Claim Missing Document
Check
Articles

Peranan Nanopartikel Dalam Penatalaksanaan Kanker di Era Targeting Therapy Artini, I Gusti Ayu
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 3 (2013): Jul - Sep 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.438 KB)

Abstract

Hingga saat ini kanker masih menjadi masalah kesehatan di berbagai negara di dunia dan merupakan penyebab kematian kedua di dunia. Pemanfaatan nanopartikel dalam penatalaksanaan kanker bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan distribusi obat, serta memperbaiki targeting dan release obat ke sel tumor, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efikasi dan mengurangi efek samping. Nanopartikel merupakan semua bentuk material biologis dan sintetik yang dimensinya < 1 ?m. Nanopartikel dalam penatalaksanaan kanker dikembangkan sebagai drug delivery vehicle (carrier), contrast agent (imaging), diagnostic device, platform untuk theranostic agents, antioksidan, in vivo tumor targeting dengan spesifisitas dan afinitas yang tinggi, serta sebagai probe pada riset preklinik untuk studi molekuler penyakit. Berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam penggunaan nanopartikel adalah opsonisasi permukaan nanopartikel, uptake dan retensi nanopartikel di organ RES (hepar, lien), kesulitan targeting dan penetrasi pada tumor, serta toksisitas nanopartikel.Kata kunci: nanopartikel, targeting, drug-delivery vehicle 
Cancer Stem Cell-Targeted Therapy: Harapan Baru Terapi Kanker ARTINI, I GUSTI AYU
Indonesian Journal of Cancer Vol 9, No 3 (2015): Jul - Sept 2015
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.34 KB)

Abstract

Cancer stem cell (CSC) is subpopulation of tumor cell that posses stem cell properties such as self-renewal capacity and able to produce heterogenous progeny. CSC has been said to be related to cancer development, recurrency, metastasis, and resistance to conventional therapy. Signaling pathway responsible for proliferation and differentiation of CSC are Notch, Hedgehog and Wnt pathway. CSC eradication can be achieved by administering drug or gene-specific molecule targeted to CSC-specific pathway, CSC marker, DNA repair mechanism, apoptosis inhibitor, CSC microenvironment (niche), differentiation therapy, or delivering drug as polymer conjugate (nanocarrier) Cancer stem cell (CSC) adalah subpopulasi sel tumor yang memiliki properti stem cell, yaitu memiliki kemampuan memperbarui diri dan dapat menghasilkan turunan yang heterogen. Keberadaan CSC dikatakan berkaitan dengan perkembangan kanker, rekurensi, metastasis, dan resistansi terhadap terapi konvensional. Jalur sinyaling yang berperan dalam proliferasi dan diferensiasi CSC adalah jalur Notch, Hedgehog, dan Wnt. Eradikasi CSC dapat dicapai dengan obat atau molekul spesifik yang menarget jalur sinyaling CSC, penanda CSC, mekanisme perbaikan DNA, inhibitor apoptosis, lingkungan mikro CSC (niche), terapi diferensiasi, atau mengirim obat dalam bentuk konjugat polimer (nanocarrier).
Uji Proliferasi dan Ekspresi P53 Ekstrak Etanol Minyak Buah Merah terhadap Sel Kanker Serviks SiHa INDRAYANI, AGUNG WIWIEK; WAHYUNIARI, IDA AYU IKA; ARTINI, GUSTI AYU
Indonesian Journal of Cancer Vol 6, No 4 (2012): Oct - Dec 2012
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.115 KB)

Abstract

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) secara empiris telah digunakan untuk pengobatan kanker. Buah merah mengandung ß-carotene dan ?-tocopherol, yang merupakan sumber antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiproliferasi dan ekspresi tumor suppressor gene p53 ekstrak etanol minyak buah merah (EEMBM) pada sel kanker serviks SiHa.Uji proliferasi dan uji ekspresi p53 dilakukan secara in vitro. Uji proliferasi menggunakan enam variasi dosis EEMBM dan dievaluasi dengan metode tryphan blue staining setelah inkubasi selama 24, 48, dan 72 jam. Uji ekspresi tumor supresor gene p53 menggunakan tiga variasi dosis EEMBM dan dievaluasi dengan metode imunohsitokimia setelah inkubasi selama 24 jam.Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penghambatan proliferasi sel kanker servikss SiHa oleh EEMBM pada dosis tertinggi (0,125 ?g/mL) setelah inkubasi selama 24, 48, dan 72 jam berturut-turut adalah 97,97%; 100,0%; dan 100,0%. Bila dibandingkan dengan kontrol positif (doksorubisin), persentase penghambatan sel kanker pada dosis tertinggi setelah inkubasi 24, 48, dan 72 jam berturut-turut adalah 85,31%; 94,43%; dan 99,82%. Terdapat perbedaan bermakna pada persentase penghambatan proliferasi sel kanker serviks SiHa antar kelompok uji pada masing-masing waktu inkubasi (p<0,001). EEMBM juga meningkatkan ekspresi tumor suppressor gene p53 pada dosis 0,06250; 0,03125; dan 0,01562 ?g/mL berturut-turut sebesar 43,69%; 61,99%; dan 18,14%. Bila dibandingkan dengan kontrol positif, ekspresi p53 pada tiga variasi dosis (3,75; 1,875; 0,9375 ?g/mL) berturut-turut sebesar 42,63%; 41,88%; dan 35,94%. Terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi p53 antar-kelompok uji (p<0,001).Kesimpulannya, ekstrak etanol minyak buah merah memiliki efek antiproliferasi dan dapat meningkatkan ekspresi tumor suppressor gene p53 pada sel kanker serviks SiHa in vitro.Kata kunci: Ekstrak etanol minyak buah merah, efek antiproliferasi, ekspresi tumor suppressor gene p53, sel kanker serviks SiHa 
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SECARA MANDIRI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN DAN NON KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I Gusti Ayu Artini; Agung Wiwiek Indrayani
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 3 No 2 (2016): Desember (2016)
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.913 KB)

Abstract

Salah satu bentuk irasionalitas penggunaan antibiotika adalah penggunaan antibiotika secara mandiri, tanpa resep dokter.Proporsi penggunaan antibiotika secara mandiri pada mahasiswa kedokteran lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non kedokteran di beberapa negara.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji proporsi dan pola penggunaan antibiotika secara mandiri pada mahasiswa serta faktor-faktor yang mempengaruhi.Penelitian ini menggunakan rancangan analitik cross sectional. Pengambilan sampel diambil dengan teknikmultistage cluster sampling.Analisis hasil menggunakan uji chi square. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 81 orang dari 120 mahasiswa kedokteran (67,5%) pernah menggunakan antibiotika secara mandiri (tanpa resep dokter) sedangkan pada mahasiswa non kedokteran sebanyak 23 orang dari 120 mahasiswa (19,2%) (p<0,000).Dapat disimpulkan bahwa proporsi penggunaan antibiotika secara mandiri pada mahasiswa kedokteran lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non kedokteran.
PELATIHAN PEMBUATAN TEH DAN SIRUP TANAMAN HERBAL BERKHASIAT OBAT PADA IBU PKK DESA MAMBANG, TABANAN i gusti ayu artini
Buletin Udayana Mengabdi Vol 19 No 3 (2020): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.126 KB)

Abstract

Tanaman obat adalah tanaman herbal yang memiliki berbagai komponen aktif di dalamnya seperti terpenoid, flavonoid, xantones, dan trace element yang dapat dimanfaatkan dalam pencegahan penyakit. Penelitian mengenai pemanfaatan tanaman obat yang berkhasiat telah banyak dilakukan. Tanaman obat terbukti pada berbagai studi memiliki aktivitas hepatoprotektif, antioksidan, antiinflamasi, antihiperglikemik, dan antibakteri. Tanaman obat berkhasiat antara lain kunir putih dan ubi jalar ungu. Salah satu upaya pembangunan berkelanjutan di daerah pedesaan adalah upaya peningkatan, pemusatan, dan pembudidayaan dalam bidang tanaman herbal. Pembudidayaan tanaman herbal di daerah pedesaan telah berhasil dilakukan. Pemanfaatan tanaman herbal untuk kesehatan masih kurang dilakukan karena masih terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu PKK dalam mengolah tanaman obat. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu PKK di desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan dalam pemanfaatan tanaman herbal berkhasiat obat menjadi teh dan sirup herbal yang siap dikonsumsi dan dipasarkan. Metode yang digunakan berupa sosialisasi dan pelatihan pembuatan teh dan sirup tanaman herbal berkhasiat obat secara berkesinambungan. Luaran kegiatan ini berupa produk teh, sirup dan jamu herbal yang siap dipasarkan, dan publikasi jurnal nasional. Kata kunci: tanaman obat, teknologi tepat guna ABSTRACT Medicinal plants are a group of plants, composed of several active compounds namely terpenoid, flavonoid, xantones, as well as trace elements that might contribute to disease prevention. Many researches had been conducted to prove the benefit of medicinal plants. Many studies had showed the hepatoprotective, antioxidant, antiinflammatory, hypoglycemic and antimycrobial effect of some medicinal plants, such as kunir putih and purple sweet potato. One of the strategy for continued development in rural area is increased, centered and plantation of medicinal plants. Medicinal plants had been successfully yielded in rural area. In spite of the successfull plantation, the use of such medicinal plants for health was still minimal. This was assumed to be related to lack of knowledge and skill in processing the medicinal plants. This program aimed to increase the knowledge and skill among participants (PKK of Mambang Village, East Selemadeg, Tabanan) in processing medicinal plants into herbal tea and syrup that were ready to be consumed and marketed. The methods were lecturing and continued-practicing. The outputs are herbal products (in the form of tea, syrup and jamu that are ready to be marketed) and national publication. Keywords: medicinal plants, appropriate technology
PELATIHAN PEMBUATAN SKIN CARE BERBAHAN DASAR DAUN KELOR PADA IBU-IBU PKK DESA MAMBANG, SELEMADEG TIMUR, TABANAN i gusti ayu artini
Buletin Udayana Mengabdi Vol 19 No 4 (2020): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.788 KB)

Abstract

Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang marak dimanfaatkan beberapa tahun terakhir terkait potensinya untuk kesehatan. Khusus untuk kesehatan kulit, daun kelor telah terbukti efektif sebagai tabir surya, anti aging, anti acne (antibakteri) dan antiseptik. Pemanfaatan daun kelor untuk kesehatan kulit saat ini di Desa Mambang masih kurang dilakukan karena masih terbatasnya kemampuan masyarakat dalam mengolahnya. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan ibu-ibu PKK Desa Mambang dalam pemanfaatan daun kelor untuk kesehatan kulit (sebagai skincare), yang nantinya selain dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan kecantikan kulit, serta diharapkan dapat menjadi alternatif sumber pendapatan masyarakat Desa Mambang. Kegiatan dilaksanakan menggunakan metode sosialisasi (ceramah) tentang manfaat daun kelor bagi kesehatan kulit serta pelatihan pembuatan produk skincare berbahan dasar daun kelor secara berkesinambungan. Melalui kegiatan ini dihasilkan produk skin care, video pengolahan skincare berbahan dasar daun kelor, publikasi jurnal nasional, dan artikel di prosiding nasional. Disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan ini meningkatkan kemampuan ibu-ibu PKK Desa Mambang dalam membuat skincare dari daun kelor.
PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SWAMEDIKASI OAINS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA Ni Putu Devi Purnamayanti; I Gusti Ayu Artini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 1 (2020): Vol 9 No 01(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.024 KB) | DOI: 10.24843/eum.2020.v09.i01.p03

Abstract

Swamedikasi merupakan suatu alternatif dalam meningkatkan kemandirian kesehatan di masyarakat. Studi terbaru dari International Research Journal of Pharmacy tahun 2015 menemukan bahwa Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) merupakan obat yang paling sering digunakan dalam swamedikasi sebesar 50%. Tingkat swamedikasi OAINS yang tinggi memiliki kekhawatiran terhadap resiko pemakaian obat yang salah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase tingkat swamedikasi dan pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS pada mahasiswa Universitas Udayana. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada tahun 2016 terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Udayana. Total sampel penelitian adalah 116 sampel. Hasil dari penelitian ini yaitu persentase tingkat swamedikasi umum seluruhnya mencapai 81%, sedangkan pada tingkat swamedikasi OAINS mencapai 75,9%. Berdasarkan masing-masing karakteristik, proporsi tingkat pengetahun baik didominasi oleh sampel yang berusia ?20 tahun, jenis kelamin perempuan, serta dari sampel yang berasal dari mahasiswa non kedokteran. Hasil uji chi-square menunjukkan, berdasarkan usia nilai p = 0,002 (p<0,05), pada jenis kelamin p = 0,871 (p>0,05) dan pendidikan dengan p = 0,624 (p>0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu usia memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik, sedangkan jenis kelamin dan pendidikan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap suatu tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS. Kata kunci : swamedikasi, OAINS, tingkat pengetahuan, Universitas Udayana
POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA UNTUK PASIEN COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BULELENG TAHUN 2013 Made Virgo Baharirama; I Gusti Ayu Artini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 3 (2017): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.5 KB)

Abstract

Community acquired pneumonia is an infectious disease that very common and cause high number of deaths among children under five years old in developing countries, especially in Indonesia. Therefore, this study was conducted to determine the pattern of antibiotics treatment for patients with community acquired pneumonia in children at Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng in 2013. The design of this study is a descriptive observational study with cross-sectional approach. The subjects are all children patients with community acquired pneumonia from June to September 2013 at Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng which selected by total sampling method and analyzed by descriptive statistics. From 77 samples were obtained, the class of antibiotics that are given are third generations of cephalosporin, such as intravenous Cefotaxime (96.1%) and intravenous Ceftriaxone (3.9%). It can be concluded that the treatment of choice for community acquired pneumonia patients in children at Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng in 2013 is cefotaxime.  
POLA PENGGUNAAN PARASETAMOL ATAU IBUPROFEN SEBAGAI OBAT ANTIPIRETIK SINGLE THERAPY PADA PASIEN ANAK Made Ayu Nadine Indira Surya; I Gusti Ayu Artini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 9 (2018): Vol 7 No 9 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.567 KB)

Abstract

Pada pemberian dari obat antipiretik terdapat adanya fever phobia yang menyebabkan orang tua memberikan obat antipiretik pada keadaan suhu tubuh anak yang tidak digolongkan dalam keadaan demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan parasetamol atau ibuprofen sebagai antipiretik single therapy pada pasien anak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang dimana sampel dipilih melalui metode consecutive sampling. Terdapat 34 responden yang menggunakan parasetamol sebagai obat antipiretik pilihan utamanya dari 50 responden yang bersedia berpartisipasi dalam pengisian kuisioner,. Pada penggunaan parasetamol sebagai obat antipiretik untuk demam anak, sebanyak 42,2% responden menjawab suhu yang menjadi patokan dalam pemberian obat adalah >370C dengan pemberian tiap 4 jam sekali (35,3%) dan penurunan suhu dicapai dalam 2–4 jam (44,1%). Pada penggunaan ibuprofen mayoritas responden melaporkan penggunaannya pada saat suhu tubuh anak >390C (43,8%) dengan pemberian tiap 4 jam sekali (43,8%) dan penurunan suhu dicapai dalam waktu <2 jam (56,2%). Kedua obat ini diberikan dalam sediaan sirup menggunakan sendok takar obat yang ada didalam kemasan. Acuan dosis obat didapatkan dari dokter. Pada penelitian ini masih didapatkan orang tua yang tidak mengetahui cara pemberian antipiretik yang tepat meliputi patokan suhu pemberian, dosis penggunaan obat, dan interval penggunaan. Kata kunci: Parasetamol, Ibuprofen, Demam Anak
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS ATCC 25923 SECARA IN VITRO Putu Diah Saraswati Rahayu; I Gusti Ayu Artini; Agung Nova Mahendra
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 10 (2019): Vol 8 No 10 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.249 KB)

Abstract

ABSTRAK Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Seiring maraknya penggunaan antibiotik yang tidak rasional, S. aureus menjadi salah satu bakteri yang paling resisten terhadap antibiotik, dan angka kejadiannya terus meningkat dengan munculnya strain yang resisten. Biji pepaya merupakan salah satu bahan alami yang mengandung senyawa kimia seperti alkaloid dan terpenoid yang memiliki potensi antibakteri yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan S. aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) dalam memengaruhi pertumbuhan bakteri S. aureus ATCC 25923 dengan menggunakan metode true experimental post test only group design. Sampel terdiri dari enam kelompok perlakuan, yaitu empat kelompok ekstrak biji pepaya (konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%), kontrol positif berupa antibiotik vankomisin 30 ?g, dan kontrol negatif etanol 96%. Zona hambat terbesar diperoleh pada konsentrasi ekstrak 100% dengan rerata 17 mm tergolong berdaya hambat sedang sesuai kategori Greenwood. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji non parametrik Kruskal Wallis didapatkan nilai p = 0,000 dan analisis Post Hoc menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai signifikansi seluruhnya kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji pepaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan perbedaan daya hambat yang bermakna dalam konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Kata kunci : ekstrak biji pepaya, Staphylococcus aureus, aktivitas antibakteri ABSTRACT Infectious disease is still being the major health problem worldwide. It is caused by microorganism (pathogenes), which is Staphylococcus aureus as one of them. As the use of antibiotics becoming irrational, it causes S. aureus to become the most resistance bacteria to antibiotics and the insidence is increasing as the MRSA is known. The papaya seed as one of nature’s product contains phytochemicals, such as alkaloid and terpenoid which has a potency as natural antibacteria that might supress the growth of S. aureus. This study aims to understand the potency of papaya (Carica papaya L.) seed extract toward the growth of S. aureus ATCC 25923 using true experimental post test only control group design. The sample was divided into six group which contained four concentrations of papaya seed extract (25%, 50%, 75%, dan 100%), positive control was vancomycin 30 ?g, and the negative control was etanol 96%. The result of the inhibitory zone was counted using caliper. The largest inhibitory zone was found at 100% concentration by 17 mm average, classified as moderate inhibition based on Greenwood category. Those results were statistically analyzed using non parametric test Kruskal Wallis (p=0,000) with Post Hoc test by Mann Whitney. The significancy value (p) were all below 0,05. It can be concluded that papaya seed extract could inhibit the growth of Staphylococcus aureus and each concentration (50%, 75%, 100%) had a significant difference. Keywords: papaya seed extract, Staphylococcus aureus, antibacterial activity
Co-Authors Agung Nova Mahendra Agung Wiwiek Indrayani Anak Agung Gede Eka Septian Utama Ari Wibawa Arina Papita Simanungkalit Cokorda Istri Ajeng Prameswari Desak Ketut Ernawati Desak Made Wihandani Dewi, Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dharmajayanti, Ida Ayu Laksmi Diksha, I Gusti Ngurah Ariestha Satya Dinda Paramaningtyas Sudibya Fatimah S, Sitti Febrina, Jessica Gede Denny Wiradarma Gede Parta Kinandana Grudug, Kadek Agastya Widya Sedana I Dewa Gede Alit Kamayoga I Gusti Ayu Agung Anindya Maharani I Gusti Ayu Eka Arirahmayanti I Gusti Made Aman I Gusti Made Gde Surya Chandra Trapika I Kadek Dwi Putra Diatmika I Made Jawi I MADE MULIARTA . I Made Niko Winaya I Nyoman Adi Putra I Wayan Adi Pranata I Wayan Juli Sumadi I.A.A. Widhiartini Ida Ayu Citra Ratnasari Ida Ayu Eka Pradnya Paramita Dewi Paramita Dewi Ida Ayu Ika Wahyuniari Kadek Meitri Ariyantini Kadek Novi Anggreni Kartiga Silvaraju M Widnyana Made Aditya Prawira Arthawan Made Ayu Nadine Indira Surya Made Cindy Widya Murthi Made Hendra Satria Nugraha Made Satria Ambarsika Made Virgo Baharirama Marcella, Marzha Nabila Putri Rachmawati Negara, Anak Agung Gede Angga Puspa Ni Komang Artini Yanti Ni Komang Ayu Juni Antari Ni Luh Nopi Andayani Ni Made Linawati Ni Putu Devi Purnamayanti Ni Wayan Mira Resdiani Ni Wayan Tianing Nila Wahyuni Pande Putu Karina Candra Putu Aditya Mahardika Putu Ayu Sita Saraswati Putu Ayunia Laksmita Putu Diah Saraswati Rahayu Putu Yunita Primasari Rizki Mega Aprilia Saputri, Desi Mevlana Theresia Fitri Hakna Sihombing Trapika, I Gusti Made Gde Surya Chandra Winaya, I Made Nico Wuga, Kristina Supartin Monika