Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Pharmacia Mandala Waluya

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Demam Tifoid Di RSUD Kota Kendari Periode Januari-Desember 2020 Salam, Nurdian; Said, Asbath; Ridwan, Bai Athur
Jurnal Pharmacia Mandala Waluya Vol. 1 No. 2 (2022): Jurnal Pharmacia Mandala Waluya
Publisher : Prodi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883/jpmw.v1i2.15

Abstract

Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu masalah yang akan terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita. Demam Tifoid merupakan infeksi akut yang terjadi pada saluran pencernaan yang disebabkan bakteri oleh Salmonella thypi. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD kota kendari demam tifoid merupakan penyakit dengan tingkat kejadian terbanyak dari 10 penyakit infeksi utama yang setiap tahunnya meningkat prevalensinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian Drug Related Problems (DRPs) berdasarkan kategori overdose, underdose, interaksi obat pada pasien, ada indikasi tidak ada obat, ada obat tidak ada indikasi, ketidakpatuhan pasien, reaksi obat yang tidak diharapkan, pemilihan obat yang tidak tepat pada pasien demam tifoid di RSUD kota kendari periode Januari – Desember 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental obervasi dengan pengambilan data secara retrospektif pada rekam medik penderita demam tifoid yang menjalani pengobatan di RSUD Kota Kendari dengan jumlah sampel sebanyak 20. Dari jumlah keseluruhan sampel yang melakukan pengobatan di RSUD kota kendari pada periode januari-desember 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat DRPs yang terjadi berdasarkan kategori interaksi obat sebanyak (33,33%), DRPs ada obat tidak ada indikasi sebanyak (33,33%), DRPs reaksi obat yang tidak diharapkan sebanyak (33,33%), Sedangkan pada kategori overdose, underdose, ada indikasi tidak ada obat, ketidakpatuhan pasien, pemilihan obat yang tidak tepat tidak ditemukan adanya kasus DRPs. Oleh karena itu perlu adanya peran yang maksimal dari farmasi klinik untuk monitoring dan mengevaluasi penggunaan obat pasien agar tidak terjadinya DRPs.
Evaluasi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit Umum Daerah Konawe Selatan Tahun 2023 Mayasari, Citra; Said, Asbath; Ilyas Yusuf, Muhammad
Jurnal Pharmacia Mandala Waluya Vol. 3 No. 5 (2024): Jurnal Pharmacia Mandala Waluya
Publisher : Prodi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883/jpmw.v3i5.124

Abstract

Pengelolaan obat yaitu serangkain tahapan yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dengan mutu yang baik, tersebar secara merata, dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Konawe Selatan Tahun 2021 dengan indikator pengelolaan obat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif deskriptif. Data yang digunakan adalah data retrospektif tahun 2021 (januari-desember) dari data indikator pengelolaan obat.Data Kualitatif diperoleh dari observasi dan wawancara mendalam informasi dari kepala Instalasi dan Kepala Penanggung Jawab Gudang. Data kuantitatif di ambil dari telaah laporan surat pesanan obat (SP), kartu stok, buku Formularium Rumah Sakit dan Formularium Nasional, dan laporan obat kadaluarsa atau rusak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari lima indikator yang telah di ukur, dimana dua indikator tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional (97,11%) dan persentase nilai obat kadaluarsa dan atau rusak (0,32%). Sedangkan tiga indikator telah sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu frekuensi pengadaan tiap item obat (26,94%), tingkat ketersediaan obat (15 bulan) dan persentase bobot rata - rata dari variasi persediaan (0%). Kesimpulan penelitian ini adalah dari ke lima indikator pengelolaan obat terdapat dua indikator yang tidak sesuai dengan standar. Dan terdapat tiga indikator pengelolaan obat yang telah sesuai dengan standar.