Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Pengaruh formulasi cabai rawit (Capsicum frustescens L.) fermentasi dan biji keluak (Pangium edule R.) terhadap karakteristik sensoris dan kimia sambal keluak Seprianus Mario Parabang; Marwati Marwati; Sulistyo Prabowo
Journal of Tropical AgriFood Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.4.1.2022.6770.53-59

Abstract

Sambal merupakan produk pangan dari bahan dasar cabai yang menyerupai bubur dan biasanya ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah dan bawang  putih dan juga tomat. Pemanfaatan biji keluwek pada pengolahan sambal sebagai upaya diversifikasi pangan dan meningkatkan kualitas produk, serta nilai gizinya. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan sambal keluak yang terbaik berdasarkan respons sensoris dan mempelajari sifat kimia sambal yang dihasilkan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan 3 kali ulangan. Data yang diperoleh diolah dengan Anova dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil. Data sensoris dikonversi menjadi skala interval menggunakan Method of Successive Interval sebelum dianalisis dengan Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula cabai rawit dan bubuk biji keluak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar lemak, kadar protein dan sensoris tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu pada sambal yang dihasilkan. Perlakuan dengan formula cabai rawit dan biji keluak 1:1 merupakan perlakuan terbaik berdasarkan respons sensoris hedonik rasa (agak suka) dengan karakteristik mutu hedonik berwarna cokelat kehitaman, beraroma keluak, berasa cabai, dan bertekstur agak lembek. Karakteristik kimianya adalah mempunyai kadar air 58,08%, kadar abu 5,01%, kadar protein 11,21%, dan kadar lemak 55,26%.
Pengaruh porsi komposit Singkong Gajah dan Jamur Tiram dengan buah naga terhadap kandungan proksimat dan sensoris naget vegetarian Ajijun Ajuansyah; Aswita Emmawati; Marwati Marwati
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.1.2023.8434.13-20

Abstract

Umumnya naget diolah dari daging yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Makanan rendah serat dan tinggi lemak dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan, sulit buang air besar, kolesterol tinggi dan berbagai penyakit lainnya seperti jantung koroner dan stroke. Penelitian ini dilakukan untuk menyediakan alternatif naget dengan kandungan bahan nabati yang diharapkan dapat mengurangi risiko kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh porsi komposit singkong gajah dan jamur tiram (3:2) dengan buah naga terhadap kandungan proksimat, serat dan sifat organoleptik naget vegetarian. Percobaan faktor tunggal dalam Rancangan Acak Lengkap dilakukan dengan enam taraf perlakuan, yaitu perbandingan porsi komposit (100, 95, 90, 85, 80, dan 75%) dalam bahan baku (komposit dan buah naga), masing-masing dilakukan dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Anova dilanjutkan dengan uji BNT, kecuali data sifat sensoris dianalisis dengan uji Friedman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa porsi komposit singkong gajah dan jamur tiram berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar air, abu dan karbohidrat, serta sifat sensoris, tetapi berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap kadar lemak, protein dan serat naget vegetarian. Naget ini mempunyai penampakan berwarna kuning, agak beraroma jamur tiram, berasa agak gurih, dan bertekstur agak kenyal dengan kadar air 53,82-55,23%, abu 1,13-1,74%, lemak 2,20%, protein 3,33%, karbohidrat 37,51-39,52%, dan serat 3,31%. Naget matang (setelah digoreng) yang dihasilkan dari komposit  Singkong Gajah dan Jamur Tiram 95% mempunyai kadar karbohidrat 39,24%, serat 12,76%, lemak 11,30%, abu 3,5% dan air 33,2%.
Pengaruh perbandingan sari nanas madu dan susu skim terhadap total asam tertitrasi, total BAL dan karakteristik sensoris yoghurt nanas madu Marwati Marwati; Aswita Emmawati; Maghfirotin Marta Banin; Frison Sigalingging; Anton Rahmadi
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.1.2023.9495.43-47

Abstract

Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah krimnya diambil sebagian hingga seluruhnya. Yoghurt merupakan salah satu produk pangan fungsional yang diolah dari fermentasi  susu skim dengan penambahan kultur bakteri. Penelitian ini adalah penelitian faktor tunggal (perbandingan sari nanas madu dan susu skim) yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Lima perbandingan persentase sari nanas madu (SNM) dan susu skim (SS) dicobakan dalam penelitian ini, yaitu 30:70, 40:60, 50:50, 60:40 dan 70:30. Parameter yang diamati adalah total asam tertitrasi (TAT), total bakteri asam laktat (BAL) dan sifat sensoris dari Yoghurt nanas madu. Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dilanjutkan dengan DMRT pada a 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan SN dan SS berpengaruh tidak nyata terhadap TAT dan nilai BAL, akan tetapi berpengaruh nyata terhadap sifat sensoris yoghurt nanas madu. Formulasi SNM dan SS sebesar 70:30 menghasilkan yoghurt nanas madu dengan sifat sensoris paling disukai yang memiliki total asam tertitrasi dan total bakteri asam laktat adalah 0,6 dan 7,90x107 CFU/mL.
Analisis Kesesuaian Penerapan Higiene Sanitasi Pada Penyedia Jasaboga: (Studi Kasus Pendampingan Di UMKM Dapur Mamak Nia Kecamatan Waru) Nur Annisa; Marwati Marwati; Sulistyo Prabowo
National Multidisciplinary Sciences Vol. 2 No. 3 (2023): Proceeding SEMARTANI 2
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/nms.v2i3.294

Abstract

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memberikan kontribusi dalam pendapatan nasional dan penerimaan lapangan pekerjaan. Ekonomi selama pandemi mengalami penurunan, tetapi UMKM adalah usaha yang dapat bertahan di masa krisis pandemi. Oleh karena itu upaya menggerakkan ekonomi lewat pemberdayaan UMKM dilakukan pemerintah. Munculnya potensi UMKM seiring dengan kelemahan yang dimiliki UMKM. Kelemahan yang paling sering terjadi adalah penerapan higiene sanitasi. Pemerintah, Lembaga Keuangan dan Institusi Pendidikan bekerja sama untuk melakukan program pengembangan dan perbaikan untuk UMKM yaitu per-baikan higiene sanitasi agar memudahkan pengurusan legalitas usaha. Dapur Mamak Nia adalah UMKM yang belum memiliki lisensi seperti laik higiene sanitasi. Oleh karena itu dil-akukan analisis untuk melihat sejauh mana UMKM ini menerapkan higiene sanitasi dan melihat kekurangan yang perlu diperbaiki agar memenuhi persyaratan higiene sanitasi jasaboga. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan sumber data primer dari narasumber melalui observasi dan wawancara terbuka. Pada penelitian ini menggunakan form dari PERMENKES N0. 1096 Tahun 2011. Penggolongan jasaboga menggunakan form 12, ceklis kondisi menggunakan form 3, pemberian saran perbaikan untuk UMKM dan yang terakhir melihat kondisi akhir setelah diberikan perbaikan menggunakan form 3. Pendataan menghasilkan bahwa UMKM Dapur Mamak Nia membuat makanan untuk dikonsumsi masyarakat umum, masih menggunakan dapur rumah tangga yang sekaligus dapur UMKM, dikelola oleh pengusaha dengan bantuan tenaga kerja keluarga sendiri yang berarti termasuk jasaboga golongan A1. Kondisi Awal dengan bobot 49/70 dengan presentase 70% yang berarti belum memenuhi syarat. Setelah diberikan saran perbaikan, kondisi akhir dengan bobot 56/70 dengan presentase 80% yang berarti belum memenuhi syarat. Faktor yang menyebabkan penerapan belum terjadi adalah kurangnya pengetahuan dan finansial. Upaya per-baikan dilakukan sesuai kemampuan UMKM Dapur Mamak Nia walaupun belum bisa mengurus legalitas.
STUDY OF SPONTANEOUS FERMENTATION TIME EFFECT ON THE PHYSICO - CHEMICAL CHARACTERISTICS OF BETUNG BAMBOO SHOOTS FLOUR (Dendrocalamus asper Backer) Sukmiyati Agustin; Atikah Maya Sari; Marwati .
Jambura Journal of Food Technology Vol 5, No 01 (2023): Vol. 5, No. 1, Juni 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjft.v5i01.19378

Abstract

Rebung merupakan batang bambu muda yang baru muncul dari perrmukaan dasar rumpun dan rhizorme. Rebung mempunyai banyak kelebihan antara lain: sebagai tepung alternatif, sebagai bahan baku pangan kaya serat, disversifikasi pangan lokal, dan lebih tahan disimpan sehingga penting sebagai penyedia bahan baku industri. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sifat fisiko-kimia tepung rebung betung. Penelitian ini merupakan penelitian faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 Ulangan. Faktor yang diteliti yaitu 5 variasi perlakuan waktu fermentasi yakni 0, 12, 24, 36 jam, dan 48 jam. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai perlakuan waktu fermentasi spontan berpengaruh nyata terhadap rata-rata kadar air, kadar abu, rendemen, serat kasar, kapasitas penyerapan air, densitas kamba, swelling volume dan kelarutan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas penyerapan minyak. Nilai kadar air 4,20-9,40%, kadar abu 1,90-8,25%, rendemen 0,84-3,43%, serat kasar 5,87-15,5%, kapasitas penyerapan air 9,71-9,87 g g-1 bk, kapasitas penyerapan minyak 9,71-9,87 g g-1 bk, densitas kamba 1,53-3,40% g/ml, swelling volume 5,06-6,78 g g-1 bk, dan kelarutan 1,31-2,61 g g-1 bk. Waktu fermentasi 48 jam merupakan perlakuan yang menghasilkan tepung dengan sifat fisik dan kimia.
Uji Daya Hambat BakteriStaphylococcus Aureus Menggunakan Ekstrak Daun Tahongai (Kleinhovia hospitaL.) Tiara Magvirah; Marwati Marwati; Fikri Ardhani
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jpltrop.v2i2.3687

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya hambat bakteri Staphylococcus aureus oleh ekstrak tanaman daun tahongai (Kleinhovia hospita L. Rancangan Acak Lengkap digunakan pada penelitian ini dengan ulangan sebanyak lima kali. Perlakuan dalam penelitian adalah p0 Aquades (kontrol negatif), p1 konsentrasi 1 g/L, p2 konsentrasi 3 g/L, p3 konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L, p5 konsentrasi 100 g/L dan antibiotik Kloramfenikol 10 g/L (kontrol positif). Data dianalisis menggunakan sAnova dan dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pada konsentrasi ekstrak daun tahongai (Kleinhovia hospita L.) memberikan pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus pada p3 konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L, p5 konsentrasi 100 g/L dan p6 antibiotik Kloramfenikol 10 g/L tetapi berbeda tidak nyata terhadap p0 Aquades (kontrol negatif), p1 konsentrasi 1 g/L  dan p2 konsentrasi 3 g/L. Ekstrak pada tanaman daun tahongai (Kleinhovia hospita L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada taraf dosis yang optimal dengan konsentrasi p5 100 g/L diameter zona hambat yang diperoleh adalah 13,048±3,860 mm akan tetapi tidak efektif jika dibandingkan antibiotik Kloramfenikol 10 g/L dengan diameter zona hambat 22,199± 2,251 mm. 
Penambahan Bubuk Kulit Kayu Bangkal (Nauclea subdita) Dalam Pembuatan Sabun Kesehatan Pada Berbahan Baku VCO (Virgin Coconut Oil) Mechael Jordan; Aswita Emmawati; Marwati
SNHRP Vol. 5 (2023): Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian (SNHRP) Ke 5 Tahun 2023
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kayu tanaman bangkal (Nauclea subdita) secara tradisional digunakan oleh masyarakat di Kalimantan untuk perawatan wajah. Tanaman bangkal mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang bersifat antioksidan dan antimikroba, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan manfaat sabun bagi kesehatan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bubuk kayu bangkal terhadap karakteristik mutu sabun sesuai dengan SNI Sabun. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan bubuk kulit kayu bangkal sejumlah 0, 2, 4, 6 dan 8 g per 100 g bahan sabun. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, pH 0,1 persen, kadar bahan tak larut dalam etanol dan kadar alkali bebas. Pengolahan data dilakukan dengan sidik ragam (Anova), dan jika terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan, maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan's multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bubuk kayu bangkal pada sabun padat VCO berpengaruh nyata terhadap kadar air, pH 0,1 persen, bahan tak larut dalam etanol dan kadar alkali bebas. Penambahan bubuk kayu bangkal akan meningkatkan kadar air, pH 0,1 persen, dan kadar bahan tak larut dalam etanol, serta menurunkan kadar alkali bebas dalam sabun. Penggunaan kayu bangkal sebagai bahan sabun masih membutuhkan pengujian lebih lanjut untuk aspek kelayakan industri dan keamanannya bagi pengguna.
Sifat kimia, daya oles dan sifat sensoris selai kombinasi buah Pedada (Sonneratia caseolaris) dan buah Sirsak (Annona muricata) Rusmina Rusmina; Marwati Marwati; Sulistyo Prabowo
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.2.2023.10336.73-79

Abstract

Selai merupakan salah satu penganekaragaman produk olahan dengan konsistensi gel atau semi padat yang dibuat dari bubur buah dengan penambahan gula. Selai diolah dari buah Pedada yang memiliki aroma yang wangi, tetapi rasanya asam dan terasa sepat, sehingga perlu dikombinasikan dengan buah Sirsak yang memiliki rasa manis dan mengandung serat yang cukup tinggi yang baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan selai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh kombinasi buah Pedada dan buah Sirsak terhadap sifat kimia, daya oles dan sifat sensoris selai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan kombinasi buah Pedada (BP) dan buah Sirsak (BS), yaitu 100% BP, 80% BP, 60% BP, 40% BP dan 20% BP, masing-masing dilakukan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selai dari kombinasi buah Pedada dan buah Sirsak (20% BP) mempunyai kadar air terendah dan respons sensoris keseluruhan paling disukai.
Crystal Palm Sugar Yield Optimization and Its Chemical and Sensory Characteristics Marwati; Irma Febriandini; Krishna Purnawan Candra; Yuliani; Hamka Nurkaya
Food Science and Technology Journal (Foodscitech) Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Dr Soetomo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/fst.v6i2.6095

Abstract

Crystal palm sugar (CPS) is crystal brown sugar produced from palm tree sap. The quality of CPS depends on the quality/freshness of the sap, while the sap quality depends on the tapping method and its freshness. This study aimed to determine the appropriate sap tapping time of Arenga palm (Arenga pinnata) for raw material in CPS processing. The sap tapping time was carried out at 3, 6, 9, and 12 hours, each with four replications. Sap tapping was done by adding five grams of sodium bicarbonate into the sap container. Parameters observed were sap pH, yield, chemical properties (moisture content, ash content, and reducing sugar content), and sensory properties (color, aroma, texture, and taste) of the CPS. The data were processed by ANOVA and polynomial regression. The results showed that sap tapping time significantly affected (p<0.05) the sap pH and reducing-sugar content of CPS, but not (p>0.05) the yield, water content, ash content, and sensory response of CPS. However, using quadratic polynomial regression shows that CPS yield is optimum by processing the palm sap at about seven hours of tapping time, i.e., 14.56% and 12.47% for coarse and fine CPS, respectively. The sap pH obtained from the seven hours of tapping time was 6.8-7.1. The CPS has a reducing sugar content of 26.94% and overall hedonic characteristics of moderately like. The hedonic quality characteristics of the CPS are typical palm sugar for aroma, slightly brown for color, slightly hard for texture, and sweet for taste.
Review: The Potential for Development of Red Palm Oil Industry in East Kalimantan Hamka Hamka; Bernatal Saragih; Deny Sumarna; Krishna P. Candra; Sukmiyati Agustin; Marwati Marwati
Journal of World Science Vol. 3 No. 5 (2024): Journal of World Science
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jws.v3i5.606

Abstract

Food security is a critical aspect of development, especially in regions like East Kalimantan, Indonesia, where per capita food availability has declined since 2016. The oil palm industry, particularly Crude Palm Oil (CPO), plays a significant role in addressing food security issues by providing a major agricultural commodity that can be processed into various products including red palm oil, which is rich in nutrients like carotenoids, vitamin E, and essential fatty acids. This study aims to explore and analyze the potential development of the red palm oil industry in East Kalimantan. The research utilizes a literature review method, involving the analysis and synthesis of various sources such as scientific journals, reports, and statistical data to assess the potential and opportunities for developing the red palm oil industry in East Kalimantan. The findings indicate that red palm oil, with its high concentrations of beta-carotene and tocopherol, presents a significant opportunity for development in East Kalimantan. Red palm oil can serve as a nutritious alternative to traditional cooking oils and margarine. Despite its potential, the utilization of red palm oil in Indonesia remains limited, mainly restricted to cooking oil production. The study suggests that the development of the red palm oil industry could enhance food security and nutritional intake in East Kalimantan. By promoting red palm oil as a functional food and a nutraceutical product, it could offer a viable solution to improve the health and well-being of the community while also supporting sustainable agricultural practices.