sri Hardiyanti; Salekede, Setia Budi; Juliaty, Aidah; Yusuf, Yenni; Maulani, Destya; Abdullah, Arwini Avissa
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.108-12

Abstract

Latar belakang. Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Infeksi kecacingan pada seorang anak dapat berdampak terhadap status gizi yang jika diabaikan akan bersifat kronik dan menjadi faktor risiko stunting.Tujuan. Menilai pengaruh infeksi kecacingan terhadap kejadian stunting pada anak di daerah pesisir.Metode. Penelitian ini dilakukan di Desa Untia Makassar Sulawesi Selatan. Pengambilan data dilakukan secara potong lintang, yakni pemeriksaan antropometri anak usia 6 bulan-5 tahun untuk menentukan stunting atau tidak, kemudian dilakukan pemeriksaan sampel feses untuk menilai adanya infeksi kecacinganHasil. Terdapat 100 anak yang direkrut dalam penelitian ini, 21 anak (21%) menderita stunting dan 79 anak (79%) tidak stunting. Dari pemeriksaan sampel feses masing-masing ditemukan satu anak menderita kecacingan pada kelompok stunting (4,8%) dan tidak stunting (1,2%). Berdasarkan analisa statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna diantara kedua kelompok (p=0,378).Kesimpulan. Tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara kejadian infeksi kecacingan pada anak stunting di daerah pesisir.
Gambaran Klinis dan Tata Laksana Kelainan Gigi pada Anak Palsi Serebral: Sebuah Studi Literatur Dewi, Mia Milanti; Laina, Sahila Nida; Asnar, Etty Sofia Mariati
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.136-42

Abstract

Latar belakang. Palsi serebral (CP) adalah kumpulan gejala klinis berupa gangguan permanen pada perkembangan motorik dan postur yang paling sering terjadi pada masa anak-anak. Secara umum, pasien CP kerap lebih rentan memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut sebagai akibat dari adanya defisiensi fungsi neuromuskular. Untuk itu, pasien CP membutuhkan bantuan dan pengawasan khusus dalam aktivitas kesehariannya, termasuk aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut seperti menggosok gigi.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis, tata laksana, dan cara mencegah kelainan gigi pada anak CP.Metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur dengan menggunakan beberapa sumber yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti.Hasil. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat 10 literatur yang sesuai dan ditemukan bahwa anak CP lebih rentan mengalami masalah gigi dan mulut daripada populasi umum. Faktor risiko utama yang paling banyak ditemukan dalam literatur adalah adanya kesulitan dalam perawatan kebersihan gigi anak CP.Kesimpulan. Sebagian besar anak CP memiliki tingkat kebersihan gigi yang buruk sehingga berujung pada karies gigi dan penyakit periodontal. Dibutuhkan evaluasi komprehensif, kerja sama antar tim multidisiplin, dan edukasi kepada orang tua/pengasuh untuk dapat meningkatkan kualitas hidup anak CP.
Beberapa Faktor Risiko Nyeri Perut Berulang pada Anak dan Remaja Manoppo, Jeanette Irene CH; Kurnia, Bella; Warouw, Sarah M
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.82-8

Abstract

Latar belakang. Nyeri perut berulang merupakan keluhan yang paling umum ditemukan pada anak dan remaja. Faktor risikonya sangat bervariasi antar negara. Data terkait prevalensi dan faktor risiko nyeri abdomen rekuren di Indonesia saat ini masih terbatas. Tujuan. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi prevalensi dan faktor risiko nyeri perut berulang pada anak dan remaja di Rumah Sakit R.D. Kandou, Manado.Metode. Penelitian cross-sectional dilakukan pada pasien berusia 5-18 tahun di Departemen Gastroenterologi dan Hepatologi Pediatri di Rumah sakit R.D. Kandou, Manado selama Maret 2024 hingga Juni 2024. Data pasien dikumpulkan menggunakan kuesioner. Nyeri Perut Berulang dinilai berdasarkan kriteria Rome IV untuk gangguan gastrointestinal fungsional dengan setidaknya 3 episode nyeri yang terjadi selama tiga bulan terakhir dan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Stres dinilai menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire. Faktor risiko potensial dianalisis menggunakan analisis bivariat dan multivariat.Hasil. Lima puluh pasien terlibat dalam penelitian ini dan 23 pasien didiagnosis dengan nyeri perut berulang. Median usia pasien adalah 15,5 (6-18 tahun), dan 66,7% pasien adalah perempuan. Beberapa faktor risiko nyeri perut berulang dalam studi ini adalah riwayat keluarga dengan nyeri abdomen (OR: 15,389; p=0,009), perempuan (OR: 14,209, p=0,024), dan stress (OR: 11,594; p=0,023).Kesimpulan. Prevalensi nyeri perut berulang pada anak dan remaja RS. R.D. Kandou adalah sebesar 46% dari total 50 pasien. Faktor risiko independen dari nyeri perut berulang adalah jenis kelamin, stres, dan riwayat keluarga dengan nyeri abdomen.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2025 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue