Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

SUPLEMEN MATERI AJAR MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS X SMA BERDASARKAN SUMBER SEJARAH LOKAL BANTEN Jumardi, Jumardi; Naredi, Hari; Qodariah, Lelly; Absor, Nur Fajar
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 29, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v29i2.28974

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa sumber sejarah lokal Banten dapat dijadikan suplemen materi ajar pada mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas X di SMA. Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki catatan sejarah panjang sebagai bagian dari perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Namun, buku teks sejarah kelas X yang ada dan dipergunakan oleh para peserta didik sangat sedikit yang membahas bagian dari sejarah lokal di setiap daerah yang ada di Indonesia, maka diperlukan suplemen sejarah lokal untuk memberikan pengembangan pada materi sejarah Indonesia, sehingga diharapkan pembelajaran sejarah lebih bermakna. Metode penelitian menggunakan metode penelitian historis yang terdiri dari empat langkah, yakni: (1) heuristik; (2) kritik; (3) interpretasi; (4) dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat fakta-fakta historis sejarah lokal Banten masa Hindu-Buddha, masa Islam dan peran tokoh-tokoh lokal Banten yang dapat dijadikan suplemen materi ajar Sejarah Indonesia untuk peserta didik SMA kelas X. Sehingga, keberadaan suplemen sejarah lokal tersebut akan memperkaya sumber belajar sejarah Indonesia bagi peserta didik. Diharapkan penelitian ini menjadi rujukan untuk mengaitkan sumber sejarah lokal di masing-masing daerah di Indonesia dengan materi ajar mata pelajaran Sejarah Indonesia di masing-masing kelas, hal ini dikarenakan penelitian ini baru sebatas di Banten dan kelas X di SMA.
Meme as a History Learning Media in The Post-Millennial Generation Suswandari, Suswandari; Absor, Nur Fajar; Soleh, Mohammad Badrus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 31, No 2 (2021): History of Asia and Indonesia
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v31i2.26854

Abstract

Technology has evolved so rapidly, one of the contents which are currently popular on social media is the meme. Meme, which was initially for humor, continues to develop into a platform for critical media to distribute knowledge. Historical themes become interesting things to inform through a meme. Meme readers can find historical details through a meme, which makes history themes exciting, so the history teaching process can use memes as a learning medium. The aims of this study are (1) to explore the perceptions of the meme as history learning media; (2) to organize meme parameters that can be used as history learning media; (3) to choose meme content that can be used as history learning media. This study uses a qualitative analysis method with a case study approach as developed by Robert K. Yin. The data in this study were collected from in-depth interviews, participant observation, and documentation study. The data analysis methodology, meanwhile, uses the model of Creswell. This study took ten samples using the purposive sample from History Education students of FKIP-UHAMKA from semesters 3, 5, and 7. The results showed that memes have the power to be a stimulus for their readers to find out more information. Due to the nature of meme that tends to contain jokes, it makes them easy to read. Using memes as a learning tool allows teachers or lecturers to intersperse the historical learning process while still presenting historical facts in an event. Therefore, history learning can be successful and exciting.Teknologi mengalami perkembangan yang begitu cepat, salah satunya adalah media sosial dengan kontennya yang sedang populer adalah meme. Meme yang awalnya hanya berupa penyampaian humor, kini terus berkembang menjadi media penyampaian informasi hingga media kritik. Tema sejarah menjadi hal yang menarik diinformasikan melalui media sosial yang disebut meme. Para pembaca meme dapat mengetahui info kesejarahan, sehingga  dapat digarisbawahi bahwa meme dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk membantu dalam proses pembelajaran sejarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menelaah persepsi penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah; (2)  menyusun kriteria meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah; (3) untuk menyeleksi konten meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dikembangkan Robert K. Yin. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi partisipan  dan studi dokumentasi. Sementara itu, teknik analisis data menggunakan model Creswell. Sampel penelitian ini adalah para mahasiswa pendidikan sejarah FKIP-UHAMKA menggunakan sampel bertujuan yang berjumlah 10 orang dari semester 3, 5, dan 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kekuatan meme sebagai stimulus bagi para pembacanya untuk mengetahui suatu informasi dengan pembawaannya yang cenderung berisi humor atau lelucon, sehingga ringan untuk dibaca, guru/dosen dapat menyelingi proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan meme sebagai media pembelajaran dengan tetap memberikan fakta sejarah di dalam suatu peristiwa, sehingga pembelajaran sejarah dapat berlangsung dengan baik dan menarik.
Evaluasi Program Pembelajaran Sejarah Indonesia di SMKN 57 Jakarta Nur Fajar Absor; Kurniawati; Umasih
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8 No 2 (2019): JPS - Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.698 KB) | DOI: 10.21009/JPS.082.05

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak positif dan negatif dari program pembelajaran sejarah di SMKN 57 Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah evaluasi yang terdiri dari proses pemilihan model evaluasi dan selanjutnya memilih metode penelitian yang digunakan. Model penelitiannya sendiri, peneliti menggunakan Model Evaluasi Bebas Tujuan (Goal Free Evaluation Model) yang dikembangkan oleh Michael Scriven, sedangkan untuk metode penelitiannya, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Sampel yang digunakan adalah wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru, dan peserta didik. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi, yakni observasi, wawancara, informan kunci dan informan spesialis, serta dokumentasi. Hasilnya ditemukan bahwa terdapat: (1) Dampak positif yang sesuai dengan harapan pembuat program seputar tujuan program yang dipahami dari aspek kognitif, peserta didik berminat untuk mempelajari Sejarah Indonesia, dan pelaksanaan pembelajaran sudah berlangsung dengan baik; (2) Dampak positif yang tidak termasuk tujuan pembuat program seputar peserta didik menjadi aktif, kreatif, dan kritis dalam pembelajaran, penggunaan metode dan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta penanaman pendidikan karakter; (3) Dampak sampingan negatif akibat dari program yang dilaksanakan seputar munculnya ketidakpastian hukum di Indonesia, tujuan program dipahami hanya sebatas pada aspek kognitif, kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran, materi pembelajaran banyak dan padat, serta kegiatan pembelajaran tergantung kepada profesionalitas guru.
Perilaku Altruistik dan Eklektik dalam Praksis Pendidikan Kiai Ahmad Dahlan Andi Andi; Sugeng Riadi; Nur Fajar Absor
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v6i1.6196

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dua hal, yaitu: pertama representasi perilaku altruistik dan eklektik dalam filsafat pendidikan Kiai Ahmad Dahlan dan apa yang melatari Kiai Ahmad Dahlan melakukan kedua perilaku tersebut. Maka dari itu, penelitian ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk menggali filsafat pendidikan yang digagas oleh Kiai Ahmad Dahlan agar watak dasar dari filsafat pendidikan yang dikembangkannya dapat dilestarikan sesuai dengan semangat zaman. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan ancangan analisis isi. Penelitian ini memanfaatkan teknik baca dan teknik catat dalam pengumpulan data, sedangkan analisis yang digunakan adalah model hermeneutika. Sumber data penelitian adalah buku “Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan” karya Abdul Munir Mulkhan, hal ini dikarenakan Kiai Ahmad Dahlan sendiri jarang meninggalkan karya tulis. Buku tersebut diterbitkan dalam tahun 2010 oleh Penerbit Kompas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku altruis dan eklektik banyak memberi kontribusi dalam filsafat pendidikan yang diselenggarakan oleh Kiai Ahmad Dahlan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa dua perilaku tersebut dilatari oleh nilai-nilai etika welas asih dan pandangan liberal yang dimiliki Kiai Ahmad Dahlan. Kata Kunci: Altruis, Eklektik, Filsafat Pendidikan, Filsafat Pendidikan, Ahmad Dahlan.
LOCAL HISTORY OF BANTEN AND RELIGIOUS TOLERANCE (CASE STUDY: BANTEN GRAND MOSQUE AND VIHARA AVALOKITESVARA) Hari Naredi; Jumardi Jumardi; Lelly Qodariah; Nur Fajar Absor
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v6i1.8019

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sejarah lokal dalam menguatkan toleransi beragama pada peserta didik dan masyarakat Banten. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, sedangkan, teknik pengumpulan datanya adalah instrumen studi dokumen atau dokumentasi. Hasilnya diperoleh bahwa Banten memiliki simbol toleransi beragama yang diwakili oleh keberadaan Masjid Agung Banten dan Vihara Avalokitesvara yang merupakan dua rumah ibadah yang berbeda dan saling berdekatan. Sehingga, dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia untuk materi Islamisasi dan silang budaya di Nusantara memberikan pengalaman sikap kepada peserta didik untuk lebih saling menghargai dan toleransi. Peserta didik melalui pembelajaran sejarah berbasis sejarah lokal Banten dapat mengetahui bahwa Masjid Agung Banten merupakan sebuah masjid dengan perpaduan tiga budaya arsitektur yang berbeda, yaitu Jawa, Cina, serta Belanda dan juga peserta didik dapat mengetahui bahwasannya Islam turut membangun rumah ibadah agama lain, seperti yang terlihat dari pembangunan Vihara Avalokitesvara yang dibangun pada masa Syekh Syarif Hidayatullah, seorang tokoh penyebar Islam di tanah Jawa. Dengan demikian, pembelajaran sejarah melalui sejarah lokal di Banten akan memberikan pengalaman belajar peserta didik akan nilai-nilai toleransi beragama, terutama peserta didik yang berada di wilayah Banten.
Pembelajaran Sejarah di SMK era revolusi industri 4.0: tantangan dan peluang Nur Fajar Absor
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS Vol 4, No.2
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.812 KB)

Abstract

Vocational High Schools (VHS) are currently facing challenges in the era of Industrial Revolution 4.0, this is responded by the government by issuing one of the regulations, namely Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 07/D.D5/KK/2018 which changes the curriculum structure in VHS. One of the subjects affected is Sejarah Indonesia which currently only gets 3 hours in class X. Though history is important to learn for show its identity as a nation. The purpose of this study is to examine the challenges and opportunities that faced on history learning in VHS at the era of Industrial Revolution 4.0, so that the application of history learning becomes effective and efficient. This study uses qualitative method by conducting interviews with four teachers and documents study about regulations of curriculum and reviewing other studies. The results found that teachers can use technology in learning, such as Whatsapp, Instagram, Edmodo, Prezi, documentary films, and visit local cultural heritage sites and museums as a media and source of history learning, so that can also be delivered effectively and efficiently. Finally, the goal of history learning to show its identity as a nation and also the integration of Indonesian nation can remain in the midst at the era of Industrial Revolution 4.0.DOI: 10.17977/um022v4i22019p059
Pembelajaran Sejarah Abad 21: Tantangan dan Peluang dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Nur Fajar Absor
CHRONOLOGIA Vol 2 No 1 (2020): Chronologia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.106 KB) | DOI: 10.22236/jhe.v2i1.5502

Abstract

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia yang sudah berlangsung sekitar 6 bulan membuat sektor pendidikan melakukan pembelajaran secara daring. Hal ini menimbulkan permasalahan seperti kurang siapnya guru/dosen dalam menghadapi sistem pembelajaran daring serta guru/dosen yang memberikan banyak materi dan tugas kepada peserta didik/mahasiswa. Permasalahan tersebut juga menantang guru/dosen sejarah untuk membuat pembelajaran sejarah secara daring menjadi menarik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan tantangan dan peluang yang dihadapi pembelajaran sejarah dalam menghadapi pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan instrumen studi dokumen atau dokumentasi. Hasilnya ditemukan bahwa terdapat peluang dalam melaksanakan pembelajaran sejarah secara daring, yakni guru/dosen dapat menggunakan Whatsapp, Facebook, Instagram, Google Classroom, Zoom, Google Meet, Youtube, Discord, dan tur virtual cagar budaya untuk menunjang pembelajaran daring. Selain itu, guru/dosen harus memasukkan pembelajaran sejarah yang juga berfokus kepada ranah afektif, sehingga tertanam nilai-nilai karakter yang dapat diinternalisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari peserta didik/mahasiswa. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya peluang-peluang yang diuraikan di atas dapat membuat pembelajaran sejarah lebih menarik lagi untuk dipelajari bagi peserta didik/mahasiswa.
Peran LKP Topi Bambu Foundation Tanggerang dalam Melestarikan Budaya Menganyam Topi Bambu Melalui Pendidikan Kewirausahaan Rahayu Permana; Yeni Handayani; Nur Fajar Absor
Edueksos : Jurnal Pendidikan Sosial dan Ekonomi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Department of Tadris IPS FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/edueksos.v11i1.9930

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan mengenai peran LKP Topi Bambu Foundation Tangerang dalam melestarikan budaya menganyam topi bambu melalui pendidikan kewirausahaan, yakni suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Tangerang yang menghasilkan suatu kerajinan bambu untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengambilan datanya menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan dengan instrumen wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa latar belakang lahirnya LKP Topi Bambu Foundation Tangerang adalah sebagai wadah untuk memberikan solusi bagi para perajin dalam melestarikan budaya menganyam topi bambu. Selain itu, dalam merealisasikan perannya dalam bidang wirausaha, LKP Topi Bambu Foundation Tangerang memberikan berbagai pendidikan kepada para perajin yang ada di Kabupaten Tangerang, mengenai kerajinan topi bambu. Hal ini dapat membantu para perajin untuk terus menganyam topi bambu berdasarkan permintaan pasar. Diharapkan LKP Topi Bambu Foundation Tangerang terus mendapat dukungan dari berbagai pihak, salah satunya adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan membantu memasarkan kerajinan topi bambu secara kontinu agar dapat meningkatkan omzet pendapatan para perajin dalam wirausaha ini, sehingga topi bambu bisa lebih digandrungi oleh masyarakat luas.Kata Kunci: Topi Bambu, melstarikan budaya, pendidikan kewirausahaan Abstract: This study aims to explain the role of LKP Topi Bambu Foundation Tangerang in the culture of weaving bamboo hats through entrepreneurship education, which is an activity carried out by the people of Tangerang which produces a bamboo craft to increase people's economic income. The researcher used an qualitative approach with data collection techniques using purposive sampling techniques which were carried out with interview, observation, and documentation instruments. This research reveals that the background of the birth of LKP Topi Bambu Foundation Tangerang is as a forum to provide solutions for craftsmen in the culture of weaving bamboo hats. In addition, in utilizing it in the field of entrepreneurship, LKP Topi Bambu Foundation Tangerang provides various educations to craftsmen in Tangerang Regency regarding bamboo hat crafts. This can help the craftsmen to continue weaving bamboo hats based on market demand. Hopefully LKP Bambu Foundation Tangerang will continue to receive support from various parties, one of which is the Tangerang Regency Government by helping to develop bamboo handicrafts continuously in order to increase the income turnover of the craftsmen in this entrepreneurship, so that bamboo hats can be more loved by the wider community.Keywords: Bamboo Hat, preserving culture, entrepreneurship education
Kebangkitan Tiongkok Sebagai Raksasa Baru Dunia Tahun 1976-2013 Nur Fajar Absor; Wahyudin; Arief Hidayat; Rahayu Permana
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 11 No 1 (2022): JPS - Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 11 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JPS.111.02

Abstract

This study aims to analyze the policies that carried out from the early days of Deng Xiaoping's leadership (1976) to the end of Hu Jintao's leadership (2013) which raised China to become one of the world's giants. The method used is a historical research method which consists of four steps, namely: (1) heuristic; (2) critic; (3) interpretation; and (4) historiography. The results obtained show that the rise of China as a new giant of the world was achieved through a long and ups and downs process, until finally the 'Four Modernizations' policies of Deng Xiaoping’s era and the 'Science Development Concepts' of Hu Jintao's era made China one of the world's giants today. The Four Modernizations were carried out on aspects: (1) agriculture; (2) industry; (3) science and technology; and (4) national defense with the breakthrough made by Deng Xiaoping at that time, namely implementing 'Open Door Policy' to attract foreign investment and implementing the 'One Country, Two Systems’, namely in the political field using socialism, but in the economic field using capitalism which aims to prosper the people. Meanwhile, the Science Development Concept launched by Hu Jintao views that innovation is the core of a country's competitiveness. The positive impact was that China's economic growth reached double digits and China also succeeded in launching its own rocket into space and was able to send its astronaut, Yang Liwei into earth orbit in 2002.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang dilakukan mulai dari masa awal Deng Xiaoping memimpin (1976) hingga akhir kepemimpinan Hu Jintao (2013) yang membangkitkan Tiongkok menjadi salah satu raksasa dunia. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat langkah, yakni: (1) heuristik; (2) kritik; (3) interpretasi; dan (4) historiografi. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa bangkitnya Tiongkok sebagai raksasa baru dunia dicapai melalui proses yang panjang dan naik-turun, hingga akhirnya kebijakan ‘Empat Modernisasi’ era Deng Xiaoping dan ‘Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan’ era Hu Jintao menjadikan Tiongkok sebagai salah satu raksasa dunia saat ini. Empat Modernisasi dilakukan pada aspek: (1) pertanian; (2) industri; (3) ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); dan (4) pertahanan nasional dengan gebrakan yang dilakukan Deng Xiaoping saat itu adalah melaksanakan ‘Politik Pintu Terbuka’ untuk menarik investasi asing dan memberlakukan sistem ‘Satu Negara, Dua Sistem’, yakni di bidang politik menggunakan sosialisme, namun di bidang ekonomi menggunakan kapitalisme yang bertujuan untuk memakmurkan dan menyejahterakan rakyat. Sementara itu, Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang dicanangkan Hu Jintao berpandangan bahwa inovasi adalah inti dari daya saing sebuah negara. Dampak positifnya, pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai dua digit dan juga Tiongkok berhasil meluncurkan roketnya sendiri ke angkasa dan mampu mengirimkan astronotnya, Yang Liwei ke orbit bumi pada 2002.
Identifikasi Cagar Budaya di Kota Depok sebagai Upaya dalam Membangun Kesadaran Sejarah Masyarakat Nur Fajar Absor; Wahyudin; Yusuf Budi Prasetya Santosa; Nur Ramadhani Abdillah
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 6 No 2 (2022): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan, dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.656 KB) | DOI: 10.36526/santhet.v6i2.2122

Abstract

Within the scope of urban history there are 4 periods, namely prehistoric, traditional, colonial, and modern. One of the cities that has historical heritage, either in the form of buildings or building structures is Depok City. Depok during the colonial period was an area of ​​Gementee Bestuur which was given the freedom to manage its own territory. Therefore, in Depok City there are many relics of the colonial period identified as cultural heritage, but not all Depok people know that Depok has a long history of cultural heritage in its area. Meanwhile, the objectives of this study are (1) to identify the cultural heritage in Depok City; and (2) to analyze efforts to build public historical awareness through the identification of cultural heritage in Depok City. The research method used in this research is descriptive qualitative. The results of this study found that there are 21 cultural heritages in Depok City. To raise awareness of history in the Depok community through the identification of cultural heritage, it can be done by (1) incorporating the introduction of the cultural heritage of the City of Depok into the local content; (2) conduct socialization on various cultural heritages in Depok City; (3) make routine 'Depok Heritage Festival' activities; and (4) inserting a list of identified cultural heritages into the depok.go.id website.