Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Pengembangan media powerpoint berbasis pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Celsie Carolien; Shanta Rezkita; Ayu Rahayu
Science Education and Development Journal Archives Vol. 1 No. 1 (2023): Science Education and Development Journal Archives
Publisher : Yayasan Insan Mulia Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59923/sendja.v1i1.11

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan karakteristik media pembelajaran powerpoint interaktif, 2) mendeskripsikan kualitas pengembangan media powerpoint interaktif, dan 3) mendeskripsikan respon siswa terhadap penggunaan media pembelajaran powerpoint interaktif berbasis pendekatan kontekstual pada materi daur air muatan pelajaran IPA kelas V SD Negeri Putren Bantul. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) Borg and Gall. Penelitian ini hanya menggunakan sembilan langkah yaitu: (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6) uji coba terbatas; (7) revisi desain produk; (8) uji coba pemakaian, dan (9) revisi produk akhir. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Tahap validasi dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Uji coba terbatas dilakukan terhadap 3 orang siswa yang dipilih secara acak, dan uji coba pemakaian dilakukan terhadap oleh 13 orang siswa yang dipilih secara acak. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuntitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) media pembelajaran powerpoint interaktif memiliki karakteristik yang menarik bagi siswa, 2) kualitas media pembelajaran powerpoint baik sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh guru kelas, dan 3) media pembelajaran powerpoint interaktif mendapatkan respon yang sangat baik oleh siswa sehingga dinyatakan layak digunakan. Kategori yang didapatkan dengan rata-rata yang didapatkan; ahli media 3,7 dengan kategori “Sangat Baik,” ahli materi 3,32 dengan kategori “Sangat Baik,” guru kelas 3,67 dengan kategori “Sangat Baik,” dan siswa 3,90 dengan kategori “Sangat baik.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini mendapatkan respon yang “Sangat Baik”.
Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Menjadi Celengan untuk Meningkatkan Minat Menabung dan Menjadi Barang yang Mempunyai Nilai Jual Rejokirono; Mulyono, Rahmat; Rezkita, Shanta; Sumiyati, Sumiyati; Maing, Yohana Gabrielis Mura
Buletin Pengabdian Multidisiplin Vol. 1 No. 1 (2023): Buletin Pengabdian Multidisiplin Mei 2023
Publisher : Piramida Akademi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62385/budimul.v1i1.40

Abstract

Celengan dari botol bekas air mineral biasanya menjadi metode pembelajaran bagi anak-anak agar secara bertahap gemar menabung. Tapi di sisi lain memperaktikannya juga dapat berguna untuk mengurangi jumlah sampah dari plastik bekas yang tersebar di sekitar lingkungan tempat tinggal, yang mana apabila dibiarkan saja akan menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Di sekitar kita botol-botol bekas sudah tidak asing lagi bagi kita, sehingga saya menuangkan ide untuk membuat kreasi dengan bahan dasar botol bekas menjadi sebuah tempat tabungan atau dengan istilah celengan yang menarik agar dapat mempunyai nilai jual yang tinggi. Kegiatan pelatihan pembuatan celengan dari botol bekas ini bertujuan untuk melatih keterampilan anak-anak untuk mengubah barang bekas menjadi barang yang berguna dan bermanfaat. Kegiatan pelatihan pembuatan celengan dari botol bekas ini bertujuan untuk melatih keterampilan anak- anak untuk mengubah barang bekas menjadi barang yang berguna dan bermanfaat. Barang bekas di ubah menjadi celengan untuk mengjarkan kepada anak-anak pentingnya menabung sejak dini. Melalui kegiatan ini anak-anak desa dapat mengembangkan kreativitasnya melalui pemanfatan barang-barang bekas yang dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi anak-anak di dusun banyudono. Kegiatan pembuatan celengan di Dusun Banyudono ini dihadiri oleh anak-anak yang sangat berantusias dalam melaksanakan kegiatan ini karena mereka dapat menghias celegan sesuai dengan yang mereka inginkan. Melalui kegiatan ini anak-anak Dusun Banyudono dapat mengembangkan kreativitas melalui pemanfaatan barang-barang bekas yang dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat.
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Leraning Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Elmira Aulia Rakhma; Shanta Rezkita; Agung Basuki
Research in Science and Mathematics Education Vol. 1 No. 02 (2024): RISEME OKTOBER 2024
Publisher : Piramida Akademi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62385/riseme.v1i02.128

Abstract

Tujuan – Observasi awal menunjukkan rendahnya kemandirian belajar peserta didik, yang ditandai oleh kurangnya inisiatif untuk belajar secara mandiri dan ketergantungan pada bantuan orang lain. Model Discovery learning diterapkan untuk mengatasi masalah ini dengan mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan secara mandiri, berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model Discovery learning. Metode – Observasi awal menunjukkan rendahnya kemandirian belajar peserta didik, yang ditandai oleh kurangnya inisiatif untuk belajar secara mandiri dan ketergantungan pada bantuan orang lain. Model Discovery learning diterapkan untuk mengatasi masalah ini dengan mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan secara mandiri, berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model Discovery learning. Hasil – Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemandirian belajar siswa dari siklus I (58%) ke siklus II (72%), menunjukkan bahwa model Discovery learning efektif dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Sewon. Temuan – Penelitian ini menemukan bahwa model Discovery learning tidak hanya meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII dalam pembelajaran IPA, tetapi juga keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
Basic Science Module as a Resource for Independent Learning for Elementary Teacher Education Students in the Pandemic Covid-19 Nisa, Ana Fitrotun; Rezkita, Shanta; Cahyo Khosiyono, Banun Havifah; Wijayanti, Astuti; Murniningsih, Murniningsih; Utaminingsih, Retno; Trisniawati, Trisniawati; Sumiyati, Sumiyati
International Journal of Elementary Education Vol 6 No 2 (2022): May 2022
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijee.v6i2.44444

Abstract

The lack of learning media learning that dares make students find it challenging to learn, especially on the basic concepts of science. An alternative solution for students to learn independently is by developing modules with good module characteristics. This study aims to produce a product in the form of a valid science basic concept module according to the characteristics of a suitable module. This type of research is research and development research with Borg & Gall development procedures. The subjects of this study were three experts in assessment and one evaluation. The population in this study were elementary school teacher study students who took science courses, and the sample of this study was 9. The data collection technique in this study was carried out by distributing questionnaires and product validation sheets. The data analysis technique was carried out using qualitative and quantitative descriptive techniques. The results of this study indicate that the developed science module has clear, independent, independent, adaptive, user-friendly instructions with attractive graphics. The module validation results obtained an average of 103, with a very good category. The results of the response questionnaire distributed to ten students showed that as many as 80% of students added that they were accommodating in independent learning during the pandemic, and as many as 20%. Based on the modules developed were pretty helpful in implementing the learning process during the pandemic. It proves that the module developed is worthy of being used as a source of independent learning during the pandemic.
Analisis kemampuan berpikir kritis berdasarkan gaya belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPAS SD Negeri 10 Kelapa Kampit Belitung Timur Alfarezi, Alfarezi; Rezkita, Shanta; Murniningsih, Murniningsih
TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an Vol 11 No 2 (2025): Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/trihayu.v11i2.19186

Abstract

This study aims to: 1) analyze the level of critical thinking ability of fifth grade students based on visual learning style; 2) auditory; 3) kinesthetic. This research uses a qualitative descriptive method. The research subjects came from class V SDN 10 Kelapa Kampit Belitung Timur based on the results of questionnaire data processing with Rasch Model assisted by WinSteps Software, 6 subjects were selected, namely 2 people with visual learning styles, 2 people with auditory learning styles, and 2 people with kinesthetic learning styles. Then the subject was given a test in the form of a written description question, then the answers were analyzed and an interview was conducted. Data analysis techniques by collecting data, data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The data collection techniques of this research are test and non-test techniques in the form of learning style questionnaires, critical thinking ability tests, and in-depth interviews on research subjects. The results showed that: 1) students with visual learning styles are able to fulfill 5 indicators of critical thinking ability. Students with visual learning styles are included in the very high level critical thinking category with a percentage of 84% and 92%; 2) students with auditory learning styles are able to fulfill 4 indicators of critical thinking ability. Students with auditory learning styles are included in the high level critical thinking category with a percentage of 76% and 80%; 3) students with kinesthetic learning styles are only able to fulfill 2 indicators of critical thinking ability. Students with kinesthetic learning styles belong to the low-level critical thinking category with a percentage of 32% and 40%.