Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Ekspresi AgNOR dan Ekspresi Ki-67 pada Grading Adenokarsinoma Prostat Roza Rita; Delyuzar; Lidya Imelda Laksmi
Majalah Patologi Indonesia Vol 29 No 3 (2020): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.782 KB) | DOI: 10.55816/mpi.v29i3.446

Abstract

BackgroundProstate cancer is the second most common cancer and fifth most common cancer cause of death in males. Tissue biopsy is a goldstandard examination to diagnose prostate cancer. One of the hallmarks of cancer is increased activity of cell proliferation. Thisactivity can be detected with Ki-67 and AgNOR (Argyrophilic nucleolar organizing region). The aim of this study is to analyzedcorrelation between AgNOR and Ki-67 expression in grading of prostated adenocarcinoma.MethodsThis analytic cross-sectional study was held in Laboratory of Anatomical Pathology of Medical Faculty of USU/ RSUP H. AdamMalik Medan. Thirty paraffin blocks diagnosed with prostate adenocarcinoma were stained with H&E and p63 immunohistochemistrythen evaluated based on Gleason’s histopathological grading and stained with Agnor and Ki 67.ResultsAgNOR expression yang diperoleh pada grading adenokarsinoma prostat group 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 43; 32,40(±14,54); 64,29 (±28,2); 59,5 (±28,32); 69,22 (±29,26). Ekspresi Ki-67 pada setiap grading adenokarsinoma prostat group 1, 2, 3, 4,dan 5 secara berurutan adalah 43; 32,4 (±14,53); 64,29 (±28,2), 59,5 (±28,31); 69,22 (±29,26). Statistical analyses showed thatthere was no significantly correlation between grading of prostate adenocarcinoma and AgNOR expression (p=0.065), and Ki-67expression (p=0.18). Nevertheless, a significantly correlation between KI-67 expression and grading of prostate adenocarcinomawas found (p=0.34).ConclusionKi-67 could be used as prognostic indicator for prostate adenocarcinoma.
Hubungan Gambaran Bercak-Bercak Gelap (Dark Specks) pada Latar Belakang Material Nekrotik Granular Eosinofilik dengan Kadar CD4 Penderita Limfadenitis Tuberkulosis Servikalis yang Disertai HIV/AIDS . Sutoyo Eliandy, M. Nadjib D. Lubis, Delyuzar
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.58 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Diagnosa limfadenitis TB mudah ditegakkan apabila gambaran-gambaran khas ditemukan pada sediaan aspirasi. Tetapi apabila gambaran ini tidak dijumpai, sulit membedakan antara limfadenitis akut supuratif atau limfadenitis TB supuratif, terutama pada pasien dengan HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bercak-bercak gelap (dark specks)pada latar belakang material nekrotik granular eosinofilik dengan kadar CD4 penderita limfadenitis tuberkulosis servikalis yang disertai HIV/AIDS. Metoda Penelitian ini menggunakan Exact Fisher Test dengan pemilihan sampel secara consecutive sampling. Hasil Dari 24 sampel penderita limfadenitis TB yang disertai HIV/AIDS dijumpai 20 orang laki-laki (83,3%) dan perempuan 4 orang (16,7%). Umur penderita seluruhnya pada usia produktif dengan rentang umur 21-49 tahun. Ditemukan gambaran dark specks pada 4 sediaan biopsi aspirasi pada kadar CD4 0,05. Kesimpulan Tidak ada hubungan munculnya dark specks dengan kadar CD4 penderita limfadenitis TB yang disertai HIV/AIDS. Kata-kata : Dark specks, Limfadenitis TB, CD4, Antibody ab905 ABSTRACT Objective Diagonosis of liphadenitis TB was easy to established when the spesific images was found in the preparat of aspiration. However, if the image was not found in the preparat, it was dificult to distinguish between supuratif acute lymphadenitis and supuratif lymphadenitis TB, primarily for those patients with HIV/AIDS. This research was carried out to determine the relationship of dark speck image at the eosinophil granular necrotic material background with the level of CD4 to the patient lymphadenitis tuberculosis cervicalis with HIV/AIDS Methods This research was conducted using exact fisher test with the consecutive sampling. Result From 24 samples of patient lymphadenitis TB with HIV/AIDS was found 20 patients were male (83,3%) and 4 female patients (16.7). All of the patients were included into the productive age with the range of age from 21-49 years old. It has been found the dark specks image at 4 samples of biopsy aspiration at level of CD4 below than 200. There were the indication, the dark speck image will be appear when the immune system of patients was decrease. However, base on the result of statistical analysis, it was exhibited that there was no significant different (p>0.05) between dark specks image and CD4 level. Conclusions There was no relationship appearance of dark speck with the level of CD4 to the patient lymphadenitis TB with HIV/AIDS KeyWords : Dark specks, Lymphadenitis TB, CD4, Antibody ab905
Efek Pemberian Madu terhadap Lesi Hepar Maternal Mencit Terpapar Monosodium Glutamate (MSG) selama Masa Kehamilan Sufitni -; Delyuzar -; Emita Sabri
Majalah Patologi Indonesia Vol 22 No 2 (2013): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.789 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Monosodium glutamate (MSG) merupakan zat aditif makanan yang masih kontroversial. Konsumsi MSG yang tinggi meningkatkan metabolisme glutamat, dan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. Salah satu antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas adalah madu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek madu terhadap lesi hepar induk mencit yang dipicu oleh pemberian MSG pada saat kehamilan. Metode Penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas 5 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol (K) dan 4 kelompok perlakuan (P1-P4). Kelompok kontrol hanya diberi akuades selama kehamilan 0-18 hari. Selama kehamilan 0-18 hari, P1 diberi MSG 4 mg/g BB/hari, P2 diberi madu 0,15 g/20 g BB/hari, dan P4 diberi MSG 4 mg/g BB/hari dan madu 0,15 g/20 g BB/hari. P3 diberi MSG 4 mg/g BB/hari pada kehamilan 0-7 hari, dilanjutkan pemberian madu 0,15 g/20 g BB/hari pada kehamilan 8-18 hari. Pada usia kehamilan 18 hari, mencit dikorbankan dengan cara dislokasi leher dan dilakukan nekropsi pengambilan hepar. Hasil Pemberian MSG dengan dosis 4 mg/g BB bersifat hepatotoksik dibanding kontrol (p= 0,041). Pemberian madu mampu mengurangi efek hepatotoksik MSG. Kesimpulan Madu mampu mengurangi efek hepatotoksik dari paparan MSG. Kata kunci : Kehamilan, lesi hepar, madu, monosodium glutamate (MSG). ABSTRACT Background Monosodium glutamate (MSG), a food additive that is still a controversial. High consumption of MSG will increase glutamate metabolism and free radical. Honey as antioxidant can remove free radical. The purpose of study was to determine the effects of honey therapy against hepatic lesions induced by MSG during pregnancy Methods The study was a true experimental with a completely randomized design (CRD), which consists of a control group (K) and four treatment groups (P1-P4). The control group (K) was given distilled water during gestation days 0-18. During of 0-18 days of gestation, P1 were given MSG 4 mg/g body weight (BW)/day, P2 were given honey 0.15 g/20 g BW/day, and P4 were given MSG 0.15 g/20 g BW/day and honey 4 mg/g BW/day. P3 were given MSG 4 mg/g BW/day on days 0-7 of pregnancy, and continued provision of honey 0.15 g/20 g BW/day on days 8-18 of pregnancy. At gestational age 18 days, each treatment and control mice were killed by cervical dislocation and then dissected for liver. Results Giving of high doses of MSG to mice during pregnancy, give hepatotoxic effect compare control (p=0.041). Giving honey can reduce hepatotoxic of MSG effect. Conclusion Honey was able to reduce the hepatotoxic effects of MSG administration. Key words: Hepatic lesion, honey, monosodium glutamate (MSG), pregnancy.
35 Vol. 24 No. 1 Januari 2015 Ekspresi IFN-γ dan IL-4 pada Tumor Jinak dan Ganas Epitelial Ovarium Jenis Serosum dan Musinosum Ainun Mardiah; Nadjib Dahlan Lubis; Delyuzar -
Majalah Patologi Indonesia Vol 24 No 1 (2015): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.509 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Tumor serosum dan musinosum merupakan jenis tumor epitelial ovarium. IFN-γ berhubungan dengan tumor epitelial ovarium melalui aktivitas anti proliferasi, walaupun pada keadaan tertentu IFN- γ mempunyai efek apoptosis terhadap sel tumor ovarium manusia. Terapi IFN-γ mempunyai aktivitas anti dan protumor, tergantung pada keadaan selular, lingkungan mikro, dan konteks molekul. Sitokin IL-4 berperan sebagai anti apoptosis. Tujuan penelitian ini adalah melihat perbedaan ekspresi IFN-γ dan IL-4 pada tumor jinak dan ganas epitelial ovarium tipe serosum dan musinosum. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang dari 40 sampel jaringan tumor jinak dan ganas serosum dan musinosum dengan jumlah yang sama. Dilakukan pemeriksaan imunohistokimia dengan antibodi IFN-γ dan IL-4. Hasil Pada penelitian ini IL-4 menunjukkan ekspresi positif sebanyak 60% (n=6) dan pada tumor jinak serosum, sedangkan pada tumor ganas serosum ekspresi positif 90% (n=9). Pada tumor jinak musinosum IL-4 menunjukkan ekspresi positif 40% (n=4), sedangkan pada tumor ganas musinosum seluruhnya menunjukkan ekspresi positif (100%). IFN-γ menunjukkan ekspresi positif sebanyak 50% (n=5) pada tumor jinak serosum, sedangkan tumor ganas serosum menunjukkan ekspresi positif 40% (n=4). Pada tumor jinak musinosum IFN-γ menunjukkan ekspresi positif 60% (n=6), sedangkan pada tumor ganas musinosum menunjukkan ekspresi positif 80% (n=80). Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi IFN-γ dan IL-4 pada tumor jinak dan ganas serosum dan musinosum. Kata kunci : imunohistokimia, tumor epitelial ovarium, tumor musinosum ovarium, tumor serosum ovarium. ABSTRACT Background Serous and mucinous tumors were variant of epithelial ovarian tumors. IFN-γ associated with anti-proliferative activity of the tumor, but in the spesific situation IFN-γ has anti apoptosis effect against the ovarian tumor cells. IFN-γ treatment was protumorigenic and anti tumorigenic activities were dependent on the cellular, microenvironment, and/or molecular context. The cytokines IL-4 acts as an anti-apoptotic. The purpose of this study was to view the difference expression of IFN-γ and IL-4 in benign and malignant serous and mucinous epithelial ovarian tumors. Methods This study is a observational analytic assesment with cross-sectional approach in 40 samples of benign and malignant serous and mucinous tumors. Immunohistochemistry with IFN-γ and IL-4. Results In this study the expression of IL-4 was positive in 60% (n=6) in the benign serous tumors, whereas in the malignant serous tumors was positive in 90% (n=9). In the benign mucinous tumors the expression of IL-4 was positive in 40% (n=4), whereas in the malignant mucinous tumors was entirely positive (100%). Expression of IFN-γ was positive in 50% (n=5) in the benign serous tumors, whereas in the malignant serous tumors was positive in 40% (n=4). In the benign mucinous tumors the expression of IFN-γ was positive in 60% (n=6), whereas the malignant mucinous tumors was positive in 80% (n=80). Conclusion There was not difference expression of IFN-γ and IL-4 in benign and malignant serous and mucinous tumors. Key words: epithelial ovarian tumor, immunohistochemistry, mucinous tumor, serous tumor.
Perbedaan Ekpresi Imunositokimia Thyroid Transcription Factor-1 (TTF-1) pada Adenokarsinoma dan Karsinoma Sel Skuamosa dari Sikatan Bronkus Kanker Paru Lita Feriyawati; Nadjib Dahlan Lubis; Delyuzar -
Majalah Patologi Indonesia Vol 24 No 1 (2015): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.448 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Karsinoma bukan sel kecil (KBSK) merupakan 85% keganasan dari seluruh kanker paru. Dalam beberapa tahun terakhir adenokarsinoma merupakan tipe KBSK yang paling dominan. Pemeriksaan sitologi sikatan bronkus dengan pewarnaan rutin papanicolaou pada beberapa keadaan mempunyai keterbatasan, terlebih pada beberapa jenis tumor paru dengan gambaran sel yang mirip. Thyroid transcription factor-1 (TTF-1) diekspresikan pada adenokarsinoma paru dan karsinoma sel kecil paru. Pemeriksaan imunositokimia TTF-1 dengan prosedur yang efisien dan efektif sebagai alat bantu pemeriksaan sitologi sikatan bronkus dapat meningkatkan keakuratan diagnosa sitologi kanker paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk membedakan adenokarsinoma dan karsinoma sel skuamosa (KSS) dari sikatan bronkus kanker paru melalui tampilan imunositokimia TTF-1. Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan potong lintang pada 45 sampel sitologi sikatan bronkus yang terdiri dari adenokarsinoma sebanyak 77,78% (n=35) dan KSS sebanyak 22,22% (n=12). Dilakukan pemeriksaan imunositokimia TTF-1 menggunakan antibodi TTF-1 rabbit polyclonal (klon ab136633) dengan metode labelled streptavidin biotin immunoperoxidase complex langsung pada slaid yang sebelumnya telah diwarnai dengan papanicolaou. Hasil Pada penelitian ini sebanyak 62,9% (n=22) adenokarsinoma menunjukkan tampilan positif dengan imunositokimia TTF-1, ekspresi kuat 36,3% (n=8), ekspresi sedang 50% (n=11), dan ekspresi lemah 13,6% (n=3), serta tampilan negatif 37,1% (n=13). Sampel KSS menampilkan hasil positif dengan imunositokimia TTF-1 sebanyak 30% (n=3) dengan ekspresi kuat serta tampilan negatif sebanyak 70% (n=7). Hasil uji hubungan antara hasil imunositokimia TTF-1 dengan ekspresi pada adenokarsinoma dan KSS menggunakan uji Fisher’s exact menunjukkan p-value = 0,083. Kesimpulan Pada penelitian ini didapati tampilan intensitas yang beragam pada hasil imunositokimia TTF-1 pada jenis adenokarsinoma dan KSS, dan menurut perhitungan statistik tidak bermakna. Kata kunci: adenokarsinoma, kanker paru, karsinoma sel skuamosa, sikatan bronkus, thyroid transcription factor-1. ABSTRACT Background Non-small cell carcinoma (NSCC) is 85% of all lung cancer malignancy. In recent years, adenocarcinoma is the most dominant type of NSCC. Bronchial brushings cytology examination with routine Papanicolaou staining have limitations especially to distinguish between some types of lung tumors which have similar pattern. Thyroid transcription factor-1 (TTF-1) is a transcription factor that normally found in adult thyroid and lung tissue, expressed in lung adenokarsinoma and small cell lung carcinoma. Immunocytochemistry examination TTF-1 is an efficient and effective procedures as aids bronchial brushings cytology examination that can improve the accuracy of cytological diagnosis of lung cancer. The objective of the research is to determine the differences between adenocarcinoma and squamous cell carcinoma (SCC) from bronchial brushings in lung cancer by the expression of immunocytochemistry TTF-1. Methods A cross sectional analytic study was performed at 45 brushings cytology samples consisted of 77.78% (n=35) adenocarcinoma and 22.22 % (n=12) SCC Immunocytochemistry examination using rabbit polyclonal (clone ab136633) TTF-1 antibody was perfomed by immunoperoxidase labeled streptavidin biotin complex methode directly on slides previously stained with Papanicolaou. Results In this study, 62.9% (n=22) adenocarcinoma were positive for TTF-1 with 36.3% (n=8) gave strong expression, 50% (n=11) gave moderate expression, 13.6% (n=3) gave weak expression and showed negative as 37.1% (n=13). SCC were positive for TTF-1 as 30% (n=3) with overall gave strong expression and showed negative results as 70% (n=7). The relationship between TTF-1 expression in adenocarcinoma and SCC by using Fisher 's exact test showed p-value=0.083 Conclusion This study showed that there were not differences of TTF-1 immunocytochemistry intensity between adenocarcinoma and SCC. Key words : adenocarcinoma, bronchial brushings, lung cancer, squamous cell carcinoma, thyroid transcription factor-1.
Ekspresi LMP1 pada Sel Tumor Sediaan Sitologi Biopsi Aspirasi Kelenjar Getah Bening Leher pada Metastasis Karsinoma Nasofaring P. Poida B. Gurning; M. Nadjib D. Lubis; Delyuzar Delyuzar
Majalah Patologi Indonesia Vol 24 No 2 (2015): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.1 KB)

Abstract

Latar belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan nasofaring yang paling sering dan mempunyai hubungan yang erat dengan Epstein-Barr virus (EBV). Latent membrane protein1 (LMP1) yang merupakan salah satu protein EBV yang diketahui mempunyai peran dalam pertumbuhan karsinoma bahkan dalam metastasis KNF.Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher sering merupakan gejala utama keganasan pada pasien. Penggunaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus tidak hanya mengkonfirmasi adanya metastasis, tetapi juga dapat memberikan petunjuk asal tumor primer. Tujuan penelitian ini untuk melihat ekspresi LMP1 pada sel tumor sediaan sitologibiopsi aspirasi KGB leher penderita KNF yang mengalami metastasis di leher. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik terhadap 34 slaid sitologi yang sudah didiagnosis sebagai metastasis KNF di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, kemudian dilakukan pemeriksaan imunositokimia LMP1 dengan menggunakan anti-EBV latent membrane protein 1 antibody, ab7502 dengan metoda labelled streptavidin biotin immunoperoxidase complex. Hasil Pada penelitian ini 28 sampel (82,4%) menunjukkan ekspresi positif terhadap LMP1 dan 6 sampel (17,6%) menunjukkan tampilan negatif. Hasil uji perbandingan dengan Fisher’s exact test menunjukkan terdapat perbedaan bermakna ekspresi LMP1 pada keratinizing squamous cell carcinoma dibanding nonkeratinizing carcinoma dengan nilai p=0,003. Kesimpulan Ekpresi LMP1 pada sel-sel tumor hasil biopsi aspirasi kelenjar getah bening leher sangat mungkin merupakan metastasis KNF jenis nonkeratinizing carcinoma. Kata kunci : LMP1, metastasis karsinoma nasofaring, sitologi biopsi aspirasi jarum halus.
Hubungan Ekspresi Imunohistokima Protein Gene Product (PGP9.5) dengan Derajat Histopatologi Adenokarsinoma Kolorektal Feby Yanti Harahap; Delyuzar .; T. Ibnu Alferally
Majalah Patologi Indonesia Vol 25 No 1 (2016): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.349 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Adenokarsinoma kolon merupakan keganasan yang paling sering dijumpai pada saluran cerna dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Protein gene product (PGP9.5) dikenal sebagai ubiquitin hidrolase L1 karboksil-terminal, mengkatalisis hidrolisis ester C-terminal ubiquitin dan amida, memiliki peran penting dalam degradasi protein melalui daur ulang ubiquitin bebas dengan membelah ubiquitinylated peptides. Hubungan PGP9.5 dengan sel-sel kanker dapat ditunjukkan dalam berbagai tumor dan berbagai neoplasma mesenkim seperti selubung saraf, miofibroblastik, dan pembuluh darah tumor. Namun, belum ada upaya untuk fokus pada ekspresi PGP9.5 khusus pada cancer associated fibroblasts (CAFs). Tujuan penelitian ini untuk melihat tampilan imunohistokimia PGP9.5 pada CAFs pada penderita adenokarsinoma kolorektal dan dihubungkan dengan derajat histopatologi. Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 33 blok parafin adenokarsinoma kolorektal. Potongan jaringan kemudian diwarnai dengan PGP9.5. Dilakukan analisis dengan statistik tentang ekspresi dan hubungannya dengan grading histopatologi. Hasil Sejumlah 33 pasien didiagnosis dengan adenokarsinoma kolorektal. Dalam penelitian ini diketahui rentang usia penderita adalah 17 hingga 72 tahun. Distribusi penderita berdasarkan ekspresi PGP9.5 pada CAFs dengan low expression pada well differentiated sebesar 33,33%, moderately differentiated 48,49% dan poorly differentiated 9,09%. Sedangkan distribusi penderita berdasarkan ekspresi PGP9.5 pada CAFs dengan high expression tidak ditemukan pada well differentiated, moderately differentiated 6,06% dan poorly differentiated 3,03%. Tidak terdapat hubungan antara ekspresi PGP9.5 dengan derajat histopatologi adenokarsinoma kolorektal dengan p=0,215. Kesimpulan Tidak terdapat hubungan antara ekspresi PGP9.5 dengan derajat histopatologi adenokarsinoma kolorektal. Kata kunci: adenokarsinoma, cancer associated fibroblasts (CAFs), imunohistokimia, kolorektal, protein gene product (PGP9.5).
Hubungan Antara Derajat Histopatologi Karsinoma Penis dengan Tampilan Imunohistokimia HER-2 Reza Aditya Digambiro; Ibnu Alferally; Delyuzar Delyuzar
Majalah Patologi Indonesia Vol 25 No 2 (2016): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.444 KB)

Abstract

Latar belakang Insidensi karsinoma penis di seluruh dunia sekitar 1/100.000 populasi. Sebanyak 95% dari kanker penis adalah karsinoma sel skuamosa, sisanya adalah melanoma, leiomiosarkoma atau tipe lainnya. Pada umumnya penyakit ini lebih banyak dijumpai pada usia tua, insidensi semakin meningkat pada usia 80 tahun keatas. Phimosis, peradangan menahun, radiasi ultraviolet, adanya riwayat menderita papiloma warts (infeksi Human Papilloma Virus/HPV), atau kondiloma serta tidak disirkumsisi merupakan beberapa faktor risiko terjadinya karsinoma penis. Pada riset yang dilakukan oleh Silva dan rekan-rekan (2012), dijumpai pewarnaan HER-2 yang positif kuat pada 28 kasus karsinoma penis (14,9%). Fakta ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Stankiewicz dan kawan-kawan (2011), yang menyatakan bahwa HER-2 tidak memiliki hubungan dengan karsinogenesis pada penis. Pada penelitian ini kami menganalisis adakah hubungan antara derajat histopatologi karsinoma penis dengan tampilan imunohistokimia HER-2 pada karsinoma penis dengan melakukan pemeriksaan imunohistokimia HER-2 pada sampel sediaan blok parafin dari jaringan penis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat histopatologi karsinoma penis dengan tampilan imunohistokimia HER-2 pada kasus karsinoma penis di Instalasi Patologi Anatomik Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan 2008-2012. Metode Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini tidak memberikan perlakuan terhadap variabel tetapi hanya melihat ekspresi imunohistokimia HER-2. Pengukuran pada variabel hanya dilakukan satu kali dan pada satu saat. Hasil Pada uji korelasi Spearman ternyata secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara derajat histopatologi karsinoma penis dengan tampilan imunohistokimia HER-2 pada karsinoma penis (p>0,05). Kesimpulan Setelah dilakukan uji korelasi Spearman tidak didapati hubungan yang bermakna antara grading histopatologi karsinoma penis terhadap tampilan hasil pulasan imunohistokimia HER-2 pada karsinoma penis. Hubungan Antara HER-2 dengan pewarnaan sitoplasma yang berkaitan dengan keratin mungkin diakibatkan oleh reaksi silang antibodi dengan keratin atau antigen retrieval. Kata kunci : derajat histopatologi, HER-2, karsinoma, penis.
Hubungan Ekspresi Protein Gene Product (PGP9.5) dalam sel Cancer Associated Fibroblasts (CAFs) dengan Derajat Histopatologik Adenokarsinoma Kolorektal Feby Yanti Harahap; Delyuzar Delyuzar; T. Ibnu Alferally
Majalah Patologi Indonesia Vol 25 No 2 (2016): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.328 KB)

Abstract

Latar belakang Adenokarsinoma kolon merupakan keganasan yang paling sering dijumpai pada saluran cerna dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Protein Gene Product (PGP9.5) dikenal sebagai ubiquitin hidrolase L1 karboksil-terminal, mengkatalisis hidrolisis ester C-terminal ubiquitin dan amida, memiliki peran penting dalam degradasi protein melalui daur ulang ubiquitin bebas dengan membelah ubiquitinylated peptides. Hubungan PGP9.5 dengan sel-sel kanker dapat ditunjukkan dalam berbagai tumor dan berbagai neoplasma mesenkim seperti tumor selubung saraf, tumor miofibroblastik, dan tumor pembuluh darah. Namun belum ada upaya untuk fokus pada ekspresi PGP9.5 khusus pada cancer associated fibroblasts (CAFs). Tujuan penelitian ini untuk melihat ekspresi PGP9.5 pada cancer associated fibroblasts (CAFs) pada penderita adenokarsinoma kolorektal dan dihubungkan dengan derajat histopatologiknya. Metode Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 33 blok parafin adenokarsinoma kolorektal. Potongan jaringan kemudian diwarnai secara imunoistokimia dengan antibodi primer anti PGP9.5. Dilakukan analisis dengan statistik tentang ekspresi pada CAFs adenokarsinoma colorektal dan hubungannya dengan derajat histopatologiknya. Hasil Sejumlah 33 pasien didiagnosis dengan adenokarsinoma kolorektal. Dalam penelitian ini diketahui rentang usia penderita adalah 17 hingga 72 tahun. Distribusi penderita berdasarkan ekspresi PGP9.5 pada CAFs dengan low expression pada well differentiated sebesar 33,33%, moderately differentiated 48,49% dan poorly differentiated 9,09%. Sedangkan distribusi penderita berdasarkan ekspresi PGP9.5 pada CAFs dengan high expression tidak ditemukan pada well differentiated, moderately differentiated 6,06% dan poorly differentiated 3,03%. Tidak terdapat hubungan antara ekspresi PGP9.5 dengan derajat histopatologi adenokarsinoma kolorektal dengan nilai p=0,215 (p>0,05). Kesimpulan Tidak terdapat hubungan antara ekspresi PGP9.5 dengan derajat histopatologik adenokarsinoma kolorektal. Kata kunci : adenokarsinoma kolorektal, cancer associated fibroblasts (CAFs), imunohistokimia, protein gene product (PGP9.5), derajat histopatologik.
Analisis Ekspresi Estrogen Receptor (ER) dan Progesteron Receptor (PR) pada Tipe dan Grading Histopatologik Karsinoma Endometrium Causa Trisna Mariedina; Soekimin Soekimin; Delyuzar Delyuzar
Majalah Patologi Indonesia Vol 26 No 3 (2017): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.024 KB)

Abstract

Latar belakangKarsinoma endometrium merupakan tumor ganas organ reproduksi wanita yang paling sering dijumpai, dengan insidennya yang terus meningkat, terutama pada wanita-wanita postmenopause di negara-negara berkembang. Perkembangan karsinoma endometrium sangat erat kaitannya dengan hormon estrogen. Paparan estrogen dalam waktu panjang tanpa dihalangi efek progesteron dapat meningkatkan risiko terjadinya karsinoma endometrium. Epitel glandular endometrium merupakan lokasi keganasan yang sangat responsif terhadap hormon, dalam hal ini akan diekspresikan melalui estrogen receptor (ER) dan progesterone receptor (PR). ER dan PR yang akan berikatan dengan hormon estrogen dan progesteron pada jaringan endometrium relatif akan berkurang jumlahnya pada karsinoma endometrium, dan hilangnya reseptor-reseptor tersebut merupakan bagian dari karsinogenesis endometrium. Beberapa parameter histopatologi, seperti tipe dan grading histopatologi akan mempengaruhi ekspresi reseptor-reseptor tersebut. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis ekspresi ER dan PR pada tipe dan grading histopatologik karsinoma endometrium.MetodePenelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan secara cross sectional. Sampel penelitian adalah blok parafin jaringan endometrium yang didiagnosa secara histopatologi sebagai karsinoma endometrium. Sampel dipulas dengan imunohistokimia ER dan PR. Uji statistik dilakukan untuk menganalisis ekspresi ER dan PR pada tipe dan grading histopatologik.HasilEkspresi ER pada tipe endometrioid (78,8%) dan kasus low grade (90,2%) sedang ekspresi PR pada tipe endometrioid (82,7%) dan kasus low grade (90,2%).KesimpulanEkspresi ER dan PR dapat digunakan untuk membedakan antara tipe dan grading histopatologik low grade pada karsinoma endometrium.