Claim Missing Document
Check
Articles

MINUTE ROTIFER DARI PERAIRAN ESTUARI SULAWESI UTARA DAN POTENSINYA SEBAGAI PAKAN LARVA IKAN Lahope, Hety B; Wullur, Stenly; Rimper, Joice; Pangkey, Henneke; Rumengan, IFM
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 9, No 1 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.307 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.9.1.2013.3446

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan minute rotifer (rotifer berukuran kecil) yang ada di perairan Sulawesi Utara yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan awal larva ikan laut. Sampling rotifer dilakukan di tujuh lokasi estuari yang berbeda dengan menggunakan plankton net (mata jaring 40 mm). Prosedur identifikasi rotifer didasarkan pada tampakan morfologi. Morfometri dilakukan di bawah mikroskop pembesaran 40-100x yang terhubung dengan sebuah komputer untuk visualisasi dan pengukuran. Tiga spesies minute rotifer berhasil diisolasi dari tiga lokasi estuari berbeda. Colurella sp. diisolasi dari sebuah kolam payau (salinitas 25 ppt) yang dipenuhi sampah rumah tangga di Tumpaan Kabupaten Minahasa. Lecane sp. cf Lecane quadridentata (Lecane) diisolasi dari sebuah tambak payau (salinitas 17 ppt) di Meras Kota Manado dan Lecane sp. cf Lecane papuana di muara sebuah sungai kecil (salinitas <3 ppt) di Tateli Kabupaten Minahasa. Semua minute rotifer yang ditemukan ini berhasil didomestikasi dan menunjukkan adaptasi positif dalam pemeliharaan berbasis mikroalga. Colurella sp, Lecane sp. cf L. quadridentata dan Lecane sp. cf L. papuana memiliki ukuran panjang lorika (PL) masing-masing (97,10 ± 3,58 mm, 130,83 ± 12,06 mm dan 118,70 ± 5,46 mm) sedangkan lebar lorika (55,37 ± 2,04 mm, 91,95 ± 10,58 mm dan 101,28 ± 6,623 mm) yang secara signifikan lebih kecil dari B. rotundi­formis (PL 167,41 ± 9,10 mm dan LL 122,44 ± 7,29 mm) (p<0,05), sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan seba­gai pakan awal larva ikan laut yang membutuhkan pakan berukuran lebih kecil. Kata kunci: minute rotifer, Lecane sp, Colurella sp, larva   This study aims to get minute rotifers (small rotifers) in the waters of North Sulawesi which has the potential to be used as starting food for marine fish larvae. The sampling for rotifers was conducted in seven different estuarine locations using plankton net (mesh size 40 mm). Rotifer identification proce­dure was based on morphological appearances. Morphometric observations were conducted under 40-100x magnification microscope connected to a computer for visualization and measurement. Three roti­fer species were able to be isolated from three different estuarine locations. Colurella sp. was isolated from a brackish pond (salinity of 25 ppt) which were filled with household garbage in Tumpaan, Mina­hasa regency. Lecane sp. cf Lecane quadridentata (Lecane) was isolated from a brackish pond (salinity of 17 ppt) in Meras-Manado and Lecane sp. cf Lecane papuana at the estuary of a small river (salinity <3 ppt) in Tateli, Minahasa regency. All minute rotifers were successfully domesticated and showed po­sitive adaptation in microalgae-based rearing. Colurella sp, Lecane sp. cf L. quadridentata and Lecane sp. cf L. papuana have lorica length (PL) of 97.10 ± 3.58 mm, 130.83 ± 12.06 mm, and 118.70 ± 5.46 mm, respectively, and lorica width (LL) of 55.37 mm ± 2.04, 91.95 ± 10.58 mm, and 101.28 ± 6.623 mm. They were significantly smaller than B. rotundiformis (PL of 167.41 ± 9.10 mm and LL 122.44 ± 7.29 mm) (p<0.05), which are commonly used in larva rearing. Thus these rotifers have potentials to be used as starting food for marine fish larvae that need a smaller size food. Keywords: Minute rotifer, Lecane sp, Colurella sp, larva
PKM PENGOLAH TERIPANG ASAP DI DESA MARIRI BARU KECAMATAN POIGAR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA Salindeho, Netty; Rumengan, Inneke F.M.
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mitra sasaran program ini berlokasi di Desa mariri Baru Kecamatan Poigar Kabupaten Bolaang Mongondow yang secara geografis terletak di pesisir pantai dengan potensi perikanan laut yang potensial untuk dikembangkan. Desa ini dikategorikan sebagai desa dengan mayoritas masyarakat sebagai nelayan, yang sekitar 60% tergolong keluarga miskin. Nelayan-nelayan di desa ini terdiri dari nelayan penangkap dan pengolah hasil tangkapan. Dari kelompok pengolah hasil tangkapan, ada beberapa nelayan yang membentuk kelompok usaha kecil pengolah ikan asap dan juga teripang asap dengan jenis ikan dan teripang olahan tergantung hasil tangkapan yang berlebih salah satu di antaranya ikan jenis cakalang yang merupakan salah satu produk olahan yang digemari oleh masyarakat sekitar dan pemasaran sebagian tersebar pada pasaran lokal. Untuk teripang asap diasap dan dijual ke Manado sedangkan ikan asap di jual di pasar Poigar. Tujuan program ini yaitu meningkatkan produksi, pemasaran dan keuangan pada pengusaha kecil pengolah teripang asap di desa Mariri Baru, target agar trampil dan mandiri secara ekonomi. Target khusus kegiatan ini menghasilkan produk teripang asap yang unggul dari segi rasa, sanitasi dan higiene, daya awet dan penggunaan bahan baku kayu asap yang ramah lingkungan serta memberikan kelangsungan usaha dan manajemen yang tangguh. Adapun metode pelaksanaan yang akan diterapkan pada program ini yaitu 1) Permasalahan kelompok yang disepakati yaitu produksi, pemasaran dan keuangan; 2) Metode pendekatan yang akan ditawarkan untuk mengatasi persoalan kelompok yakni penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan evaluasi; 3) Prosedur kerja untuk mendukung ke-3 aspek permasalahan, berturut-turut yaitu survey, penyuluhan, pelatihan, evaluasi, luaran, pelaporan.______________________________________________________________________Kata kunci : Pengasapan, Mariri Baru, Teripang Asap, Bolaang Mongow.
Estimation of effects of tributyltin (TBT) bioaccumulation using the imposex character in marine gastropods (Thais tuberosa and Monodonta labio) Noor, Sri Yuningsih; Rumengan, Inneke F. M; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1970

Abstract

The effects of tributyltin (TBT) have been estimated using imposex characters in two species of marine gastropods, Thais tuberosa and Monodonta labio, at 3 different locations along the Minahasa Peninsula, northern part of Sulawesi Island: Manado Bay Waters, Bitung Coastal Waters, and Tateli Coastal Waters as a control area. The estimation was done by comparing the percentage of female imposex (I) at different body size (small: shell length ≤ 25 mm; large: shell length >25 mm), and measuring the concentration of TBT in sediments and soft part of the gastropod samples. The highest I value was found in small sized T. tuberosa from Manado Bay Waters (63%) and large sized T. tuberosa from Bitung Coastal Waters (60%). Small and large sized M. labio had their highest I value, 30% and 44% respectively, in the samples from Manado Bay Water and Bitung Coastal Waters. The occurence of imposex in both speciesis correlated with the high concentration of TBT in sediments and soft part of the marine gastropod samples© Kajian tentang pendugaan pengaruh bioakumulasi logam berat tributyltin (TBT) menggunakan karakter imposeks pada gastropoda laut (Thais tuberosa dan Monodonta labio) telah dilakukan. Sampel diambil dari 3 lokasi di perairan sepanjang Semenanjung Minahasa, Pulau Sulawesi bagian Utara, yaitu Perairan Teluk Manado (PTM), Perairan Bitung (PBT), dan Perairan Pantai Tateli (PPT) sebagai lokasi kontrol. Pendugaan dilakukan dengan cara membandingkan persentase individu imposeks (I) sampel ukuran kecil (K; panjang cangkang ≤ 25 mm) dan ukuran besar (B; panjang cangkang >25 mm), dan pengukuran konsentrasi TBT pada sedimen dan bagian lunak sampel gastropoda laut. Nilai I tertinggi adalah pada T. tuberosa ukuran K asal PTM, sebesar 63%, dan ukuran B asal PBT, sebesar 60%.Untuk M. labio baik ukuran K maupun B, nilai I tertinggi adalah pada sampel asal PTM dan PBT, masing-masing sebesar 30% dan 44%. Kejadian imposeks pada kedua jenis sampel ini didukung dengan konsentrasi TBT pada sedimen dan jaringan gastropoda laut yang tinggi©
THE LIFE CYCLE AND SENSITIVITY OF THE LOCAL COPEPOD, APOCYCLOPS SP TO TRIBUTYLTIN EXPOSURE Rumengan, Inneke F.M.; Rumampuk, N.D.; Sumilat, D.; Rimper, J.
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 14, No 2 (2009): June 2009
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.026 KB) | DOI: 10.24002/biota.v14i2.2690

Abstract

Uji toksisitas tributiltin secara akut telah dicobakan pada kopepoda tropis Apocyclopssp. yang diisolasi dari tambak Manembo-nembo Bitung, Sulawesi Utara. Kopepodadikultur dalam kondisi laboratorium (25-27oC, 30 ppt dan tanpa penerangan) denganpemberian mikroalga Nannochloropsis oculata sebagai pakan. Semua individukopepoda yang digunakan sebagai hewan uji berasal dari sepasang induk jantan danbetina. Kopepoda untuk eksperimen tributiltin (TBT) diberi perlakuan dalam air lautdan selama eksperimen tidak diberi pakan, dan larutan stok TBT-Cl dilarutkandalam aseton. Pengaruh starvasi (tanpa pemberian pakan) dan aseton diamatisebelum uji toksisitas TBT dilakukan. Setiap eksperimen, 10 kopepoda dewasa (5jantan dan 5 betina) dari satu kohort dimasukkan ke dalam cawan petri (diameter 3cm) berisi masing-masing 10 ml air laut. Ternyata perlakuan tanpa pemberian pakantidak mempengaruhi kopepoda selama periode eksperimen. Dalam uji toksisitas TBT,hanya 3 individu yang dapat bertahan sampai akhir eksperimen (8 jam) walaupundengan konsentrasi terendah (0.0001 ng.l-1). Kebanyakan individu telah mati sebelum8 jam diekspos ke konsentrasi TBT 0.01 ng.l-1. Pada konsentrasi TBT yang lebihtinggi (0.1 dan 1 ng.l-1), tingkat kelulusan hidup kopepoda hanya 50% dalam waktukurang dari satu jam, sedangkan kopepoda yang sisa masih hidup semuanya sebelummati jam ke-4 yang diberi perlakukan. Dalam uji toksisitas ini, semua konsentrasiyang dicobakan ternyata lebih kecil dari rata-rata konsentrasi TBT di alam (10 ng.l-1).Kisaran konsentrasi TBT yang lebih lebar masih perlu diuji-cobakan untukmengklarifikasi efek akut TBT agar dapat diperoleh konsentrasi untuk uji toksisitassecara kronis.
Peningkatan Mutu Ikan Asap di Desa Poigar Dua Kecamatan Sinosayang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara Salindeho, Netty; Rumengan, Inneke
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.2.2020.28443

Abstract

Ikan asap merupakan produk olahan yang melalui proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang dihasilkan dari pembakaran kayu atau bahan pengasap lainnya, yang dapat menghasilkan produk dengan rasa, warna dan aroma spesifik serta umur simpan yang lama karena adanya aktifitas antibakteri yang dihasilkan dari asap yang ditimbulkan oleh bahan pengasap, serta akibat dari proses pengasapan itu sendiri. Desa Poigar Dua, Kecamatan Sinosayang, Kabupaten Minahasa Selatan, yang secara geografis terletak di pesisir pantai dengan potensi perikanan laut yang potensial untuk dikembangkan. Desa ini dikategorikan sebagai desa dengan mayoritas masyarakat sebagai nelayan yang sekitar 70%. Nelayan di desa ini terdiri dari nelayan penangkap dan pengolah hasil tangkapan. Dari kelompok pengolah hasil tangkapan, ada beberapa nelayan yang membentuk kelompok usaha kecil pengolah ikan asap, dengan jenis ikan olahan tergantung hasil tangkapan yang berlebih, salah satu diantaranya ikan jenis cakalang yang merupakan salah satu produk olahan yang digemari oleh masyarakat sekitar dan pemasaran sebagian tersebar pada pasaran lokal. Tujuan program ini yaitu meningkatkan produksi, pemasaran dan keuangan pada pengusaha kecil pengolah ikan asap di desa target agar terampil dan mandiri secara ekonomi. Target khusus kegiatan ini menghasilkan produk ikan asap yang unggul dari segi rasa, sanitasi dan higiene, daya awet dan penggunaan bahan baku kayu asap yang ramah lingkungan serta memberikan kelangsungan usaha dan manajemen yang tangguh. Adapun metode pelaksanaan yang akan diterapkan pada program ini yaitu 1) Permasalahan kelompok yang disepakati yaitu produksi, pemasaran dan keuangan; 2) Metode pendekatan yang akan ditawarkan untuk mengatasi persoalan kelompok yakni penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan evaluasi; 3) Prosedur kerja untuk mendukung ke-3 aspek permasalahan, berturut-turut yaitu survey, penyuluhan, pelatihan, evaluasi, luaran, pelaporan.
PENGAWETAN ALAMI BERBAHAN DASAR SISIK IKAN PADA BUAH TOMAT HASIL PERTANIAN KELOMPOK TANI WORI Rumengan, Inneke Fenny Melke
Jurnal Abadimas Adi Buana Vol 3 No 1 (2019): Juli
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/abadimas.v3.i1.a1916

Abstract

Desa Wori khususnya kelompok Tani Wori merupakan salah satu desa yang memiliki potensi dibidang pertanian. Selain potensi yang dimiliki ada beberapa permasalah yang dihadapi diantaranya permasalah pasca panen, seperti cepat membusuknya hasil produksi pertanian hortikultura. seperti buah tomat. Tomat dengan kandungan airnya yang tinggi memilki masa simpan cukup singkat bila tidak diberikan perlakuan. Sisik ikan dapat diolah menjadi senyawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pengawet alami. Pelaksanaan kegiatan ini berlokasi di Desa Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Aplikasi produk pengawet alami diuji cobakan pada buah tomat yang dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok tanpa perlakuan (kontrol), kelompok dengan pemberian kitosan, dan kelompok dengan nanokitosan. Observasi dilakukan pada hari ke-1, 3, 6 dan 9 setelah perlakuan diberikan, kemudian dilakukan analisis kadar airnya. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kelompok dengan pemberian kitosan dan nanokitosan dapat disimpan lebih lama sampai lebih dari 9 hari pada suhu ruang, sedangkan kelompok tomat kontrol hanya bertahan < 7 hari, terlihat dengan mengerutnya permukaan buah tomat karena proses respirasi yang meningkatkan kadar air, sehingga mempercepat pembusukan. Kadar air buat tomat dengan kitosan dan nanokitosan masing-masing 88.67±6.42% dan88.66±3.05% , sedangkan tomat kontrol 94.66±3.05 %. Dengan demikian, pemberian kitosan dan nanokitosan dapat menjadi solusi bagi kelompok tani untuk mendapatkan produk yang lebih lama tingkat kesegarannya. Hasil pelaksanaan kegiatan ini membuka peluang peningkatan pendapatan petani serta pemanfaatan limbah sisik ikan untuk peningkatan kualitas produk pertanian.
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PENDERITA GOUT ARTRITIS DI PUSKESMAS RANOTANA WERU Songgigilan, Anisha M.G; Rumengan, Inneke; Kundre, Rina
JURNAL KEPERAWATAN Vol 7, No 1 (2019): E-Journal Keperawatan
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jkp.v7i1.24325

Abstract

Abstrack: Gout Arthritis is one of degenerative diseases that attacks joint marked by the increasing of uric acid level excessively inside the body, and when it is repeating chronically, it may cause thopi. The lack of society's knowledge about gout arthritis may lead to the emergence of this disease, where it also happens because of the eating pattern. Eating Pattern consists of the frequency of food, types of food, the purpose, eat, the function of food, and the way how was the food processed. The aim of this study is to know the relation between eating pattern & knowledge extent of uric acid level of people with gout arthritis in public health center of ranotana weru’s. Research method is using the cross sectional approach. The study involved 93 gout arthritis sufferers as the respondents by using purposive sampling technique. Data collected by using questionnaires. The result is using chi square in the level of significance 95% which values that significant value 0,000 < 0,05 for eating pattern and 0,001 < 0,05 Conclusion, there is a relation between eating pattern and uric acid level, and there is a relation between knowledge extent and uric acid level.Keywords : Uric acid level, knowledge level, eating patternAbstrak : Gout artritis merupakan salah satu penyakit degenerative yang menyerang sistem persendian dimana penyakit ini ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam tubuh secara berlebihan dan gout artritis yang terjadi berulang atau bertahun akan menyebabkan timbulnya tophi. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gout artritis bepengaruh terhadap terjadinya gout artritis, dimana salah satu faktor penyebab terjadinya gout artritis yaitu pola makan. Pola makan terdiri dari frekuensi makanan, jenis makanan, tujuan, makan, fungsi makanan, dan cara pengolahan makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola makan dan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat dalam darah pada penderita gout artritis di puskesmas ranotana weru. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Responden terdiri dari 93 penderita gout artritis dengan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil Uji penelitian dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%, didapat bahwa nilai signifikan 0,000 < 0,05 untuk pola makan dan 0,001 < 0,05. Kesimpulan terdapat hubungan antara pola makan dengan kadar asam urat dalam darah dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat dalam.Kata kunci : Kadar asam urat, tingkat pengetahuan, pola makan
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila Oreochromis niloticus yang dikultur pada sistem akuaponik dengan kepadatan biofilter kangkung yang berbeda Gerung, Pramulya R.A; Mudeng, Joppy D.; Salindeho, Indra R.N.; Longdong, Sammy N.J.; Pangkey, Henneke; Rumengan, Inneke F.M.
e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/bdp.10.2.2022.38562

Abstract

This research was conducted to determine the optimal density of kale plants as biofilter in an aquaponic system that can trigger the highest growth and survival of tilapia. The experiment was designed in a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications so that there were 9 experimental units. The factor tested was the different density of kale plants as biofilter in the aquaponics system, where treatment A: 6 kale plants/0,24m2, B: 12 kale plants/0,24m2, and  K: without kale plants (as control). This study was conducted for 28 days.  Collected data  included weight, length and number of fish, which were then converted to  absolute growth rate (weight and length) , daily growth rate, survival rate and kale plant growth. Data  were analyzed using ANOVA  and then Least Significance Differences (LSD) for  further analysis.   The results  showed that the different density of  kale plants had no significant effect on absolute growth rate (weight and  length)  and daily growth rate, but had a significant effect on the survival rate of fish. The LSD results  showed that density of 6 kale plants/0,24m2 (A) were not significantly different from that of 12 individuals kale plants/0,24m2 (B), but both treatments were significantly different from the control (K).  The range of ammonia  was between 0.29 – 0.91 mg/l, nitrite 0.55 – 1.06 mg/l, and nitrate 10 - 47 mg/l.
The Life Cycle and Sensitivity of the Local Copepod, Apocyclops sp to Tributyltin Exposure Inneke F.M. Rumengan,N.D. Rumampuk, D. Sumilat, J. Rimper
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 14, No 2 (2009): June 2009
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v14i2.2367

Abstract

Uji toksisitas tributiltin secara akut telah dicobakan pada kopepoda tropis Apocyclops sp. yang diisolasi dari tambak Manembo-nembo Bitung, Sulawesi Utara. Kopepoda dikultur dalam kondisi laboratorium (25-27oC, 30 ppt dan tanpa penerangan) dengan pemberian mikroalga Nannochloropsis oculata sebagai pakan. Semua individu kopepoda yang digunakan sebagai hewan uji berasal dari sepasang induk jantan dan betina. Kopepoda untuk eksperimen tributiltin (TBT) diberi perlakuan dalam air laut dan selama eksperimen tidak diberi pakan, dan larutan stok TBT-Cl dilarutkan dalam aseton. Pengaruh starvasi (tanpa pemberian pakan) dan aseton diamati sebelum uji toksisitas TBT dilakukan. Setiap eksperimen, 10 kopepoda dewasa (5 jantan dan 5 betina) dari satu kohort dimasukkan ke dalam cawan petri (diameter 3 cm) berisi masing-masing 10 ml air laut. Ternyata perlakuan tanpa pemberian pakan tidak mempengaruhi kopepoda selama periode eksperimen. Dalam uji toksisitas TBT, hanya 3 individu yang dapat bertahan sampai akhir eksperimen (8 jam) walaupun dengan konsentrasi terendah (0.0001 ng.l-1). Kebanyakan individu telah mati sebelum 8 jam diekspos ke konsentrasi TBT 0.01 ng.l-1. Pada konsentrasi TBT yang lebih tinggi (0.1 dan 1 ng.l-1), tingkat kelulusan hidup kopepoda hanya 50% dalam waktu kurang dari satu jam, sedangkan kopepoda yang sisa masih hidup semuanya sebelum mati jam ke-4 yang diberi perlakukan. Dalam uji toksisitas ini, semua konsentrasi yang dicobakan ternyata lebih kecil dari rata-rata konsentrasi TBT di alam (10 ng.l-1). Kisaran konsentrasi TBT yang lebih lebar masih perlu diuji-cobakan untuk mengklarifikasi efek akut TBT agar dapat diperoleh konsentrasi untuk uji toksisitas secara kronis.
The Life Cycle and Sensitivity of the Local Copepod, Apocyclops sp to Tributyltin Exposure Inneke F.M. Rumengan; N.D. Rumampuk; D. Sumilat; J. Rimper
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 14, No 2 (2009): June 2009
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v14i2.2690

Abstract

Uji toksisitas tributiltin secara akut telah dicobakan pada kopepoda tropis Apocyclopssp. yang diisolasi dari tambak Manembo-nembo Bitung, Sulawesi Utara. Kopepodadikultur dalam kondisi laboratorium (25-27oC, 30 ppt dan tanpa penerangan) denganpemberian mikroalga Nannochloropsis oculata sebagai pakan. Semua individukopepoda yang digunakan sebagai hewan uji berasal dari sepasang induk jantan danbetina. Kopepoda untuk eksperimen tributiltin (TBT) diberi perlakuan dalam air lautdan selama eksperimen tidak diberi pakan, dan larutan stok TBT-Cl dilarutkandalam aseton. Pengaruh starvasi (tanpa pemberian pakan) dan aseton diamatisebelum uji toksisitas TBT dilakukan. Setiap eksperimen, 10 kopepoda dewasa (5jantan dan 5 betina) dari satu kohort dimasukkan ke dalam cawan petri (diameter 3cm) berisi masing-masing 10 ml air laut. Ternyata perlakuan tanpa pemberian pakantidak mempengaruhi kopepoda selama periode eksperimen. Dalam uji toksisitas TBT,hanya 3 individu yang dapat bertahan sampai akhir eksperimen (8 jam) walaupundengan konsentrasi terendah (0.0001 ng.l-1). Kebanyakan individu telah mati sebelum8 jam diekspos ke konsentrasi TBT 0.01 ng.l-1. Pada konsentrasi TBT yang lebihtinggi (0.1 dan 1 ng.l-1), tingkat kelulusan hidup kopepoda hanya 50% dalam waktukurang dari satu jam, sedangkan kopepoda yang sisa masih hidup semuanya sebelummati jam ke-4 yang diberi perlakukan. Dalam uji toksisitas ini, semua konsentrasiyang dicobakan ternyata lebih kecil dari rata-rata konsentrasi TBT di alam (10 ng.l-1).Kisaran konsentrasi TBT yang lebih lebar masih perlu diuji-cobakan untukmengklarifikasi efek akut TBT agar dapat diperoleh konsentrasi untuk uji toksisitassecara kronis.
Co-Authors Ahmad Ismail Akerina, J. Alfret Luasunaung Anggraeny, Dyta Anindito Leksono Ariyati H Fadel Budiyanto Budiyanto Calvyn F. A. Sondak, Calvyn F. A. Carolus Paulus Paruntu D. Sumilat Daniel Limbong Deiske Adeliene Sumilat, Deiske Adeliene Didit Dewanto Edi Suryanto Elvy L. Ginting, Elvy L. Emma Suryati Erly Kaligis Erly Kaligis F. Losung, F. Fallen B. Sandana Fembri, Fransiskus Gerung, Pramulya R.A Ginting, Elvy Like Gregoria S. S. Djarkasi Grevo S Gerung Harino, Hiroya Harino, Hiroya Henneke Pangkey Hens Onibala Herson, Nur Afiah Hety B Lahope Indra R.N. Salindeho Indriasari ., Indriasari Inoue, Koji Inoue, Koji Ixchel F Mandagi J. Rimper Jantje Pongoh John Kekenusa Johny Budiman Joice R.T.S.L Rimper Joppy Mudeng Julius Sampekalo K. W.A. Masengi Lahimade, Melisa Lintang, Rosita AJ Lucia Cecilia Mandey Lumuindong, Frans Luntungan, Aldian H. Luntungan, Aldian H. Makapedua, Daisy M. Manoppo, Victoria Manu, Lusia Markus T. Lasut Marseni Sulung Masengi, Akira W. R. Masengi, E. I. K.G. Masengi, K.W.A Melky R Pattiwael Mongan, Jemsi Mopay, Maratade N. D. Rumampuk, N. D. N.D. Rumampuk Nasution, Ali Napiah Nawangsari Sugiri Pangemaman, Trezya Nilam Sari Pangkey, Henneke D. Patricia Untu, Patricia Petrus P Letsoin Pipih Suptijah Rampengan, M. M.F. Rampengan, Royke Remy E. P Mangindaan RICHARDUS KASWADJI Rignolda Djamaluddin Rina Kundre Rinny Modaso Riny Modaso Rompas, Gebriela Roring, Jordan Iglesias Rudi Prabowo Rumampuk, N.D. Salindeho, Netty Salindeho, Netty Sammy N.J. Longdong Songgigilan, Anisha M.G Sri Yuningsih Noor Stenly Wullur Sumampouw, Eliza J Sumilat, Deiske A. A. Sumual, Maria Fransisca Talumepa, Anggun C. N. Trina Tallei Veibe Warouw Wattayakorn, Gullaya Wattayakorn, Gullaya Wilhelmina Patty Wulur, Stenly Yatsuzuka, Emi Yatsuzuka, Emi Zammrud Lantiunga Zebua, Nistiarni