Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong tinggi, dengan salah satu penyebab utamanya adalah preeklamsia. Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria, serta dapat mengancam keselamatan ibu dan janin. Identifikasi faktor risiko preeklamsia sangat penting guna melakukan deteksi dini dan pencegahan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko dominan yang berkontribusi terhadap kejadian preeklamsia pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain kohort retrospektif. Data diperoleh melalui telaah buku KIA dan rekam medis di TPMB Nur Sofi pada bulan Mei 2025. Sampel sebanyak 25 ibu hamil yang mengalami preeklamsia dipilih dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat menggunakan uji chi-square dengan bantuan software SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko dominan preeklamsia pada ibu hamil meliputi usia >35 tahun (60%), status pekerjaan (60% bekerja), status gizi overweight dan obesitas (76%), status multigravida (60%), jarak kehamilan tidak ideal (52%), penggunaan kontrasepsi hormonal (60%), serta adanya riwayat hipertensi kronik (40%). Meskipun sebagian besar responden tidak memiliki riwayat hipertensi, mereka tetap mengalami preeklamsia akibat pengaruh faktor lain seperti stres kerja, perubahan hormonal, obesitas, dan ketidakseimbangan sistem vaskular selama kehamilan. Preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang saling berkaitan. Oleh karena itu, deteksi dini, edukasi kesehatan, dan pemantauan kehamilan secara berkala sangat penting dilakukan terutama pada ibu hamil dengan karakteristik risiko tinggi, guna menurunkan angka kejadian preeklamsia dan mendukung tercapainya kehamilan yang sehat.