Claim Missing Document
Check
Articles

Deteksi Gen Resistensi Kloramfenikol (cat) pada Pseudomonas aeruginosa Isolat Klinik dengan Metode Polymerase Chain Reaction Milanda, Tiana; Dewi, Lisa K.; Kusuma, Sri A. F.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 3, No 4 (2014)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1147.428 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2014.3.4.141

Abstract

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri oportunistik Gram negatif yang menyebabkan infeksi pada mata, telinga, kulit, tulang, sistem saraf pusat, saluran pencernaan, sistem peredaran darah, jantung, sistem pernapasan, dan saluran kemih. Kloramfenikol saat ini tidak lagi digunakan sebagai obat pilihan karena banyaknya kasus resistensi terhadap antibiotik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan gen resistensi kloramfenikol pada P. aeruginosa isolat klinik. Bakteri ini diisolasi dari nanah pasien otitis eksternal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR-koloni maupun PCR-DNA) digunakan untuk mendeteksi gen resistensi tersebut. Elektrogram dari produk PCR menunjukkan bahwa resistensi P. aeruginosa isolat klinik disebabkan oleh gen cat (317 pb). Berdasarkan hasil penelitian ini, gen cat dapat digunakan untuk mendeteksiresistensi antibiotik kloramfenikol pada pasien otitis eksternal.Kata kunci: cat, gen resistensi kloramfenikol, polymerase chain reaction, Pseudomonas aeruginosa Detection of Chloramphenicol Resistance Genes (cat) in Clinical Isolates of Pseudomonas aeruginosa with Polymerase Chain Reaction MethodPseudomonas aeruginosa is an opportunistic Gram negative bacteria, which may cause infection in eyes, ears, skin, bones, central nervous system, gastrointestinal tract, circulatory system, heart, respiratorysystem, and urinary tract. Recently, chloramphenicol is no longer used as the main option of the therapy due of its resistance case. The aim of this research was to detect the presence of gene which is responsible to chloramphenicol resistance in clinical isolates of P. aeruginosa. These bacteria isolated from pus of external otitis patients in Hasan Sadikin Hospital in Bandung City. Polymerase Chain Reaction (PCR) method (colony-PCR and DNA-PCR) were performed to detect this resistance gene. Electropherogram from PCR products showed that the chloramphenicol resistance in clinical isolates of P. aeruginosa was caused by cat gene (317 bp). Based on this research, cat gene may be used to detect the chloramphenico resistance in patients with external ostitis.Key words: cat, chloramphenicol resistance gene, polymerase chain reaction, Pseudomonas aeruginosa
Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU90% di RSUD Abepura Jayapura, Indonesia Hasrianna, Hasrianna; Annisa, Nurul; Milanda, Tiana; Pradipta, Ivan S.; Abdulah, Rizky
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.914 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.3.218

Abstract

Tingginya penggunaan antibiotik akan meningkatkan potensi penggunaannya yang tidak rasional dan berdamPak pada tingkat mortalitas, biaya, dan resistensi khususnya dalam lingkungan rumah sakit. Studi observasi dengan data retrospektif telah dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik dari April 2013–Maret 2014 menggunakan metode ATC/DDD dan DU 90%. Hasil penelitian menunjukkan antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% pada periode I adalah kotrikmoksazol 480 mg tablet(40,34 DDD/kunjungan) dan amoksisilin 500 mg tablet (4,53 DDD/kunjungan), periode II adalah sefiksim sirup kering (0,68 DDD/kunjungan), amoksisilin 500 mg tablet (0,41 DDD/kunjungan), siproflokasain 500 mg tablet (0,31 DDD/kunjungan), doksisiklin 100 mg (0,26 DDD/kunjungan), sefiksim 100 mg kapsul (0,15 DDD/kunjungan), sefadroksil 500 mg kapsul (0,12 DDD/kunjungan),seftriakson 1 gr injeksi (0,08 DDD/kunjungan), dan periode III adalah kotrimoksazol 480 mg tablet (74,85 DDD/kunjungan). Tingginya penggunaan antibiotik setiap kunjungan pada penggunaan kotrimoksasol merupakan sebuah tanda ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik. Diperlukan studi kualititaf untuk mengetahui pola ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik pada rumah sakit tersebut danmengembangkan model intervensi yang tepat.Kata kunci: Antibiotik, ATC/DDD, DU 90%, rumah sakitMonitoring Use of Antibiotics with ATC/DDD and DU90% Method in Abepura Hospital Jayapura, IndonesiaThe high use of antibiotics will increase its irrational use, affect the mortality rates, costs and resistance, especially in a hospital. We conducted an observational study with retrospective data to evaluate the use of antibiotics from April 2013–March 2014 using the ATC/DDD and DU90% methods. The results showed the antibiotic included DU 90% segment in the first 4 months period were cotrimoxazole tablets 480 mg (40.34 DDD per encounter) and amoxicillin tablets 500 mg (4.53 DDD per encounter), in the second period were cefixime dry syrup (0.68 DDD per encounter), amoxicillin tablets 500 mg (0.41 DDD per encounter), ciprofloxacin tablets 500 mg (0.31 DDD per encounter), doxycycline tablets 100 mg (0.26 DDD per encounter), cefixime tablets 100 mg capsules (0.15 DDD per encounter), cefadroxil tablets 500 mg capsule (0.12 DDD per encounter), ceftriaxone injection 1 g (0.08 DDD per encounter), and during the third period was cotrimoxazole tablets 480 mg (74.85 DDD per encounter). The data showed that cotrimoxazole has the highest rate of utilization per visit which is a signal for irrational use. Qualitative study is needed to describe irrational use of antibiotics in the hospital and to find the appropriate intervention model.Key words: Antibiotics, ATC/DDD, DU 90%, hospital
Deteksi Gen Resistensi Ampisilin (bla) pada Escherichia coli Isolat Klinik dengan Metode Polymerase Chain Reaction Milanda, Tiana; Saragih, Bonar C.; Kusuma, Sri A. F.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.271 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2014.3.3.98

Abstract

Escherichia coli merupakan bakteri batang Gram negatif yang dapat menjadi patogen jika jumlahnya meningkat atau berada di luar saluran pencernaan. E. coli yang patogen akan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare atau infeksi pada saluran kemih. Ampisilin merupakan salah satu antibiotik pilihan untuk mengatasi penyakit infeksi tersebut. Akhir-akhir ini ampisilin tidak lagi digunakan sebagai obat pilihan karena banyaknya kasus resistensi E. coli terhadap antibiotik tersebut. Penelitian ini bertujuanuntuk mendeteksi keberadaan gen yang bertanggung jawab terhadap resistensi antibiotik ampisilin pada E. coli isolat klinik. Sampel yang digunakan adalah hasil isolasi urin midstream pasien dengan gejala sistitis di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Uji resistensi antibiotik menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), baik PCR-koloni maupun PCR-DNA. Berdasarkan hasil uji resistensi terhadap ampisilin, E. coli hasil isolasi telah resisten terhadap ampisilin. Elektroforesis hasil PCR-koloni dan PCR-DNA menunjukkan bahwa resistensi terhadap ampisilin disebabkan oleh gen bla berukuran 199 pb. Diperlukan pemilihan antibiotik yang selektif dan rasional untuk mencegah resistensi ampisilin pada pasien dengan gejala sistitis.Kata kunci: bla, Escherichia coli, gen resistensi ampisilin, polymerase chain reactionDetection of Ampicillin Resistance Genes (bla) in Clinical Isolates ofEscherichia coli with Polymerase Chain Reaction MethodEscherichia coli is a rod negative Gram which could be pathogenic, if its value increases or located in outer gastrointestinal tract. Pathogenic E. coli will produce enterotoxin which will cause diarrhea or infection in urine tract. Ampicilin was one of particular antibiotics to overcome infection. Ampicilinnowadays is no longer used as first choice medicine, because of its resistance case. The aim of this research was to detect the presence of gene which is responsible to ampicilin resistant E. coli. We used isolated midstream urine from cystitis object in Hasan Sadikin Hospital as samples. Polymerase Chain Reaction (PCR) method (colony-PCR and DNA-PCR) were performed to invenstigate the antibiotic resistency. Based on the result of antibiotic susceptibility testing to ampicillin, E. coli samples were resistant to ampicilin. Electropherogram products of colony-PCR and DNA-PCR showed that the resistance case of ampicilin caused by bla gene (199 bp). Our result suggested that bla gene may be use to detect the ampicilin resistance. Furthermore, selective and rational antibiotic treatment is required toprevent ampicillin resistance in patients with symptoms of cystitis.Key words: Ampicillin resistance gene, bla, Escherichia coli, polymerase chain reaction
The Effect of Anti-Tuberculosis Drugs on the Effectiveness of Anti-Retroviral Therapy in HIV-AIDS Patients Hasriana, Hasriana; Alfian, Sofa D.; Milanda, Tiana; Abdulah, Rizky
Pharmacology and Clinical Pharmacy Research Vol 2, No 1
Publisher : Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.201 KB) | DOI: 10.15416/pcpr.v2i1.16214

Abstract

patients who infected by Humman Immunodeficiency Virus (HIV) in developing countries. The purpose of this study was to determine the effect of anti-tuberculosis drugs (ATB) on the effectiveness of anti-retroviral (ARV) therapy in HIV–AIDS infected patients.This study was a prospective cohort study conducted at outpatient clinic of Abepura Hospital during April-June 2015. The data were taken from medical records, which include CD4 level, gender, age, education and stage of disease. Statistical analysis was performed using bivariate and multiple regression analysis. A total of 28 subjects was included in this study (7 HIV patients and 21 TB-HIV patients). The results of bivariate analysis showed that there was no significant difference on general characteristics of patients using ARV-ATB and without ATB. Gender, age, occupation, education and the stage of disease did not affect the value of CD4 patients (p>0.005). The result from paired t-test showed that there was no significant difference in the level of CD4 cell, before and after treatment using ARV (p˃0.912), while therapy with ARV-ATB showed significant differences (p˂0.002). In conclusion, this study showed that the combination of ATB and ARV could increase CD4 level up to 72%. Thus, the use of ATB drugs on ARV patients who infected by TB is recommended to reduce disease burden.Keywords: anti-retroviral therapy , HIV- AIDS, tuberculosis
Assessment of Risk Factors of Hepatotoxicity among Tuberculosis Patients Wardhana, Muhammad F.; Milanda, Tiana; Sumiwi, Sri A.
Pharmacology and Clinical Pharmacy Research Vol 3, No 1
Publisher : Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.375 KB) | DOI: 10.15416/pcpr.v3i1.16450

Abstract

Tuberculosis is a devastating disease caused by Mycobacterium tuberculosis. If left untreated or not properly treated, it could lead to progressive tissue damage and even death. Short-term chemotherapy containing isoniazid, rifampicin. and pyrazinamide were proven to be very effective in the treatment of TB. However, the concern regarding its potential hepatotoxicity might hinder the completion of treatment. Information regarding risk factor of hepatotoxicity among Indonesian tuberculosis patients were limited. This study aimed to investigate risk factors of hepatotoxicity among Indonesian tuberculosis patients. This was a case-control study with retrospective approach conducted at one of the public hospital in Lampung, Indonesia. We included 320 tuberculosis patients who were classified as case (64 patients who were diagnosed with hepatotoxicity during hospitalization) and control (256 patients). Results of multivariate logistic regression analysis showed that age was significant risk factor of hepatotoxicity (adjusted odds ratio (OR) 1.056, 95% CI 1.0121, 1.091), while longer duration of hospitalization had a 1.4 lower odds of hepatotoxicity compared to control (adjusted OR 0.757, 95% CI 0.682, 0.839) (p<0.005). The results indicated that older patients were more likely to have hepatotoxicity, while patients with shorter duration of hospitalization tend to have higher risk of hepatotoxicity. In conclusion, age was the risk factor associated with hepatotoxicity among tuberculosis patients.Keywords: tuberculosis, hepatotoxicity, age, hospitalization
DAU N TE NDA NI ( Gon i oth al a mu s ma cr o p h yllu s Hook . f . &T h o mson . ), S UATU OBAT T RA DIS ION AL A NTIBA KTER I S U KU D AY A K PUN AN DI KALI M ANTA N TI MU R Wijaya, Viriyanata; Supriyatna, Supriyatna; Milanda, Tiana
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3, No 2 (2013): FITOFARMAKA
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.792 KB)

Abstract

Penelitian Daun Tendani (Goniothalamus macrophyllus) suatu obat tradisionalantibakteri suku Dayak Punan di Kalimantan Timur telah dilakukan. Penelitiandidasarkan pada penggunaan empirik daun tersebut di komunitas Dayak Punansebagai obat luar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak antibakteridan fraksi daun tendani terhadap Staphylococcus aureusATCC 25923. Prosesekstraksi dan fraksinasi menggunakan berbagai pelarutetanol 70%, n-heksan dan etilasetat. Aktivitas antibakteri diukur dengan metode difusi agar. Penelitianmenunjukkan bahwa ekstrak daun tendani memiliki aktivitas antibakteri padakonsentrasi 20 % (b/v) dengan diameter hambat 22,02 mm. Fraksi etil asetat sebagaifraksi teraktif, memiliki aktivitas antibakteri pada konsentrasi 20% (b/v) sebesar 19,50mm dan pada konsentrasi 30% sebesar 22,30 mm.
Formulasi dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Krim Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra L.) Tiana Milanda; Richie Agusta Iwan Chandra; Alam Jenuin Dwipratama
Majalah Farmasetika Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i2.33092

Abstract

Jerawat merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit, yang diperparah oleh infeksi bakteri seperti Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.  Banyaknya kasus resistensi bakteri menyebabkan perlunya antibakteri alternatif, antara lain dari tumbuhan kapuk (Ceiba pentandra L.). Penelitian ini bertujuan memperoleh sediaan krim dengan bahan aktif ekstrak etanol daun kapuk yang efektif terhadap bakteri penyebab jerawat dan stabil dalam penyimpanan. Penelitian dilakukan melalui tahap determinasi tumbuhan dan penyiapan simplisia, ekstraksi simplisia, penapisan fitokimia ekstrak, pengujian aktivitas antibakteri ekstrak, penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) ekstrak, orientasi basis krim, formulasi dan pengujian kualitas fisik sediaan krim, pengujian  aktivitas antibakteri sediaan krim selama penyimpanan  dan uji banding aktivitas antibakteri sediaan krim terhadap basis dan ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kapuk memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. epidermidis ATTC 12228 dan P. acnes isolat klinik dengan KHTM sebesar 0,125% dan 0,078% b/v. Sediaan krim diformulasi menggunakan basis F02 dengan penambahan ekstrak sebesar dua, tiga dan empat kali KHTM.  Formula 1 (krim dengan 2x KHTM ekstrak)  merupakan sediaan krim dengan kualitas fisik terbaik, karena tampilan organoleptis, pH dan viskositasnya stabil selama 30 hari pada suhu kamar serta tidak mengalami pemisahan fase selama satu tahun. Formula 3 (krim dengan 4x KHTM ekstrak) merupakan sediaan krim dengan aktivitas antibakteri terbaik, terutama terhadap P. acnes isolat klinik. Dari hasil penelitian ini diperoleh formula krim dengan kandungan ekstrak etanol daun kapuk yang efektif  terhadap bakteri penyebab jerawat dan stabil selama penyimpanan.
REVIEW: MANFAAT ANTIOKSIDAN PADA TANAMAN BUAH DI INDONESIA Rani Cyinthia Hani; Tiana Milanda
Farmaka Vol 14, No 1 (2016): Supplement
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.825 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i1.10735

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman tanaman buah. Tingginya keragaman tanaman buah tersebut menghasilkan berbagai manfaat untuk kesehatan, salah satunya antioksidan. Manfaat antioksidan bagi tubuh diantaranya untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak tanaman tertentu dapat dilakukan dengan metode DPPH. Prinsip pengujian ini adalah kemampuan ekstrak untuk bereaksi dengan radikal bebas DPPH sehingga aktivitas radikal bebas tersebut terhambat. Dari empat tanaman buah yang ditinjau, ekstrak buah tomat memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dibandingkan dengan ekstrak buah jeruk bali, paprika hijau, dan sirsak.Kata Kunci: antioksidan, radikal bebas, DPPH, tanaman 
REVIEW: AKTIVITAS ANTIKANKER DARI BERBAGAI METABOLIT SEKUNDER YANG DIISOLASI DARI ANGKAK Amaliah Ihsani; Tiana Milanda
Farmaka Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.616 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i2.21843

Abstract

Angkak merupakan produk fermentasi beras oleh jamur Monascus sp. Beberapa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya diketahui memiliki aktivitas terhadap berbagai kanker. Untuk mengetahui potensi angkak dan metabolitnya sebagai obat alternatif untuk terapi kanker, maka dilakukan literature review terhadap artikel ilmiah tentang angkak dari berbagai jurnal nasional maupun internasional bereputasi. Dari literature review yang dilakukan, dapat diketahui bahwa monaskin, monaskopiridin C dan D, monaskuspiloin, monapuripiridin A, monafilon A dan B, monakolin K, serta beberapa senyawa polisakarida memiliki aktivitas terhadap berbagai sel kanker. Hasil penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan berupa studi klinis skala besar, uji keamanan, optimalisasi kondisi kultur fermentasi atau penggunaan galur Monascus tertentu dalam proses fermentasi.Kata kunci: Angkak, Monascus sp., Antikanker
REVIEW ARTIKEL: PENGEMBANGAN VAKSIN Human Immunodeficiency Virus (HIV) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF TERHADAP Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Adila Srebreneca; Tiana Milanda
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27874

Abstract

Human immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Pada tahun 2018, WHO melaporkan sekitar 37,9 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV, dengan 1,7 juta kasus infeksi baru dan kematian sebanyak 770.000 orang. Saat ini, obat antiretroviral (ART) masih direkomendasikan bagi Orang Dengan AIDS (ODHA), walaupun tidak mampu meningkatkan harapan hidup penderita. Vaksinasi HIV merupakan upaya preventif yang paling efektif untuk mencegah penularan HIV. Artikel ini merupakan review dari studi literatur 15 artikel terkait pengembangan kandidat vaksin HIV hingga saat ini. Hasil review menunjukkan bahwa RV144 merupakan satu-satunya kandidat yang memiliki potensi  untuk dikembangkan menjadi vaksin HIV, karena memiliki nilai efikasi sebesar 31,2%. Hasil lain dari uji coba RV144 adalah diidentifikasinya antibodi monoklonal (VRC01), yang memiliki kemampuan untuk menetralisir HIV-1 secara luas.
Co-Authors Adha, Syah Akbarul Adila Srebreneca AFINA DWI RACHMAWATI Ahmad Muhtadi Alam Jenuin Dwipratama Alifia Hasna Hamidah Amaliah Ihsani Anis Yohana Chaerunisaa Anis Yohana Chaerunisaa, Anis Yohana ARIF SATRIA WIRA KUSUMA ASTININGSIH DIAH PRAVITASARI Belinda, Andhara M. Bonar C. Saragih Dewi, Lisa K. Dolih Gozali Dwi Indra Purnomo Ellin Febrina Ellin Febrina Erlianti, Karina FATHIA PEBRIANI Firda Aryanti Widyana Gofarana Wilar Hanny Hafiar Haryanto Dhanutirto Hasriana Hasriana Hasriana Hasriana, Hasriana Hasrianna Hasrianna Hasrianna, Hasrianna Ida P. Santoso Indah Suasani Wahyuni Irma Erika Herawati Irma Erika Herawati Irma Melyani Puspitasari Irma Meylani Puspitasari Ivan S. Pradipta Jutti Levita Keri Lestari Kurniawan Kurniawan Kusuma, Sri A. F. Lisa K. Dewi Maisyarah, Intan Timur Mardiana, Lia Marlia Singgih Wibowo MAYANG KUSUMA DEWI, MAYANG KUSUMA Melisa Intan Barliana Melisa Intan Barliana, Melisa Intan Moelyono Muktiwardojo Mohamad Taufik Ismullah Muchtaridi Muchtaridi Muhaimin Muhaimin Muhammad F. Wardhana Munir Alinu Mulki Mutakin Mutakin Mutakin Mutakin Mutakin Mutakin Mutakin Mutakin Nasrul Wathoni Nimas T. I. Tarina NURUL ANNISA Nurul Annisa Pradipta, Ivan S. QONITA ZAHRA FADHILA Raden Maya Febriyanti ragavendra ravee Rani Cyinthia Hani Renny Amelia Rhisanandra, Fathia Richie Agusta Iwan Chandra Riezki Amalia Rizky Abdulah Ronny Lesmana Saragih, Bonar C. Septiyani Mustikawati Sjafril, Astri K. Soemarie, Yulistia Budianti Sofa D. Alfian Sofa D. Alfian, Sofa D. Sri A. F. Kusuma Sri A. F. Kusuma Sri A. Sumiwi Sri Adi Sumiwi Sri Agung Fitri Kusuma, Sri Agung Sriwidodo Sriwidodo Steffi Liem Suharyani, Ine Sukmawati Sukmawati Sukmawati Sukmawati Sulistiyaningsih Sulistiyaningsih Sumiwi, Sri A. Supriyatna Supriyatna Susilawati, Yaswinar Syah Akbarul Adha SYIFA HANIFAH TERESYA PUTERI Tina Rostinawati TUTUS GUSDINAR Uce Lestari Vesara A. Gatera Wa Ode Ida Fitriah Wardhana, Muhammad F. Wijaya, Viriyanata Yasmiwar Susilawati Yaswinar Susilawati Yuli Andriani Yuni Elsa Hadisaputri Yuyun Wahyuni