Claim Missing Document
Check
Articles

KONSTRUKSI KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN MEDIA PADA ANAK USIA DINI DI KEC. KATAPANG KABUPATEN BANDUNG Heru Ryanto Budiana; Nuryah Asri Sjafirah
Jurnal Visi Komunikasi Vol 12, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.056 KB) | DOI: 10.22441/visikom.v12i2.408

Abstract

Abstrak. Dewasa ini anak-anak dapat menonton berbagai tayangan di televisi padahal isi televisitidak selamanya baik untuk masyarakat terutama anak-anak. Berbagai muatan kekerasan,hedonisme, konsumerisme, mistik, pornografi dan budaya instan hadir dalam setiap keluargamelalui televisi. Hal ini membuktikan bahwa televisi memiliki dua wajah: wajah baik dan wajahburuk. Sementara banyak orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk menjaga anak-anaknyadari terpaan wajah buruk media. Anak belum memiliki kemampuan filtrasi aktif, oleh karena ituorang dewasa dalam hal ini orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan media pada anak.Idealnya pendidikan media diberikan di jenjang usia dini. Sejak pertama kali anak dapatberinteraksi dengan media. Namun untuk melakukan pendidikan media pada anak usia dinibukanlah hal yang mudah karena orang tua harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana prinsippembelajaran untuk anak usia dini, mengingat anak usia dini adalah pembelajar yang aktif.Orang tua perlu melakukan pendampingan atau parental mediation merujuk pada upayamemodifikasi atau bahkan mencegah efek yang berhubungan dengan interaksi anak dan televisi.Abstrak. Dewasa ini anak-anak dapat menonton berbagai tayangan di televisi padahal isi televisitidak selamanya baik untuk masyarakat terutama anak-anak. Berbagai muatan kekerasan,hedonisme, konsumerisme, mistik, pornografi dan budaya instan hadir dalam setiap keluargamelalui televisi. Hal ini membuktikan bahwa televisi memiliki dua wajah: wajah baik dan wajahburuk. Sementara banyak orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk menjaga anak-anaknyadari terpaan wajah buruk media. Anak belum memiliki kemampuan filtrasi aktif, oleh karena ituorang dewasa dalam hal ini orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan media pada anak.Idealnya pendidikan media diberikan di jenjang usia dini. Sejak pertama kali anak dapatberinteraksi dengan media. Namun untuk melakukan pendidikan media pada anak usia dinibukanlah hal yang mudah karena orang tua harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana prinsippembelajaran untuk anak usia dini, mengingat anak usia dini adalah pembelajar yang aktif.Orang tua perlu melakukan pendampingan atau parental mediation merujuk pada upayamemodifikasi atau bahkan mencegah efek yang berhubungan dengan interaksi anak dan televisi.
KOMUNIKASI PENDIDIKAN MELALUI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI WILAYAH TINGGAL MAHASISWA PADA MASA PANDEMI COVID-19 Yanti Setianti; Priyo Subekti; Rangga Saptya Mohamad Permana; Heru Ryanto Budiana
Jurnal Ilmu Komunikasi Acta Diurna Vol 16 No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Ilmu Komunkasi FISIP Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.444 KB) | DOI: 10.20884/1.actadiurna.2020.12.2.3259

Abstract

Kehilangan pekerjaan, menurunnya pendapatan dan berubahnya sistem pembelajaran adalah persoalan yang dihadapi masyarakat pada masa pandemi COVID-19 yang bisa berimbas kepada mereka yang mempunyai anak mahasiswa. Salah satu upaya menumbuhkan kesadaran untuk bertahan ditengah suasana pendemi ini adalah mencoba menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat khususnya mahasiswa dengan melaksanakan komunikasi pendidikan melalui pelatihan kewirausahaan sehingga mereka bisa memulai usaha yang bisa menghasilkan pendapatan untuk membantu orang tuanya membiayai uang kuliah dan kehidupan sehari hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang kewirausahaan, keterampilan mahasiswa membuat perencanaan kewirausahaan dan keterampilan mahasiswa melakukan kewirausahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu memberi gambaran mengenai pengetahuan,perencanaan dan pelaksanaan kewirausahaan oleh mahasiswa di pulau Jawa dan Bali. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan kegiatan pelatihan pengetahuan mahasiswa mengenai kewirausahaan menjadi meningkat, dari yang tidak tahu sama sekali mengenai wirausaha menjadi tahu apa yang dimaksud dengan kewirausahaan. Keterampilan mahasiswa dalam merencanakan kewirausaha meningkat, dari yang tidak mengerti sama sekali mengenai perencanaan wirausaha menjadi mengerti dan mempraktikkan perencanaan wirausaha. Keterampilan mahasiswa mengenai pelaksanaan wirausaha meningkat, dari yang tidak pernah membayangkan suatu saat mereka akan bisa wirausaha menjadi terbayangkan bagaimana nantinya kalau mereka jadi pengusaha.
Implementation management of corporate social responsibility in SIRCLO #BelajarBarengMentor program Farrel Fauzan Arvian; Heru Ryanto Budiana
Manajemen Komunikasi Vol 7, No 1 (2022): Accredited by Republic Indonesia Ministry of Research, Technology, and Higher Ed
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jmk.v7i1.42240

Abstract

COVID-19 pandemic in Indonesia has impacts on disabilities. The private sector can help empower them through Corporate Social Responsibility (CSR). SIRCLO is one company that initiated CSR with Difalink through the #BelajarBarengMentor Program. During the implementation, several problems were faced by SIRCLO and Difalink, even though the proper implementation of CSR can benefit the company. This study aims to determine (1) How the Plan, (2) How the Implementation, (3) How the Checking, and (4) How the Evaluation in the Implementation Management of CSR in the #BelajarBarengMentor Program with analysis using the Hohnen CSR implementation model (Plan, Do, Check, and Improve). The method used is a qualitative descriptive study with data collection through interviews, observations, and literature studies. The validity of this research uses source triangulation. The study's results revealed similarities with the Hohnen model. On (1) Planning, assessment, and strategy development were initiated, but the research needed more depth and detail. On (2) Implementation, focus on program development and execution, but there are some technical problems and exposures. On (3) Checking; it had not been conducted effectively, and on (4) Evaluation; there are several evaluations and suggestions, such as the need for solid planning and a dedicated team. The suggestions given are (1) Planning; conducting in-depth research, (2) Implementation; making alternative implementation options based on research, (3) Checking; conducting the monitoring according to the concept of CSR, and (4) Evaluation; conducting solid planning and create a dedicated team for sustainable plans.
Pola Komunikasi Kesehatan dalam Pelayanan dan Pemberian Informasi mengenai Penyakit TBC pada Puskesmas di Kabupaten Bogor Kokom Komariah; Susie Perbawasari; Aat Ruchiat Nugraha; Heru Ryanto Budiana
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 1, No 2 (2013): December 2013
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.896 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v1i2.6042

Abstract

Penyakit Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang golongan usia produktif (15-50 tahun) dan anak-anak serta golongan sosial ekonomi lemah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif survei. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) proses pelayanan kesehatan Puskesmas dalam pengendalian penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor; 2) Model pemberian informasi yang dilakukan oleh Puskesmas dalam pengendalian penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor; 3) pelayanan pemberian informasi kaitannya dengan tingkat pengetahuan penderita dalam menanggulangi penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor. Hasil menunjukkan bahwa proses pelayanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Citeureup dalam pengendalian penyakit TBC mengikuti standar pelayanan puskesmas yang sudah baku. Dengan mengusung motto Pelayanan Prima, Responsif, Efektif, Strategis, Tangguh, Asih, Senyum, Sapa, Salam dan Inovatif). Model pelayanan dalm pemberian informasi dilakukan secara anterpersona yang dialogis, transaksional, sesuai model sirkuler Schramm. Pelayanan pemberian informasi secara linier dapat meningkatkan tingkat pengetahuan penderita dalam menanggulangi penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor.
ANALISIS FAKTOR PERSONAL PADA SUMBER KOMUNIKASI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN OBAT KELUARGA DI JAWA BARAT Iriana Bakti; Evie Ariadne Shinta Dewi; Rosnandar Romli; Heru Ryanto Budiana
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 3, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.906 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v3i2.7403

Abstract

Penelitian ini didasarkan pada upaya pemerintah melakukan penyebarluasan informasi tentang tanaman obat melalui saluran interpersonal dengan tujuan untuk membangun partisipasi masyarakat dalam pengelolaan tanaman obat. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor: biologis, sosiopsikologis, dan sosiogenis yang melekat pada diri narasumber (komunikator). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan masalah berdasarkan sifat data kualitatif sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata narasumber (komunikator) memiliki posisi penting sebagai salah satu komponen komunikasi yang dapat membangun efektivitas komunikasi interpersonal dengan anggota masyarakat. Pentingnya keberadaan narasumber ini dapat dilihat dari faktor biologis yang meliputi alasan mengelola toga karena sesuai dengan latar belakang pendidikan, dan tugas pokok dan fungsi pekerjaan yang digelutinya. Adapun dilihat dari faktor sosiopsikologis, narasumber menyatakan toga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertolongan pertama terhadap masalah kesehatan, bisa menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat, menjadikan pekarangan rumah indah, mengurangi biaya pengeluaran keluarga untuk obat, dan bisa dibuat makanan olahan, misalnya kripik bayem. Sedangkan faktor sosiogenis menanam toga bukan pengalaman baru, masyarakat merespon positif, sesuai dengan bidang ilmu, dan menjadi jaminan dalam bertugas. DOI: 10.24198/jkk.vol3n2.4
Pelatihan Komunikasi Publik Dengan Pendekatan Kehumasan Bagi Aparatur Pemerintah di Wilayah Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran Heru Ryanto Budiana; Aang Koswara; Fajar Syuderajat
ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 6, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/abdimoestopo.v6i1.2455

Abstract

Menurut Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), salah satu kompetensi esensial Aparatur Sipil Negara (ASN) profesional adalah keterampilan komunikasi publik. Hal ini mendasar bagi semua ASN di berbagai tingkat pemerintahan, termasuk staf di pemerintahan kecamatan dan desa. Keterampilan komunikasi publik merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung tugas dan fungsi sehari-hari ASN dalam melaksanakan kebijakan publik, pelayan publik, sebagai perekat, dan pemersatu bangsa. Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Merupakan salah satu lokasi kegiatan KKNM yang terintegrasi dengan kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPMD) Dosen di Universitas Padjadjaran. Survei pendahuluan melaporkan bahwa ASN di daerah telah melakukan komunikasi publik untuk mendukung tugas dan fungsinya. Namun, pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kompetensi komunikasi publik harus ditingkatkan untuk membangun reputasi pemerintah. Pelatihan komunikasi publik ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan memperkaya keterampilan ASN. Dengan menggunakan metode diskusi yang interaktif, partisipatif, dan terbuka, 33 peserta perwakilan dari Kecamatan dan Desa Cigugur secara aktif dan antusias mengikuti proses pelatihan. Berdasarkan hasil evaluasi, peserta menjadi lebih sadar, mengerti, dan memiliki keterampilan komunikasi publik. Selain itu, pemerintah daerah mendukung penuh proses pelatihan. Beberapa peserta tidak dapat hadir karena jarak dari lokasi pelatihan.
Media Bureaucracy and Citizen Journalism Andri Saleh; Yanti Setianti; Heru Ryanto Budiana
Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 14 No 2 (2022): UltimaComm
Publisher : Universitas Multimedia Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31937/ultimacomm.v14i2.2891

Abstract

The emergence of citizen journalism in a news story has its own dilemma. On the one hand, citizen journalism presents a news story on an event quickly, naturally, and without intervention from any party. But on the other hand, citizen journalism also has the potential to deliver fake news (hoaxes) and news that does not pay attention to journalistic rules and codes of ethics. This dilemma actually poses its own challenges for the mass media to accommodate citizen journalism reporting into a rigid and hierarchical media bureaucracy. This study aims to obtain an overview of bureaucracy in the mass media in a news story and find out the consequences of mass media collaboration with citizen journalism. The method used in this study is a qualitative research method using the classical organizational communication theory by Max Weber, namely bureaucracy. Informants consist of editors-in-chief, editors, journalists, and public relations selected from several mass media representing print media (Pikiran Rakyat), electronic media (MNC Media and RRI), and online media (Kumparan and Mojok). The results of this study show that bureaucracy is absolutely needed in all forms of reporting, both through conventional mass media and citizen journalism. Pikiran Rakyat, MNC Media, and RRI make information from citizen journalism as initial information which is then processed through bureaucratic procedures such as verification, confirmation, and follow-up to be used as news material. Meanwhile, Kumparan and Mojok provide space for citizen journalism through several channels while still following the prevailing media bureaucracy. This is done in maintaining the validity of news by paying attention to journalistic rules and codes of ethics.
Communicating organisational culture of higher education: a website analysis of three universities Heru Ryanto Budiana; Aang Koswara; Fajar Syuderajat; Maudy Poedjadi
Jurnal Studi Komunikasi Vol. 7 No. 2 (2023)
Publisher : Faculty of Communications Science, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/jsk.v7i2.5695

Abstract

Understanding culture in the life of higher education organisations is a challenge. Information science and other higher-level organisational products present scientific facts, research knowledge, and the organisational culture that produces those products. This study analyses the organisational culture of higher education communication on the website as one of the organisational artefacts that can be seen and accessed by the public. This study uses quantitative content analysis that refers to the dimensions and sub-dimensions of organisational culture developed by Overbeeke and Snizek. The universities were selected based on their Public Relations Indonesia Award 2022 awards in the Digital Channel category with website subcategories: the University of Indonesia, Gadjah Mada University, and IPB University. Based on the findings, these universities convey almost all dimensions of organisational culture through their websites. This study identifies five main dimensions of organisational culture and 23 sub-dimensions that serve as measurement tools. These 23 sub-dimension measures of organisational culture were then used to analyse visually and textually the organisational culture of the three universities studied. The research found that out of the 23 measures, only two were not found on the three university websites studied, namely the mention of the founder of the Institute and the presence of advertisements on the website. The lack of those two measures is understandable because the three universities were historically founded by the Government of Indonesia, not individuals. Furthermore, as educational institutions, those three are not commercial companies that sell products, so there is no display of product advertisements on their websites.
SOSIALISASI INFORMASI PROGRAM TULANG BAWANG BARAT CERDAS OLEH ORGANISASI TULANG BAWANG BARAT CERDAS Syalina Syalina; Susie Perbawasari; Heru Ryanto Budiana
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v6i1.4236

Abstract

Tulang Bawang Barat Cerdas (Tubaba Cerdas) merupakan sebuah Program yang dicanangkan oleh Bupati Tulang Bawang Barat setelah melihat dampak langsung dari keberadaan Gerakan Indonesia Mengajar (IM) yang secara lima tahun konsisten mengirimkan Pengajar Muda (PM) ke daerah Tulang Bawang Barat. Program Tubaba Cerdas dan Program IM memiliki kesamaan yaitu mengirimkan sarjana-sarjana terbaik di Indonesia untuk mengabdi dan mengajar menjadi guru selama satu tahun di daerah penempatan.Sosialisasi informasi program Tulang Bawang Barat Cerdas dilaksanakan oleh Organisasi Tulang Bawang Barat Cerdas melalui roadshow kepada masyarakat dan kampus-kampus di daerah Lampung. Sosialisasi informasi dipersiapkan secara matang baik waktu, materi maupun komunikator yang terlibat, akan tetapi masyarakat yang mengikuti roadshow kurang tertarik mengikuti program Tubaba Cerdas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses sosialisasi informasi program melalui Tubaba Cerdas melalui kegiatan roadshow mulai dari bagaimana penyampaiann pesan dari komunikator ke komunikan, dan feedback dari komunikan kepada komunikator sesuai dengan konsep sosialisasi milik Anderson, Riddle, dan Martin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi deskripif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam sosialisasi informasi program Tubaba Cerdas penyampaian materi pesan dari komunikator ke komunikan dilakukan melalui presentasi materi secara tatap muka, objek orientasi dalam sosialisasi dilatar belakangi oleh masalah pendidikan di daerah Tulang Bawang Barat, Pesan yan disampiakan dalam sosialisasi mengenai organisasi dan program Tubaba Cerdas, Komunikator dalam sosialisati Tubaba Cerdas terdiri dari pengelola Tubaba Cerdas dan PM IM angkatan IX, komunikan dalam sosialisasi ini adalah mahasiswa di Universitas Lampung, feedback yang diberikan komunikan terbagi menjadi dua yakni feedback langsung berupa pertanyaan dan feedback tidak langsung berupa pendaftaran komunikan menjadi peserta program.
PENGEMBANGAN POLA KOMUNIKASI PARIWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DEVELOPMENT OF TOURISM COMMUNICATION-BASED ON LOCAL WISDOM PATTERNS FX. Ari Agung Prastowo; Heru Ryanto Budiana
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v5i1.3641

Abstract

Pentingnya pengembangan potensi pariwisata bagi daerah Kabupaten Pangandaran sesuaidengan visi daerah untuk menjadikan Pangandaran sebagai daerah wisata dunia adalah latar belakangpenelitian ini berjudul “Pengembangan Pola Komunikasi Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal. Studi KasusDinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran Sebagai Upaya Meningkatkan Kunjungan Wisatawan” dilakukan.Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1). Memperoleh gambaran tentang pemahaman komunikasipariwisata menurut staff Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran 2). Mengetahui bagaimana implementasikomunikasi pariwisata oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran. 3) Memperoleh gambarantentang bagaimana Pola Komunikasi Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal oleh Dinas Pariwisata KabupatenPangandaran. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Kualitatif dipilih dikarenakan penelitianakan menggambarkan secara holistic setiap peristiwa yang ada dalam pengembangan pola komunikasipariwisata berbasis kearifan lokal. Penelitian pengembangan pola komunikasi pariwisata berbasis kearifanlokal menggunakan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus menurut Creswell adalah suatueksplorasi dari sebuah sistem yang terikat atau sebuah kasus (berbagai macam kasus) yang detil. Adapunluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: 1. Dokumen penting dari laporan pelaksanaan kegiatanstudi tentang “Pengembangan Pola Komunikasi Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal oleh Dinas PariwisataKabupaten Pangandaran 2. Model Pola Komunikasi Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal oleh Dinas PariwisataKabupaten Pangandaran. 3. Artikel ilmiah di jurnal nasional tentang Pola Komunikasi Pariwisata BerbasisKearifan Lokal..