Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

STUDI TINGKAT KEKUATAN BATUAN TERHADAP KEMAMPUGARUAN SUATU ALAT GARU BERDASARKAN KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK DI PIT BADAK PT. MULTI HARAPAN UTAMA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Lumban Tobing Bill Rexy; Harjuni Hasan; Tommy Trides
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 8, No 2 (2020): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Desember 2020
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v8i2.5200

Abstract

Kemampugaruan merupakan suatu ukuran apakah suatu massa batuan mudah digaru, sulit digaru bahkan perlu dilakukan peledakan. Dalam suatu kegiatan penambangan selalu dijumpai kegiatan penggalian. Sebelum penggalian dilakukan maka dilakukan pembongkaran massa batuan. Penggaruan maupun peledakan tidak dilakukan serta merta begitu saja saat menjumpai material keras. Namun perlu ada analisis lebih lanjut untuk menentukan metode pembongkaran yang sesuai dengan sifat-sifat batuan maupun kondisi lapangan.Penelitian dilakukan dengan pengambilan nilai kuat tekan pada setiap lapisan batuan di pit Badak. Setelah didapatkan nilai kuat tekan dan kecepatan gelombang seismik dari setiap lapisan batuan tersebut maka penulis memberi rating berdasarkan dari tingkat kemampugaruan tersebut. Nilai kuat tekan yang berasal dari pit Badak adalah < 10 hingga 21,32MPa dengan kecepatan gelombang seismik 1533,463 hingga 1897,012 m/s.Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode Atkinson didapatkan bahwa pada masing – masing lapisan batuan pada area pit Badak merupakan material yang mudah digaru hingga yang sangat sulit untuk digaru, jadi apabila dilakukan suatu kegiatan pembongkaran batuan maka perlu dilakukan penggaruan dengan rekomendasi alat berdasarkan dari perusahaan Komatsu dan Caterpillar. Untuk pit Badak, penulis merekomendasikan alat ripper dengan tipe D155A, D355A dan D375A untuk Komatsu dan tipe CAT D8R, D9R dan D10R untuk Caterpillar.
KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DENGAN ARANG GERGAJI KAYU MERANTI DALAM PEMBUATAN BRIKET BATUBARA DI KOTA SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR Graciella Jacob; Harjuni Hasan; Agus Winarno
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 9, No 1 (2021): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2021
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v9i1.6000

Abstract

Briket batubara pada komposisi 75% : 25% memiliki kandungan air paling tinggi sebesar 7,82% pada sampel BPP. Sedangkan pada komposisi 65% : 35% memiliki kandungan air paling tinggi pada sampel PB sebesar 6,26%. Kadar air dalam pembuatan briket sangat berpengaruh terhadap kualitas briket, Semakin tinggi kadar air akan menyebabkan kualitas briket arang menurun. Hal ini disebabkan perekat tepung tapioka tidak tahan pada kelembaban sehingga menyerap air dan udara. Pada komposisi 50% : 50%  karbon padat (fixed carbon) pada briket batubara berjalan sempurna, karena kadar hidrogen dan oksigen yang menurun. Semakin besar kerapatan briket, laju pembakaran akan semakin lama yang di sebabkan oleh tekanan yang diberikan pada saat proses pengempaan. Tingkat kerapatan paling kecil terjadi  pada sampel BPP dengan koposisi 50% : 50%. Laju pembakaran paling tinggi terjadi pada sampel PB dengan waktu 115 menit .
STUDI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA PIT 3000 BLOK 3, PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Rinto Syahreza Pahlevi; Harjuni Hasan; Shalaho Dina Devy
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 6, No 1 (2018): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2018
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v6i1.1386

Abstract

Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi.Perubahan tersebut disebabkan oleh proses-proses geomorfologi, yang salah satunya adalah erosi. Salah satu prosesgeomorfologi yang menyebabkan perubahan bentuk permukaan bumi tersebut adalah erosi. Banyak faktor yangmenyebabkan terjadinya erosi seperti erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, vegetasi danmanusia. Dari enam faktor tersebut salah satu faktor penyebab terjadinya erosi tanah adalah erodibilitas tanah. Lokasipenambangan yang sudah mine out memiliki kondisi dimana tanahnya dibiarkan terekspos tanpa adanya tanamanpermukaan. Pada saat hujan tanah akan terdispersi yang disebabkan oleh energi kinetik air hujan, apabila dibiarkan dalamwaktu yang cukup lama ketebalan tanah akan terus menerus menipis karena tererosi oleh air hujan. Analisi erodibilitasdigunakan untuk meprediksi area mana yang rentan terhadap erosi menggunakan persamaan Wescheimer dengan 4parameter OM (unsur organik) , S (struktur tanah), P (permeabilitas), M (partikel tanah). Sehingga menghasilkan nilai yangdapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan rentan atau tidaknya suatu area terhadap erosi.
RANCANGAN EXTEND PIT KAKAO R7 PADA PENAMBANGAN BATUBARA PT. KHOTAI MAKMUR INSAN ABADI, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Yauri Imanuel Tobak; Harjuni Hasan; Hamzah Umar
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 5, No 1 (2017): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2017
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v5i1.1403

Abstract

Pada perhitungan cadangan dalam perencanaan tambang diperlukan perancangan pit yang merupakan batas akhir dari suatu kegiatan penambangan. Perancangan pit akan berpengaruh terhadap nilai cadangan yang diperoleh. Oleh karena itu, perancangan pit harus dilakukan dengan baik sehingga dapat diperoleh suatu rancangan yang mengoptimalkan perolehan dari cadangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang extend pit yang optimal berdasarkan rancangan pit yang telah ada sebelumnya, serta mengkaji perancangan extend pit tersebut dari 2 (dua) base seam yang berbeda, sehingga didapatkan extend pit yang paling efisien. Penelitian ini dilakukan di PT.Khotai Makmur Insan Abadi, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur . Perancangan Extend pit pada penelitian ini d ilakukan dengan menggunakan software dan perhitungan volume dengan menggunakan metode blok. Perancangan Extend pit berdasarkan pit limit pada blok Kakao dilakukan dengan melihat nilai striping ratio per blok dan juga untuk mendapatkan luasan area pit potensial yang dapat dijadikan tambahan dari pit yang lama.Terdapat 2 (dua) base seam utama yang dijadikan objek penelitian yaitu Base seam N2 total floor dan N0 total floorHasil penelitian yang dilakukan diperoleh perencanaan extend pit dilakukan pada base seam N2 total floor dengan luas total extend pit sebesar 174 Ha dengan elevasi terendah mencapai -45 meter dan elevasi tertinggi mencapai 40 meter pada extend pit kakao r7 dan perhitungan cadangan tertambang dengan menggunakan metode block model diperoleh penambahan dari 6,388,781 MT menjadi 10,276,721 MT dan Overburden dari 49,409,149 BCM menjadi 110,265,354 BCM sehingga diperoleh nilai stripping ratio sebesar 10,74 dimana nilai stripping ratio ini masih layak untuk ditambang
EVALUASI PRODUKTIVITAS CRUSHER PADA COAL PROCESSING PLANT DI PT. BARA TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Jumsar A; Harjuni Hasan; Sakdillah A
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 8, No 1 (2020): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2020
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v8i1.3977

Abstract

PT. Bara Tabang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batubara, terletak di wilayah Kecamatan Tabang dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur dengan target produksi untuk bulan Januari sebesar 806.000 ton. Dari hasil pengamatan menunjukkan produktivitas aktual dari crusher 1 sebesar 598,50 ton/jam, dengan waktu produksi aktual sebesar 558,46 jam mampu memproduksi batubara sebesar 334.236 ton, sedangkan produktivitas aktual crusher 2 sebesar 791,78 ton/jam, dengan waktu produksi aktual sebesar 498,47 jam mampu memproduksi batubara sebesar 394.680 ton dapat disimpulkan bahwa target produksi belum tercapai. Selanjutnya dilakukan analisis dan perhitungan perbaikan waktu hambatan sehingga diperoleh penambahan waktu untuk crusher 1 sebesar 29,32 jam sehingga produksi dari crusher 1 menjadi 351.784 ton sedangkan penambahan waktu untuk crusher 2 sebesar 76,36 jam sehingga produksi crusher 2 menjadi 455.140 ton. Jadi total produksi crusher untuk bulan Januari sebesar 806.924 ton.
Studi Kestabilan Lereng Highwall Berdasarkan Metode Kesetimbangan Batas Di Cv Gudang Hitam Prima Kecamatan Sanga Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara Andini Dwi Wahyu Garini; Tommy Trides; Harjuni Hasan; Revia Oktaviani; Albertus Juvensius Pontus
Jurnal Inovasi Global Vol. 2 No. 2 (2024): Jurnal Inovasi Global
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jig.v2i2.63

Abstract

Aktivitas penambangan yang berhubungan dengan penggalian pada lereng akan menghasilkan potensi bahaya, terutama pergerakan material dalam bentuk longsoran sehingga diperlukan mengetahui kondisi kestabilan lereng. Terdapat berbagai metode untuk menganalisis kestabilan lereng, salah satunya dengan metode kesetimbangan batas menggunakan metode Morgenstern-Price yang didasarkan pada nilai faktor keamanan (FK). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kestabilan lereng highwall berupa nilai keamanan dan nilai probabilitas kelongsoran, serta dapat mengetahui geometri optimal pada lereng. Metode yang digunakan dalam menentukan faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran yaitu metode kesetimbangan batas Morgenstern-Price dengan kriteria keruntuhan Generalized Hoek-Brown pada kondisi lereng statis dan dinamis. Parameter masukan yang digunakan dalam analisis yaitu bobot isi, nilai kuat tekan (UCS), geological srength index (GSI), disturbance factor (D), konstanta batuan utuh (mi), konstanta mb, konstanta s, dan a, nilai koefisien Hu, serta faktor kegempaan (seismic load). Kondisi lereng lereng highwall pada section C-C’ dan section F-F’ menunjukkan kondisi stabil. Sedangkan pada highwall section D-D’ menunjukkan kondisi kritis di mana nilai FK statis 1,27 dengan PK statis 2,76% dan FK dinamis 1,18 dengan PK dinamis 11,27% sehingga diperlukan perbaikan lereng. Geometri optimal perbaikan lereng highwall yaitu konfigurasi lereng highwall dengan tinggi 90 m dan sudut 34°, ditunjang dengan lereng tunggal dengan tinggi 12 m dan sudut 40°.
THE EFFECT OF COAL MINING ACTIVITIES ON HYDROLOGICAL PARAMETER CHANGE Hasan, Harjuni; Sarwono, Edhi
Jurnal Chemurgy Vol 8, No 1 (2024): Jurnal Chemurgy-Juni 2024
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/cmg.v8i1.14797

Abstract

Mining is a conventional activity that alters the natural landscape and causes hydrological parameter changes and environmental disruptions, such as hampered vegetation growth due to water table subsidence, damaged productive land that affects the river flow, water pollution, deforestation, and erosion. Land clearing for coal mining activity potentially damages the soil layer structure, due to the loss of ground cover vegetation, so hydrological parameter changes, including an 11.79% (50.55 mm) decreased base flow, 40.35% (273.73 mm) increased direct runoff, 21.92% (250.30 mm) increased surface runoff, an 15.73% (76.21 mm) decreased infiltration, 11.03 % (122.52 mm) increased potential evapotranspiration, causing fluctuating river debit. Every 10 Ha of land clearing for mining activities related to 51.46% (291.36 mm) increased runoff. Meanwhile, the postmining activities, including reclamation and vegetation, could only decrease the baseflow by 6.95% (5.95 mm) while increasing the direct runoff, surface runoff, infiltration, and potential evapotranspiration by 9.36% (89.11 mm), 11.19% (148.20 mm), 3.81% (15.56 mm), and 1.73% (21.34 mm), respectively. Furthermore, every 10 Ha of reclamation area is related to an 47.22% (264.62 mm) decrease in runoff.
PENGGUNAAN KALSIUM HIDROKSIDA (Ca(OH)2) DAN ALUMINIUM SULFAT ((Al2SO4)3) DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH SETTLING POND PADA PT. INTERNASIONAL PRIMA COAL Kusnanto, Fransiska Angelina; Devy, Shalaho Dina; Winarno, Agus; Hasan, Harjuni; Respati, Lucia Litha
JOURNAL SCIENTIFIC OF MANDALIKA (JSM) e-ISSN 2745-5955 | p-ISSN 2809-0543 Vol. 4 No. 11 (2023): November
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/10.36312/vol4iss11pp263-270

Abstract

Acid mine drainage (AAT) is water formed at mining sites with a low pH (pH<6) as a result of opening up a potential for rock acidity, causing problems for water quality, rocks containing sulfide minerals. The purpose of this study was to determine the effect of using calcium hydroxide (Ca(OH)2) and aluminum sulphate ((Al2SO4)3) at optimum doses on neutralixing pH and reducing metal content in AAT. This study used a variation of the dose of calcium hydroxide (Ca(OH)2) of 0,5; 0,75; 1; and 1,25 grams and the variation of the dose of aluminum sulphate ((Al2SO4)3) of 1; 1,75; 2,5; and 3,25 grams with a contact time of 20 minutes. The initial concentration of TSS acid mine drainage was 430 mg/L, Fe was 26,92 mg/L, Mn was 7,69 mg/L, and pH was 3,8. The results showed that the doses of calcium hydroxide (Ca(OH)2) and aluminum sulphate ((Al2SO4)3) had an effect on Ph, TSS, Fe, and Mn. TSS removal efficiency was 96,89%, Fe was 99,74%, and Mn was 95,19%.
The Analysis of Slope Stability using The Simplified Bishop Method and Geometry of Retaining Walls in Palaran District, Samarinda City, East Kalimantan Province Ilham, Akbar; Trides, Tommy; Hasan, Harjuni; Oktaviani, Revia; Pontus, Albertus Juvensius
Nusantara Civil Engineering Journal Vol 2 No 1 (2023): Nusantara Civil Engineering Journal
Publisher : Civil Engineering Dept, Balikpapan State Polytechnics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32487/nuce.v2i1.450

Abstract

Landslide is one of the natural disasters that often occurs on natural and artificial slopes. This landslide occurs due to an imbalance of forces acting on the slope or the actuator in the slope area is greater than the resisting force on the slope. Handling needs to be done to avoid landslides, one of which is making a retaining wall. Based on the data obtained from the results of the tests and calculations that have been carried out, the value of the slope safety factor at the research location is 0.397. This value is the value of the unsafe factor of safety (Avalanche). So it is necessary to design a retaining wall with dimensions in between, namely for H = 7 m, H1 = 0.7 m, H2 = 6.3 m, H3 = 1.6 m, H4 = 0.7 m, H5 = 4.9 m, H6 = 2.6 m, H7 = 0.5 m, H8 = 2.5 m, H9 = 3.8 m, and D = 2.5 m. And the results of calculating the stability of the retaining wall that has been designed are obtained for Stability Against Overturning, namely 4.37 > 1.5 (Safe), Stability Against Shifting, namely 2.21 > 2 (Safe), and Stability Against Soil Bearing Capacity, namely 4.14 > 3 (Safe).
The potential of coal mine voids for clean water sources in Nusantara Capital City Hasan, Harjuni; Sarwono, Edhi
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol. 12 No. 1 (2024)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2024.121.6771

Abstract

PT. Singlurus Pratama operates four mining blocks: Sungai Merdeka, Argosari, Margomulyo, and Mutiara. he Sungai Merdeka block has three voids with significant potential as a source of clean water for Nusantara Capital City (IKN), given its location within the city's development area. Surface water flows from the southern ridge to the north, accumulating in the voids of the Sungai Merdeka block, with a total inflow of 449,218,750 m³ per day. This volume can meet the needs of 1,796,875 to 4,492,187 people. One of the geological formations of the Sungai Merdeka block is the Balikpapan Formation, composed of alternating sandstone and clay with intercalations of shale and limestone, which is likely an aquifer. The water quality in voids 1 and 2 falls into the fairly good category (WQI = 70.07 and 70.77), while void 3 has moderate quality (WQI = 64.76). Thus, the water from the Sungai Merdeka voids can be used for personal and household hygiene, as well as raw water for drinking. Additionally, it can be utilized for recreational water facilities, freshwater aquaculture, livestock, and irrigation. However, the void water in the Sungai Merdeka block is indicated to have formed acid mine drainage, as the exposed void walls are contaminated with oxygen and leached by water. This leads to increased acidity, as indicated by the low pH values of the water. The increased acidity also results in higher concentrations of dissolved metals within the voids, necessitating careful management and treatment to ensure the water’s safety and usability for various applications.