Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

PENGARUH EFEK EKSTRAK UMBI BIT (Beta Vulgaris L.) DALAM MENGHAMBAT PENINGKATAN KADAR ASPARTATE AMINOTRANSFERASE (AST) DAN ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) PADA MENCIT JANTAN Lestari, Widya; Meilina, Rulia; Kesumawati, Kesumawati; Rezeki, Sahbainur
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.4189

Abstract

Umbi bit (Beta Vulgaris L.) secara tradisional telah digunakan untuk berbagai penyakit salah satunya yaitu untuk menurunkan kadar Aspartate Aminotransferase (AST) dan Alanin Aminotransferase (ALT) sebagai zat aditif hepatoprotektor. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dosis yang efektif untuk mencapai efek penurunan kadar Aspartate Aminotransferase (AST) dan Alanin Aminotransferase (ALT) pada mencit (Mus musculus L.). Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan memvariasikan suspensi ekstrak umbi bit 100 mg/kgBB, 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB serta curcuma sebagai kontrol positif dan Na-CMC sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak umbi bit memiliki aktivitas hepatoprotektor dengan suspensi ekstrak umbi bit 100 mg/kgBB, suspensi ekstrak umbi bit 300 mg/kgBB dan suspensi ekstrak umbi bit 500 mg/kgBB berturut pada kadar Aspartate Aminotransferase (AST) diperoleh 245 U/L, 191 U/L dan 186 U/L sedangkan pada kontrol positif (curcuma) 166 U/L. Selanjutnya pada kadar Alanin Aminotransferase (ALT) diperoleh 65 U/L, 57 U/L dan 49 U/L sedangkan pada kontrol positif (curcuma) 43 U/L. Data hasil penelitian dianalisis dengan program SPSS yang di analisis menggunakan uji ANOVA (Analysis Of Varian) didapatkan nilai P Value (<0,05). Berdasarkan penghujian post hoc menunjukkan suspensi ekstrak umbi bit yang relatif sama dengan curcuma (kontrol positif) terhadap penurunan kadar Aspartate Aminotransferase (AST) yaitu suspensi ekstrak umbi bit 300 mg/kgBB. Sedangkan pada penurunan kadar Alanin Aminotransferase (ALT) ialah suspensi ekstrak umbi bit 500 mg/kgBB. Disarankan kepada pembaca untuk dapat lebih memanfaatkan umbi bit sebagai obat terapi hepatoprotektor.Kata kunci : Umbi bit (Beta Vulgaris L.), hepatoprotektor. Aspartate Aminotransferase dan Alanin Aminotransferase.Beetroot (Beta Vulgaris L.) has traditionally been used for various diseases, one of which is to reduce Aspartate Aminotransferase (AST) and Alanin Aminotransferase (ALT) levels as a hepatoprotector additive. The objectives of this research are to determine the effective dose to achieve the effect of reducing Aspartate Aminotransferase (AST) and Alanin Aminotransferase (ALT) levels in mice (Mus musculus L.). The method used is laboratory experiment by varying the suspension of beetroot extract 100 mg / kgBB, 300 mg / kgBB and 500 mg / kgBB and curcuma as positive control and Na-CMC as negative control. Research results shows that beetroot extract has hepatoprotector activity with beetroot extract suspension of 100 mg/kgBB, beetroot extract suspension of 300 mg/kgBB and beetroot extract suspension of 500 mg/kgBB respectively at Aspartate Aminotransferase (AST) levels obtained 245 U/L, 191 U/L and 186 U/L while in positive control (curcuma) 166 U/L. Furthermore, Alanin Aminotransferase (ALT) levels were obtained 65 U/L, 57 U/L and 49 U/L while in the positive control (curcuma) 43 U/L. The data from the study were analysed with the SPSS program using the ANOVA (Analysis of Variance) test which obtained a P value (<0.05). Based on post hoc testing, the suspension of beetroot extract which is relatively the same as curcuma (positive control) to reduce Aspartate Aminotransferase (AST) levels is a suspension of beetroot extract 300 mg/kgBB. While the decrease in Alanin Aminotransferase (ALT) levels is a suspension of beetroot extract 500 mg / kgBB. It is recommended to readers to be able to make more use of beetroot as a hepatoprotector therapy drug. Keywords : Beetroot (Beta Vulgaris L.), hepatoprotector. Aspartate Aminotransferase and Alanine Aminotransferase.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP BAKTERI Staphyloccoccus aureus Kesumawati, Kesumawati; Mulyadi, Heri; Fathia, Mona
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i1.4213

Abstract

Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bakteri Staphylococcus aureus menjadi penyebab utama penyebab infeksi sehingga menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam pemakaian antibiotik. Pemakaian antibiotik yang terus menerus ini menimbulkan resistensi dan efek samping terapi. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional yang mengandung zat flavonoid, tanin dan saponin yang memiliki efek antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai antibakteri dan mengetahui konsentrasi ekstrak yang dapat menghasilkan zona hambat paling besar dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian dilakukan secara eksperimental. Bakteri Staphylococcus aureus akan di uji dengan ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi masing- masing 10%, 20%, 40% dan 60%. Perlakuan kontrol positif akan diberi tetrasiklin dan perlakuan kontrol negatif akan diberi Dimethyl Sufoxide (DMSO). Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mempunyai aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan terbentuknya zona hambat (mm). Zona hambat yang paling besar dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah konsentrasi 60%.Kata kunci : Antibakteri, Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Staphylococcus aureusInfectious diseases are still at the top of the list of causes of morbidity and mortality in developing countries, including Indonesia. Staphylococcus aureus bacteria are the main cause of infection causing a significant increase in the use of antibiotics. The continuous use of antibiotics creates resistance and side effects of therapy. The leaves of starfruit (Averrhoa bilimbi L.) are a plant that is used as a traditional medicine which contains flavonoids, tannins and saponins which have antibacterial effects. This study aims to determine the effectiveness of starfruit leaf extract (Averrhoa bilimbi L.) as an antibacterial and extract indicator that can produce the slowest zone in inhibiting the growth of S. aureus bacteria. The research was carried out experimentally. Staphylococcus aureus bacteria will be tested with starfruit leaf extract with a concentration of 10%, 20%, 40% and 60% respectively. The positive control treatment will be given tetracycline and the negative control treatment will be given Dimethyl Sufoxide (DMSO). In this study, a completely randomized design (CRD) was used. Each treatment was carried out 3 times. In this study, the ethanol extract of starfruit leaves (Averrhoa bilimbi L.) can be canceled, which has antibacterial activity which can inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria by forming an inhibition zone (mm). The zone of inhibition that is greatest in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus bacteria is a concentration of 60%.Keywords: Antibacterial, Starfruit Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Staphylococcus aureus
Penetapan Kadar Lemak Dalam Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) Dengan Metode Gas Kromatografi dan Spektroskopi Massa Pardi, Pardi; Firjatullah, Teuku; Kesumawati, Kesumawati
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.4210

Abstract

Latar Belakang Masalah: Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman daerah tropis. Salah satu manfaat tanaman pala adalah daging buah pala yang memiliki persentase sebesar 77,8%. Daging buah pala dapat dimanfaatkan sebagai pengolahan minyak. Minyak pala memiliki kandungan kadar air, protein dan lemak. Untuk menentukan kadar lemak tersebut dapat menggunakan metode Gas Kromatografi dan Massa Spektroskopi (GC-MS). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui penetapan kadar lemak dalam daging buah pala dengan metode gas kromatografi dan spektroskopi massa. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan melakukan kegiatan atau perlakuan tertentu pada suatu sediaan di laboratorium. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasetika Universitas Ubudiyah Indonesia, laboratorium Mikrobiologi jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala dan laboratorium Teknik Pengujian Kualitas Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Februari tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh buah pala yang terdapat di hutan Kabupaten Aceh Selatan. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu sebagian daging buah pala yang terdapat di Desa Simpang Tiga Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Prosedur kerja awalnya dilakukan pengumpulan, herbarium, preparasi dan penentuan kadar lemak dalam daging buah pala. Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini didapatkan 2 ml ekstrak kental daging buah pala. Kemudian hasil penelitian menggunakan metode GC-MS ditemukan kadar lemak myristin dalam minyak simplisia daging buah pala sebesar 1,05% dengan kenaikan suhu oven sebesar 2°C. Kesimpulan dan Saran: Adanya kadar lemak myristin dalam daging buah pala. Dengan demikian maka diharapkan minyak daging buah pala menjadi suatu produk usaha bagi masyarakat.Kata Kunci : Kadar Lemak, Daging Buah Pala & Metode GC-MSBackground: Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) is a tropical plant. One of the benefits of the nutmeg plant is the flesh of the nutmeg which has a percent of 77,8%. Nutmeg flesh can be used as oil processing. Nutmeg oil contains water, protein and fat content. To determine the fat content can use the method of Gas Chromatography and Mass Spectroscopy (GC-MS). Research Purposes: The purpose of this study was to determine of fat content in nutmeg flesh using gas chromatography and mass spectroscopy methods. Research Methodolog: This type of research is quantitative research by carrying out certain activities or treatments on a preparation in the laboratory. This research was conducted at the Pharmacy Laboratory, Ubudiyah University Indonesia, the Microbiology Laboratory Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Sciences Syiah Kuala University and the Environmental Quality Testing Engineering Laboratory Faculty of Engineering Syiah Kuala University. The research was conducted on 21 February 2022. The population in this study were all nutmeg found in the forests of South Aceh Selatan. The sample in this study was taken by purposive sampling, namely some of the nutmeg flesh found in Village Simpang Tiga, Sawang District, South Aceh Selatan. The initial working procedure was collection, herbarium, preparation and determination of fat content in nutmeg flesh. The Research Results: The results of this study obtained 2 ml of thick extract of nutmeg flesh. Then the results of the study using the GC-MS method found that the myristin fat content in nutmeg flesh was 1,05% with in temperature an oven variation of 2°C. Conclusion and Recommendations: The fat content of myristin in the flesh of a nutmeg. Thus, it is hoped that nutmeg flesh oil will become a business product for the community.Keywords : Fat Content, Nutmeg Flesh & GC-MS Method
FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT ALAMI Astryna, Syarifah Yanti; Kesumawati, Kesumawati; Rahmi, Cut
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.4201

Abstract

Latar Belakang : Era zaman modern banyak produk yang digunakan untuk pewarna rambut. Sediaan pewarna rambut digunakan dalam tata rias untuk mewarnai rambut agar terlihat menarik. Tumbuhan yang memiliki zat warna salah satunya rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) zat warna yang terkandung adalah kurkumoid. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui zat warna pada temulawak dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut dan zat warna pada temulawak dapat menghasilkan warna terbaik pada konsentrasi tertentu. Metode Penelitian : adalah maserasi, pembuatan formulasi dengan penambahan ekstrak temulawak sebagai zat pewarna dengan 4 variasi konsentrasi 0%, 5%, 15% dan 25%, pirogalol sebagai pembangkit warna, xanthan gum sebagai pengental dan aquades sebagai pelarut. Evaluasi sediaan pewarna rambut meliputi pengujian : organoleptik, pH, iritasi, stabilitas warna yang dihasilkan, stabilitas terhadap pencucian, stabilitas terhadap matahari dan kesukaan. Hasil Penelitian : Hasil penelitian evaluasi sediaan untuk uji organoleptik menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi yang ditambahkan maka semakin pekat warna yang dihasilkan. pH terbaik yaitu menunjukan pada F3. Uji iritasi sediaan pewarna rambut menyatakan bahwa tidak ada reaksi pada semua formula yang telah diuji. uji stabilitas warna yang dihasilkan semakin besar konsentrasi ekstrak, maka semakin gelap warna yang dihasilkan. uji stabilitas warna terhadap pencucian menunjukan formula terbaik pada F4. Uji stabilitas terhadap matahari warna rambut tidak mengalami perubahan. Uji kesukaan yang terbaik adalah F4. Zat warna pada rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut. Kesimpulan : Formulasi yang menghasilkan warna terbaik yaitu pada konsentrasi ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) 25% menghasilkan warna kuning perang kecoklatan.Kata Kunci : Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Rambut, Gel Pewarna Rambut.Background : In modern era, there are many products used as hair dye. Hair dye preparation is used in hair make up to color it so that it looks appealing. One of the plants with pigments is temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), the pigment contained is called curcumoid. The objectives : The objectives of this study is to determine if the pigment in temulawak can be formulated into hair dye and if the pigment can produce the best color at a spesific concentration. Research method : The research method is maceration, the formulation making was done by adding temulawak extract as a dye with 4 variant concentration at 0%, 5%, 15% and 25%. Pirogalol as color stimulator, xanthan gum as thickener and aquades as solvent. The ovaluation of hair dye preparations are included testing: organoleptic, pH, irritation, stability of the resulting color, stability to washing, stability to the sun and preference. Results : The study results to the evaluation of organolepctic test shows that the higher the concentration added, the stronger the color produced, the best pH was found in F3. Irritation test on hair dye showed no reaction to all the formulations tested, the color stability produced stated that the higher the extract concentration, the darker the color produced at the end. The best formulation is F4 due to the color stability test to washing. Stability test to the sun shows no changes. The most preferred formulation is F4. The pigment found in temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) can be formulated into hair dye gel. Conclusion : The formulation that produces the best color is at 25% concentration of temulawak rhizome extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) that gives brownish yellow color.Keywords : Temulawak Rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Hair, Hai dye gel.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REMAJA DALAM NGKONSUMSI JUNK FOOD DI SEKOLAH Ismiati, Ismiati; Asyura, Syarifah; Fitriana, Nanda; Kesumawati, Kesumawati; Frisella, Ella; Herawati, Herawati; Pardi, Pardi; Rahmayanti, Kurnia; Serianti, Putri; Sofia, Melda; Mukti, Abdul
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 11, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v11i1.5242

Abstract

Makanan cepat saji merupakan salah satu istilah yang diberikan untuk makanan yang disajikan dengan sangat cepat seperti junk food. Junk Food adalah makanan yang  mengandung tinggi kalori yang meliputi garam, gula, dan lemak dalam konsentrasi tinggi di dalamnya namun sangat rendah akan nilai gizinya. Beberapa kategori makanan yang termasuk ke dalam junk food yaitu makanan cepat saji yang di goreng, makanan ringan asin, makanan penutup manis, permen karet dan lainnya. Makanan seperti hamburger, pizza dan lainnya di anggap sehat atau junk food tergantung terhadap cara penyajiannya. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam mengkonsumsi junk food. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif yang bersifat survey deskriptif dengan pendekatan cros secsional. Populasi penelitian ini siswa kelas X di  Pesantren Darul Ulum Banda Aceh, Pengambilan sampel secara stratifikasi random berjumlah 80 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20-26 April 2025. Analisa data menggunakan uji Chi-square. Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan ajakan teman sebaya terhadap kebiasaan mengkonsumsi junk food di Pesantren Darul Ulum Banda Aceh. Saran: Diharapkan adanya peran aktif pihak sekolah melakukan penyuluhan kesehatan terutama tentang manfaat makanan sehat bagi tubuh terhadap siswa/siswi.Kata Kunci : Remaja, junk food, pengetahuan, sikap, teman sebaya
Formulasi Sediaan Lulur Whitening Dari Ekstrak Ampas Wortel (Daucus carota L.) Kesumawati, Kesumawati; Fadlia, Fitri; Astryna, Syarifah Yanti; Fitriliana, Fitriliana
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.4092

Abstract

 Kulit merupakan bagian tubuh yang penting dan perlu diperhatikan. Kulit yang indah identik dengan kulit yang tidak kusam dan warna kulit yang cerah. Menjaga kesehatan kulit tidak hanya dilakukan dengan makanan kaya akan nutrisi, tetapi dapat dilakukan dengan memberi nutrisi dari luar. Lulur merupakan salah satu sediaan yang dapat membuka pori-pori, mengangkat sel kulit mati, kotoran, sehingga kulit menjadi lebih bersih dan cerah. Kandungan flavonoid dari ekstrak ampas wortel mempunyai kemampuan untuk mencerahkan kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui formulasi sediaan lulur ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) sebagai whitening, mengetahui efektifitas sediaan lulur dari ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) sebagai whitening dan mengetahui konsentrasi yang efektif dihasilkan oleh lulur dari ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) sebagai whitening. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental Laboratorium. Hasil yang diperoleh adalah sediaan F3 memiliki tingkat kecerahan kulit yang sama dengan sediaan pembanding yaitu lulur whitening Sumber Ayu, hal ini disebabkan oleh pengaruh konsentrasi ekstrak ampas wortel sebanyak 5% yang mengandung senyawa flavonoid. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan lulur, ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) memiliki efek sebagai whitening, dan semakin tinggi konsentrasi Ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) maka akan semakin efektif sebagai whitening.Kata kunci : Ampas Wortel, Lulur, WhiteningThe skin is an important part of the body and needs attention. Beautiful skin is synonymous with skin that is not dull and skin is bright. Maintaining healthy skin is not only done with foods rich in nutrients, but can be done by providing nutrients from the outside. Scrub is a preparation that can open pores, remove dead skin cells and dirt, so that the skin becomes cleaner and brighter. The flavonoid content of dregs carrot extract has the ability to brighten the skin. This study aims to determine the formulation of dregs carrot (Daucus carota L.) scrub as whitening, determine the effectiveness of dregs carrot (Daucus carota L.) scrub as a whitening and determine the effective concentration produced by carrot pulp extract (Daucus carota). L.) as a whitening. The method used in this research is experimental laboratory. The results obtained were that the F3 preparation had the same skin brightness level as the comparison preparation, namely Sumber Ayu's whitening scrub, this was due to the effect of the concentration of dregs carrot extract as much as 5% which contained flavonoids. The conclusion of this study is that the dregs carrot extract (Daucus carota L.) can be formulated in the form of a scrub, the dregs carrot extract (Daucus carota L.) has a whitening effect, and the higher the concentration of dregs carrot extract (Daucus carota L.), the higher the concentration of dregs carrot extract (Daucus carota L.). the more effective as a whitening. Keywords : Dregs Carrot, Scrub, Whitening
Formulasi dan Efektivitas Sediaan Spray Ekstrak Etanol Daun Mint (Mentha Piperita L.) Sebagai Anti Nyamuk Meilina, Rulia; Dewi, Revina; Kesumawati, Kesumawati; Husna, Asmaul; Willis, Ratna
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.3783

Abstract

ABSTRACTDampak dari gigitan nyamuk sangat merugikan bagi manusia, yang paling ringan diantaranya dapat menyebabkan gatal-gatal dan segala dampak yang ditimbulkannya juga sangat mengganggu aktifitas. Tujuan penelitian Mengetahui efektivitas sediaan spray ekstrak etanol daun mint (Mentha piperita L.) sebagai anti nyamuk alami serta mengetahui evaluasi sediaan spray ekstrak etanol daun mint (Mentha piperita L.). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboraturium. Spray diformulasikan dengan F0 tidak ada penambahan ekstrak, sedangkan pada F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%) ada penambahan ekstrak etanol daun mint, kemudian tahap evaluasi formulasi spray dan data uji efektivitas formulasi spray anti nyamuk dianalisis menggunakan metode statistik berupa uji One Way Anova. Hasil penelitian dari uji pH (5,5 – 4,5), daya sebar baik, tidak menimbulkan iritasi kulit, nilai uji hedonic (uji kesukaan) keterangan rata-rata suka dan efektifitas formulasi spray anti nyamuk untuk F0 terdapat 11 nyamuk yang hinggap dikarenakan tanpa kandungan ekstrak sedangkan F1, F2, F3 tidak terdapat nyamuk yang hinggap dikarenakan penambahan ekstrak etanol daun mint pada masing-masing formula. Kesimpulan penelitian adalah spray ekstrak etanol daun mint (Mentha piperita L.) sangat efektif untuk digunakan sebagai anti nyamuk alami dan hasil evaluasi formulasi spray meliputi uji pH, uji daya sebar, uji iritasi dan uji hedonic (uji kesukaan) dari Ekstrak daun mint (Mentha piperita L.) dapat digunakan sebagai anti nyamuk alami.Kata Kunci: Daun mint, spray, ekstrak, anti nyamukThe impact of mosquito bites is very detrimental to humans, the mildest of which can cause itching and all the effects it causes are also very disturbing to activities. To determine the effectiveness of ethanol extract of mint leaves (Mentha piperita L.) spray preparation as a natural mosquito repellent and to determine the evaluation of ethanol extract of mint leaves (Mentha piperita L.) spray preparation. The research method used is laboratory experimental. The spray is formulated with F0 without the addition of extract, while in F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%) there is the addition of ethanol extract of mint leaves, then the stage of evaluating the spray formulation and mosquito repellent spray formulation test data are analyzed using statistical methods in the form of One Way Anova test. The results of the pH test (5.5 - 4.5), good spreadability, no skin irritation, hedonic test value (preference test) average description of likes and mosquito repellent spray formulation effectiveness for F0 there are 11 mosquitoes that perch because it does not contain extract while F1, F2, F3 there are no mosquitoes that perch due to the addition of ethanol extract of mint leaves in each formula. Conclusion of the spray formulation of ethanol extract from mint leaves (Mentha piperita L.) has shown high effectiveness as a natural mosquito repellent. The evaluation of the formulation includes pH testing, spreadability testing, irritation testing, and a hedonic test (preference test) to determine the suitability of mint leaf extract (Mentha piperita L.) as a natural mosquito repellent.Keyword: Mint leaf, spray, extract, mosquito repellent
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BLUSH ON COMPACT EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) Rahmi, Putri; Meilina, Rulia; Kesumawati, Kesumawati; Husna, Asmaul; Yunika, Ficha Sopia
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i1.4207

Abstract

Latar Belakang : Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan jenis buah yang kaya akan zat antosianin yang memberikan warna merah dan memiliki berbagai manfaat, salah satunya yaitu sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan pewarna sintetik. Buah naga merah mengandung komponen bioaktif lainnya yaitu asam askorbat, betakaroten dan flavonoid yang termasuk golongan senyawa antioksidan untuk menetralisir, mencegah atau memperlambat kerusakan sel akibat radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh. Tujuan Penelitian : Untuk memformulasikan ekstrak buah naga merah dan mengetahui sediaan blush on compact ekstrak buah naga merah memenuhi uji evaluasi sediaan. Metode penelitian : Penelitian dilakukan secara eksperimental, meliputi: penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan dan uji evaluasi sediaan. Ektrak diperoleh menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Talkum, kaolin, zink oksida, parafin cair dan nipagin adalah bahan-bahan untuk pembuatan blush on compact. Sediaan Blush on ekstrak buah naga merah dibagi menjadi tiga formula yaitu formula yang mengandung ekstrak buah naga merah sebanyak 7,5 gram, 10 gram dan 12,5 gram. Hasil penelitian : Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak buah naga merah dapat diformulasikan sebagai sediaan blush on compact dan memenuhi persyaratan uji evauasi sediaan, diantaranya uji organoleptik memberikan warna peach dan pink peach, bersifat homogen, menghasilkan pH sediaan sekitaran 6,3-6,7, mempunyai uji poles yang baik, tidak mengiritasi kulit dan berdasarkan uji hedonik blush on yang paling disukai adalah formula 3 yang mengandung ekstrak buah naga merah sebanyak 12,5 gram dengan warna pink peach. Kesimpulan : Pada penelitian ini dapat disimpulkan ekstrak buah naga merah dapat diformulasikan sebagai sediaan blush on. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah naga merah yang digunakan dalam formulasi menghasilkan perbedaan intensitas warna pada sediaan blush on dan seluruh sediaan blush on memenuhi persyaratan uji evaluasi sediaan.Kata kunci : Blush on, Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)Background : Red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) is a type of fruit that is rich in anthocyanin substances that gives a red color and has various benefits, one of which is as a natural dye that can replace synthetic dyes. Red dragon fruit contains other bioactive components, namely ascorbic acid, beta-carotene and flavonoids which are included in the class of antioxidant compounds to neutralize, prevent or delay cell damage caused by free radicals that attack body cells. Research objectives : To formulate red dragon fruit extract and find out the blush on compact preparation of red dragon fruit extract that meets the preparation evaluation test. Research method : The research was carried out experimentally, including: sample preparation, extract making, preparations making and preparation evaluation tests. The extract was obtained by using the maceration method with 96% ethanol as solvent. Talcum, kaolin, zinc oxide, liquid paraffin and nipagin are ingredients for making blush compacts. The blush on red dragon fruit extract was divided into three formulas, namely a formula containing 7.5 grams of red dragon fruit extract, 10 grams and 12.5 grams. Results : The results showed that the red dragon fruit extract could be formulated as a blush on compact preparation and met the requirements for the evaluation of the preparation, including the organoleptic test giving peach and pink peach colors, being homogeneous, producing a pH of about 6.3-6.7, having a pH test of 6.3-6.7. good polish, does not irritate the skin and based on the hedonic test the most preferred blush is Formula 3 with a formula that contains red dragon fruit extract as much as 12,5 grams with a pink peach color. Conclusion and Suggestion : In this study, it can be concluded that red dragon fruit extract can be formulated as a blush on preparation. Variations in the concentration of red dragon fruit extract dye used in the formulation resulted in differences in color intensity in the blush preparation and all blush on preparations met the requirements of the preparation evaluation test.Keywords : Blush on, Red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus)
Efektivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Delima (Punica Granatum L.) pada Mencit (Mus Musculus L.) Meilina, Rulia; Izzah, Nuril; Kesumawati, Kesumawati; Safitri, Faradilla; Rezeki, Sahbainur; Kulla, Periskila Dina Kali
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2870

Abstract

Daun delima (Punica granatum L.) secara tradisional telah banyak digunakan untuk berbagai penyakit salah satunya untuk demam. Berbagai senyawa terdapat dalam daun delima yaitu flavonoid, tanin dan saponin, dimana senyawa flavonoid berfungsi sebagai antipiretik. Metode penelitian ini Eksperimental Laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antipiretik dan dosis efektif ekstrak etanol daun delima pada penurunan suhu mencit. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Sebanyak 25 ekor dengan berat badan 20- 30 gram dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari kelompok perlakuan kontrol negatif diberikan na-CMC 0,5%, perlakuan positif diberikan paracetamol dan 3 kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak daun delima dosis bertingkat yaitu 100 mg/g BB, 150 mg/g BB, 200 mg/g BB. Untuk menaikkan suhu rektal, mencit diberikan suspensi pepton 5% secara oral kemudian diukur dengan menggunakan termometer digital setiap 30 menit hingga menit ke 120. Data hasil penelitian dianalisis dengan program SPSS yang dianalisis menggunakan uji ANOVA (Analysis Of Varian) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa daun delima memiliki efektivitas antipiretik. Data yang dihasilkan berdistribusi normal (p>0,05). ekstrak etanol daun delima yang paling efektif sebagai antipiretik yaitu pada dosis 150 mg dan 200 mg/g BB. Kesimpulan penelitian daun delima memiliki aktivitas antipiretik.Kata kunci : Daun Delima, Antipiretik, PeptonPunica granatum L. have traditionally been used for various diseases, one of which is fever. Various compounds are found in pomegranate leaves, namely flavonoids, tannins and saponins, where flavonoid compounds function as antipyretics. This research method is Experimental Laboratory. This study aims to determine the effectiveness of antipyretics and effective doses of ethanol extract of pomegranate leaves in reducing the temperature of mice. The research method used is laboratory experimental. This study aims to determine the effectiveness of antipyretics and effective doses of ethanol extract of pomegranate leaves in reducing the temperature of mice. The research method used is laboratory experimental. Twenty five individuals weighing 20-30 grams were divided into 5 treatment groups consisting of a negative control group given 0.5% na-CMC, positive treatment given paracetamol and 3 treatment groups with graded doses of pomegranate leaf extract, namely 100 mg/day. g BW, 150 mg/g BW, 200 mg/g BW. To raise the rectal temperature, the mice were given orally 5% peptone suspension and then measured using a digital thermometer every 30 minutes until the 120th minute. Pomegranate has antipyretic effectiveness. The resulting data is normally distributed (p>0.05). The most effective ethanol extract of pomegranate leaves as an antipyretic is at doses of 150 mg and 200 mg/g BW. The conclusion of this study is that pomegranate leaves have antipyretic activity.Keywords : Punica granatum, Antipyretic, Pepton
ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF DARI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera) DAN POTENSINYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN UNTUK FORTIFIKASI PANGAN FUNGSIONAL Asyura, Syarifah; Ismiati, Ismiati; Fitriana, Nanda; Kesumawati, Kesumawati; Frisella, Ella; Herawati, Herawati; Pardi, Pardi; Rahmayanti, Kurnia; Serianti, Putri; Sofia, Melda; Astrina, Syarifah Yanti; Samaniyah, Siti
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 11, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v11i1.5216

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengisolasi senyawa bioaktif dari daun kelor (Moringa oleifera) serta mengevaluasi potensi antioksidannya untuk fortifikasi pangan fungsional. Daun kelor diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dan dilanjutkan dengan fraksinasi pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Identifikasi senyawa bioaktif dilakukan dengan KLT, KCKT, spektrofotometri UV-Vis, dan FTIR, sedangkan uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dengan IC50 sebesar 48,72 µg/mL, yang dikategorikan sebagai antioksidan sangat kuat. Analisis fitokimia memperlihatkan bahwa senyawa utama yang berperan adalah flavonoid, fenolik, dan tanin. Temuan ini menegaskan bahwa daun kelor merupakan sumber antioksidan alami yang potensial dan dapat diaplikasikan sebagai bahan fortifikasi pangan fungsional untuk meningkatkan kualitas gizi serta memberikan manfaat protektif terhadap stres oksidatif.