Articles
LAKU TASAWUF ORANG TUA UNTUK PENCAPAIAN KECERDASAN MORAL DAN SPIRITUAL ANAK
Ulil Hidayah
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 9, No 2 (2020): edisi SEPTEMBER
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32478/talimuna.v9i2.488
Sufism is a morality that is used by Sufis to draw closer to God through practices of worship and penance. The aim of the approach taken by the Sufis is to find calm and tranquility in living life with all the achievements it hopes for. Sufism is also a practice for lay people to take part in as the goal of achieving the desired expectations. Like parents who also have hopes for the achievement of their child's success, parents make various efforts to have smart children. One of the efforts made beyond his limits is to get closer to the perpetrator of Sufism with the essence that determines everything. In this study, the variables studied were emotional and spiritual intelligence in children through Sufism behavior by their parents. Researchers conducted qualitative descriptive research techniques to explore data about how Sufism was carried out by parents to realize their desire to have children who were emotionally and spiritually intelligent and described them with analysis tools. The object of this research is the parents as guardians of students of Madrasah Diniyah Nurul Falah in Ranubedali Village Ranuyoso Lumajang.
Reorientasi Pendidikan Islam untuk Harmonisasi Sosial: Hidden Curriculum sebagai Sebuah Tawaran
Cik Naimah;
Ulil Hidayah
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars No Seri 2 (2017): AnCoMS 2017: Buku Seri 2
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (304.105 KB)
|
DOI: 10.36835/ancoms.v0iSeri 2.73
Islamic education as a source of value for human life has been challenged and its role has been questioned when facing conflict issues in the name of differences. In a disharmonic social interaction pattern, school is expected to perform continuous evaluation through curriculum development. PAI curriculum has been strongly emphasized its evaluation so far merely on cognitive and psychomotoric aspects, as shown by many evaluation indicators putting forward knowledge and skill, while putting affective aspects of basic competences on peripheral area so that they are not systematically evaluated. In this dilemmatic situation, it is necessary to rethink Islamic education role to exert its social responsibility through the determined curriculum. This study attempts to shed a light that utilizing hidden curriculum can be a solution to resolve social conflicts. Through this hidden curriculum, schools are able to develop and set policy strategies appropriate with the school capability and the needs of society, like creating tolerant culture or promoting equal rights and duties. Besides, through this hidden curriculum, teachers have more space to deliver religious lessons participatorically so that their pupils can grasp philosophically, not symbolically as a mental capital to respond future challenges of difference phenomena.Keywords: Islamic Education, Social harmony, hidden curriculum
Tirakat Orang Tua sebagai Upaya Pencapaian Kecerdasan Moral pada Anak; Pendekatan Tasawuf sebagai Strategi Menciptakan Masyarakat Ideal
Ulil Hidayah
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 3 No 1 (2019): AnCoMS 2019
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36835/ancoms.v3i1.291
Orang tua memiliki peran yang sangat menentukan atas kualitas dan prestasi anaknya. Prestasi bukan hanya bersimbol pada nilai akdemis, lebih penting dari itu adalah nilai moral yang menjadi tolak ukur keberhasilan anak dalam tumbuh dan kembangnya serta peranannya di tengah masyarakat social. Upaya orang tua dalam penanaman dan pembinaan karakter pada anak secara nampak adalah dengan memberikan pola asuh yang tepat dan pendidikan yang baik. Namun diluar batas kemampuannya orang tua juga memerlukan kekuatan dan pertolongan atas penguatan usaha yang telah dilakukannya melalui tirakat dengan menyandarkan penuh kekuatan spiritual pada Allah. Laku tirakat merupakan sebuah upaya untuk pencapaian sebuah tujuan melalui jalan tasawuf yang bersifat mistis. Jalan tasawuf sebagai akhlak para sufi juga menjadi akhlak bagi seseorang yang ingin mendekatkan diri pada Allah melalui pensucian hati dan dengan melakukan amalan-amalan ibadah khusus. Dalam tulisan ini akan dideskripsikan hasil sebuah pengamatan terhadap orang tua yang mengupayakan keberhasilan anaknya melalui usaha tirakat. Dampak dari tirakat yang dilakaukan orang tua adalah meningkatnya nilai spiritual dan moral bagi pelaku dan juga memberikan dampak pada kecerdasan moral pada anak yang ditirakati. Nilai spiritual dan moralitas dari subjek pelaku dan objek yang dituju keduanya juga akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia dalam ranah terciptanya masyarakat yang ideal.
MAKNA IBU SEBAGAI MADRASAH PERTAMA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF STUDI GENDER
Ulil Hidayah
EGALITA Vol 16, No 2 (2021): December
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.18860/egalita.v16i2.12968
Tulisan ini mengkaji tentang analisis dari sebuah maqolah karya Hafiz Ibrahim yaitu “al umm madrsatul ula idza a'dadtaha sya'ban thayyial 'araq” yang artinya ibu adalah madrasah pertama, apabila engkau mempersiapkannya maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. Makna dalam teks ini banyak dijadikan slogan tentang pengasuhan anak tergantung bagaimana ibunya. Jika ibu memiliki kemampuan yang baik dalam mengasuh dan mendidik anak, maka akan menentukan terhadap kecerdasan dan keberhasilan anak di masa mendatang. Begitu juga sebaliknya apabila sosok ibu tidak mempunyai kompetensi yang baik, maka anaknya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik juga. Paradigma tentang ibu sebagai madrasah pertama menganggap bahwa ibu adalah peran utama dalam proses pendidikan anak dalam keluarga, dengan mengabaikan peran lainnya, karena stereotip bapak tugasnya adalah menafkahi materi saja. Dalam artikel ini penulis membaca kembali sebuah maqolah karya Hafiz Ibrahim seorang ulama Mesir dengan menggunakan analisis sosial historis dan mengkorelasikannya dengan teori-teori studi gender sehingga menemukan formulasi baru tentang madrasah pertama bagi anak adalah orang yang mengasuh anak dalam keluarga tempat tinggalnya. Ibu bukanlah satu-satunya acuan keberhasilan anak, tetapi Ibu dan bapak secara bersama memiliki peran dan porsi yang sama dalam mendidik anak untuk membangun kecerdasan dan keberhasilan seorang anak.
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR FIQIH MELALUI METODE DSKUSI DI MI NURUL ULUM PROBOLINGGO
Farida;
Lailatul Izzah;
Ulil Hidayah
Risalah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol. 8 No. 3 (2022): Pendidikan dan Studi Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31943/jurnalrisalah.v8i3.307
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui penerpan metode diskusi mata pelajaran fiqih di MI Nurul Ulum Probolinggo. Misi pendidikan adalah menciptakan suasana belajar agar siswa selalu belajar dengan baikdan antusias. Suasana belajar yang demikain akan menciptakan kepositifan dalam belajar dengan mencapai hasil belajar yang maksimal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan observasi menggunakan lembaran observer. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat apabila menerapkan model pembelajaran diskusi dari siklus I kesiklus II yang dilihat dari hasil belajar siswa, pada siklus I hasil belajar siswa memperoleh rata-rata persentase 70% yang merupakan nilai yang belum selesai, tetapi pada sikllus II, kinerja belajar siswa meningkat dengan tingkat kemenangan rata-rata 80% dengan nilai penuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis diskusi dapat meningkatkan hasil belajar fiqih siswa kelas 1 MI Nurul Ulum.
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI Melalui Metode Debat Di MA Al Khoiriyah
Abdul Hafid Bahtiar;
Abdul Mahfud;
Ulil Hidayah
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.6768
Penelitian ini dilatarbelakangi karena kemampuan penalaranmayoritas peserta didik tergolong lemah. Hal ini tercermin daripeserta didik yang masih kewalahan ketika mengutarakan pemikirannya, daya fikir yang masih rendah ketika hendak mengajukan pertanyaan, serta rumitnya pemecahan permasalahan dalam belajar. Kajian ini adalah berjenis PTK dengan tujuan untuk memperjelas tumbuhnyakeinginan belajar dengan metode debat. Subyekdari kajian yaitu siswa kelas XI MA Al-Khoiriyah. Hasilnya, terlihat bahwa penerapan metode debat dilakukan dalam tiga tahap. a) Sebelum tatap muka, b) Selama Fase Kehadiran, dan c) Fase Pasca Kehadiran. Kemudian, sebelum peneliti melakukan penelitian di dalam kelas. Peneliti terlebih dahulu membawa data siswa kepada guru penelitian fiqih sebagai bahan perbandingan hasil belajar sebelum siklus I dan siklus II. Siswa di kelas XI rata-rata hanya 50% sebelum menggunakan metode debat, yang artinya belum pada taraf kemahirannya. Pada siklus I, peneliti menggunakan metode debat, dan siswa mencapai nilai rata-rata 62,6%. Pada Siklus II, rata-rata nilai siswa mencapai 81,4%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan teknik debat dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran 5 kelas XI MA Al-Khoiriyah. Materi Fiqih MA Al-Khoiriyah berdasarkan hasil analisis data uji berpasangan teknik debat yang dapat meningkatkan kemampuan nalar dan hasil belajar siswa.
PERBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PENGOLAHAN DAUN SINGKONG MENJADI PRODUK CAMILAN KHAS DESA PONDOK WULUH PROBOLINGGO
Farida Farida;
Abdul Hafid Bahtiar;
Ulil Hidayah
KOMMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 3 (2022): KOMMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : KOMMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (967.241 KB)
Cassava is a type of tuber that is easy to grow and requires little maintenance. We found cassava plants in every area, especially in tropical areas and one of them was in the village of Pondok Wuluh Probolinggo. Cassava is a plant that has many benefits and is widely cultivated by the community. One of the benefits is that it can be processed into a variety of foods. Community empowerment in accordance with human dignity and as citizens. Empowerment as one of the central themes in community development is oriented in one direction and in line with the new paradigm. The production potential of cassava leaves in Pondok Wuluh Village can be used as cassava leaf chips in its production. This can be done by allocating resources to women who do not work by developing the processing of cassava leaves into chips. The implementation of this service uses information transfer and community development models, or an approach in which partners are directly involved in the implementation of community service as objects and subjects. Pondok Wuluh Village, Leces District, the cassava leaf carving program can be well organized and run smoothly according to the activity plan that has been prepared. This activity received a very good reception, as evidenced by the active participation of the training participants who did not leave the place until the end of the training. . The achievement of this activity is also with the formation of a group of entrepreneurs producing cassava leaves.
Konsistensi Wujud Dalam Epistimologi Al Ghazali Telaah Kitab Faisal At Tafriqoh
Khoirul Basor;
Ulil Hidayah
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jpdk.v5i2.12751
Dalam pembahasan iman kaitannya adalah mempercayai adanya sesuatu yang membutuhkan pembuktian akan eksistensi keberadaannya. Keberadaan suatu hal dilambangkan dengan wujud (ada). Konsistensi wujud dalam pandangan al Ghazali dirinci untuk menentukan tingkatan-tingkatan wujud yang tertuang dalam karya tulisnya kitab Faisal at Tafriqoh, menurut al Ghazali keimanan seseorang tidak diaktakan sempurna jika belum mencapai tingkatan keseluruhan. Maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan library research yang diambil dari kitab Faisal at Tafriqoh sebagai data primer. Hasil temuan yang dikomparasikan dengan data skunder lainnya ditemukan ada lima tingkatan wujud yang ditulis al Ghazali, yaitu wujud dzati, wujud hissy, wujud khoyali, wujud aqli dan wujud syabahi.
OPTIMALISASI PENDIDIKAN ISLAM POSTMODREN DALAM PENDEKATAN KITAB KLASIK ALALA
Ulil Hidayah
AL-MUADDIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan Vol. 1 No. 1 (2019): Juni
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/muaddib.v1i1.19
Pola pemikiran manusia yang berada di era postmodern banyak meningggalkan corak modernitas. Pendidikan sebagai media belajar yang mengasah pemikiran manusia juga telah sampai pada suatu corak berpikir postmo. Pendidikan Islam dalam era postmodern ini perlu melakukan evaluasi sebagai upaya mengoptimalkan tujuan dan nilai-nilai pendidikan Islam melalui kitab klasik yang masih relevan hingga era saat ini. Corak pemikiran postmodern yang memandang kebenaran adalah relative perlu dikuatkan ulang melalui pemikiran tokoh ulama klasik yang merumuskan bahwa dalam proses pendidikan dan pembelajarn itu akan berjalan sempurna dengan syarat: (1)memiliki kecerdasan (2)rajin dalam setiap hal yang berkaitan dengan belajar, (3)sabar menghadapi tantangan belajar dan tidak mengedepankan emosi negative, (4)biaya dalam belajar harus ada, (5)guru yang professional di bidangnya, (5)waktu yang relative lama dalam belajar. Analisis dari enam syarat utama yang diterapkan dalam proses belajar dalam kitab klasik Alala masih berlaku di era postmodern ini sebagai kebenaran yang mutlak untuk terus di jadikan pedoman sebagai optimlisasi pendidikan Islam yang terus berkembang di semua zaman sesuai tujuan yang diharapkan.
TELAAH SIKAP DAN PERILAKU MANUSIA DALAM BERAGAMA MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGI ISLAM
Ulil Hidayah
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 1 No. 1 (2017): Maret
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v1i1.36
Manusia dalam ranah kehidupannya mengalami perubahan sikap dan perilaku pada tahap-tahap fase perkembangannya. Perubahan yang terjadi muncul akibat pola pikir yang berubah secara alami serta merupakan bagian dari sunnatullah. Secara teoritis kajian tentang keberagaman jiwa manusia telah digambarkan melalui ayat-ayat qouliyah yang difirmankan oleh Allah dalam al-Quran maupun melalui ayat kauniyah berupa tanda wujud atau peristiwa yang terjadi di alam raya ini. Dalam tulisan ini, telaah atas sikap dan perilaku manusia dalam beragama dikaji lebih luas melalui pendekatan psikologi Islam, yaitu dengan mengacu terhadap teks al-Quran dan sudut pandang pemikiran ilmuan muslim dalam bidang psikologi.