Wimpy Santosa
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Published : 101 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

IMPLEMENTASI PROGRAM JALAN HIJAU UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN KONSTRUKSI RENDAH KARBON Wimpy Santosa; Greece Maria Lawalata
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 5 No. 2 (2019)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jh.v5i2.3367.65-74

Abstract

Abstract Negative impacts from the implementation of road construction, namely increasing carbon emissions or Greenhouse Gas Emissions, need to be taken into account, because it is very influential on climate change. Indonesia will experience significant losses due to climate change, because Indonesia is an island-shaped country. The longer dry season will increase the frequency of extreme weather, and heavy rains are increasingly likely to increase flooding. The Green Road Program is a program that has the potential to reduce carbon emissions from the implementation of road construction. Currently the Green Road Rating Program has been held in Indonesia for 3 years, from 2015 until 2017. By looking at the results obtained in other countries, the Green Road Program has the potential to reduce carbon emissions starting at around 28%, for roads with rigid pavement, up to around 37%, for roads with flexible pavements. When linked to the planned road construction in the 2014-2019 Directorate General of Highways Strategic Plan, which is 2,650 km of non-toll national roads and 1,000 km of toll roads, the implementation of the Green Road Program has the potential to reduce carbon emissions between 1.5 million tons and 2.0 million tons of CO2 equivalent. Keywords: implementation of road construction, carbon emissions, green roads, green road ranking  Abstrak Dampak negatif yang berasal dari pelaksanaan konstruksi jalan, yaitu meningkatnya emisi karbon atau emisi Gas Rumah Kaca, perlu diperhitungkan, karena sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim. Indonesia akan mengalami kerugian yang signifikan akibat perubahan iklim, karena Indonesia merupakan suatu negara yang berbentuk kepulauan. Musim kering yang semakin panjang akan meningkatkan frekuensi cuaca ekstrim, dan hujan lebat yang semakin sering berpeluang untuk meningkatkan terjadinya banjir. Program Jalan Hijau merupakan suatu program yang berpotensi untuk mengurangi emisi karbon yang berasal dari pelaksanaan konstruksi jalan. Saat ini Program Pemeringkatan Jalan Hijau telah diselenggarakan di Indonesia selama 3 tahun, yaitu pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Dengan melihat hasil yang diperoleh di negara lain, Program Jalan Hijau berpotensi mengurangi emisi karbon mulai dari sekitar 28%, untuk jalan dengan perkerasan kaku, hingga sekitar 37%, untuk jalan dengan perkerasan lentur. Bila dikaitkan dengan rencana pembangunan jalan yang terdapat pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga 2014-2019, yaitu 2.650 km jalan nasional nontol dan 1.000 km jalan tol, implementasi Program Jalan Hijau berpotensi mengurangi emisi karbon antara 1,5 juta ton hingga 2,0 juta ton CO2 ekuivalen. Kata-kata kunci: pelaksanaan konstruksi jalan, emisi karbon, jalan hijau, pemeringkatan jalan hijau
KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS SEPEDA MOTOR DI KOTA BANDUNG An An Anisarida; Wimpy Santosa
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 5 No. 2 (2019)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jh.v5i2.3373.129-136

Abstract

Abstract The number of traffic accidents, including motorcycle traffic accidents in the City of Bandung in 2013–2017 tends to decrease. However, traffic accidents involving motorbikes still dominate traffic accidents that occur. The proportion of traffic accidents involving motorbikes is still the highest compared to those of other traffic accidents, and reaches a maximum in 2015, which is 93% of the number of traffic accidents in the City of Bandung. In addition, the chance of death in motorcycle traffic accidents is still relatively high, which is between 9% and 21%. The high chance of death victims requires a more in-depth study to improve traffic safety, especially in motorcycle use. Keywords: traffic accidents, motorcycle traffic accidents, traffic accident victims, traffic safety  Abstrak Jumlah kecelakaan lalu lintas, termasuk kecelakaan lalu lintas sepeda motor di Kota Bandung pada tahun 2013–2017 cenderung mengalami penurunan. Walaupun demikian, kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor masih mendominasi kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Proporsi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor masih yang terbesar dibandingkan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas yang lain, dan mencapai maksimum pada tahun 2015, yaitu 93% terhadap jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung. Selain itu, peluang terjadinya korban meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas sepeda motor masih relatif tinggi, yaitu antara 9% hingga 21%. Tingginya peluang terjadinya korban meninggal dunia ini membutuhkan penelitian yang lebih mendalam untuk meningkatkan keselamatan berlalu lintas, khususnya dalam penggunaan sepeda motor. Kata-kata kunci: kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas sepeda motor, korban kecelakaan lalu lintas, keselamatan lalu lintas
PENYEBAB BADAN JALAN NASIONAL AMBLES DI PROVINSI JAWA BARAT Satrio Tunggul Satoto Jagad; Agus Taufik Mulyono; Wimpy Santosa; Sunjoto .
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 6 No. 2 (2020)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jh.v6i2.4058.151-164

Abstract

Abstract The cycle of structural pavement damage caused by subsidence generally has a repetitive pattern of damage and handling. The surface of the road looks great, but the bearing capacity under the surface is very low. The purpose of this research is to understand the dominant factors causing the subsidence on a national road section and determine its best solution. This study uses primary data, in the form of aerial photo recording using drones, geological field observations, georadar investigations, observation of pavement and drainage system damages, and soil investigations with sounding (Quassi Static Penetration Test) and hand boring tests. Then, the road damage analysis was performed using the factor value analysis. The road drainage and road pavement damage conditions were considered as the dominant factors causing the road subsidence, due to rain runoff that broke through the damaged pavement cavity and seeped into the soil layer below the road pavement. These conditions cause the saturation of water in the clay layer, so that it becomes expansive soils that have weathering. The solution to this is to stabilize the soil using lime-added material, geomembrane installation, and vertical moisture barrier at subsurface location. Keywords: subsidence; road pavement; factor analysis; road drainage; expansive soil.  Abstrak Siklus kerusakan struktural perkerasan jalan akibat amblesan badan jalan umumnya memiliki pola kerusakan dan penanganan yang berulang. Permukaan jalan terlihat mantap, tetapi daya dukung di bawah permukaannya ternyata sangat rendah. Tujuan penelitian adalah memahami faktor-faktor dominan penyebab amblesan badan jalan pada suatu ruas jalan nasional serta menentukan solusi penanganannya. Studi ini menggunakan data primer, yang berupa hasil perekaman foto udara dengan menggunakan drone, pengamatan geologi lapangan, penyelidikan georadar, pengamatan kerusakan perkerasan dan sistem drainase jalan, serta penyelidikan tanah dengan uji sondir dan hand boring. Selanjutnya dilakukan analisis kerusakan jalan dengan menggunakan analisis nilai faktor, dengan kondisi drainase jalan dan kerusakan perkerasan jalan merupakan faktor dominan penyebab badan jalan ambles, karena terdapat air limpasan hujan yang menerobos rongga perkerasan yang rusak dan merembes hingga ke lapisan tanah di bawah badan jalan. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penjenuhan air pada lapisan tanah lempung, sehingga menjadi tanah ekspansif yang memiliki pelapukan. Solusi penanganannya adalah dengan stabilisasi tanah menggunakan bahan tambah kapur, pemasangan geomembran, dan penghalang kelembaban vertikal pada lokasi amblesan badan jalan. Kata-kata kunci: amblesan; perkerasan jalan; analisis faktor; drainase jalan; tanah ekspansif.
KESESUAIAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PADA PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA IGW Samsi Gunarta; Wimpy Santosa; Anastasia Caroline Sutandi
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 7 No. 1 (2021)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jh.v7i1.4548.1-10

Abstract

Abstract The Indonesian Economic Corridor is 1 of the 3 pillars in the Master Plan for the Acceleration and Expansion of Indonesia's Economic Development 2011–2025. This initiative applies the concept of a modern corridor, which divides Indonesia's territory into 6 economic corridors, according to the competitive advantages of each region. This study aims to compare whether the infrastructure planned and built by the Government for each economic corridor is in-line with the expectations of the people who live in that economic corridor. In this study, a survey was conducted to determine the public's perception of the infrastructure needed for the development of an economic corridor. The results are then compared with the infrastructure provision plan that has been and will be developed by the Government. The study shows that there are differences between the infrastructure provided by the Government and those needed by the people in each corridor. Kalimantan Corridor shows the best proportion of supply-demand suitability which provided 3 out of 5 required infrastructures.Overall, there are infrastructures, which are commonly needed to ensure the growth of economic corridor, namely a well-connected transportation backbone, availability of alternative transportation modes and their inter-modal facility, ports with good services, and the availability of high-speed internet networks. Corridors that can be selected as a model for corridor development are the Java and the Bali-NTB-NTT Corridors, because these corridors have a high number of infrastructure suitability and have all the infrastructure needed by each corri-dor. Keywords: economic corridor; infrastructure; infrastructure provision; infrastructure needs; public perception.  Abstrak Koridor Ekonomi Indonesia adalah 1 dari 3 pilar dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011–2025. Prakarsa ini menerapkan konsep koridor modern, yang membagi wilayah Indonesia menjadi 6 koridor ekonomi, sesuai dengan keunggulan masing-masing wilayahnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah infrastruktur yang direncanakan dan dibangun oleh pemerintah untuk setiap koridor ekonomi sesuai dengan harapan oleh masyarakat yang ada di koridor ekonomi tersebut. Pada penelitian ini dilakukan survei untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang infrasruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan suatu koridor ekonomi. Hasil survei ini selanjutnya dibandingkan dengan rencana penyediaan infrastruktur yang telah dan akan dikembangkan oleh pemerintah. Hasil studi ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara infrastruktur yang direncanakan oleh pemerintah dan yang dibutuhkan oleh masyarakat di setiap koridor. Proporsi kesesuaian antara pasokan dan permintaan terbaik terdapat di Koridor Kalimantan, yang mendapatkan pasokan pemerintah berupa 3 dari 5 infrastruktur yang dibutuhkan. Secara keseluruhan, terdapat kesamaan infrastruktur yang benar-benar diperlukan untuk pengembangan suatu koridor ekonomi, yaitu backbone transportasi yang terkoneksi baik, ketersediaan moda transportasi alternatif beserta fasilitas integrasinya, pelabuhan dengan pelayanan yang baik, serta ketersediaan jaringan internet dengan kecepatan tinggi. Koridor yang dapat dipilih sebagai model pengembangan koridor adalah Koridor Jawa dan Koridor Bali-NTB-NTT, karena memiliki jumlah kesesuaian infrastruktur yang tinggi dan memiliki seluruh infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh setiap koridor. Kata-kata kunci: koridor ekonomi; infrastruktur; penyediaan infrastruktur; kebutuhan infrastruktur; persepsi masyarakat.KESESUAIAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PADA PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA
CAPAIAN KEMANTAPAN JALAN NASIONAL DI BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL NUSA TENGGARA TIMUR Bertho Orbain Sowolino; Wimpy Santosa
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 7 No. 2 (2021)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jhpji.v7i2.5056.125-132

Abstract

Abstract Road preservation aims to ensure that road support for development activities is guaranteed and roads are in a good condition. Good road conditions will affect the quality of the trip, driving comfort, and travel speed that can be achieved. In this study, the achievement of good road condition is assessed based on the existing budget allocation at the East Nusa Tenggara National Road Implementation Center. The proportion of roads in a good condition at the East Nusa Tenggara National Road Implementation Center has consistently increased from 2016 to 2020, increasing by 6.63% over a period of 4 years. The good condition of the road is influenced by the availability of budgets with varying amounts, depending on the preservation activities that are programmed to achieve the expected road condition. Keywords: national road; road preservation; good road condition; budget allocation. Abstrak Preservasi jalan bertujuan untuk memastikan bahwa dukungan jalan terhadap kegiatan pembangunan tetap terjamin dan jalan dalam kondisi mantap. Kondisi jalan yang mantap tersebut akan berpengaruh pada kualitas perjalanan, kenyamanan berkendara, dan kecepatan tempuh yang dapat dicapai. Pada studi ini dikaji capaian kemantapan jalan berdasarkan alokasi anggaran yang ada di Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Nusa Tenggara Timur. Proporsi jalan dengan kondisi mantap di Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Nusa Tenggara Timur terlihat konsisten meningkat dari tahun 2016 hingga tahun 2020, yaitu meningkat sebesar 6,63% dalam kurun waktu 4 tahun. Kondisi kemantapan jalan ini dipengaruhi oleh ketersediaan anggaran dengan besaran yang bervariasi, bergantung pada kegiatan preservasi yang diprogramkan untuk mencapai kondisi mantap yang diharapkan. Kata-kata kunci: jalan nasional; preservasi jalan; jalan mantap; alokasi anggaran.
PENGARUH INDEKS INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP INDIKATOR EKONOMI DI INDONESIA Prayoga Luthfil Hadi; Tilaka Wasanta; Wimpy Santosa
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 7 No. 2 (2021)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jhpji.v7i2.5058.143-152

Abstract

Abstract Roads and bridges are the main infrastructure in supporting the realization of increased economic development. The relationship between the performance of road infrastructure provision and the improvement of economic performance is a very important aspect to understand. The magnitude of this relationship can be used as the basis for making decisions on road infrastructure development. The road infrastructure index is a parameter that can be used to measure road infrastructure services to the economy. The road infrastructure index used in this study is a comparison of road length with area and population. This infrastructure index is then analyzed in relation to economic indicators, such as Gross Regional Domestic Product and poverty index. This study shows that an increase in the area index helps improve socioeconomic indicators, such as an increase in GRDP and a decrease in the poverty index. Meanwhile, the increase in the value of the population index has a negative relationship with the growth of socioeconomic indicators, which means that the larger the population index, the worse the socioeconomic indicators. An increase in the population infrastructure index causes a decrease in the GRDP indicator and an increase in the poverty index, which means that longer roads are needed to serve the population. Keywords: road; infrastructure performance; road infrastructure index; economic indicators. Abstrak Jalan dan jembatan merupakan suatu infrastruktur utama dalam mendukung terwujudnya peningkatan pembangunan ekonomi. Hubungan antara kinerja penyediaan infrastruktur jalan dengan peningkatan kinerja ekonomi merupakan aspek yang sangat penting untuk dimengerti. Besaran hubungan ini dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan pembangunan infrastruktur jalan. Indeks infrastruktur jalan merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengukur layanan infrastruktur jalan terhadap ekonomi. Indeks infrastruktur jalan yang digunakan pada studi ini adalah perbandingan panjang jalan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk. Indeks infrastruktur ini kemudian dianalisis keterkaitannya dengan indikator ekonomi, seperti Produk Domestik Regional Bruto dan indeks kemiskinan. Studi ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks luas wilayah membantu perbaikan indikator sosioekonomi, seperti kenaikan PDRB dan penurunan indeks kemiskinan. Sedangkan kenaikan nilai indeks penduduk memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan indikator sosioekonomi, yang berarti semakin besar indeks penduduk, indikator sosioekonomi memburuk. Kenaikan indeks infrastruktur penduduk menyebabkan penurunan pada indikator PDRB dan kenaikan pada indeks kemiskinan, yang berarti diperlukan jalan yang lebih panjang untuk melayani penduduk. Kata-kata kunci: jalan; kinerja infrastruktur; indeks infrastruktur jalan; indikator ekonomi.
TINGKAT KEPENTINGAN DAN KUALITAS FASILITAS PEJALAN KAKI DAN KORELASINYA TERHADAP WALKABILITY PADA KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT DI JAKARTA Agah Muhammad Mulyadi; Wimpy Santosa
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 8 No. 1 (2022)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jhpji.v8i1.5559.27-38

Abstract

Abstract The development of the Transit Oriented Development area is carried out to reduce the use of private vehicles and encourage people to walk and use public transportation. The location of this study is the Dukuh Atas area, which is a pilot project for the development of Transit Oriented Development in Jakarta. The purpose of this study is to identify the importance and quality of pedestrian facilities and to determine the correlation of 4 aspects that affect walkability. This study shows that there is a significant correlation between the quality of walkability and the 4 aspects studied, namely the aspect of accessibility, the aspect of supporting facilities, the aspect of security and safety, and the aspect of comfort. There are 4 parameters that are considered important and have high performance, namely pedestrian conflicts, sidewalk availability, crosswalk safety, and facilities for people with disabilities. Keywords: transit oriented development; pedestrian; walkability; private vehicles; public transportation Abstrak Pengembangan kawasan Transit Oriented Development dilakukan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi serta mendorong orang untuk berjalan kaki dan menggunakan kendaraan umum. Lokasi studi ini adalah Kawasan Dukuh Atas, yang merupakan proyek percontohan pengembangan Transit Oriented Development Jakarta. Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi tingkat kepentingan dan kualitas fasilitas pejalan kaki dan menentukan korelasi 4 aspek yang memengaruhi walkability. Studi ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas walkability dengan keempat aspek yang dikaji, yaitu aspek aksesibilitas, aspek fasilitas pendukung, aspek keamanan dan keselamatan, dan aspek kenyamanan. Terdapat 4 parameter yang dianggap penting dan memiliki kinerja tinggi, yaitu konflik pejalan kaki, ketersediaan trotoar, keselamatan penyeberangan, dan fasilitas penyandang disabilitas. Kata-kata kunci: transit oriented development; pejalan kaki; walkability; kendaraan pribadi; kendaraan umum
PENGHEMATAN BIAYA PENGGUNA JALAN PADA RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS JALAN Pradhana Wahyu Nariendra; Wimpy Santosa
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 8 No. 2 (2022)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jhpji.v8i2.5998

Abstract

Abstract Traffic congestion on a road is a situation when traffic flows at a lower speed than the design speed on the road, causing queues to occur. In this study, the Jambi West Ring Road, which is a primary arterial road in Jambi Province, with a high traffic density, is planned to be increased in capacity. The purpose of this study is to determine the level of service of the Jambi West Ring Road and the cost reduction experienced by road users when the road capacity is increased. This study focuses on calculating the ratio of traffic volume to road capacity, vehicle operating costs, and the time value of road users using the Jambi West Ring Road at peak hours. The methods used are the 1997 Indonesian Road Capacity Manual Method, the 1997 Jasa Marga Vehicle Operating Cost Calculation Method, and the income approach to calculate the time value. This study shows that if the capacity of the Jambi West Ring Road is increased, the level of service determined based on the ratio of traffic volume to road capacity will increase, from level of service E to level of service C. In addition, there will be cost savings for road users when widening the Jambi West Ring Road is carried out in accordance with Law No. 2 of 2022 and Government Regulation No. 34 of 2006 and the minimum lane width is determined based on the Regulation of the Minister of Public Works No. 19 of 2011. The savings for road users is estimated at Rp9,212,633,00 per peak hour or about 8.6% saving. Keywords: traffic jam; vehicle operating costs; time value; road user costs Abstrak Kemacetan lalu lintas di suatu jalan adalah suatu situasi pada saat arus lalu lintas bergerak dengan kecepatan yang lebih rendah daripada kecepatan desain di jalan tersebut, sehingga menyebabkan terjadinya antrean. Pada studi ini, Jalan Lingkar Barat Jambi, yang merupakan suatu jalan arteri primer di Provinsi Jambi, dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi, direncanakan untuk ditingkatkan kapasitasnya. Tujuan studi ini adalah menentukan tingkat pelayanan Jalan Lingkar Barat Jambi dan penurunan biaya yang dialami oleh pengguna jalan bila kapasitas jalan tersebut ditingkatkan. Studi ini difokuskan pada perhitungan rasio volume lalu lintas terhadap kapasitas jalan, biaya operasi kendaraan, dan nilai waktu pengguna jalan yang melintasi Jalan Lingkar Barat Jambi pada jam puncak. Metode yang digunakan adalah Metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, metode Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan Jasa Marga 1997, dan income approach untuk menghitung nilai waktu. Studi ini menunjukkan bahwa bila kapasitas Jalan Lingkar Barat Jambi ditingkatkan, tingkat pelayanan jalan yang ditentukan berdasarkan rasio volume lalu lintas terhadap kapasitas jalan akan meningkat, dari tingkat pelayanan E menjadi tingkat pelayanan C. Selain itu, akan terjadi penghematan biaya bagi pengguna jalan bila pelebaran Jalan Lingkar Barat Jambi dilakukan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 tahun 2022 dan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 serta lebar lajur minimum ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 tahun 2011. Penghematan pengguna jalan diperkirakan sebesar Rp9.212.633,00 per jam puncak atau hemat sekitar 8,6%. Kata-kata kunci: kemacetan lalu lintas; biaya operasi kendaraan; nilai waktu; biaya pengguna jalan
PENENTUAN TINGKAT PELAYANAN LAJUR SEPEDA DI JALUR DAGO KOTA BANDUNG Angga Marditama Sultan Sufanir; Wimpy Santosa
Jurnal Transportasi Vol. 22 No. 3 (2022)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jtrans.v22i3.6347.181-190

Abstract

Abstract Cycling facilities are infrastructure that can be used by cyclists. The form of this facility can be a bicycle path. This study reviews cyclist facilities located on the Jalan Dago, which is a favorite route in the city of Bandung cyclists. The purpose of this study is to determine the level of service of a bicycle lane using the Bicycle Level of Service approach. This method can be used to evaluate the level of service of bicycle lane with the factors that influence it, such as the volume factor, motorized vehicle speed factor, road pavement condition factor, and road cross section factor. To achieve this purpose, a survey was conducted to determine traffic volume, motorized vehicle speed, percentage of heavy vehicles, pavement conditions, and effective road width. This study shows that the level of service of bicycle lane on the road observed is D. The bicycle lane that is on the main road and the high volume of motorized vehicles are thought to be the cause of the low level of bicycle lane level of service. Keywords: cycling facilities; bicycle lane; level of service; traffic volume; motorized vehicle Abstrak Fasilitas pesepeda adalah prasarana yang dapat digunakan oleh pesepeda. Bentuk fasilitas ini dapat berupa jalur sepeda. Pada studi ini ditinjau fasilitas pesepeda yang terletak di jalur Jalan Dago, yang merupakan jalur favorit di Kota Bandung untuk digunakan oleh pesepeda. Tujuan studi ini adalah untuk menentukan tingkat pelayanan lajur sepeda dengan menggunakan pendekatan Bicycle Level of Service. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat pelayanan jalur sepeda dengan faktor-faktor yang memengaruhinya, seperti faktor volume, faktor kecepatan kendaraan bermotor, faktor kondisi perkerasan, dan faktor potongan melintang jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan survei untuk menentukan volume lalu lintas, kecepatan kendaraan bermotor, persentase kendaraan berat, kondisi perkerasan, dan lebar efektif jalan. Studi ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan lajur sepeda di jalan yang diamati adalah D. Lajur sepeda yang berada di badan jalan dan tingginya volume kendaraan bermotor diduga merupakan penyebab rendahnya tingkat pelayanan lajur sepeda tersebut. Kata-kata kunci: fasilitas pesepeda; lajur sepeda; tingkat pelayanan; volume lalu lintas; kendaraan bermotor
SKEMA ALOKASI RISIKO PERMINTAAN YANG OPTIMAL PADA INVESTASI JALAN TOL DI INDONESIA Nurul Handayani; Andreas Wibowo; Wimpy Santosa
Jurnal HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia) Vol. 9 No. 2 (2023)
Publisher : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jhpji.v9i2.7005.67-82

Abstract

Abstract Demand risk is a significant risk in Public Private Partnership projects in the toll road sector. This risk is often beyond the control of both the public and private sectors. In Indonesia, user pay remains the sole investment return option where the private sector bears the demand risk. Meanwhile, some options for allocating demand risk exist in other countries, which have also been successfully implemented. This study aims to evaluate the criteria and sub criteria used to assess the demand risk allocation scheme options, rank these options, and determine the optimal risk allocation strategy for Indonesia’s context to increase investor participation in toll road investment projects. This study analyzed 3 options for allocating demand risk schemes with 5 criteria used to evaluate these options. Respondents from government agencies were asked to rate the importance of each criterion using the Analytic Network Process approach. This study shows that by considering the interdepen-dence of the criteria, the Value for Money criterion is the most significant factor. Regarding the demand risk allocation scheme options, the Availability Payment is the preferred option among the respondents. Keywords: Public Private Partnership; demand risk allocation; toll road investment; Analytic Network Process Abstrak Risiko permintaan merupakan salah satu risiko yang signifikan pada proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha di sektor jalan tol. Risiko tersebut sering tidak bisa dikendalikan, baik oleh pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama maupun oleh badan usaha. Di Indonesia, skema tarif masih menjadi satu-satunya opsi pengembalian investasi, dengan risiko permintaan sepenuhnya ditanggung oleh badan usaha. Sementara itu, terdapat opsi-opsi lain yang telah berhasil dipraktikkan di negara-negara lain. Studi ini dilakukan untuk mengiden-tifikasi dan menentukan tingkat kepentingan kriteria dan subkriteria yang digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan opsi alokasi risiko yang optimal untuk konteks Indonesia, untuk dapat diterapkan dan dapat lebih meningkatkan partisipasi investor di proyek jalan tol. Analisis dilakukan terhadap 3 skema alokasi risiko permin-taan, dengan 5 kriteria penentu. Pemilihan skema alokasi risiko permintaan yang optimal dilakukan berdasar-kan persepsi responden dari pihak Pemerintah dengan pendekatan Analytic Network Process. Studi ini menun-jukkan bahwa dengan mempertimbangkan interdependensi antaratribut, kriteria Value for Money menjadi faktor terpenting. Untuk penilaian opsi skema alokasi risiko permintaan, responden lebih memilih Availability Payment. Kata-kata kunci: Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha; alokasi risiko permintaan; investasi jalan tol; Analytic Network Process
Co-Authors A. Caroline Sutandi A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abd. Rasyid Syamsuri Ade Sjafruddin Ade Sjafrudin, Ade Agah Muhammad Mulyadi Agita Risty Serena, Agita Risty Agus Taufik Mulyono Agus Taufik Mulyono Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Anastasia Caroline Sutandi Anastasia Caroline Sutandi Andreas Wibowo Angga Marditama Sultan Sufanir, Angga Marditama Sultan Anisarida, An An Arif Budiyono Arif Budiyono Bambang Susantono Bambang Susantono Bertho Orbain Sowolino Budi Hartanto Susilo Cahyo Adityadharma Cahyo Adityadharma, Cahyo Danang Parikesit Danang Parikesit Dwi Prasetyanto Dwi Prasetyanto Dwi Prasetyanto Sudiatmono Fadil Budi Setianto Florence Kartika Panditasiwi Ganayu Girasyitia Ganayu Girasyitia, Ganayu Gatot Perdana Kusuma Gatot Perdana Kusuma, Gatot Perdana Greece Maria Lawalata Gunarta, IGW Samsi Herman . HERMAN . Ida Farida IGW Samsi Gunarta Latif Budi Suparma Lisa Ramayanti Lisa Ramayanti M. _ Tranggono Melinda Tjeendra Melinda Tjeendra, Melinda Mochammad Tranggono, Mochammad Muhammad Idris Muhammad Idris Mursalim Muddin Nainggolan, Fransiskus Ferdinand Nancy . Nancy ., Nancy Nariendra, Pradhana Wahyu Ningsih, Lis Diana Nurul Handayani Panditasiwi, Florence Kartika Prayoga Luthfil Hadi Raden Griska Savitri Graha Raden Griska Savitri Graha, Raden Griska Savitri Rizky, Ajeng Meiliana Rudy Setiawan Rudy Setiawan Rusdi Usman Latief Sakti Adji Adisasimita Satrio Tunggul Satoto Jagad Sekaryadi, Yudi Sekaryadi, Yudi Suharman Hamzah, Suharman Sunjoto . Suryo Hapsoro Tri Utomo Sutandi, Anastasia Caroline Tilaka Wasanta Tranggono, M. _ Tri Basuki Joewono Tridamayanti, Alfina Usmany, Ayu Pranedya Wahid Wahyudi Wahid Wahyudi Wasanta , Tilaka Wasanta, Tilaka Wasanta, Tilaka Yudi Sekaryadi Yusak O. Susilo Yusak O. Susilo, Yusak O. Zakaria Mujahid