Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains

Pengaruh Lama Kerja terhadap Fungsi Paru pada Supir Angkot Jurusan Cimahi di Terminal Leuwi Panjang Bandung R. Ayu Wulandari Sekarini; Eka Hendryanny; Samsudin Surialaga; Arief Guntara; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4215

Abstract

Infeksi saluran napas menduduki peringkat pertama dalam kelompok penyakit penyebab rawat jalan. Salah satu penyebabnya tingkat polusi udara. World Health Organization (WHO) menyatakan polusi udara bertanggung jawab atas 200 ribu kematian di daerah perkotaan dan 87% kasus kematian yang terjadi di negara berkembang pada tahun 2012. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor merupakan penyebab polusi udara di dunia maupun Indonesia. Badan Statistik (BPS) menyatakan kendaraan bermotor di Indonesia akan terus meningkat dan tercatat pada tahun 2016 terdapat 129.281.079 kendaraan. Populasi yang sangat rentan terhadap penurunan fungsi organ paru adalah pekerja outdoor, salah satunya adalah supir angkot akibat terpapar langsung oleh polusi udara dan tidak menggunakan masker sebagai alat pelindung diri. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh lama kerja terhadap fungsi paru pada supir angkot jurusan Cimahi di Terminal Leuwi Panjang Bandung periode Maret–Mei tahun 2018. Pengukuran fungsi paru menggunakan spirometer. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan cross sectional terhadap 40 responden. Analisis statistika menggunakan Pearson correlation test. Hasil penelitian ini 16 responden (40%) memiliki lama kerja £5 tahun dan 24 responden (60%) lama kerja >5-15 tahun, memiliki rerata usia 31,27 tahun, berat badan 61,8 kg, tinggi badan 168,35 cm, dan IMT 21,79 kg/m2. Terdapat 17 responden (42%) memiliki fungsi paru normal, 23 responden (58%) mengalami gangguan restriktif fungsi paru dan sebagian besar responden dengan fungsi paru restriktif memiliki lama kerja >5-15 tahun p=0,00. Simpulan terdapat pengaruh lama kerja terhadap fungsi paru supir angkot jurusan Cimahi. THE EFFECT OF LENGTH OF WORKING ON LUNG FUNCTION AT DRIVER OF CIMAHI DESTINATION AT TERMINAL LEUWI PANJANG BANDUNGRespiratory infections ranked first in the outpatient disease category. One of the main factors is high level of air pollution. World Health Organization (WHO) states that air pollution is responsible for 200,000 thousands of deaths in urban area and 87% of the total deaths in developing countries in 2012. The increase in the number of vehicles is the cause of air pollution in the world including in Indonesia. Statistical agency claimed that the number of vehicles in Indonesia would grow exponentially and it has been recorded that there was 129,281,079 vehicles in 2016. Populations which are highly susceptible to decline in lung function is field workers, one of them is drivers of public transportation due to direct exposure of air pollution and this is exacerbated by the disuse of mask as self-protection. The aim of this research was to discover the relationship between the long working hours and lung function on the drivers of public transportation to Cimahi as the destination at Terminal Lauwi Panjang Bandung period on March–May in 2018. Lung function measurement using spirometer. The research design was analytic observasional using cross sectional design by 40 respondents and statistics analysis with Pearson Correlation test. The results of this study indicated 16 respondents (40%) with length working £5 years dan 24 respondents (60%) with length working >5-15 years had mean of age 31.27 years, body weight 61.8 kg, height 168.35 cm, and IMT 21.79 kg/m2. 17 respondents (42%) had normal function of lung and 23 respondents (58%) decrease the function of lung and most of the respondents who experienced restrictive had length working >5-15 years (p=0.00). In conclusion, there is effect of length of working on lung function at driver of Cimahi destination.
Hubungan Stunting dengan Perkembangan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia 2–5 Tahun di Desa Panyirapan, Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Citra Kartika; Yani Dewi Suryani; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5597

Abstract

Stunting adalah kondisi gizi kronik yang diakibatkan oleh pemberian nutrisi yang tidak seimbang dengan kebutuhan berdasar atas indeks panjang badan menurut usia dengan nilai melampaui <–2 Standar Deviasi (SD). Efek jangka pendek stunting salah satunya dapat memengaruhi perkembangan motorik. Stunting dan perkembangan motorik erat kaitannya dengan kuantitas dan kualitas nutrisi yang masih terbatas sehingga proses perkembangan saraf yang dibutuhkan untuk fungsi motorik menjadi terganggu. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan stunting dengan perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia 2–5 tahun di Desa Panyirapan, Kec. Soreang, Kab. Bandung periode Agustus–September 2019. Penelitian ini merupakan analitik observasional menggunakan desain kasus kontrol dengan prosedur matching. Subjek dipilih menggunakan teknik pemilihan purposive sampling didapat sampel 37 anak untuk tiap kelompok kasus dan kontrol. Penilaian perkembangan motorik kasar dan halus menggunakan kuesioner praskrining perkembangan aspek motorik kasar dan halus. Data status stunting didapat berdasar atas skor-z indeks tinggi badan menurut usia kurang dari –2 SD. Analisis data menggunakan Uji McNemar. Hasil uji diperoleh status gizi stunting kemungkinan 5,02 kali (IK95%: 1,46–17,21) mengalami suspek gangguan perkembangan motorik kasar (p=0,013) serta kemungkinan 6,28 kali (IK95%: 1,85–21,39) mengalami suspek gangguan perkembangan motorik halus dibanding dengan status gizi tidak stunting (p=0,012). Simpulan, terdapat hubungan stunting dengan perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia 2–5 tahun. CORRELATION BETWEEN STUNTING WITH GROSS AND FINE MOTOR DEVELOPMENT OF CHILDREN AGED 2–5 YEARS OLD IN PANYIRAPAN SUBDISTRICT SOREANG BANDUNGStunting is a chronic nutritional condition caused by the intake of nutrients that are not balanced with the needs based indicator of body length for age with values exceeding <-2 Standard Deviation (SD). One of the short-term effects of stunting can affect motor development. Stunting and motor development are closely related to the quantity and quality of nutrients that are still limited so that the process of nerve development needed for motor function is disrupted. This study aims to determine the relationship of stunting with gross and fine motor development in children aged 2–5 years in Panyirapan subdistrict, Soreang, Bandung. This study was an observational analytic using a case control design with matching procedures. Subjects selected by purposive sampling technique obtained 37 samples of children for each case and control group. Gross and fine motor development was measure using kuesioner pra-skrining perkembangan (KPSP). Stunting was measured by indicator of body length for age (z-score) less than –2SD. Data analysis using McNemar test. The test results obtained that stunting has a possibility of 5.02 times (95%CI: 1.46–17.11) suspected of impaired gross motor development (p=0.013), and a 6.28 times probability (95%CI: 1.85–21.39) had suspected impairment of fine motor development compared with non-stunting (p=0.012). Conclusion, there is an correlation between stunting with gross and fine motor development in children aged 2–5 years.
Pengaruh ASI Eksklusif+MP-ASI terhadap Status Gizi Bayi Usia 6–9 Bulan di Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Alma Tanzia Nasa; Eka Nurhayati; Hana Sopia Rachman; Zulmansyah Zulmansyah; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4333

Abstract

Nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Untuk meningkatkan status gizi agar menurunkan angka kematian anak, United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak diberi air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan, lalu diberi makanan pendamping ASI setelah 6 bulan, dan ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Menurut WHO, makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) merupakan sebuah proses penting yang mengedepankan kesiapan bayi dalam menyambut makanan yang akan dikonsumsinya. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh ASI eksklusif+MP-ASI terhadap status gizi bayi usia 6̶̶−9 bulan. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cohort  menggunakan teknik pemilihan sampel cluster random sampling periode Maret−Juni 2018. Pengumpulan data diambil dari hasil pengukuran antropometri  berat badan/usia untuk mengetahui status gizi bayi 4 bulan ke depan (bulan ke-6, -7, -8, dan -9). Hasil penelitian menggunakan analisis Uji Fisher Exact dan Kruskal Wallis diperoleh dari 52 sampel. Jumlah kelompok yang diberi ASI eksklusif 27 bayi, sedangkan jumlah kelompok yang diberi ASI noneksklusif 25 bayi. Hasil analisis didapatkan terdapat pengaruh ASI eksklusif+MP-ASI terhadap kenaikan status gizi pada kelompok ASI eksklusif maupun noneksklusif (p=0,047). Faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan sosio ekonomi keluarga terhadap status gizi kelompok ASI eksklusif dan noneksklusif tidak terdapat pengaruh (p=0,19; p=0,25; dan p=0,54). Kenaikan status gizi kedua kelompok tersebut tiap bulannya mengalami kenaikan yang signifikan. Simpulan, terdapat pengaruh ASI-eksklusif+MP-ASI terhadap status gizi bayi usia 6̶̶−9 bulan di Desa Sukawening Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. EFFECT 0F EXCLUSIVE BREASTFEEDING+COMPLEMENTARY FOOD FOR BREAST MILK TO NUTRITIONAL STATUS BABY AGE 6−9 MONTH IN SUKAWENING VILLAGE, DISTRICT CIWIDEY DISTRICT BANDUNGNutrition is a very important requirement in the process of baby growth and development. Improving nutritional status in order to reduce child mortality, the United Nations Children’s Fund (UNICEF) and the World Health Organization (WHO) recommend that children be given exclusive breast milk for 6 months, then given complementary breastfeeding after 6 months, and breast milk continued until the age of 2 years. According to WHO, complementary food for breast milk is an important process that prioritizes the readiness of the baby in welcoming the food he will consume. The purpose of this study was to determine the effect of exclusive breastfeeding+complementary food for breast milk on the nutritional status of infants aged 6−9 months. This research used an analytic observational method with a cohort approach using cluster random sampling technique for the period March−June 2018. Data collection was taken from the results of weight / age anthropometry measurements to determine the nutritional status of infants 4 months ahead (-6th -7th, , -8th, and -9th month). The results of the study using Fisher exact and Kruskal Wallis analysis were obtained from 52 samples. The number of groups given exclusive breastfeeding was 27 babies, while the number of groups that were given non-exclusive breastfeeding was 25 babies. The results of the analysis showed that there was an effect of exclusive breastfeeding + complementary food for breast milk on the increase in nutritional status in exclusive and non-exclusive breastfeeding groups (p = 0.047). The factors of maternal education, maternal work and family socioeconomic on the nutritional status of exclusive and non-exclusive breastfeeding groups were not affected (p=0.19, p=0.25 and p=0.54). The increase in nutritional status of the two groups each month experienced a significant increase. Conclusions there are the effect of exclusive breastfeeding+complementary food for breast milk on the nutritional status of infants aged 6−9 months in Sukawening Village, Ciwidey District, Bandung Regency.
Faktor Memengaruhi Cakupan Status Imunisasi Dasar di Puskesmas Cijagra Lama Kota Bandung Rhena Alma Ramadianti; Herry Garna; Lisa Adhia Garina
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5581

Abstract

Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu. Kelengkapan imunisasi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain usia ibu, pekerjaan ibu, pendidikan terakhir ibu, pendapatan keluarga, ketakutan akan efek samping imunisasi, tradisi keluarga dalam pemberian imunisasi, larangan agama, pengetahuan tentang jadwal imunisasi, jarak tempat pelayanan, biaya imunisasi, dan rumor buruk tentang kandungan vaksin. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi cakupan imunisasi dasar di Puskesmas Cijagra Lama Kota Bandung periode Agustus−November 2019. Desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data hasil penelitian dianalisis univariat untuk menghitung distribusi, frekuensi, karakteristik responden, dan karakteristik setiap variabel penelitian. Sampel penelitian adalah ibu yang datang ke Puskesmas Cijagra lama Kota Bandung dengan membawa bayi berusia 0−24 bulan yang akan dilakukan imunisasi dasar. Pengambilan sampel dengan cara total sampling. Besar sampel sebanyak 139 responden. Hasil penelitian ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi dasar lengkap didominasi oleh ibu yang berusia <30 tahun (57,1%), ibu rumah tangga (84,2%), pendidikan terakhir SMA dan perguruan tinggi (86,5%), sedangkan pendapatan keluarga hampir sama antara di bawah Upah Minimum Regional (UMR) dan di atas UMR. Responden yang anaknya diimunisasi dasar lengkap mayoritas tidak takut akan efek samping (p=0,006), sudah tradisi untuk diimunisasi (p=0,214), tidak ada larangan agama (p=0,02), mengetahui  jadwal  imunisasi  (p=0,023),  jarak  tempat  pelayanan imunisasi tidak terlalu jauh (0,004), biaya masih terjangkau (p=0,603), serta   tidak   perduli   akan   rumor   buruk   tentang   kandungan   vaksin (p=0,877). Responden yang tidak melakukan imunisasi dasar lengkap, mayoritas usia ibu ≥30 tahun, ibu rumah tangga, pendidikan SMA dan perguruan tinggi, dan pendapatan keluarga   di bawah UMR. Simpulan, faktor yang memengaruhi cakupan status imunisasi dasar adalah ketakutan akan efek samping, larangan agama, pengetahuan jadwal imunisasi, dan jarak tempat pelayanan imunisasi. FACTORS AFFECTING BASIC IMMUNIZATION COVERAGE IN PUSKESMAS CIJAGRA LAMA BANDUNG CITYImmunization is an attempt to provide immunity to children by introducing vaccines into the body so that the body makes antibodies to prevent certain diseases. Completeness of immunization is affected by many factors including mother’s age, mother’s occupation, mother’s last education, family income, fear of immunization side effects, family traditions in immunization, religious restrictions, knowledge of immunization schedules, the distance of services, immunization fees, and bad rumors about vaccine content. The purpose of this study was to determine the factors that affecting the basic immunization coverage in the Cijagra Lama Health Center in the City of Bandung in the August– November 2019 period. The study design was descriptive with a cross- sectional approach. Data were analyzed univariate to calculate the distribution, frequency, characteristics of respondents, and characteristics of each study variable. The sample of this research was mothers who come to the old Cijagra Health Center in Bandung City with babies aged 0−24 months who will be given basic immunizations. Sampling by total sampling. The sample size was 139 respondents. The results of the study of mothers who bring their children to complete basic immunizations were dominated by mothers aged <30 years (57.1%), housewives (84.2%), high school education and college (86.5%), while income almost the same family between below regional minimum wage and above regional minimum wage. Respondents whose children were fully immunized basic majority were not afraid of side effects, it was tradition to be immunized, there was no religious prohibition, knowing the immunization schedule, distance between immunization services was not far, the cost was still affordable, and no matter the bad rumors about vaccine content. Respondents who did not complete basic immunization, the majority of mothers aged ≥30 years, housewives, high school and college education, and family income below regional minimum wage. In conclusion, that most of the coverage of basic immunization status at the Cijagra Lama Health Center in Bandung are complete, and the small part that is incomplete is influenced by maternal age ≥ 30 years, family income below regional minimum wage, less knowledge about immunization.
Perubahan Mikrostruktur Jaringan Hati pada Mencit Model Sindrom Metabolik yang Diberi Fraksi Zingiber officinale Dilla Latul Anjaniah; Eka Nurhayati; Herry Garna; Annisa Rahmah Furqaani; Maya Tejasari
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4316

Abstract

Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) merupakan penyakit perlemakan pada hati yang terjadi pada penderita sindrom metabolik. Penderita sindrom metabolik terjadi peningkatan kadar stres oksidatif sehingga muncul sel steatosis dan pelebaran sinusoid hati. Senyawa flavonoid dalam Zingiber officinale (jahe gajah) diketahui memiliki efek hepatoprotektif dan antiinflamasi dengan cara menghambat pembentukan reactive oxygen species (ROS). Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh  fraksi etil asetat jahe gajah terhadap mikrostruktur jaringan hati pada mencit model sindrom metabolik. Objek penelitian ini menggunakan mencit jantan galur Swiss Webster yang berusia 36−40 minggu dibagi menjadi 4 kelompok. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Institut Teknologi Bandung. Kelompok kontrol yang diberi pakan tinggi lemak tanpa diberikan terapi selama 28 hari. Kelompok II−IV diberi pakan tinggi lemak dan diterapi dengan diberi fraksi etil asetat jahe gajah dengan konsentrasi 0,78 mg, 1,56 mg,  dan 3,12 mg per kilogram bobot per hari diberikan secara oral. Observasi dan kuantifikasi mikrostruktur jaringan hati dilakukan menggunakan mikroskop cahaya. Hasil statistik jumlah sel steatosis belum menunjukkan hasil yang signifikan (p>0,05), sedangkan pada jumlah pelebaran sinusoid menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05).   Kekuatan korelasi konsentrasi fraksi jahe gajah dengan jumlah sel steatosis rendah, tetapi pasti (r=-0,381)  dan pelebaran sinusoid cukup berarti (r=-0,451). Simpulan penelitian ini adalah pemberian fraksi etil asetat jahe gajah memengaruhi mikrostruktur jaringan hati pada mencit model sindrom metabolik. LIVER TISSUE MORPHOLOGICAL CHANGES BY ZINGIBER OFFICINALE FRACTIONS IN METABOLIC SYNDROME MICE MODELSNon-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) is a fatty liver disease that occurs in patients with metabolic syndrome. Patients with metabolic syndrome occur closer to oxidative stress that occurs in steatosis and dilation of the liver sinusoid. Flavonoid compounds in Zingiber officinale have hepatoprotective and anti inflammatory effects by inhibiting the formation of reactive oxygen species (ROS). The purpose of this study was to determine the content of Zingiber officinale ethyl acetate fraction on liver tissue microstructure in mice model of metabolic syndrome. This research method using mice of Swiss webster strain which had 36−40 weeks, divided into 4 groups. The study  conducted at Pharmacology Laboratory Institut Teknologi Bandung. Control group fed high fat without therapy for 28 days. Group II−IV were fed high fat and treated with ginger elephant ethyl acetate fraction with a concentration of 0.78 mg, 1.56 mg and 3.12 mg per kilograms of body weight per day, given orally. Observation and quantification of liver tissue microstructure was performed using a light microscope. The statistical results on steatosis cell counts did not show significant results (p>0.05), whereas the number of sinusoid enlargement showed significant results (p<0.05). Alternative strength of the Zingiber officinale fraction with a low but definite steatosis cell number (r=−0.381) and significant sinusoid widening (r=−0.451). In conclusion, that administration of ginger elephant ethyl acetate fraction affected microstructure of liver tissue in mice model of metabolic syndrome.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Anak Jalanan di Tambun Selatan Kota Bekasi Atia Mansoorah; Buti Azfiani Azhali; Titik Respati; Lisa Adhia Garina; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4337

Abstract

Anak jalanan masih menjadi masalah di Indonesia khususnya Kecamatan Tambun Selatan, Kota Bekasi yang mewakili daerah kumuh dan tingkat kriminal yang tinggi. Lingkungan memengaruhi perilaku anak jalanan yang identik dengan kelalaian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik anak jalanan dengan PHBS di Kecamatan Tambun Selatan, Kota Bekasi. Penelitian dilakukan dari Januari−Juli 2018. Instrumen berupa kuesioner dan wawancara tentang karakteristik, mencuci tangan, sikat gigi, buang air besar di toilet, dan merokok pada anak jalanan usia 7−18 tahun, tidak hidup nomaden, dapat membaca dan menulis, serta dapat mengikuti pendidikan dari awal hingga akhir. Metode penelitian merupakan cross sectional dengan desain penelitian analitik kategorik tidak berpasangan, uji chi square, Fisher’s Exact, Goodman dan Kruskal Tau, dan Kendall’s Tau-b. Mayoritas dari 80 orang adalah 44 perempuan, 57 orang berusia 7−12 tahun, dan 47 orang berpendidikan sekolah dasar (SD). Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik jenis kelamin dan PHBS (nilai p=0,04). Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik status pendidikan dan PHBS (nilai p=0,049). Kesimpulannya, mayoritas anak jalanan di Kecamatan Tambun Selatan tergolong tidak ber-PHBS, namun perempuan lebih ber-PHBS dibanding dengan laki-laki dan status pendidikan SD lebih ber-PHBS dibanding status pendidikan lain. CLEAN AND HEALTHY LIFE BEHAVIOR (PHBS) OF STREET CHILDREN IN TAMBUN SELATAN BEKASI CITYStreet children are still a problem in Indonesia especially Tambun Selatan Sub-district, Bekasi City that represent slum area and high criminal rate. The environment influences the behavior of street children that is identical with the neglect of clean and healthy life behavior so that this research was done to know the characteristic relationship with the clean and healthy life behavior of street children in Tambun Selatan Sub-district, Bekasi City conducted from January to July 2018. The instrument was conducted by giving questionnaires and interviews about the characteristics of street children, hand washing, toothbrush, defecate in the toilet, and smoking to street children aged 7−18 years, not living nomadic, can read and writing, and willing to take part from the beginning to the end. This study was a cross sectional research with unpaired categorical analytic analytic research design, using Chi Square, Fisher’s Exact, Goodman and Kruskal Tau, and Kendall’s Tau-b statistical test. The majority from 80 people were 44 girls, 57 people aged 7−12 years, and 47 people elementary school educated. There was a significant relationship between sex and clean and healthy life behavior (p=0.04). In addition, there was a significant relationship between the status of education and clean and healthy life behavior (p=0.049). In conclusions, the majority of street children in Tambun Selatan Sub-district are classified as not good in clean and healthy life behavior but girl is better than boy and elementary school education status is better than other education status.
Hubungan Kepatuhan Terapi Obat Anti-Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) dengan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa di Puskesmas Patokebeusi Subang Riki Yudiana; Zulmansyah Zulmansyah; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 4, No 1 (2022): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v4i1.9334

Abstract

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis  menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis sebagai penyakit 10 teratas penyebab kematian.  Obat untuk menanggulagi penyakit tuberkulosis, yaitu 0bat Anti-Tuberkulosis (OAT) Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan akan menyebabkan pasien mengalami resistensi terhadap OAT-KDT. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kepatuhan meminum OAT-KDT dengan kesembuhan pasien TB paru di Puskesmas Patokbeusi Subang dan dilakukan pada Februari–Juni 2021. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode observasional analisis pendekatan cross-sectional dan dianalisis juga faktor lain yang mungkin memengaruhi kepatuhan (jenis kelamin, usia, status gizi, dan status pekerjaan). Data diperoleh dari rekam medik periode Januari 2020–Januari 2021. Analisis data menggunakan uji chi-square. Jika terdapat sel <5 maka digunakan uji  Fisher exact test. Jumlah sampel 68 orang. Pengolahan data menggunakan aplikasi statistika SPSS 25.00 for Mac dengan derajat kemaknaan p<0,005. Hasil penelitian pasien patuh dinyatakan sembuh 61 orang (90%) pasien patuh dinyatakan tidak sembuh 3 orang (4%), sedangkan pasien tidak patuh dinyatakan tidak sembuh 4 orang (6%). Terdapat hubungan bermakna kepatuhan meminum obat dengan kesembuhan (p=0,001). Faktor jenis kelamin (p=0,664), usia (p=0,291), status gizi (p=0,342), dan status pekerjaan (p=0,599) tidak memengaruhi kepatuhan minum obat. Kesimpulan, terdapat hubungan kepatuhan pengobatan dengan kesembuhan pasien TB paru di Puskesmas Patokbeusi Subang.
Pengaruh Fraksi Air Buah Lemon (Citrus limon) terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Tua yang Diberi Pakan Tinggi Lemak Rina Permatasari; Yuke Andriane; Herry Garna; Oky Haribudiman; R.A. Retno Ekowati
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4322

Abstract

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah terbesar pada abad 21. Obesitas (terutama obesitas viseral) dan resistensi insulin sering disertai dengan sekelompok kelainan yang disebut sindrom metabolik yang mencakup intoleransi glukosa, trigliserida tinggi, kolesterol HDL rendah, dan hipertensi. Lemon mengandung flavonoid yang dipercaya mempunyai aktivitas menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan penelitian ini mengetahui perubahan kadar glukosa darah pada mencit tua yang diberi pakan tinggi lemak setelah pemberian fraksi air buah lemon (Citrus limon). Penelitian dilakukan di Laboratorium Hewan Gedung Farmasi ITB dan Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung pada bulan April−Juni 2018. Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratorium murni in vivo dengan desain penelitian rancangan acak lengkap terhadap 28 mencit tua jantan galur DDY yang terbagi dalam lima kelompok, yakni kontrol normal, kontrol negatif, konsentrasi 20,6 mg/20 gBB, 41,2 mg/20 gBB, dan 82,4 mg/20 gBB. Pengukuran glukosa darah puasa dilakukan setelah masa adaptasi, saat perlakuan (hari ke-15), dan setelah perlakuan menggunakan glukosameter. Analisis data menggunakan Uji Kruskall-Wallis dan Uji Friedman. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan median GDP1 antarkelompok yang signifikan (p=0,05), perbedaan median GDP2 yang tidak signifikan (p=0,08), dan perbedaan median GDP3 yang tidak signifikan (p=0,66). Terdapat perbedaan median GDP1−3 yang signifikan antara kelompok konsentrasi fraksi air buah lemon (p=0,04). Simpulan, fraksi air buah lemon memiliki efek menurunkan glukosa darah. EFFECT OF WATER FRACTION OF LEMON (CITRUS LIMON) ON BLOOD GLUCOSE LEVEL OF OLD MICE GIVEN HIGH-FAT DIETDiabetes mellitus is one of the biggest problems of the 21st century. Obesity (especially visceral obesity) and insulin resistance often present with a group of disorders commonly called metabolic syndrome including glucose intolerance, high triglycerides, low HDL cholesterol, and hypertension. Flavonoid compounds in lemon is believed to have blood glucose lowering activity. The purpose of this study was to determine changes in blood glucose level in old mice given a high-fat diet after administration of water fraction of lemon (Citrus limon). This study was held at Animal Laboratory of Pharmacy ITB and Animal Laboratory of Faculty of Medicine Bandung Islamic University in April to June 2018. The method of this study was pure in vivo laboratory experiment with a completely randomized design to 28 old male DDY strain mices divided into five groups; normal control, negative control, concentration 20.6 mg/20 gBW, 41.2 mg/20 gBW, and 82.4 mg/20 gBW. Fasting blood glucose measurements were performed after adaptation, ongoing treatment (day 15), and after treatment using glucosemeter. Data analysis used Kruskall-Wallis test and Friedman test. The results showed that there was a significant GDP1 median difference of each groups (p=0.05), a nonsignificant GDP2 median difference (p=0.08), and GDP3 median difference were not significantly different (p=0.66). There was a statistically significant difference between median GDP1−3 between each water fraction of lemon concentration groups (p=0.04). Conclusion, the water fraction of lemon has the effect of lowering blood glucose.
Hubungan Stunting dengan Kerentanan Penyakit pada Anak Usia 1–5 Tahun di Desa Panyirapan Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Nisa Lathifah Rohmatika; Buti Azfiani Azhali; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5578

Abstract

Stunting adalah kondisi balita yang memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibanding dengan usia. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang memiliki nilai z-score <-2SD median standar pertumbuhan anak dari World Health Organization (WHO) MGRS (Multicentre Growth Reference Study). Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara tahun 2013 sebanyak 36,40%. Namun, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensinya menurun menjadi 30,8%. Salah satu dampak dalam jangka panjang adalah kekebalan tubuh menurun sehingga mudah sakit dan risiko tinggi terjadi penyakit. Hal tersebut mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai hubungan stunting dengan kerentanan penyakit pada anak usia 1–5 tahun di Desa Panyirapan Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat periode Agustus–November 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, sedangkan pengambilan sampel kontrol diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilakukan untuk membedakan tingkat kerentanan penyakit (dilihat dari frekuensi dan durasi sakit) pada anak stunting dengan anak tidak stunting usia 1–5 tahun. Rancangan penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode observasional analitik melalui desain studi kohort (cohort). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara stunting dan kerentanan penyakit pada anak usia 1–5 tahun (p=0,600) dan memiliki  faktor risiko 1,333 kali lebih rentan terkena penyakit dibanding dengan balita yang tidak stunting (RR=1,333; IK 95%: 0,648–2,744). Simpulan, tidak terdapat hubungan antara stunting dan kerentanan penyakit pada anak usia 1–5 tahun. THE CORRELATION BETWEEN STUNTING AND DISEASE VULNERABILITY IN CHILDREN AGED 1–5 YEARS IN PANYIRAPAN VILLAGE, SOREANG DISTRICT, BANDUNG CITYStunting is a condition of a toddler who has less length or height when compared to age. This condition is measured by the length or height that has a z-score <-2SD median child growth standard from the World Health Organization (WHO) MGRS (Multicentre Growth Reference Study). Indonesia was included in the third country with the highest prevalence in the Southeast Asian region in 2013 at 36.40%. However, the results of the Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018 showed the prevalence decreased to 30.8%. One of the impacts in the long term is decreased immunity so that it is easy to get sick and a high risk of disease. This prompted researcher to conduct research on the relationship between stunting and disease susceptibility at the age of 1–5 years in Panyirapan Village, Soreang District, Bandung City, West Java Province in the period August–November 2019. The sampling technique used a purposive sampling method, while the control sampling was taken in accordance with the criteria inclusion and exclusion. This study was conducted to distinguish the level of disease susceptibility (seen from the frequency and duration of illness) in stunting children with non-stunting children aged 1–5 years. The design of this study was qualitative using analytic observational methods through a cohort study design (cohort). The results showed no significant relationship between stunting and susceptibility to disease in children aged 1–5 years (p=0.600) and had a risk factor of 1.333 times more susceptible to disease compared to toddlers who were not stunting (RR=1.333; 95%CI: 0.648–2,744). Conclusion there is no relationship between stunting and disease susceptibility in children aged 1–5 years.
Pengaruh Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) terhadap Kejadian Demam Tifoid di RSUD Al-Ihsan Bandung Periode Maret–Mei Tahun 2018 Melvi Imelia Risa; Ismawati Ismawati; Budiman Budiman; Hana Sofia; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4214

Abstract

Demam tifoid adalah penyakit endemik yang banyak terjadi di negara berkembang yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Faktor risiko demam tifoid di antaranya usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial ekonomi, kebiasaan cuci tangan, serta kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung mencatat bahwa masyarakat Baleendah masih belum memiliki dukungan infrastruktur sanitasi yang baik seperti jamban serta kesadaran masyarakat yang rendah untuk melakukan pola hidup bersih yang berperan terhadap kejadian demam tifoid. Tujuan penelitian mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan dan buang air besar (BAB) dengan kejadian demam tifoid di RSUD Al-Ihsan periode Maret–Mei tahun 2018. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain kasus kontrol dan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu peneliti mengambil 50 sampel kasus dan kontrol yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi (anak usia ≥6 tahun terdiagnosis probable demam tifoid) dan tidak termasuk kriteria eksklusi (anak dengan komplikasi berat). Data yang diperoleh menggunakan uji chi-square. Berdasar atas hasil perhitungan risk estimate kebiasaan buang air besar (BAB) diperoleh OR 4,55 (OR>1) nilai p <0,001 (IK 95%:  1,69–12,79) serta nilai p cuci tangan 0,06 (IK 95%: 0,82–11,13) dengan risk estimate 2,82. Simpulan terdapat pengaruh kebiasaan buang air besar (BAB) terhadap kejadian demam tifoid. IMPACT OF DEFECATION HABITS ON THE INCIDENCE TYPHOID FEVER AT AL-IHSAN GENERAL HOSPITAL BANDUNG FROM MARCH–MAY 2018Typhoid fever is a common endemic disease in developing countries caused by Salmonella typhi bacteria. Risk factors of typhoid fever include age, sex, education, socioeconomic status, hand washing habits, and bowel habits in the toilet. Bandung District Health Office noted that Baleendah people still do not have the support of good sanitation infrastructure such as latrines and low awareness of the community to perform a clean lifestyle that plays a role against the incidence of typhoid fever. The objective of the study was to know the relationship between handwashing and defecation habit with the occurrence of typhoid fever in Al-Ihsan Hospital period March–May 2018. This research was an observational analytic study using case control design and quantitative approach. The sampling technique was done by purposive sampling, that is the researcher took 50 cases and control samples selected according to the inclusion criteria (age ≥6 years and probable typhoid fever) and exclusion criteria (severe complications). The data obtained using chi-square test. Based on the result of calculation of risk estimate of bowel habit obtained OR 4.55 (OR> 1) p value <0.001 (CI 95%: 1.69–12.79) and hand washing p value 0.06 (CI 95%: 0.82–11.13) with risk estimate 2.82. In conclusion there is an impact of defecation on with the incidence of typhoid fever.
Co-Authors Aam Maryamah Achmad Suardi Achmad Surjono Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Agnes Rengga Indrati Agung Firmansyah Sumantri Ahmad Suardi Alamsyah Aziz Alex Chairulfatah Alex Chairulfatah Alma Tanzia Nasa Alma Yulistia Fadhilah Alma Yulistia Fadhilah Andi Rinaldi Andika Ilham Rahmadi Prianza Andre van der Venn Andriane, Yuke Ani Melani Maskoen Aniceto Cardoso Barreto Anita Deborah Anwar Annesya Atma Battya Annisa Kusumawardhani Annisa Rahmah Furqaani Ardini Saptaningsih Raksanagara Ardini Saptaningsih Raksanagara Ardini Saptaningsih Raksanagara, Ardini Saptaningsih Ari indra Susanti Arief Guntara Atia Mansoorah Atie Rachmiatie Aulia Fitri Swity Azhali M. S. Bachti Alisjahbana Batara, Triando Budi Setiabudiawan Budi Setiabudiawan BUDI SETIABUDIAWAN Budiman , Budiman Buti Azfiani Buti Azfiani Azhali Cherawaty, Aneu Cissy B. Kartasasmita Citra Kartika Dadang Hudaya Dadang Hudaya S Deborah Anwar, Anita Dedi Rachmadi Delfian Rahmat Aditia Delia Oktaviani Solihat Deni K. Sunjaya Dessy Afrianti Dida A. Gurnida Dida Akhmad Gurnida Dika Rifky Fernanda Dilla Latul Anjaniah Dina Garniasih Djatnika Setiabudi Donissa Aurel Titania Dwi Prasetyo Dyana Eka Hadiati Dzulfikar D. Lukmanul Hakim Eddy Fadlyana Eka Hendryanny Eka Nurhayati Endah Pujiastuti Endang Widajanti Eva Rianti Indrasari Fajarini Putri Hidayat Farah Talitha Nawiryasa Farid Husin Fathia Salsabila Fakhira Fauzia Laili Fina Meilyana Finda Wijayanti Firman Fuad Wirakusumah Fiva A Kadi Gaga Irawan Gartika Sapartini Gibran Bramasta Dirgavansya Gilang Mutiara Giyawati Yulilania Okinarum Hadi Susiarno Halimatus Saidah Hana Sofia Hana Sopia Rachman Harefa, Umy Darni Harry Iskandar Heda Melinda D. Nataprawira Heni Nurakilah Henne Giyantini Henri Setiawan Herawati, Yanti Herri S. Sastramihardja Herry Herman Herry Sastramihardja, Herry Heru Haerudin Hidayat Wijayanegara Hinta Meijerink Ida Parwati Indri Budiarti Ingrid Rita Sitomorang Irvan Afriandi Ismawati Ismayanty, Devie Iwin Sumarman Iwin Suwarman Jernihati Krisniat Harefa Jujun Junia Julistio Djais Julistio Djais Julistio T. B. Djais Julistio T.B. Djais Khairunnisa, Dini Pajriani Kharisma Firda Amalia Komalaningsih , Sri Kusnandi Rusmil Lelly Yuniarti Leri Septiani Lestari, Meti Widya Lina Herlina Linda Marlina Lisa Adhia Garina Lony Novita M.S. Azhali Ma&#039;mun Sutisna Ma&#039;mun Sutisna Ma&#039;mun Sutisna Maulya Listrianti Maya Tejasari Ma’mun Sutisna Melati Yuliandari Melvi Imelia Risa Metty Nurherliyany Mohamad Yanuar Anggara Muhammad Kasrial Myrna Soepriadi Nadiyah Oktaviani Nanan Sekarwana nashriva, Ita Naufal Khairunnisa Syahira Sulung Nenden Ismawaty Nisa Lathifah Rohmatika Novila Sjafri Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novita Ayu Indraswati Nur Maulida Najwa Rahima Nur Melani Sari Nurlatifah, Teni Nurul Auliya Kamila Oky Haribudiman Ponpon Idjradinata Ponpon Idjradinata Ponpon S Idjradinata R. Ayu Wulandari Sekarini R.M Ryadi Fadil Rahayu, Bintari Dwi Rahmat Budi Rahmawaty, Ike Ratna Damailia Reinout van Crevel Reni Ghrahani Reni Ghrahani Retno Ekowati Retno Saraswati Revan Muhammad Rhena Alma Ramadianti Rika Nilapsari Riki Yudiana Riki Yudiana Rina Permatasari Rizki, Fathia Rowawi, Roni RR. Ella Evrita Hestiandari Ryandini, Gessyla Safana Edisa Samsudin Surialaga Sandriani Shafira Nefananda Kariza Silfian, Silfian Siti Sugih Sjarif Hidajat Soenarjati Soedigo Adi Soenarjati Soedigo Adi Sri Endah Rahayuningsih Sri Hennyati Amiruddin Sri Komalaningsih Suardi, Achmad Sugih H, Siti Sugih, Siti Suminar, Ratna Suryani Soepardan Susiarno, Hadi Sutisna , Ma'mun Sutisna, Ma’mun Tania Novi Tina Ramayanthi Tisnasari Hafsah Titik Respati Tono Djuwantono Waya Nurruhyuliawati, Siti Aminah, Uni Gamayani, Eddy Fadlyana Wedi Iskandar Wiwin Winiar Yani Dewi Suryani Zulmansyah Zulmansyah , Zulmansyah