Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah

EFEK TELEDENTISTRY TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH DASAR TENTANG DIET YANG BENAR UNTUK KESEHATAN GIGI fildzah nurul fajrin; Haria Fitri; Nila Kasuma; Reno Wiska Wulandari; Wulandani Liza Putri
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/jbd.v9i1.934

Abstract

Introduction: Diet is one of the factors that influence the process of caries. Knowledge and understanding of diet patterns are needed from an early age to prevent caries. The Covid-19 pandemic hinders face-to-face education, but this can be overcome virtually through teledentistry. This study aimed to determine the level of knowledge of dental health in elementary school-age children on good dietary habits to prevent cavities through education teledentistry. Method: This cross-sectional analytic study was conducted on 61 3rd grade SD Kartika 1-11 Padang City students who met the inclusion and exclusion criteria. The purposive sampling technique made the selection of respondents. Education is done virtually with an online meeting application. Students' knowledge was measured using a questionnaire consisting of 13 closed questions which were given a value of 1 if the answer was correct and a value of 0 if the answer was incorrect. The data were processed with SPSS statistical software. Result: The results showed a significant increase in the average knowledge of respondents at pre-test2,64 ±1,059 increased to 4,98 ± 0,643 (p < 0.04) at post-test. Based on the results of the treatment effectiveness test/gain score, the result is 0,47. The intervention given has moderate effectiveness. Conclusion: This study concludes that education through teledentistry effectively increases knowledge about dental and oral health in elementary school students.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN APLIKASI PASTA GIGI YANG DIFORMULASI ZINC DAN SUPLEMEN ORAL ZINC SETELAH SCALLING DAN ROOT PLANNING TERHADAP KADAR TISSUE INHIBITOR OF MATRIX METALLOPROTEINASE-1 SALIVA PADA GINGIVITIS Fildzah Nurul Fajrin; Haria Fitri; Nila Kasuma; Netti Suharti
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 6, Nomor 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.323 KB) | DOI: 10.33854/jbd.v6i2.266

Abstract

Pendahuluan: Terapi pertama gingivitis adalah scaling and root planning (SRP). Terapi ini berfungsi untuk menghilangkan plak dan kalkulus penyebab inflamasi gingiva, namun SRP memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat mengeliminasi seluruh bakteri patogen periodontal pada area yang sulit diakses saat instrumentasi. Oleh karena itu dibutuhkan terapi tambahan seperti pemberian imunomodulator untuk meningkatkan keberhasilan SRP. Zinc telah dikenal sebagai imunomodulator. Unsur ini merupakan katalisator dari enzim yang berperan dalam proses degradasi kolagen dan penyembuhan gingivitis yaitu Tissue Inhibitor Matrix Metalloproteinase-1 (TIMP-1). Sebagai terapi penyembuhan gingivitis, zinc digunakan dalam bentuk suplemen (sistemik) dan sebagai bahan tambahan dalam pasta gigi (topikal). Penulis bertujuan untuk membandingkan efektifitas aplikasi zinc yang berbeda terhadap konsentrasi TIMP-1 pada saliva pasien gingivitis setelah scalling and root planning. Metode: Subjek penelitian adalah siswa siswa MAN 2 Padang yang menderita gingivitis sedang dan parah berdasarkan pemeriksaan Gingival Index dan bleeding on probing. Subjek terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok dengan aplikasi pasta gigi zinc citrate 2% setelah SRP (grup 1), kelompok SRP tanpa tambahan perlakuan (grup 2), dan kelompok suplementasi zinc sulfat 20 mg (grup 3) setelah SRP. Masing-masing kelompok terdiri dari 11 orang. Scalling and root planning dilakukan pada subjek yang terjaring. Pasta gigi dan suplemen zinc diberikan pada grup 1 dan 3 selama 14 hari. Setelah perlakuan, saliva subjek penelitian dikumpulkan dengan unstimulated method. Kadar TIMP-1 saliva dianalisis dengan metode ELISA di Laboratorium Biomedik FK UNAND. Analisa statistik dilakukan dengan software SPSS 17 dengan uji ANOVA dan Bonferroni.  Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan (p<0.05). Kelompok yang paling menunjukkan peningkatan TIMP-1 yang signifikan adalah grup 1 (p< 0.05). Terdapat perbedaan signifikan antara grup 1 dengan grup 2. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara grup 2 dengan grup 3, dan grup 1 dengan grup 3 (p>0.05). Simpulan: Penggunaan zinc secara topikal lebih efektif meningkatkan penyembuhan gingivitis setelah SRP dari pada penggunaan zinc secara sistemik. Introduction: The first therapy of gingivitis is scaling and root planning (SRP). This therapy functions to remove plaque and calculus that cause gingival inflammation, but SRP has limitations that cannot eliminate all periodontal pathogenic bacteria in areas that are difficult to access when instrumentation. Therefore, additional therapy is needed such as immunomodulatory administration to increase the success of SRP. Zinc has been known as an immunomodulator. This element is a catalyst of enzymes that play a role in the process of collagen degradation and healing of gingivitis, namely Tissue Inhibitor Matrix Metalloproteinase-1 (TIMP-1). As a healing therapy for gingivitis, zinc is used as a supplement (systemic) and as an additive in toothpaste (topical). The authors aimed to compare the effectiveness of different zinc applications to TIMP-1 concentrations in the saliva of gingivitis patients after scaling and root planning. Methods: The research subjects were students of MAN 2 Padang who suffered from moderate and severe gingivitis based on gingival index and bleeding on probing examination. Subjects consisted of 3 groups, namely the group with the application of 2% zinc citrate toothpaste after SRP (group 1), SRP group without additional treatment (group 2), and zinc sulphate supplementation group 20 mg (group 3) after SRP. Each group consists of 11 people. Scaling and root planning were done on netted subjects. Toothpaste and zinc supplements were given in groups 1 and 3 for 14 days. After the treatment, the saliva of the research subjects was collected by an unstimulated method. TIMP-1 saliva content was analysed by the ELISA method in the Biomedical Laboratory of the UNAND FK. Statistical analysis was performed with SPSS 17 software with ANOVA and Bonferroni tests. Results: There were significant differences between treatment groups (p <0.05). The group that most showed a significant increase in TIMP-1 was group 1 (p <0.05). There were significant differences between group 1 and group 2. There were no significant differences between group 2 and group 3, and group 1 with group 3 (p> 0.05). Conclusion: Topical use of zinc is more effective at improving the healing of gingivitis after SRP than systemic use of zinc.
PENGARUH LARUTAN KOPI BUBUK ROBUSTA TERHADAP STABILITAS WARNA PADA RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS Nila Kasuma; Yunike Genisya Putri; Indrawati Lipoeto
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.233 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.11

Abstract

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang banyak digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan. Stabilitas warna merupakan karakteristik yang sangat penting pada resin akrilik karena sangat dititik beratkan dalam mencapai nilai estetik yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan kopi terhadap stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas yang direndam selama 1, 3, 5 dan 7 hari. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan desain post test only controlled group design. Sampel yang digunakan berjumlah 25 sampel dengan ukuran 20 x 10 x 2 mm yang dibagi menjadi 4 kelompok yang direndam larutan kopi, yaitu masing-masing 6 sampel yang direndam selama 1, 3, 5 dan 7 hari. 1 buah sampel dijadikan kelompok kontrol yang direndam selama 1 hari dalam larutan aquabides. Setelah dilakukan perendaman, sampel diuji stabilitas warnanya dengan menggunakan alat uji stabilitas warna yaitu dengan menggunakan alat Spectrophotometer UV-Visible. Nilai rata-rata absorbansi pada kelompok A (1 hari) adalah 0,38. Pada perendaman selama 3 hari (kelompok B) adalah 0,39, perendaman selama 5 hari (kelompok C) adalah 0,45 dan perendaman selama 7 hari (kelompok D) adalah 0,64. Uji statistik One Way ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antar semua kelompok perlakuan dengan p=0,000. Kopi dapat mempengaruhi stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas. Namun, pada perendaman selama 1 dan 3 hari tidak memperlihatkan perubahan warna secara visual, sehingga tetap estetis dan masih dapat digunakan. Pada perendaman selama 5 dan 7 hari terlihat adanya perubahan warna secara visual.
EFEK PEMBERIAN ZINK PASCA SCALING ROOT PLANNING TERHADAP KADAR MMP-8 SALIVA PADA PASIEN GINGIVITIS Haria Fitri; Fildzah Nurul Fajrin; Nila Kasuma; Netti Suharti
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 6, Nomor 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/jbd.v6i2.268

Abstract

Pendahuluan: Gingivitis adalah penyakit periodontal yang ringan dengan tanda gejala klinis berupa gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah tanpa ditemukan kerusakan tulang alveolar. MMP-8 telah dikaitkan dengan diagnosis penyakit periodontal, keparahan peradangan periodontal, perkembangan dan tindak lanjut pengobatan. Zink dapat menjadi kombinasi dalam terapi periodontal pasca scaling root planning. Penulis bertujuan untuk mengetahui efek pemberian suplemetasi zink dan obat kumur mengandung zink terhadap kadar MMP-8 pasca scaling root planning pada pasien gingivitis. Metode: Subjek penelitian adalah siswa remaja umur 16-18 tahun, menderita gingivitis sedang dan gingivitis berat berdasarkan parameter pemeriksaan Gingival Index dan Bleeding on Probing. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Matching. Subjek dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Kadar MMP-8 saliva diperiksa dengan mengguankan ELISA kit. Efek pemberian suplementasi zink dan obat kumur mengandung zink terhadap penurunan rerata kadar MMP-8 dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil: Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05), tetapi rerata kadar MMP-8 pada kelompok suplementasi zink lebih rendah dibanding kelompok obat kumur mengandung zink dan kelompok kontrol. Simpulan: Terapi kombinasi zink memberikan efek penyembuhan yang baik terhadap gingivitis pasca scaling root planning dibandingkan dengan initial terapi scaling root planning saja, tetapi tidak terdapat perbedaan efek pemberian suplementasi zink dan obat kumur zink pasca scaling root planning terhadap kadar MMP-8 saliva pada pasien gingivitis.
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI ASAM LAKTAT PADA KEADAAN SEHAT DENGAN PERIODONTITIS KRONIS Rheta Elkhaira; Nila Kasuma; Andani Eka Putra
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 6, Nomor 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.169 KB) | DOI: 10.33854/jbd.v6i2.256

Abstract

Pendahuluan: Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan salah satu flora normal yang terdapat di dalam rongga mulut. Keberadaan BAL di rongga mulut sangat penting untuk menjaga kesehatan oral dan mencegah terjadinya penyakit periodontal. Kemampuan BAL antara lain menghasilkan antimikroba, mengatur respons imun host sehingga dapat menghalangi pertumbuhan bakteri patogen penyebab penyakit periodontal. Salah satu penyakit peridodontal adalah periodontitis kronis. Hal ini mendorong perlunya penelitian mengenai BAL yang terdapat di dalam rongga mulut sebagai alternatif terapi periodontitis kronis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan jumlah BAL pada keadaan sehat dengan periodontitis kronis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional comparative, kelompok sehat terdiri dari subyek dengan gingiva sehat sedangkan kelompok periodontitis kronis terdiri dari subyek yang menderita periodontitis kronis. Perbedaan jumlah koloni BAL kelompok sehat dengan kelompok periodontitis kronis dianalisis dengan Independent Sample T Test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan (p< 0,05) pada jumlah koloni bakteri asam laktat antara kelompok sehat dengan kelompok periodontitis kronis. Simpulan: Kesimpulan dari penelitian ini bahwa BAL yang merupakan flora normal dalam rongga mulut dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut.
HUBUNGAN KONDISI STUNTING DENGAN INDEKS KEPALA PADA ANAK USIA 10-12 TAHUN fitri, haria; kasuma, nila; fajrin, fildzah; tomisha, sisi
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Vol 10, No 2 (2023): Vol 10 No 2, Desember 2023
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/jbd.v10i2.1489

Abstract

Introduction: Stunting is a condition in which the length or height is less than the age. One of the causes is a lack of nutritional intake for a long time in the first 1000 days of life (HPK), which is a period of nutritional fulfillment that affects head growth. The process of head growth requires adequate nutrition. Disorders of brain development due to stunted head growth mean that there are differences in head shape that can be measured using the cephalic index. Aim: The purpose of this study was to determine the relationship between stunting and head index. Method: This type of research is an observational analytic study with a cross-sectional research design. The sample in this study consisted of two groups, and the size was calculated using an unpaired categorical analytic formula. The minimum sample size for two groups, namely stunted and normal children, was 50 children. Result: The results of this study showed a relationship between stunting conditions and head index in children aged 10–12 years with a value of p < 0.05. Conclusion: Inadequate nutrition results in deficient craniofacial growth and development.