Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PENAMBAHAN KARAGENAN SEBAGAI STABILIZER TERHADAP KARAKTERISTIK OTAK-OTAK IKAN KURISI (Nemipterus nematophorus) Putra, Dimas Ahmad Priangga; Agustini, Tri Winarni; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.324 KB)

Abstract

Otak-otak ikan merupakan salah satu produk diversifikasi hasil perikanan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat luas. Selama kurun waktu terakhir ini karagenan mulai marak digunakan dalam proses pengolahan pangan, namun masih jarang pengolahan otak-otak ikan yang menggunakan bahan tambahan karagenan. Karagenan diduga dapat menstabilkan sistem emulsi pada otak-otak ikan, karena karagenan memiliki sifat sebagai penstabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda terhadap kualitas produk otak-otak ikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) dan karagenan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan konsentrasi berbeda penambahan karagenan yaitu 0%; 0,5%; 1% dan 1,5% dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan uji sensori. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik sedangkan Kruskal-Wallis dilanjut dengan uji Mann-Whitney untuk data non-parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan karagenan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, dan kadar protein. Otak-otak ikan kurisi dengan penambahan karagenan 1,5% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: stabilitas emulsi 88,80%; aktivitas air (Aw) 0,86; kekuatan gel 873,99 g.cm; kadar air 56,57%; kadar abu 1,98%; kadar lemak 2,26% dan kadar protein 12,95%. Nilai proksimat otak-otak ikan tersebut memenuhi persyaratan mutu SNI. “Otak-otak” is one of fish product diversification that has long been known by the community. Recently the use of carrageenan in food processing becoming popular, but there is few study regarding to processing of “otak-otak” using carrageenan. Carrageenan could be used as stabilizer on emulsion system of fish “otak-otak”, because carrageenan has its properties on. The aim of this research was to know the effect of carrageenan with different concentrations on product quality of “otak-otak”. The material used in this research were threadfin bream  (Nemipterus nematophorus) and carrageenan. This research used completely randomized experimental design which consists of 4 different treatments, i.e: addition of carrageenan with different concentration of 0%; 0.5%; 1% and 1.5% with 3 replication. The testing parameters were emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, fat content, protein content, and sensory test. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To find out the different between the treatments, data was analyzed by Honestly Significant Difference (HSD) for parametric data, while Kruskal-Wallis Test for non-parametric data then continued with the Mann-Whitney Test. Research results showed that the addition of carrageenan gave significant effect (P <0.05) on emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, and protein content. “Otak-otak” made of threadfin bream with the addition of 1.5% carrageenan is the best product with the quality criteria: stability of emulsion 88.80%; water activity (Aw) 0.86; gel strength 873.99 g.cm; moisture content 56.57%; ash content 1.98%; fat content 2.26% and protein content 12.95%. Proximate value of “otak-otak” fulfilled the quality requirements of Indonesia National Standard.
KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EDIBLE FILM DARI REFINED KARAGINAN DENGAN PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI Nuansa, Muhammad Fadly; Agustini, Tri Winarni; Susanto, Eko
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 1 (2017): Wisuda Periode Bulan Januari 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.878 KB)

Abstract

Edible film merupakan bahan pengemas alternatif dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan pengemas sintetis. Edible film dapat membawa zat aditif untuk meningkatkan kualitas bahan pengemas. Salah satu zat aditif yang dapat dibawa oleh edible film adalah antioksidan yang didapatkan dari minyak atsiri. Edible film pada penelitian ini dibuat menggunakan refined kappa karaginan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan refined kappa karaginan sebagai edible film dengan penambahan konsentrasi minyak atsiri yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan perbedaan konsentrasi minyak atsiri yaitu 0%, 0,1%, 0,5%, dan 1% (b/v) dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah uji kuat tarik, persen pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol dan aktivitas antioksidan. Data parametrik dilakukan analisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak atsiri berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap; uji kuat tarik, persen pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol, dan aktivitas antioksidan. Perlakuan minyak atsiri daun sirih hijau (P. Bettle Linn.) 1% menunjukkan hasil yang terbaik pada uji: kuat tarik, laju transmisi uap air, total fenol, aktivitas antioksidan dengan nilai 71,27±1,70 kgf/cm2, 1,46±0,00 g/m2/h, 2441,51±4,48 ppm, 15,12±0,06 %.
PENGARUH PELARUT YANG BERBEDA PADA EKSTRAKSI Spirulina platensis SERBUK SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN METODE SOXHLETASI Anam, Choirul; Agustini, Tri Winarni; Romadhon, -
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.192 KB)

Abstract

Mikroalga Spirulina platensis merupakan salah satu dari mikroalga hijau biru yang berpotensi untuk dimanfaatkan, karena diduga memiliki kandungan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan. Metode ekstraksi dan pelarut merupakan faktor penting dalam memperoleh senyawa antioksidan yang diinginkan. Salah satu metode ekstraksi yang diduga optimum untuk mengekstrak senyawa bioaktif adalah Soxhletasi, karena menggunakan pelarut yang selalu baru dalam proses ekstraksinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi metode Soxhletasi sebagai salah satu metode untuk mengekstraksi senyawa bioaktif dan mengetahui aktivitas antioksidan berdasarkan pelarut yang berbeda (aseton dan etil asetat) pada S. platensis. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah S. platensis serbuk, aseton dan etil asetat. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratoris, data yang diperoleh selanjutnya diolah secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan metode Soxhletasi memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengekstraksi senyawa bioaktif pada biomassa serbuk S. platensis. Rendemen yang didapatkan ekstrak aseton sebesar 4,11% dan etil asetat sebesar 3,46%. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak aseton dan etil asetat mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode penghambatan radikal bebas DPPH menunjukkan hasil bahwa ekstrak aseton mempunyai aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan ekstrak etil asetat. Ekstrak aseton mempunyai nilai IC50 64,712 ppm, IC50 ekstrak etil asetat sebesar 74,519 ppm, dan kuersetin yang digunakan sebagai standar memiliki nilai IC50 21,616 ppm. Nilai Aw ekstrak aseton sebesar 0,667 dan ekstrak etil asetat 0,670. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aseton dapat mengekstrak senyawa bioaktif lebih baik dibandingkan etil asetat. Microalgae Spirulina platensisis one of green-blue microalgae which potentially utilized, because approximately has bioactive compound that functioned as an antioxidant. Extraction method and solvent are important factors in getting a desired antioxidant compound. One of the optimal extraction method to extracting bioactive compound is Soxhletation, because this method always using a new resolvent in its process. The purpose of this research was to observe the Soxhletation potential as one of the method for extracting bioactive compound and to know antioxidant activity based on different solvent (aceton and ethyl acetat) to extract S. platensis. The materials used in this research were S. platensis powder, acetone and etil acetate. Research method used was experimental laboratories, the next acquired data processed in a descriptif method. The result of research showed that Soxhletation method had better ability in extracting bioactive compound in biomass S. platensis powder. Yield resulted from acetone extract was 4.11% and etil acetate extract was 3.46%. The result of phytochemical screening test showed that acetone and etil acetate extract contained bioactive compound that can be used as antioxidant. Antioxidant activity of the samples with free radical resistance DPPH showed that acetone extract had better antioxidant activity than etil acetate extract. Acetone extract had IC50 64.712 ppm, ethyl acetate extract had 74.519 ppm, and quercetin that used as a standard had IC50 21.616 ppm. Water activity of  S. platensis extracted with acetone was 0.667 and ethyl acetate was 0.670. Thus it could be concluded that the acetone was better for extracting bioactive compound than etil acetate in S. platensis.
APLIKASI KARAGENAN SEBAGAI EMULSIFIER DALAM PEMBUATAN SOSIS IKAN BANDENG (Chanos chanos) PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG Sudjatmika, Ruth Nurmasari; Ma’ruf, Widodo Farid; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 2 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu kriteria penting dalam pembuatan sosis ikan Bandeng adalah tingkat kestabilan emulsi. Karagenan memiliki salah satu fungsi sebagai pengemulsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peran karagenan sebagai hidrokoloid dalam meningkatkan dan mempertahankan kestabilan emulsi sosis ikan Bandeng selama penyimpanan suhu ruang.Materi yang digunakan yaitu ikan Bandeng segar, karagenan dan bahan pendukung lainnya. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratories dengan satu faktor yaitu sosis yang disubstitusi dengan karagenan (K5), dan sosis yang tidak disubstitusi dengan karagenan (K0), kemudian dilakukan pengamatan selama penyimpanan suhu ruang  pada hari ke-0 (D0), ke-1 (D1), ke-2 (D2),ke-3 (D3). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan pola terbagi oleh waktu “split plot in time”, dimana jenis sosis sebagai main plot dan lama penyimpanan pada suhu  ruang (0, 1, 2 dan 3 hari) adalah sub plot. Masing-masing perlakuan menggunakan 3 kali pengulangan. Pengujian mutu sosis meliputi uji stabilitas emulsi, uji gel strength, kadar air, Aw dan nilai hedonik  dimana analisa data dengan uji ANOVA dan Beda Nyata Jujur. Data hedonik dianalisa menggunakan uji Kruskal  Wallis.Hasil penelitian tahap I didapat konsentrasi terbaik substitusi karagenan 5% dan tepung tapioka 5%. Hasil penelitian tahap  II menunjukkan bahwa jenis sosis yang berbeda dan lama penyimpanan memberikan pengaruh  yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai stabilitas emulsi, nilai gel strength, nilai kadar air dan Aw, pada penyimpanan suhu ruang selama 3 hari. Nilai emulsi sosis ikan Bandeng dengan substitusi 5% karagenan dan 5% tepung tapioka (K5) dan substitusi 0% karagenan dan 10% tepung tapioka (K0), penyimpanan selama 3 hari. Nilai emulsi sosis ikan Bandeng dengan subtitusi karagenan (K5) penyimpanan hari ke-0, ke-1, ke-2, dan  ke-3 berturut-turut yaitu 82.27%; 81.19%, 79.01%; dan 77.64%; sedangkan tanpa subtitusi karagenan (K0) penyimpanan hari ke-0, ke-1, ke-2, dan ke-3 berturut-turut yaitu 79.27%; 77.72%;  74.18%; dan 70.91%. Nilai uji gel strength berturut-turut (K0) 1034.70; 954.53; 814.89; 606.08 dan (K5) 1175.66; 1053.06; 975.00; 865.38. Nilai kadar air berturut-turut (K0) 66.37; 67.81; 68.71; 69.36 dan (K5) 66.43; 67.19; 68.07; 68.99 dan nilai Aw (K0) 0.92; 0.93; 0.94, 0.95 (K5) 0.91; 0.92; 0.93; 0.94.    Pengaruh jenis sosis yang  berbeda dan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik.
PENGARUH PENAMBAHAN MgCO3 DAN NaHCO3 DENGAN PERBEDAAN PENCAHAYAAN TERHADAP STABILITAS PIGMEN KLOROFIL-A MIKROALGA Chlorella vulgaris Kurniawan, Markus Prima; Ma'ruf, Widodo Farid; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.349 KB)

Abstract

Klorofil merupakan pigmen dominan yang terdapat pada mikroalga C.vulgaris. Pigmen relatif rentan terhadap kerusakan dan kehilangan warna oleh pengaruh eksternal. Cahaya merupakan faktor yang paling merusak kandungan warna alami, penambahan bahan penstabil MgCO3 dan NaHCO3 diketahui dapat menstabilkan warna, namun belum diketahui daya stabil bahan yang lebih baik digunakan untuk mempertahankan warna. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan penstabil (MgCO3 dan NaHCO3) terhadap ekstrak pigmen klorofil serta mengetahui pengaruhnya pada keberadaan cahaya yang berbeda (gelap dan terang). Penelitian tahap I bertujuan menentukan fungsi dari bahan penstabil yang digunakan dan lama waktu penyimpanan klorofil pada kondisi terpapar sinar matahari. Penelitian tahap II bertujuan untuk menentukan penstabil yang paling baik digunakan dan membandingkannya dengan kondisi tanpa paparan cahaya. Hasil penelitian tahap I didapatkan bahwa pemberian bahan penstabil pada ekstrak klorofil-a C.vulgaris memberikan pengaruh terhadap stabilitas klorofil dibuktikan dari waktu penurunan 50% konsentrasi (t½) tanpa penambahan bahan penstabil (K) selama 4 hari sedangkan pemberian MgCO3 0,01% (M) dan NaHCO3 (N) lebih lama yaitu 6 hari. Hasil penelitian tahap II didapatkan bahwa ekstrak klorofil-a yang disimpan selama 2 hari pada kondisi tanpa paparan cahaya terhadap sampel tanpa bahan penstabil (KG) turun sebsar 20%, MgCO3 (MG) 10% dan (NG) 14%. Penyimpanan 2 hari pada kondisi terpapar cahaya sampel (KT) turun sebesar 79%, sedangkan (MT) 70% dan sebesar (NT) 75%. Pengamatan pH pada sampel kondisi tanpa paparan cahaya (KG) 7,11 - 6,76 (MG) 8,02 - 7,29 (NG) 8,24 - 7,50 pada kondisi terpapar cahaya (KT) 7,11 - 6,60 (MT) 8,02 - 6,90 (NT) 8,24 - 7,00. Chlorophyll is a pigment found in microalgae dominant C.vulgaris. Pigments are relatively vulnerable to damage and color loss by external influences. Light is the most damaging factor for natural color, adding stabilizer MgCO3 and NaHCO3 is known to stabilize the color, but it is not known stable better materials are used to maintain color. The purpose of this study was to determine the effect of adding stabilizer (MgCO3 and NaHCO3) to extract chlorophyll pigments and determine the effect on the existence of different light (dark and light). The first phase aims to determine the function of a stabilizer that is used and the amount of time used in the chlorophyll sun-exposed conditions. Phase II study aims to determine the best stabilizer used and compared light exposure with conditions without exposure to light. Results of a phase I study showed that administration of a stabilizer on a chlorophyll extract C.vulgaris influence on the stability of chlorophyll demonstrated a 50% concentration time (t ½) without the addition of stabilizers (K) for 4 days while giving MgCO3 0.01% (M ) and NaHCO3 (N) is 6 days longer. Results of a phase II study showed that the extract chlorophyll a were stored for 2 days on light conditions without exposure to the sample without stabilizers (KG) sebsar down 20%, MgCO3 (MG) 10% and (NG) 14%. Storage 2 days of light exposure on the condition of the sample (KT) fell by 79%, whereas (MT) and amounted to 70% (NT) 75%. Observated  sample conditions of pH without exposure to light (KG) 7.11 to 6.76 (MG) from 8.02 to 7.29 (NG) from 8.24 to 7.50 on light exposure conditions (KT) from 7.11 to 6 , 60 (MT) from 8.02 to 6.90 (NT) 8.24 to 7.00.
EFEKTIFITAS PENCUCIAN DAN SUHU SETTING (25, 40, 50oC) PADA GEL KAMABOKO IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepenus) Bachtiar, Ibnu; Agustini, Tri Winarni; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.784 KB)

Abstract

Surimi merupakan lumatan daging ikan yang telah mengalami proses pencucian (leaching) secara berulang-ulang, pengepresan, penambahan bahan tambahan (food additive), pengepakan dan pembekuan. Mutu surimi antara lain ditentukan oleh nilai gel strength. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai gel strength adalah pencucian dan suhu setting ketika proses pemanasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pencucian terhadap sifat fisika (gel strength, uji lipat, uji gigit) dan pengaruh suhu setting terhadap sifat fisika (gel strength, uji lipat, uji gigit dan uji derajat putih), sifat kimia (kadar protein, air dan pH) kamaboko ikan Lele. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Lele dumbo, garam, dan bahan pendukung lainnya. Metode penelitian bersifat eksperimen laboratoris menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dua tahap. Tahap pertama terdiri dari 4 perlakuan yaitu L1(pencucian 1x); L2(pencucian 2x); L3(pencucian 3x); L4(pencucian 4x). Penelitian tahap kedua terdiri dari 3 perlakuan yaitu : T1(suhu setting 25oC); T2(suhu setting 40oC); T3(suhu setting 50oC); dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis keragaman kemudian diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Untuk data uji hedonik diuji dengan uji Kruskall Wallis dilanjutkan dengan uji Multiple Comparison. Hasil penelitian tahap I perlakuan frekuensi pencucian menunjukkan bahwa nilai gel strength, uji lipat, uji gigit tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) pada perlakuan L3 dan L4. Hasil penelitian tahap II perlakuan suhu setting menunjukkan bahwa nilai gel strength, uji lipat, uji gigit memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada perlakuan T1 dan T2 ; T1 dan T3. Uji derajat putih tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) pada tiap perlakuan. Suhu setting T2(40oC) merupakan suhu setting yang paling efektif digunakan dalam pengolahan surimi ikan Lele Dumbo dengan kriteria mutu produk: gel strength 824,5567; uji lipat 3,53; uji gigit 8,40; uji derajat putih 67,92%; kadar protein 19,53122%; kadar air 71,72075%; pH 6,77. Surimi is fish meat that has undergone the process of leaching (leaching) repeatedly, pressing, adding additional ingredients (food additives), packing and freezing. Surimi quality, among others, determined by the value of gel strength. Factors that can affect the value of gel strength are washing and temperature settings during heating process. This study aims to determine the effect of the frequency of washing on physicochemical properties (gel strength, folding test, bite test) and the effect of temperature settings on the physical properties (gel strength, folding test, test and test whiteness bite), chemical (protein content, water and pH) kamaboko catfish. Material used in this study were African catfish, salt, and other supporting materials. Methods of experimental laboratory research using completely randomized design (CRD) which consists of two stages. The first stage consists of 4 treatments namely L1 (1x washing); L2 (2x washing); L3 (3x washing); L4 (4x washing). The second phase of the study consisted of 3 treatments: namely; T1 (temperature setting 25oC); T2 (temperature setting 40°C); T3 (temperature setting 50°C); with 3 replications. Data were analyzed using analysis of variance and then tested with Honestly Significant Difference (HSD) test. After hedonic test, the data were analysed using Kruskall Wallis test followed by Multiple Comparison test.Results of a phase I study showed that washing frequency treatment gel strength values, folding test, nip test showed no significant differences (P> 0.05) in the treatment of L3 and L4. Results of a phase II study showed that the treatment temperature setting value of gel strength, folding test, cutting test gave significant differences (P <0.05) in the treatment of T1 and T2; T1 and T3. Whiteness test showed no significant differences (P> 0.05) in each treatment. T2 temperature setting (40°C) temperature setting is most effectively used in heating catfish with fish surimi product quality criteria: gel strength 824.5567; folding test 3.53; cutting test 8.40; test whiteness 67.92%; 19.53% protein content; 71.72% moisture content; pH 6.77.  
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI GARAM TERHADAP MUTU SENSORI DAN KANDUNGAN SENYAWA VOLATIL PADA TERASI IKAN TERI (Stolephorus sp) Majid, Abdul; Agustini, Tri Winarni; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.632 KB)

Abstract

Terasi ikan teri (Stolephorus sp) merupakan produk fermentasi ikan yang berbentuk semi basah yang dalam pembuatannya ditambahkan garam. Garam dalam pembuatan terasi mempunyai peranan sebagai pemberi rasa asin, sebagai pengawet, dan membantu dalam pembentukan flavour serta memperbaiki mutu sensori terasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi garam terhadap mutu sensori dan kandungan senyawa volatil pada terasi ikan teri.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan teri segar dan garam. Parameter yang diuji adalah nilai organoleptik, kadar air, aw, pH, dan kandungan senyawa volatil. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental lapangan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan faktor perbedaan konsentrasi garam 2 % (TKA); 8,5% (TKB); dan 15% (TKC) yang difermentasikan selama 30 hari pemeraman. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis of Variance (ANOVA). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai organoleptik terasi TKA, TKB, dan TKC berturut-turut adalah7,64≤m≤7,90;  8,08≤m≤8,36;dan 7,74≤m≤7,96 sehingga layak untuk dikonsumsi. Analisa nilai pH antara 6,52 – 6,62; nilai kadar air antara 33,36 – 34,69%; nilai aw antara 0,73 – 0,79. Analisa nilai kandungan senyawa volatil dengan menggunakan Electronic Nose yaitu untuk nilai gugus alkohol berkisar antara 0.150 – 0.210 mV, hidrogen sulfida antara 0.139 – 0.208 mV, ammonia antara 0.123 – 0.176 mV dan aroma umum antara 0.076 – 0.156 mV. Hasil penelitian terbaik secara obyektif menurut parameter mutu sensori terdapat pada terasiTKBkarenamemilikikenampakan, bau, rasa, dan tekstur yang lebih disukai panelis.Parameter kandungan senyawa volatil yang memiliki aroma paling kuat terdapat pada terasi TKAberdasarkan deteksi Elektronic Nose. Perbedaankadargarammemberikanpengaruh yang berbedanyataterhadapmutu sensori, pH, aw dan kandungan senyawa volatil terasi ikan teri. Anchovy (Stolephorus sp) Fish Paste is one of fish fermented products in semi-moist form which is added salt during the procces. Salt added has a role as chemical agent giving salt taste, as preservative agent, and in flavor production for increase its sensory  quality. The aims of this research was to identify the influences of different salt concentrations on quality of sensory and volatile compound of anchovy (Stolephorus sp) fish paste.Materials used in this research were anchovy (Stolephorus sp) fish and salt. The parameters tested were sensory (organoleptic), water content, water activity (Aw), pH, and the content of volatile compound. The method used is field experimental using Completely Randomised Design with different salt concentrations 2% (TKA); 8,5% (TKC); snd 15% (TKC) which were fermented during 30 days. Analysis used in this research was Analysis of Varians (ANOVA).Based on the result, it was obtained that there is different organoleptic scores from different samples used, which are 7.64≤m≤7.90 for (TKA), 8.08≤m≤8.36 for (TKB), and 7.74≤m≤7.96 for (TKC). It showed that all the samples are acceptable to be consumed. Analyses of pH assesmentwas obtained range between 6.52-6.62; moisture content range between 33.36-34.69%. While the score of Aw was obtained range between 0.73-0.79. Analysis of volatile compunds used Electronic Nose was obtained 0.150-0.201 mV for the score of alcohol compound. And for general flavor range between 0.076-0.156 mV. Based on the result of sensory parameter, TKB  is the best sample, it was caused by appereance, smell, taste, and texture which was preffered by panelists.Volatile compound parameter showed that the sample TKAis the strongest flavor based detection of Electronic Nose. While based on The different of salt concentrations gave significant effect on the quality of sensory, pH, aw and the content of volatile compound of anchovy fish paste.
KAJIAN RUMPUT LAUT Sargassum sp. DALAM FORMULASI MINUMAN BERSERAT S, Muchlis Arie; Ma’ruf, Widodo Farid; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumput laut dapat menambah nilai gizi pada makanan dan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesehatan tubuh manusia. Sargassum sp. merupakan rumput laut yang memiliki kandungan serat pangan. Pemanfaatan serat pangan dapat diaplikasikan menjadi minuman. Minuman berserat merupakan minuman kesehatan yang berfungsi untuk membantu pemenuhan serat bagi tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari proses pembuatan minuman berserat dengan bahan baku rumput laut Sargassum sp. dan mengetahui faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap minuman berserat rumput laut dan dibandingkan dengan minuman berserat komersil. Rumput laut Sargassum sp. diambil dari Pantai Krakal, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta, kemudian dilakukan proses penepungan. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratories. Penelitian tahap I menggunakan Rancangan Acak Legkap (RAL), untuk penelitian tahap II menggunakan uji t. Hasil formulasi minuman berserat, dilakukan analisis  fisik meliputi rendemen, pengujian hedonik dan daya larut. Sedangkan analisis kimia meliputi kandungan serat pangan, kadar air, kadar abu dan pH. Hasil uji hedonik minuman berserat rumput laut tingkat kesukaan terbaik yaitu formulasi K1 (konsentrasi 45%) dengan selang kepercayaan 5,11 ≤ µ ≤ 5,29 tingkat peenerimaan agak suka dan memiliki daya larut 58,8%. Kandungan total serat makanan yang terkandung sebesar 2,80 ± 0,12, kadar air 12,66 ± 0,02, kadar abu 6,78 ± 0,04 dan pH sebesar 5,65 ± 0,07. Hasil kandungan total serat makanan dari minuman berserat komersil sebesar 2,74 ± 0,002, sehingga dapat disimpulkan bahwa produk minuman berserat rumput laut Sargassum sp. dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan minuman berserat.
PENGARUH TEPUNG KARAGENAN TERHADAP MUTU NAGET IKAN BANDENG (Chanos chanos) YANG DITAMBAHKAN TEPUNG TULANG IKAN BANDENG Najibullah, Moh Rustom; Agustini, Tri Winarni; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Naget ikan adalah suatu bentuk produk olahan daging ikan giling yang diberi bumbu-bumbu halus serta dicampur dengan bahan pengikat lalu dicetak menjadi bentuk tertentu, dicelupkan ke dalam batter dan breading kemudian digoreng atau disimpan. Penambahan tepung tulang ikan pada naget sebagai nilai tambah kadar kalsium, membuat tekstur adonan naget yang dihasilkan kasar. Karagenan adalah salah satu bahan tambahan makanan yang berfungsi sebagai penstabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tepung karagenan terhadap mutu naget ikan bandeng (Chanos chanos) yang ditambahkan dengan berbagai konsentrasi tepung tulang ikan bandeng.          Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang ikan 12,5% dan karagenan sebanyak 1,5 % dan 2% mempunyai kekerasan dan kalsium yang lebih tinggi dari pada kontrol dan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap naget ikan tanpa karagenan. Perbedaan penambahan konsentrasi tepung karagenan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap hardness, kadar kalsium, air, protein, lemak, dan abu. Perbedaan penambahan konsentrasi karagenan juga memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap tekstur dan rasa naget ikan.
ANALISIS ASAM LEMAK OMEGA 3,6,9 DAN KADAR FENOL IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk) ASAP DENGAN KOMBINASI JARAK TUNGKU DAN LAMA PENGASAPAN Sumartini, Sumartini; Swastawati, Fronthea; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.777 KB)

Abstract

Pengasapan tradisional umumnya belum menerapkan sistem yang benar sehingga kualitas dari produk yang dihasilkan kurang maksimal. Perlakuan kombinasi lama pengasapan dan jarak tungku yang tepat diharapkan mampu menjaga nilai asam lemak omega 3,6,9.Materi yang digunakan adalah ikan Bandengdengan panjang 27 ± 0,50 cm dan berat 296 ± 6,10 g/ekor. Tempurung kelapa sebagai bahan bakar. Metode penelitian menggunakan penelitian lapangan dengan dua bagian penelitian. Penelitian pendahuluan dan utama. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian utama adalah RAK faktorial 2 x 3. Faktor A (Jarak tungku) dengan 2 taraf (40 dan 60cm) dan faktor B (Lama pengasapan) dengan 3 taraf (3, 4, dan 5 jam) diulang 2 kali. Data asam lemak, proksimat, fenol, total asam, dan pH dianalisis menggunakan uji ANOVA dan Uji lanjut.Hasil penelitian menunjukkan perbedaan jarak tungku dan lama pengasapan  berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai organoleptik, kadar air,protein, lemak, asam lemak, total asam dan pH juga dengan interaksinya memberi pengaruh nyata (P<0,05).Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kisaran omega 3 antara 0,49%-3,09%; omega 6, 1,17%-10,023 %; omega 9, 17,45%-24,48% ; kadar air53,47%–60,53%;kadar protein25,67%-30,57%; lemak5,91%–8,84%; asam lemak 0,49% –3,09%; fenol, 897-1054 ppm; total asam 0,62%-0,79% dan nilai pH 5,6–5,9.Berdasarkan uji organoleptik disimpulkan kombinasi lama dan jarak   menghasilkan  nilai terbaik jarak tungku 40 cm lama pengasapan 4 jam.
Co-Authors - Sumardianto . Widayat A Suhaeli Fahmi Abdul Majid Adhitya Wahyu Darmawan Adinda Gadis Sukmawijaya Putri Aditiara, Aqilla Agus Sarwono Agus Setiadi Ajeng Nayasari Kusumastuti Al-Baarri, Ahmad Ni'matullah Anjani, Gemala apri dwi anggo Ardila Prasinta Devi Ardini Ria Oktora Aziz Nur Bambang Bambang Cahyono Bernadeta Vina Anggritasari Bidari Mara Dewi Cahya, Ira Cindy Dwi Cahyo, Septian Dwi Choirul Anam AM Diponegoro Dhania Adhi Puspita Dianita Cahyaningrum, Dianita Dimas Ahmad Priangga Putra, Dimas Ahmad Priangga Dyah Arianti Edita Meliana Edy Subiyanto Eko Nurcahya Dewi Eko Nurcahya Dewi Eko Susanto Endah Saivira Mauliasari Endang Kusdiyantini Fahmi, A. Suhaeli Fajar Bayu Senoaji Faya Charla Wicaksana Fiya Firdiyani Fronthea Swastawati Gunawan Wibisono Haeruddin Haeruddin Hindaryani, Nurul Ibnu Bachtiar Ida Harjuno Ikfi Rahmahidayati Ima Wijayanti Indah Susilowati Iqbal Mubarak Ita Widowati Jannah, Nabila Tsarwatul Jeri Srinur Eka Saputra Johannes Hutabarat Kurdianto Kurdianto Lailatul Umah Laras Rianingsih Lestari Lakhsmi Widowati Lintang Ayu Sekar Pangestuti Lukita Purnamayati Ma'ruf, Widodo Farid Manik, Gheta Olivia Maria Dwi Ratnasari, Maria Dwi Maria Indera Rosari Markus Prima Kurniawan Meiny Suzery Moh Rustom Najibullah Mohammad Ainun Najih Muchlis Achsan Udji Sofro Muchlis Arie S Muhammad Nur Muhammad Nur Muhammad Nur Arkham Mukarima Rismandari Nadhiroh, Alfia Nanda Radithia Prasetiawan Napitupulu, Romauli Juliana Nuansa, Muhammad Fadly Nurhamzah, Lutfi Yulmiftiyanto Prasetyo, Dwi Yanuar Budi Priyosetyoko Priyosetyoko, Priyosetyoko Putut Har Riyadi Rani Tri Mustika Novitasari Ratna Ibrahim Restiana Wisnu Ariyati Retno Ayu Kurniasih Riant Adam Gusmawan Riyadi, Putut Hai Rizki Utami Rizky Ika Dewi Romadhon Romadhon RR. Ella Evrita Hestiandari Rusyanto, Widya Ruth Nurmasari Sudjatmika Sasti Nuriza Ramandhani Selamet Suharto Setyastuti, Aryanti Indah Slamet Suharto, Slamet Sri Rejeki Sriwati Sriwati Sumartini Sumartini Sylvia Rahmi Putri Tika Novia Anggraini Ulfah Amalia Widodo Farid Ma'ruf Widodo Farid Ma'ruf Widodo Farid Ma’ruf Widodo Farid Ma’ruf Wulansari, Devi y S Darmanto Y.S. Darmanto Y.S. Darmanto YS Darmanto Yudhomenggolo Sastro Darmanto