Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Damar pada Masyarakat Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-Fak M. Syukri Nawir; Muhamad Yusuf; Suparto Iribaram; Afan Garamatan; Nining Puji Lestari
Jurnal Pendidikan Humaniora Vol 10, No 3: SEPTEMBER 2022
Publisher : Pascasarjana UM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um011v10i32022p164-178

Abstract

Abstract: The study's goal was to explain Islamic education ideals in the Damar tradition in Patipi Pulau Village, Fak-fak Regency. It is a qualitative study with a social phenomenological method, involving observations, interviews, and recording utilizing Miles and Huberman's flow model analysis technique. The study's findings: The festiveness of the mosque on the night of Lailatul Qadar is a practice carried out by the community in Patipi Pulau Village by participating in religious rituals together, with delight, such as breaking the fast, offering alms, torch procession, and reading the Qur'an. Volunteerism, which is honesty and refraction, is the basis for alms to mosque administrators. People's lives are affected by high kinship values. Culture and religion come together to produce a sense of community among residents, a sense of solidarity that is raised spontaneously by the community in the practice of traditions. Devotion, charity, alms, al-ukhuwah, Khuluqiyah, al-Masuuliyyah, al-Munfiqun, and friendship are among the Islamic educational ideals taught in the tradition. Mosque administrators carry out their duties and obligations with seriousness since caring for the mosque is a noble responsibility that is passed down from generation to generation or passed down via inheritance. The community retains meaningful traditions (beliefs, knowledge, and habits) as a means of organizing, accepting, and creating subsequent interactions and acts based on common understanding.Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Damar di Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak. Merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi social, melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menggunakan tehnik analisis model alir dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian: Meriahnya Masjid pada malam Lailatul Qadar merupakan pembiasaan yang dilakukan masyarakat di Kampung Patipi Pulau dengan melakukan aktivitas keagamaan bersama, dengan kegembiraannya melalui berbuka puasa, pemberian sedekah, pawai obor, membaca Qur’an. Sedekah pada pengurus Masjid didasarkan kesukarelaan yang merupakan ketulusan serta pembiasan. Nilai-nilai kekerabatan yang tinggi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Budaya dan agama menyatu menciptakan kebersamaan diantara warga, merupakan solidaritas yang dimunculkan masyarakat secara spontan dalam pelaksanaan tradisi. Rangkaian kegiatan dalam tradisi mengandung nilai pendidikan Islam seperti: Ketaqwaan, Amaliyah, Sedekah, al-ukhuwah, Khuluqiyah, al-Masuuliyyah, al-Munfiqun, serta silaturahmi. Pengurus Masjid melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan keikhlasan, disebabkan mengurus Masjid adalah tugas mulia yang dilakukan turun temurun atau pewarisan. Masyarakat mempertahankan tradisi yang memiliki makna (keyakinan, pengetahuan serta kebiasaan), sebagai cara mengatur, menerima, berbagai tradisi yang dianggap baik serta mendasari pemahaman bersama dan mengembangkan interaksi dan tindakan lebih lanjut.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Damar Pada Masyarakat Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak M. Syukri Nawir; Muhamad Yusuf; Suparto Iribaram; Afan Garamatan; Nining Puji Lestari
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 12, No 01 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i01.3948

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Damar di Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak. Merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi social, melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menggunakan tehnik analisis model alir dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian: Meriahnya Masjid pada malam Lailatul Qadar merupakan pembiasaan yang dilakukan masyarakat di Kampung Patipi Pulau dengan melakukan aktivitas keagamaan bersama, dengan kegembiraannya melalui berbuka puasa, pemberian sedekah, pawai obor, membaca Qur’an. Sedekah pada pengurus Masjid didasarkan kesukarelaan yang merupakan ketulusan serta pembiasan. Nilai-nilai kekerabatan yang tinggi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Budaya dan agama menyatu menciptakan kebersamaan diantara warga, merupakan solidaritas yang dimunculkan masyarakat secara spontan dalam pelaksanaan tradisi. Rangkaian kegiatan dalam tradisi mengandung nilai pendidikan Islam seperti: Ketaqwaan, Amaliyah, Sedekah, al-ukhuwah, Khuluqiyah, al-Masuuliyyah, al-Munfiqun, serta silaturahmi. Pengurus Masjid melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan keikhlasan, disebabkan mengurus Masjid adalah tugas mulia yang dilakukan turun temurun atau pewarisan. Masyarakat mempertahankan tradisi yang memiliki makna (keyakinan, pengetahuan serta kebiasaan), sebagai cara mengatur, menerima, berbagai tradisi yang dianggap baik serta mendasari pemahaman bersama dan mengembangkan interaksi dan tindakan lebih lanjut.
Pemberdayaan Mama-Mama Melalui Produk Abon Ikan Lilinta (ABOLI) Berbasis Industri Rumahan Di Kampung Lilinta, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat Ahmad Havid Jakiyudin; Muhamad Yusuf; Suparto Iribaram; M. Syukri Nawir; Rachmad Surya Muhandy
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i2.258

Abstract

Kampung Lilinta merupakan kampung yang terletak di kawasan Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kampung ini identik dengan penghasil ikan berkualitas di Raja Ampat. Namun banyaknya ikan hasil tangkapan nelayan tidak dapat diolah secara maksimal oleh masyarakat setempat, hal ini berdampak pada hasil nilai jual ikan yang rendah. Potensi ikan yang besar ini dapat diolah menjadi sebuah produk hasil oleh-oleh yang selama ini belum ada di kampung Lilinta. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk melakukan pengolahan ikan menjadi abon ikan khas Lilinta yaitu ABOLI (Abon Ikan Lilinta) yang dapat dikelola secara langsung oleh mama-mama di kampung Lilinta untuk menjadi sebuah industry rumahan. Metode pengabdian menggunakan metode PDCA (plan, do, check, action), yang meliputi perencanaan produk, sampai dengan bentuk pendampingan yang dilakukan. Hasil dari bentuk pengabdian yang dilakukan adalah analisa produk, bentuk kemasan produk, pemasaran produk, pendampingan berupa pelatihan pembuatan produk dan strategi dalam berwirausaha, sampai dengan peluncuran produk ABOLI (Abon Ikan Lilinta). Analisis SWOT: Kekuatan (Stregth): Produk satu-satunya di kampung Lilinta, bahan utama berasal dari kampung Lilinta yaitu ikan yang berkualitas, tidak menggunakan pengawet. Kelemahan (Weakness): Sulitnya mencari bahan baku pembuat varian rasa. Terbatasnya jaringan internet menjadi kendala pemasaran menggunakan media sosial. Peluang (Opportunities): ABOLI merupakan produk pertama khas kampung Lilinta. Merupakan daerah wisata menjadi keunggulan dalam pemasaran. Ancaman (Threats): Kedepannya muncul produk abon ikan dari daerah yang sama memunculkan pesaing. Dengan menggunakan kemasan yang menarik serta tehnik pemasaran yang telah disampaikan selama pendampingan pengabdian diharapkan memotivasi mama-mama memproduksi ABOLI menjadi industry rumahan yang lebih besar. Lilinta Village is a village located in the West Misool district, Raja Ampat Regency, West Papua Province. This village is identified with quality fish producers in Raja Ampat. However, the large number of fish caught by fishermen cannot be processed optimally by the local community, this has an impact on the results of the low selling value of fish. This great potential of fish can be processed into a souvenir product, which so far has not existed in Lilinta Village. The purpose of this service is to manage fish to become a typical Candlestick fish shredder, namely ABOLI (Abon Ikan Lilinta) which can be managed directly by mamas in Lilinta Village to become a home industry. The service method used is the PDCA method (plan, do, check, action), which includes product planning, to the form of assistance carried out. The results of the form of service carried out are product analysis, product packaging forms, product marketing, assistance in the form of product manufacturing training and strategies in entrepreneurship, up to the launch of the ABOLI product. SWOT Analysis: Strength: The only product in Lilinta Village, the main ingredient comes from Lilinta Village, namely quality fish, does not use preservatives. Weakness: It’s difficult to find raw materials for flavor variants. Limited internet network is an obstacle to marketing using social media. ABOLI is the first product unique to Lilinta Village. It is a tourist area to be an advantage in marketing. Threats: In the future, shredded fish products from the same region will emerge which will create competition. By using attractive packaging and marketing techniques that have been conveyed during the community service assistance, it is hoped that it will motivate mothers to produce ABOLI to become a bigger home industry.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Damar Pada Masyarakat Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak M. Syukri Nawir; Muhamad Yusuf; Suparto Iribaram; Afan Garamatan; Nining Puji Lestari
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 12 No. 01 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i01.3948

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Damar di Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak. Merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi social, melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menggunakan tehnik analisis model alir dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian: Meriahnya Masjid pada malam Lailatul Qadar merupakan pembiasaan yang dilakukan masyarakat di Kampung Patipi Pulau dengan melakukan aktivitas keagamaan bersama, dengan kegembiraannya melalui berbuka puasa, pemberian sedekah, pawai obor, membaca Qur’an. Sedekah pada pengurus Masjid didasarkan kesukarelaan yang merupakan ketulusan serta pembiasan. Nilai-nilai kekerabatan yang tinggi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Budaya dan agama menyatu menciptakan kebersamaan diantara warga, merupakan solidaritas yang dimunculkan masyarakat secara spontan dalam pelaksanaan tradisi. Rangkaian kegiatan dalam tradisi mengandung nilai pendidikan Islam seperti: Ketaqwaan, Amaliyah, Sedekah, al-ukhuwah, Khuluqiyah, al-Masuuliyyah, al-Munfiqun, serta silaturahmi. Pengurus Masjid melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan keikhlasan, disebabkan mengurus Masjid adalah tugas mulia yang dilakukan turun temurun atau pewarisan. Masyarakat mempertahankan tradisi yang memiliki makna (keyakinan, pengetahuan serta kebiasaan), sebagai cara mengatur, menerima, berbagai tradisi yang dianggap baik serta mendasari pemahaman bersama dan mengembangkan interaksi dan tindakan lebih lanjut.
Pendidikan Agama Islam Dan Tantangannya: (Studi Perkembangan Pendidikan Berbasis Agama Islam Di Kota Jayapura) Iribaram, Suparto
POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan Vol 1 No 2 (2020): Pembelajaran Qur'an, Pendidikan Agama Islam, dan Dampak Covid-19
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53491/porosonim.v1i2.32

Abstract

This article aims to find out about Islamic education and the challenges in its implementation in Jayapura City. The method of data collection was carried out by interviews, observation and FGD (Focus Group Discussion). The data which has been classified are made narrative by giving an interpretation and data display. The results of this study found that religious education in non Muslim majority areas like Jayapura is facing serious challenges. Besides it demanded to give contribution, Islamic education must be able to adapt with others religious group. For Muslims internal it becomes something that should be implemented, they should performance activities that also respect to other religions and also expected to give contribution in actualizing human being who are able to compete in global world but also still on the values of submission to Allah SWT. For that reason, Islamic education in Jayapura must be adapt with the religious life conditions where it can create a harmony and peaceful life of people and Islamic education are also required to arrange the fundamental change steps and seek innovative alternative education models.
Mosque as an Educational Space: Effectiveness of Management and Implementation of Al-Quran Learning Program Rahmawati, Ummi; Iribaram, Suparto; Al Jauhari, Shofwan; Deraman
Jurnal Internasional Bisnis, Humaniora, Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol 6 No 1 (2024): International Journal of Business, Humanities, Education and Social Sciences
Publisher : Universitas Teknologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46923/ijbhes.v6i1.324

Abstract

Apart from being a place of collective worship, mosques can also be a potential place of Qur'an education for Muslims. However, this context has not been comprehensively discussed in previous studies. This study not only aims to complement the shortcomings of previous studies but also focuses on the question of the function and potential of the mosque as a place of Qur'an education for Muslims. To answer this question, this study chose to use a descriptive qualitative approach by conducting direct and structured observations and interviews with informants. The findings in this study show two important contexts regarding the function and potential of the mosque as a place of Qur'an education for Muslims. First, the management of mosque space can be a potential place in conducting Qur'an education for Muslims as has been done at the Baiturrahmah Mosque. Second, good management of the Qur'an education program can increase interest and shape Muslims to be more active and participatory as happened at the Baiturrahmah Mosque. From these two important findings, it can be reflected that the mosque, apart from functioning as a space for collective worship, can also be a potential place to conduct effective and efficient Qur'an education.
Penggunaan Metode Ekspositori dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VA SD Negeri Inpres Abeale 2 Sentani Kabupaten Jayapura Sucahyono, Kadi; Yusuf, Muhamad; Iribaram, Suparto; Zulihi, Zulihi; Hairani, Debby Riana
KARIWARI SMART : Journal of Education Based on Local Wisdom Vol. 3 No. 2 (2023): July 2023
Publisher : Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53491/kariwarismart.v3i2.474

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui penanganan kesulitan siswa memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui menerapkan metode ekspositori pada kegiatan belajar mengajar, serta mengetahui kendala-kendala yang ditimbulkan dan mengganggu penyerapan pengetahuan dari guru kepada murid, serta untuk mengetahui hasil belajar dari siswa Kelas VA SDN INPRES Abeale 2 Sentani Kabupaten Jayapura menggunakan metode ekspositori. Merupakan penelitian Tindakan Kelas menggunakan 19 sampel. Prosedur penelitian yang dilakukan merujuk siklus kegiatan mengacu pada desain model Lewin, menggunakan statistik sederhana dengan mencari prosentase. Hasil penelitian: Test awal diketahui siswa banyak yang memiliki nilai di bawah syarat kecukupan dari beberapa pertanyaan yang diberikan, pada siklus I. Hasil pengamatan tahap pendahuluan, terdapat peningkatan hasil belajar, disebabkan siswa memperoleh penyegaran pada kegiatan belajar, menyebabkan usaha pemusatan perhatian selama pembelajaran. Siswa lebih suka menjawab pertanyaan, dibuktikan dengan hasil test siklus I, terdapat siswa yang memiliki nilai di bawah syarat kecukupan, jumlahnya semakin sedikit dibandingkan test awal. Hasil pengamatan siklus II, aktifitas siswa cukup baik melalui keinginan dalam mengikuti aktifitas pembelajaran, sangat memuaskan terlihat peningkatan prestasi belajar dibanding siklus I. Ini nampak pada aktifitas siswa dalam bertanya yang ketika pre test terlihat malu-malu serta takut salah, namun siklus II siswa mulai memberanikan bertanya dengan bobot pertanyaannya sesuai yang diharapkan. Syarat kecukupan nilai yang dihasilkan siswa lebih baik dibandingkan awal test dan dalam test siklus I.
Religious Cultural Strategy in Forming Character of Akhlakul Karimah in Students Misriyani, Dwi; Alhamid, Idrus; Iribaram, Suparto
Al-Mudarris Vol 8 No 1 (2025): Al-Mudarris
Publisher : Jurusan Tarbiyah,IAIN PALANGKARAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/mdr.v8i1.9762

Abstract

Religious culture as a strategy is an important step in shaping the character of students towards a more religious "Akhlakul Karimah". Religious culture as a strategy is often the subject of discourse, especially those that discuss the development, utilization, and implications so that the discourse on the implementation of religious culture as a school strategy in shaping religious character "Akhlakul Karimah" tends to be neglected in scientific discussions. In line with that, this study focuses on the question "How is the implementation of religious culture as a school strategy in shaping the religious character of "Akhlakul Karimah" in students?" To answer this question, this study uses a qualitative approach by conducting observations and interviews with teachers and students. The findings in this study show that religious culture is not only an effective and sustainable strategy in shaping "akhlakul karimah" religious character in learners but also equips learners with relevant values and skills for the future. Religious culture as a strategy is implemented by schools through the implementation of a multicultural curriculum and interfaith activities among learners that prioritize the development of "Akhlakul Karimah" religious values
Pinang Sebagai Alat Kontak Masyarakat Papua di Arso Swakarsa Kabupaten Keerom: Betels as a Contact Tool for Papuan Community in Arso Swakarsa, Keerom Regency Lutfianasari, Rahma; Yusuf, Muhamad; Iribaram, Suparto; Muhandy, Rachmad Surya; Kadir, Akhmad
Jurnal Sosial Humaniora Vol. 16 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jsh.v16i2.13476

Abstract

Areca atau yang juga dikenal sebagai buah pinang, adalah salah satu tanaman yang memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui ekstensi mengenai buah pinang yang digunakan sebagai alat kontak bagi masyarakat Papua di Arso Swakarsa, serta mengetahui ekstensi mengenai buah pinang yang dipandang mampu menjadi alat kontak bagi masyarakat setempat. Metode yang diterapkan pada penelitian “Pinang Sebagai Kontak Masyarakat Papua (Studi Kasus pada Masyarakat Papua di Arso Swakarsa Kabupaten Keerom)” menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini berfokus pada praktik konsumsi buah pinang pada masyarakat setempat. Penggunaan pinang menjadi kebiasaan yang digunakan sebagai kudapan dan simbol budaya yang menunjukkan betapa pentingnya pinang dalam kehidupan sehari-hari baik kalangan anak-anak hingga dewasa. Menggunakan pinang sebagai pembuka komunikasi, dapat menciptakan momen yang santai dan menyenangkan untuk berinteraksi dengan orang lain, memperkuat ikatan sosial, dan kebersamaan serta memperluas jaringan sosial. Selain itu adanya para-para pinang masyarakat Papua di Arso Swakarsa dapat menjadikannya sebuah media bertukar informasi, saling berbagi cerita serta saling berdiskusi, saling mendengarkan dan memberika perhatian satu sama lain. Menciptakan rasa kebersamaan dan persaudaraan yang kuat dalam terjalinnya ikatan sosial. Namun demikian para-para pinang mulai mengalami pergeseran akibat dari kesibukan masyarakat yang menimbulkan pola individualis dalam masyarakat.
Helping Ease during Marriage: Tombor Magh as Social Ties among Family Members of Fakfak Family, West Papua, Indonesia Abza, M. Thohar Al; Purwati, Heni; Yusuf, Muhamad; Zulihi, Zulihi; Iribaram, Suparto
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 32 No. 2 (2024)
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.32.2.22985

Abstract

A tradition that is still carried out by the Patipi Pulau community of Fakfak Regency is the collection of dowry called the Tombor Magh tradition, which is determined by the female party to the male party through an agreement. The aim of the research is to determine the implementation of the Tombor Magh tradition and the impact of the Tombor Magh tradition carried out by the Patipi Island indigenous community in Fakfak Regency. This is qualitative research, using a social phenomenology paradigm. Research results the Tombor Magh tradition (collection of dowry) is carried out when marriages occur between members of the Fakfak traditional community. The Tombor Magh tradition is carried out at the groom's house. In tradition, there are reciprocal gifts made by the groom's family to cover the groom's lack of dowry. Giving to women is a gift. When Tombor Magh is not fulfilled, the consequences are borne by the man. The delivery objects in Tombor Magh are jumhur, ndrup, pdour, yana, mongmongka, lela, nteing, and antique plates. The function of Tombor Magh is to maintain community culture as a means of unifying, strengthening, and binding the family, maintaining the integrity of family relationships, maintaining traditions passed down from generation to generation, and maintaining the honor and dignity of the male family in fulfilling the dowry. If you don't implement Tombor Magh, there are consequences that must be obeyed, which are habits that arise from mutual agreements that have become the customary law of the community by discarding the surname/family/clan from men to be passed on to their children, which is used is the surname/family/clan.