p-Index From 2020 - 2025
7.176
P-Index
This Author published in this journals
All Journal FORUM Interaksi Online
Nurist Surayya Ulfa
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP

Published : 90 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

REPRESENTASI MASKULINITAS LAKI-LAKI DALAM IKLAN PRODUK BUMBU MASAK, DETERJEN PAKAIAN, DAN SABUN PENCUCI PERALATAN MAKAN DAN MASAK Ima Putri Siti Sekarini; Triyono Lukmantoro; Nurist Surayya Ulfa
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.268 KB)

Abstract

REPRESENTASI MASKULINITAS LAKI-LAKI DALAM IKLAN PRODUK BUMBU MASAK, DETERJEN PAKAIAN, DAN SABUN PENCUCI PERALATAN MAKAN DAN MASAKAbstrakSetiap iklan mengandung gagasan mengenai femininitas perempuan dan maskulinitas laki-laki yang direpresentasikan dalam teks iklan tersebut. Namun, aspek maskulinitas laki-laki dalam iklan masih jarang digali. Itulah yang melatarbelakangi penelitian ini. Bagaimana iklan produk ‘untuk perempuan’, seperti produk kebutuhan rumah tangga, merepresentaikan maskulinitas laki-laki tersebut?Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika tradisi Roland Barthes untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Dengan pendekatan semiotika ini, penelitian ini berusaha membongkar tanda-tanda dalam iklan bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak untuk menemukan makna berupa gagasan di balik tanda-tanda tersebut. Dibantu oleh konsep codes of television milik John Fiske, teks diurai menjadi kode-kode, yaitu suatu unit yang lebih sempit, untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisa.Hasil penelitian menunjukkan adanya kesamaan pola pada representasi maskulinitas laki-laki yang ditemukan dari analisa terhadap iklan bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak. Maskulinitas laki-laki, dalam iklan untuk tiga jenis produk tersebut, direpresentasikan melalui sosok ayah, suami, serta pencari nafkah di mana ketiganya merupakan aspek dari sosok kepala keluarga dalam masyarakat yang hidup dengan ideologi patriarki.Key words : iklan, jender, maskulinitas, patriarkiREPRESENTATION OF MALE’S MASCULINITY IN TV COMMERCIALS FOR HOUSEHOLD PRODUCTSAbstarctIn every advertisements, including television commercials, there are always two aspects: female’s femininity and male’s masculinity. But, unfortunately, when compared to female’s femininity, male’s masculinity is still such a rare topic to be discussed and examined in gender studies field. That argument began this particular gender study. How, then, do television commercials for ‘female only’ products such as household products represent their male’s masculinity?This study make use of Roland Barthes’s semiotic approach to try to answer that question. By this means, this gender study struggles to break down the signs found in TV commercials for household products in order to discover the idea(s) behind those signs. By the help of John Fiske’s codes of television concept, text(s) were analyzed into codes, an unit(s) more restricted and specific.The result shows that there is a similarity in pattern of representation of male’s masculinity found by analyzing television commercials for household products. In television commercials for such products, male’s masculinity is represented through the use of father figure, husband figure, and responsible breadwinner figure, which the three being a huge aspect shaping the head of household figure in a society(ies) where patriarchal ideology lives.Key words: advertising, TV commercials, gender, masculinityPendahuluanPada hakikatnya, iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi (Noviani, 2002: 22). Namun, iklan juga unik karena memiliki kemampuan mempengaruhi yang cukup kuat. Dari aspek pengaruh ekonomi, iklan terbukti telah banyak memberikan keuntungan ekonomi yang sangat besar pada perorangan atau agen yang terlibat di baliknya (Widyatama, 2007: 156). Namun, iklan tidak hanya memiliki pengaruh ekonomi saja. Dia juga memiliki pengaruh psikologis dan pengaruh sosial budaya.Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pengaruh iklan secara sosial budayalah yang lebih disorot, di mana pesan-pesan yang ditampilkan melalui iklan akan mengkristal secara kolektif dan menjadi perilaku masyarakat secara umum. Perilaku masyarakat yang umum ini pada akhirnya akan membentuk sistem nilai, gaya hidup, maupun standar budaya tertentu.Iklan, sebagai alat (komunikasi) pemasaran yang berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan produk dari produsen (pengiklan) kepada calon konsumen (audience), memerlukan perencanaan yang matang agar selain pesan yang diinginkan (oleh pengiklan) sampai ke calon konsumen dengan utuh, calon konsumen juga menjadi percaya pada isi pesan dan karenanya berminat untuk mencoba maupun membeli produk yang diiklankan. Untuk mencapai tujuan ini, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan endorser yang mampu membantu membawakan pesan iklan dengan meyakinkan dan sekaligus membantu membentuk citra yang diharapkan untuk produk yang diiklankan.Selain pemilihan endorser, pengiklan juga harus merancang bagaimana endorser ini harus ditampilkan mulai dari segi penampilan fisik hingga perkataan dan perbuatan. Secara fisik, endorser perempuan yang sering muncul dalam iklan biasanya berwajah cantik, berkulit putih mulus, tubuh langsing, dan rata-rata berusia muda. Sedangkan laki-laki yang menjadi endorser biasanya berwajah tampan, berkulit putih, bertubuh tinggi atletis, dan juga berusia muda.Sedangkan dari segi karakterisasi, perempuan ditampilkan dengan kepribadian yang dikategorikan sebagai karakteristik feminin: anggun, lemahlembut, pasif, dan emosional. Sedangkan laki-laki ditampilkan dengan sifat-sifat yang dikelompokkan dalam kategori maskulin, misalnya kuat (secara fisik dan mental), rasional, tegas, dan agresif. Dari aspek setting, iklan juga stereotipikal dalam menampilkan perempuan dan laki-laki, di mana karakter perempuan hampir selalu ditampilkan berada di rumah atau di lingkungan rumah sedangkan tokoh laki-laki sering kali ditampilkan sedang sibuk beraktivitas di luar rumah, misalnya kantor.Umumnya, dalam iklan, perempuan dan laki-laki sering kali ditampilkan dalam kerangka jender yang sama dari waktu ke waktu. Pada bagian awal subbab ini telah disebutkan bahwa iklan memiliki pengaruh sosial budaya. Pengaruh ini bisa timbul salah satunya dikarenakan adanya stereotipisasi dalam penampilan sosok laki-laki dan perempuan dalam iklan, gaya penampilan yang mengikuti suatu pola dan peran jender tertentu.Iklan bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak termasuk dalam kelompok iklan yang sering menampilkan sosok laki-laki dan perempuan yang stereotipikal sesuai dengan peran jender konvensional. Iklan untuk produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak tidak pernah absen menghadirkan gambaran perempuan dalam kerangka femininitas tertentu, yaitu sebagai ibu rumah tangga yang sedang melakukan aktivitas seperti memasak, merawat anak, serta membersihkan rumah, dan perempuan tersebut mayoritas dimunculkan dalam setting rumah.Yang kadang luput dari perhatian adalah arti keberadaan sosok laki-laki dalam iklan yang sama. Banyak iklan untuk produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak yang menghadirkan sosok endorser laki-laki. Laki-laki dalam iklan tersebut, seperti halnya perempuan, juga ditampilkan dalam kerangka jender tertentu, yaitu kerangka jender maskulin. Tentu saja representasi maskulinitas laki-laki dalam iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak berbeda dengan representasi maskulinitas laki-laki yang umum ditemui dalam iklan rokok. Laki-laki dalam iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak seringkali dimunculkan menyandang peranayah/suami/kepala rumah tangga, atau sebagai voice over yang memberikan penjelasan mengenai produk yang sedang diiklankan. Posisi laki-laki dalam iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak sekilas memang tidak mengandung maksud tertentu. Namun, bila ditelaah lebih jauh, sesungguhya peran-peran yang disandang laki-laki dalam iklan-iklan tersebut memiliki posisi superior terhadap sosok perempuan. Sebaliknya, iklan rokok merk Marlboro misalnya, merepresentasikan maskulinitas melalui sosok koboi. Di balik representasi maskulinitas laki-laki melalui sosok koboi ini, kita bisa saja menarik kesimpulan mengenai bagaimana seharusnya laki-laki ideal itu. Iklan rokok merk Marlboro mungkin bermaksud menyampaikan pada khalayak bahwa laki-laki yang ideal itu adalah laki-laki yang pemberani, tangguh, kasar, serta individualistis.Karena iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak menampilkan representasi maskulinitas laki-laki dengan cara berbeda dari iklan rokok merk Marlboro, maka bisa kita tarik asumsi bahwa iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak memiliki gagasan tersendiri mengenai maskulinitas laki-laki dan sosok laki-laki ideal untuk disampaikan pada khalayak. Pembahasan dalam makalah ini akan membongkar ideologi apa yang tersembunyi di balik pesan iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak sebagai cara mendeskripsikan representasi maskulinitas laki-laki dalam iklan-iklan tersebut.PembahasanTerdapat empat ideolog yang bekerja dalam pesan iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak. Tiga ideologi pertama bisa dikatakan sebagai ideolog yang bersifat minor, sedangkan ideologi keempat merupakan bersifat lebih luas di mana tiga ideology pertama merupakan bagian dari ideology keempat ini. Tiga ideologi minor tersebut, yaitu kode ideologis son preference, fatherhood, dan kecerdasan laki-laki ideologi. Ketiganyamerupakan bagian dan pendukung ideologi yang bersifat mayor, yaitu ideologi patriarki.Dalam The Gender Knot: Unraveling Our Patriarchal Legacy (2005) diutarakan bahwa patriarki bukan semata sinonim dari ‘laki-laki’, melainkan suatu jenis masyarakat (society) di mana baik laki-laki maupun perempuan sama-sama terlibat dan berpartisipasi di dalamnya. Menurut Johnson, masyarakat yang patriarkis adalah masyarakat yang hingga taraf tertentu mendukung adanya hak-hak istimewa laki-laki (male privilege) melalui aksi serta gagasan yang berbau dominasi laki-laki (male dominated), diidentifikasikan dengan laki-laki (male identified), dan terpusat pada laki-laki (male centered). Masyarakat patriarkis juga menunjukkan adanya obsesi terhadap kendali atau keinginan kuat untuk mengendalikan segalanya (Johnson, 2005: 5). Male dominated, male identified, male centered, dan obsesi terhadap kendali, menurut Johnson, merupakan empat karakteristik patriarki.Dominasi laki-laki sebagai suatu karakteristik patriarki mengandung pemahaman bahwa posisi-posisi dengan kewenangan tinggi, misalnya dalam bidang politik, hukum, dan militer, sebagian besar diduduki oleh laki-laki dan seolah diperuntukkan bagi laki-laki. Kondisi ini akhirnya menciptakan perbedaan kekuasaan yang cukup mencolok antara laki-laki dan perempuan. Dominasi laki-laki seperti yang banyak terdapat dalam masyarakat patriarkis juga mengakibatkan timbulnya gagasan bahwa laki-laki lebih superior (dibandingkan perempuan). Anggapan semacam ini muncul karena masyarakat cenderung tidak membedakan antara superioritas yang dikandung oleh posisi atau kedudukan dalam suatu hierarki dengan orang-orang yang biasanya menempati posisi tersebut. Johnson menambahkan, penting untuk dipahami bahwa dominasi laki-laki dalam masyarakat patriarkis tidak berarti setiap laki-laki itu berkuasa. Dominasi laki-laki berarti di mana ada pusat atau konsentrasi kekuasaan, hampir bisa dipastikan (kaum) laki-laki yang akan menguasainya karena laki-laki dalam hal ini bisa dipandang sebagai rancangan dasar kaum atau orang yang memegang kekuasaan (Johnson, 2005: 5-6).Karakteristik berikutnya yang dimiliki oleh masyarakat patriarkis yaitumale identified yang diartikan bahwa dasar gagasan kultural mengenai apa yang dianggap baik, yang dikehendaki, dan yang dianggap normal adalah hal-hal yang biasa diasosiasikan dengan laki-laki dan maskulinitas ideal. Dengan kata lain, male identified dalam patriarki memposisikan laki-laki dan kehidupannya sebagai standar dalam menentukan apakah sesuatu itu normal atau tidak. Anggapan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yang menganggap bahwa manusia normal adalah laki-laki (Sultana, 2010: 4).Aspek lain dari male identified adalah deskripsi kultural mengenai maskulinitas dan sosok laki-laki ideal yang kemudian seolah menjelma menjadi nilai-nilai inti dalam masyarakat. Kualitas-kualitas seperti kontrol, kekuatan (fisik), senang berkompetisi, keteguhan, ketenangan di bawah tekanan, logika, kemampuan mengambil keputusan, rasionalitas, dan otonomi dikenal sebagai karakteristik-karakteristik maskulin dan standar ideal bagi laki-laki. Dengan kata lain, kualitas-kualitas tersebut diidentifikasikan sebagai ‘laki-laki’. Dalam masyarakat patriarkis, sifat-sifat tersebut pun lebih dihargai (Johnson, 2005: 6-10).Selain bersifat male dominated dan male identified, masyarakat patriarkis juga bersifat male centered atau terpusat pada laki-laki yang berarti bahwa laki-laki dan apa pun yang mereka lakukan lah yang menjadi fokus perhatian. Hal ini dikarenakan menurut kultur patriarki, pengalaman dan kehidupan laki-laki merepresentasikan pengalaman seorang manusia yang utuh. Dalam kehidupan sehari-hari pun, fokus perhatian terhadap laki-laki dapat ditemui, misalnya bagaimana laki-laki mendominasi percakapan dengan cara bicara lebih banyak (daripada perempuan), lebih sering menginterupsi pembicaraan, hingga mengendalikan topik dan arah pembicaraan (Johnson, 2005: 10-12).Obsesi untuk memegang kendali (the obsession with control) merupakan karakteristik selanjutnya dari paham patriarki. Kontrol atau kendali merupakan elemen penting dalam patriarki dikarenakan paham patriarki adalah sistem di mana di dalamnya terdapat hak-hak istimewa yang diberikan pada salah satu kelompok. Dalam praktiknya, hak-hak istimewa tersebut menempatkan salah satu kepompok dalam kedudukan yang tinggi dan mengopresi kelompok lain yangtidak memperoleh hak istimewa tersebut. Dengan kata lain, kelompok superior mempertahankan posisi dan hak istimewanya dengan cara mengontrol kelompok lainnya, misalnya kaum laki-laki melindungi dan mempertahankan kedudukan dan hak istimewa yang diberikan padanya dengan cara mengendalikan para perempuan di sekitarnya. Kemampuan mengendalikan ini telah menjadi standar kultural bagi manusia sebagai makhluk superior, yang pada akhirnya dipandang sebagai piranti bagi laki-laki untuk mengukuhkan dan membenarkan posisi dan hak istimewanya.Perlu juga diketahui bahwa sesungguhnya kendali atau kontrol tidaklah bersifat buruk dan tidak dengan sengaja bertujuan untuk mengopresi. Dengan melakukan pengendalian, manusia mampu menciptakan keteraturan dari situasi chaos dan melindungi diri dari ancaman-ancaman terhadap eksistensinya. Namun, di bawah kekuasaan paham patriarki, kemampuan mengendalikan tersebut bukan lagi dianggap sebagai lambang dari esensi manusia sebagai makhluk hidup, melainkan berubah menjadi begitu dihargai dan didambakan hingga menimbulkan obsesi dalam tingkat ekstrim yang membuat kehidupan sosial menjadi sangat menekan (Johnson, 2005: 14-15).Empat karakteristik patriarki di atas dapat ditemukan pada banyak praktik-praktik sosial. Ideologi son preference, fatherhood, dan kecerdasan laki-laki termasuk dalam praktik sosial bersifat patriarkis karena ketiganya memiliki karakter yang sama dengan karakteristik patriarkis yang digagas oleh Johnson.Son preference memiliki karakteristik patriarki, yaitu male centeredness. Dia dijalankan dengan memusatkan pada apa yang diasumsikan dapat dilakukan oleh laki-laki. Male centeredness yang memusatkan perhatian pada apa yang diasumsikan dapat dilakukan oleh laki-laki sebagai karakteristik son preference dapat terlihat pada faktor ekonomi son preference, yaitu anggapan bahwa anak laki-laki mampu menyokong orangtua dan keluarga secara finansial serta anak laki-laki yang juga dinilai lebih potensial dan menguntungkan sebagai tenaga kerja.Selain son preference, praktik patriarkis di masyarakat juga tampak dalam pandangan yang menempatkan sosok ayah (laki-laki) sebagai figur pemegangotoritas. Konsep fatherhood memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik patriarki, yaitu male dominated dan obsesi terhadap kendali (obsession with control).Ideologi fatherhood atau kebapakan memiliki karakter male dominated, yang artinya sebagian besar posisi-posisi dengan otoritas tinggi biasanya dipegang atau diduduki oleh, bahkan seolah diperuntukkan bagi, laki-laki. Mulai dari lingkup keluarga inti yang sempit hingga cakupan negara, laki-laki hampir bisa dipastikan menjabat sebagai pemegang kedudukan tertinggi. Karakteristik lain ideologi fatherhood yang masih cukup berkaitan dengan karakter male dominated ini adalah obsesi terhadap kendali. Sebagai kelompok yang beruntung dikarenakan hak-hak istimewa yang dialamatkan kepadanya, menyebabkan kaum laki-laki menempati posisi yang menjadikan mereka superior terhadap kelompok lainnya, terutama perempuan. Dengan status yang lebih superior tersebut, maka kaum laki-laki pada akhirnya memiliki keleluasaan untuk mengendalikan kelompok inferior lainnya. Pengendalian tersebut dilakukan terutama sebagai upaya untuk mempertahankan dan melindungi hak-hak istimewa mereka dari siapapun atau apapun yang mungkin mengancamnya. Kemampuan untuk mengendalikan telah menjadi standar kultural bagi makhluk hidup superior, yang kemudian digunakan sebagai piranti oleh laki-laki untuk mengukuhkan dan membenarkan hak dan posisi istimewa mereka (Johnson, 2005: 14).Kode ideologis kecerdasan laki-laki juga bagian dari praktik yang bersifat patriarkis. Dia memiliki karaktersitik patriarki, sama seperti dua kode ideologis yang telah diuraikan sebelumnya. Karakteristik patriarki yang melekat pada konsep kecerdasan laki-laki sendiri adalah male identified.Kecerdasan, atau intelligence dalam bahasa Inggris, merupakan hasil kombinasi dari rasionalitas maskulin (masculine rationality) dengan keberhasilan sosial (social success) (Raty dan Snellman, 1995: 2). Pada kenyataannya, rasionalitas bukanlah konsep yang bersifat netral-jender, walau banyak orang masih mengira demikian. Justru sesungguhnya yang selama ini dikenal sebagai rasionalitas a la Barat adalah rasionalitas maskulin (Ross-smith dan Kornberger, 2004: 282). Ross-Smith dan Kornberger juga mencantumkan dalam tulisanmereka tentang penggunaan akal pikiran (sebagai ciri dari sifat rasional) yang telah diasosiasikan dengan laki-laki dan maskulinitas sejak zaman Yunani Kuno. Asosiasi di antara keduanya masih terus berlangsung di masa kini, sehingga dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang, konsep mengenai akal pikiran dan rasionalitas sesungguhnya memiliki konotasi maskulin. Mengasosiasikan rasionalitas dengan laki-laki dan/atau maskulinitas merupakan salah satu aspek dari male identified, di mana gagasan kultural mengenai laki-laki ideal telah menjelma menjadi nilai-nilai inti masyarakat secara keseluruhan (Johnson, 2005: 7). Salah satu kualitas yang telah diidentifikasi sebagai kualitas laki-laki ideal tersebut adalah penggunaan logika dan rasionalitas.KesimpulanBerdasarkan hasil temuan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini, yaitu:1. Iklan bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuci peralatan makan dan masak menampilkan maskulinitas laki-laki dengan cara melekatkan peran, sifat, maupun karakteristik, seperti:1.1. Memosisikan laki-laki dewasa dalam peran ayah dan/atau suami yang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah atau konflik, memberi solusi, serta tampil sebagai pemimpin yang dipatuhi1.2. Menampilkan beberapa laki-laki dewasa yang sedang aktif berkarya di lingkungan kerja sebagai pekerja di sebuah pabrik (area publik), dengan posisi mulai dari staf di gudang hingga peneliti produk di laboratorium1.3. Menjadikan laki-laki dewasa sebagai sumber informasi, baik dengan menjadi duta produk maupun voice-over dalam iklan, yang tugas utamanya adalah mendeskripsikan keunggulan, karakteristik, dan cara penggunaan produk kepada khalayak produk tersebut, yang umumnya adalah perempuan dewasa2. Pemberian setiap peran dan karakteristik tersebut kepada laki-laki dewasa dalam iklan produk bumbu masak, deterjen pakaian, dan sabun pencuciperalatan makan dan masak mengandung makna yang lebih mendalam daripada sekadar peran yang dimainkan dalam suatu karya fiktif (iklan). Dengan menyandangkan peran sebagai suami/ayah, pekerja yang giat mencari nafkah, serta informan yang menguasai informasi pada aktor laki-laki, membuat mereka tampak berada pada posisi dominan dan lebih superior dibandingkan lawan mainnya, yaitu perempuan dan anak-anak3. Kedudukan lebih dominan dan superior yang dimiliki oleh laki-laki seperti ditampilkan dalam iklan tersebut dikarenakan adanya ideologi patriarki yang berpihak dan memberi hak-hak istimewa pada laki-laki. Ideologi patriarki ini hidup lestari di masyarakat melalui berbagai praktiknya, yaitu son preference, fatherhood, dan gagasan tentang kecerdasan dan rasionalitas sebagai kualitas alami laki-laki.DAFTAR PUSTAKABarker, Chris. (2005). Cultural Sudies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.Berger, Arthur Asa. (2010). The Object of Affection: Semiotics and Consumer Culture. New York: Palgrave Macmillan.Budiman, Kris. (2011). Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra.Bungin, Burhan. (2001). Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik. Yogyakarta: Penerbit Jendela.Bungin, Burhan. (2005). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Burton, Graeme. (2008). Yang Tersembunyi di Balik Media: Pengantar Kepada Kajian Media. Yogyakarta: Jalasutra.Chandler, Daniel. (2007). Semiotics: The Basics (2nd ed.). New York: Routledge.Cornwall, Andrea dan Nancy Lindisfarne (Eds.). (1994). Dislocating Masculinity: Comparative Ethnographies. New York: Routledge.Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln (Eds.). (2005). The Sage Handbook of Qualitative Research (3rd ed.). Thousand Oaks, California: Sage Publications.Donovan, Josephine. (2006). Feminist Theory: The Intellectual Traditions (3rd ed.). The Continuum International Publishing.Fiske, John. (1987). Television Culture: Popular Pleasures and Politics. New York: Routledge.Fiske, John. (2007). Cultural and Communication Studies: Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.Fletcher, Winston. (2010). Advertising: A Very Short Introduction. New York: Oxford University Press.Guba, Egon G. dan Yvonna s. Lincoln. (1994). Competing Paradigms in Qualitative Research. Dalam N. Denzin dan Y. Lincoln (Eds.), Handbook of Qualitative Research (1st ed.) (105-117). California: Sage Publications.Goddard, Angela. (1998). The Language of Advertising. New York: Routledge.Hall, Stuart (Ed.). (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. Sage Publications.Iriantara, Yosal. (2009). Literasi Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Johnson, Allan G. (2005). The Gender Knot: Unraveling Our Patriarchal Legacy (Revised and Updated Edition). Philadelphia: Temple University Press.Kasiyan. (2008). Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.Malti-Douglas, Fedwa (Ed.). (2007a). Encyclopedia of Sex and Gender Volume I. Macmillan Reference USA.Malti-Douglas, Fedwa (Ed.). (2007b). Encyclopedia of Sex and Gender Volume II. Macmillan Reference USA.Murray, Mary. (1995). The Law of the Father? Patriarchy in the Transition from Feudalism to Capitalism. New York: Routledge.Neuman, W. Lawrence. (2007). Basics of Sosial Research: Qualitative and Quantitative Approaches (2nd ed.). New York: Pearson.Noviani, Ratna. (2002). Jalan Tengah Memahami Iklan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Pease, Allan dan Barbara Pease. (2004). The Definitive Book of Body Language. Pease International.Pilcher, Jane dan Imelda Whelehan. (2004). Fifty Key Concepts in Gender Studies. Thousand Oaks, California: Sage Publications.Richmond-Abbott, Marie. (1992). Masculine and Feminine: Gender Roles Over The Life Cycle (2nd ed.). McGraw-Hill, Inc.Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Saptari, Ratna dan Brigitte Holzner. (1997). Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial: Sebuah Pengantar Studi Perempuan. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.Schement, Jorge Reina (Ed.). (2002). Encyclopedia of Communication and Information Volume I. Macmillan Reference USA.Talbot, Mary. (2007). Media Discourse: Representation and Interaction. Edinburgh University Press.Thompson, Roy dan Christoper J. Bowen. (2009). Grammar of the Shot (2nd ed.). Focal Press.Webb, Jen. (2009). Understanding Representation. Thousand Oaks, California: Sage Publications.Widyatama, Rendra. (2007). Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher (Kelompok Penerbit Pinus).Wood, Julia T. (19940. Gendered Media: The Influence of Media on Views of Gender. Dalam Julia T. Wood, Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture (231-244). Wadsworth Publishing.JurnalConnell, R.W. (1996). Teaching The Boys: New Research on Masculinity, and Gender Strategies for Schools. Teachers College Record, 98(2): 206-235.Koller, Veronika. (2008). ‘Not Just a Colour’: Pink as a Gender and Sexuality Marker in Visual Communication. Visual Communiaction, 7(4): 395-423.Nafajian, Maryam dan Saeed Ketabi. (2011). Advertising Social Semiotic Representation: A Critical Approach. International Journal of Industrial Marketing, 1(1): 63-78. Dalam http://faculty.washington.edu/thurlow/com210b/readings/koller(2008).pdf. Diunduh pada 29 Januari 2013 pukul 11.15.Prentice, Deborah A. and Erica Carranza. (2002). What Women and Men Should Be, Shouldn’t Be, Are Allowed to Be, And Don’t Have to Be: The Contents of Prescriptive Gender Streotypes. Psychology of Women Quarterly, 26: 269-281. Dalam http://psych.princeton.edu/psychology/research/prentice/pubs/Prentice%20Carranza.pdf. Diunduh pada 3 Maret 2012 pukul 13.50 WIB.Ross-Smith, Anne dan Martin Kornberger. (2004). Gendered Rationality? A Genealogical Exploration of the Philosophical and Sociological Conceptions of Rationality, Massculinity, and Organization. Gender, Work, and Organization, 11(3): 280-305. Dalam http://www.martinkornberger.com/includes/04gender.pdf. Diunduh pada 8 Mei 2013 pukul 15.37.Sacristan, Marisol Velasco. (2009). Overt-Covertness in Advertising GenderMetaphors. Journal of English Studies, 7: 111-148.Sultana, Abede. (2010). Patriarchy and Women’s Subordination: A Theoretical Analysis. The Arts Faculty Journal Volume 4 July 2010- June 2011: 1-18. Dalam http://bdresearch.org/home/attachments/article/nArt/A5_12929-47213-1-Pb.pdf. Diunduh pada 21 Mei 2013 pukul 12.06.Tsai, Wan-Hsiu Sunny dan Moses Shumow. (2011). Representing Fatherhood and Male Domesticity in American Advertising. Interdisciplinary Journal of Research in Business, 1(8): 38-48. Dalam http://idrjb.com/articlepdf/idrjb8n5.pdf. Diunduh pada 18 Maret 2012 pukul 15.10.Tesis, Disertasi, Laporan PenelitianCochran, Susan Sims. (2009). Exploring Mascilinities in the United States and Japan. Tesis. Kennesaw State University. Dalam http://digitalcommons.kennesaw.edu/etd/53. Diunduh pada 30 April 2012 pukul 11.38.Das Gupta, Monica, dan kawan-kawan. (2002). Why is Son Preference so Persistent in East and South Asia? A Cross-country Study of China, India, and the Republic of Korea. Laporan Penelitian. The World Bank. Diunduh pada 9 April 2013 pukul 14.52.De Camargo, Camilla. (2012). The Police Uniform: Power, Authority, and Culture. Disertasi. University of Salford. Dalam http://www.internetjournalofcriminology.com/DeCamargo_The_Police_Uniform_IJC_Oct_2012.pdf. Diunduh 23 Januari 2013 pukul 10.27.Eklund, Lisa. (2011). Rethinking Son Preference: Gender, Population Dynamics, and Social Change in the People’s Republic of China. Disertasi. Lund University. Dalam http://lup.lub.se/luur/download?func=downloadFile&recordOld=1950819&fileOld=1951084. Diunduh pada 9 April 2013 pukul 14.52.Nilsson, Marie. (2004). The Paradox of Modernity: A Study of GirlDiscrimination in Urban Punjab, India. Tesis. Lund University. Dalam http://www.ekh.lu.se/publ/mfs/9.pdf. Diunduh pada 13 November 2012 pukul 11.57.Nixon, Elizabeth, Padraic Whyte, Joe Buggy, Sheila Greene. (2010). Sexual Responsibilty, Fatherhood, and Discourses of Masculinity among Socially and Economically Disadvantaged Young Men in Ireland. Laporan Penelitian. Crisis Pregnancy Agency. Diunduh pada 19 April 2013 pukul 18.00.Tadpikultong, Supavee. (2008). The Representation of Different Genders in Product Advertising: Comparison of TV Advertisements in Thailand and the United Kingdom. Disertasi. Dalam http://edissertations.nottingham.ac.uk/2038/1/08MSceexst1.pdf. Diunduh pada 14 April 2012 pukul 15.24.Seminar/WorkshopRaty, Hanu dan Leila Snellman. (1995). On the Social Fabric of Intelligence. Makalah. Dipresentasikan pada The Symposium of Social Representations in the Northern Context di Mustio, Finlandia (22-26 Agustus): 1-9.Sumber-sumber lainJally, Sut. Advertising, Gender, and Sex: What’s Wrong with a Little Objectification?. Dalam https://mediasrv.oit.umass.edu/~sutj/Objectification.pdf. Diunduh pada 20 September 2012.http://en.wikipedia.org/wiki/Polo_shirt.http://id.wikipedia.org/wiki/Edwin_Lau.http://teukuwisnu.com/bio.Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Dalam http://sdm.ugm.ac.id/main/sites/sdm.ugm.ac.id/arsip/peraturan/UU_1_1974.pdf. Diunduh pada 14 April 2012.
Pengaruh Intensitas Menonton Televisi dan Pendampingan Orangtua dalam Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar Donik Agus Setiyanto; Nurist Surayya Ulfa; Sri Widowati Herieningsih; Tandiyo Pradekso
Interaksi Online Vol 3, No 3: Agustus 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.777 KB)

Abstract

Televisi sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat sekarang ini, hal ini terlihat dari jumlah pengguna televisi yang selalu meningkat setiap tahunnya. Kedisiplinan belajar anak dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan pendampingan orangtua yang baik dalam menonton televisi yang berperan besar didalam lingkungan keluarga juga memiliki peran dalam membentuk perilaku dan sikap anak untuk disiplin belajar.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas menonton televisi dan pendampingan orangtua dalam menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar. Dasar pemikiran yang digunakan adalah displacement effect theory dan Parental mediation. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian adalah anak berusia 12 – 14 tahun, dengan jumlah sebesar 138 siswa di SMP Negeri 5 Purwodadi.Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS 22. Uji hipotesis antara intensitas menonton televisi menunjukkan hasil yang sangat signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 dan berpengaruh negatif terhadap kedisiplinan belajar. Sedangkan variabel pendampingan orang tua dalam menonton televisi menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 dan memiliki pengaruh yang positif terhadap kedisiplinan belajar. Kesimpulan dari uji hipotesis ini adalah semakin rendah intensitas menonton televisi maka semakin tinggi kedisiplinan belajar dan semakin tinggi pendampingan orangtua maka kedisiplinan belajar akan semakin tinggi.Saran yang dapat diberikan adalah orang tua sebagai pendidik di rumah sebaiknya mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan atau aktivitas lain yang lebih positif dan bermanfaat seperti berolahraga, berinteraksi dengan teman sebaya dilingkungannya dan belajar sehingga dapat mengurangi intensitas menonton televisi.
Pengaruh Terpaan Iklan Televisi Dan Promosi Penjualan Ice Cream Paddle Pop Terhadap Impulse Buying Pada Anak Arnita Devi Wellynda Yanti; Nurist Surayya Ulfa S,Sos, M.Si
Interaksi Online Vol 4, No 2: April 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.968 KB)

Abstract

Tingginya intensitas iklan pada jam tayang anak menjadi hal yang sangatmenghawatirkan mengingat anak-anak merupakan khalayak yang rentan terhadap pengaruh iklan televisi. Hal ini terjadi karena kemampuan kognitif mereka yang masih terbatas sehingga menjadikan mereka target yang mudah dipersuasi.Namun faktor pendorong tingginya impulse buying pada anak bukan hanya dariiklan di televise. Gencarnya promosi penjualan yang dilakukan oleh produsenmakanan anak tidak kalah penting dalam mendorong tingginya impulse buyingpada anak. Akan tetapi mengingat impulse buying merupakan salah satu perilaku pengambilan keputusan pembelian yang bersifat kebiasaan (habitual decision making), jika dilakukan berulang-ulang dan terus dilanjutkan hingga usia yang lebih tua, kebiasaan ini dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan baik secara ekonomi maupun psikologis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terpaan iklanIce Cream Paddle Pop (????????) dan Promosi Penjualan Ice Cream Paddle Pop (????????)terhadap perilaku impulse buying pada anak (????). Penelitian ini menggunakan teori Advertising Exposure untuk menjelaskan pengaruh terpaan iklan Ice CreamPaddle Pop terhadap perilaku impulse buying pada anak. Sedangkan pendekatansales promotion digunakan untuk menjelaskan pengaruh Promosi Penjualan IceCream Paddle Pop terhadap perilaku impulse buying pada anak. Populasi dalampenelitian ini adalah anak-anak dengan usia 9-12 tahun yang sudah terterpa iklan Ice Cream Paddle Pop di televisi dan sample yang digunakan sebanyak 50 orang dengan teknik purposive sampling.Dalam uji hipotesis, penulis menggunakan Analisis Regresi Linier. Ujihipotesis model pertama menunjukkan nilai signifikansi antara terpaan iklanterhadap perilaku impulse buying dengan 0,204 (>0,05) sehingga dapat diartikan terpaan iklan Ice Cream Paddle Pop tidak berpengaruh terhadap perilaku impulse buying pada anak. Uji hipotesis model kedua mengukur pengaruh promosi penjualan terhadap perilaku impulse buying yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,019 (<0,05). Dengan demikian semakin tinggi pengaruh promosi penjualan Ice Cream Paddle Pop maka semakin tinggi pula perilaku impulse buying pada anak.
PEMBUATAN WEBSITE MAGAZINE “IKILHO” BEKERJASAMA DENGAN EKSPRESI SUARA REMAJA (Divisi Reporter dan Fotografer) Ni Made Dinna Caniswara; Nurist Surayya Ulfa; M Bayu Widagdo; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.294 KB)

Abstract

Dalam era globalisasi dan masyarakat modern yang selalu membutuhkan gerak cepat, internet menjadi salah satu kebutuhan bagi mayarakat modern dalam memenuhi kebutuhan informasi global maupun lokal. Kini pun mulai bermunculan majalah website yang merupakan versi online dari majalah cetak yang sudah ada sebelumnya. Hal ini mendorong penulis membuat majalah website lokal bernama “Ikilho” untuk memenuhi kebutuhan inormasi lokal di Semarang, hal ini menjadi peluang karena sebelumnya belum ada majalah website dengan lingkup lokal Semarang yang membahas mengenai gaya hidup meliputi kuliner, wisata, kesehatan, fashion, event, DIY, musik, film, isu, dan promo yang ditujukan pada anak muda.Pada majalah website “Ikilho” seorang reporter bertugas untuk mencari tema yang akan dibahas pada website, menghubungi narasumber, melakukan liputan, dan menulis artikel. Selain itu, terdapat seorang fotografer yang memiliki tugas untuk mengambil foto sebagai pedukung informasi pada artikel yang akan di-post di website, dalam mengambil gambar, seorang fotografer harus memperhatikan teknik pengambilan gambar dan angle yang diambil saat mengambil gambar.Pada saat proses pelaksanaan terdapat hambatan yang dihadapi oleh reporter, yaitu perubahan tema yang sebelumnya yang sudah ditetapkan, dan juga hambatan yang dialami fotografer karena ada beberapa narasumber yang tidak bisa ditemui langsung sehingga fotografer tidak bisa diambil gambar langsung.Kata kunci : majalah website, gaya hidup, anak muda, reporter, fototgrafer, Semarang, karya bidang.
Analisis Perbedaan Permintaan Pembelian pada Anak berdasarkan Terpaan Pesan Fantasi Iklan Televisi dan Persepsi Realitas Erlita Ardiana .; Nurist Surayya Ulfa S.Sos, M.Si
Interaksi Online Vol 4, No 2: April 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.054 KB)

Abstract

Anak merupakan pangsa pasar yang potensial, sebab, selain memiliki keunikan tersendiri, mereka merupakan influencer market yang mana memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan pembelian di dalam keluarganya. Oleh karenanya pemasar berlomba-lomba mencari strategi yang tepat untuk menyasar anak. Salah satu strategi yang digunakan oleh produk Shampo and Conditioner Eskulin Frozen dalam menyasar anak adalah dengan menggunakan iklan yang berisi pesan fantasi. Strategi ini diduga memungkinkan pertimbangan anak dalam melakukan permintaan pembelian kepada orang tuanya, sebab kemampuan kognitif anak yang terbatas, menjadikan mereka mudah mempercayai apa yang mereka lihat. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui adanya Perbedaan Permintaan Pembelian pada Anak berdasarkan Terpaan Pesan Fantasi Iklan Televisi dan Persepsi Realitas. Dasar pemikiran yang digunakan adalah Advertising Eksposure Theory dan Children Information Processing of Advertising Theory. Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksplanatori. Sampel dalam penelitian ini adalah anak-anak perempuan dengan rentan usia 7 hingga 11 tahun dengan ketentuan pernah menonton tayangan iklan Shampo & Conditioner Eskulin Frozen. Responden yang diambil adalah sejumlah 50 orang responden menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji non parametrik Mann-Whitney U test dengan bantuan alat statistik SPSS. Hasil uji hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan permintaan pembelian yang signifikan pada anak yang terkena terpaan pesan fantasi tinggi dan rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value yang menunjukkan angka < 0.05 yaitu senilai 0.014. Uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan permintaan pembelian yang signifikan pada anak yang memiliki persepsi realitas tinggi dan rendah. Ini ditunjukkan dari hasil signifikasi yang menunjukkan nilai P-value > 0.05 yaitu sebesar 0.538. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat faktorfaktor lain diluar persepsi realitas yang mempengaruhi permintaan pembelian anak.
The Influence of Advertising Exposure and Frequency of Parent-Children Communication towards Purchase Request Food and beverage Products from Children to Parent Reni Yunita Muyaningsih; Nurist Surayya Ulfa S,Sos, M.Si
Interaksi Online Vol 4, No 2: April 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.53 KB)

Abstract

Children are the potential market for the marketers because they are seen as a target in three markets, such as current market, future market and influential market. Therefore, marketers would seek for appropriate strategies to target children market. One of strategy that employed by marketers of food and beverage products in targeting children is advertising to persuade them by attractive ads. Because children have limited cognitive ability, they have to given socialization consumers by the parents so the children didn’t accept the information provided ads as a truth which will raise purchase request of children. The aims of this study to determine the influence of television advertising exposure and frequency of parent-children communication towards purchase request food and beverage products from children to parent. The theory that used was Advertising Exposure Processing Model and Children in Consumer Socializations. This type of research is explanatory research. The sample in this study are children aged 7 to 11 years who were exposed to food and beverage products on television. Respondents were taken from 50 respondents using non-random sampling technique. Data analysis used simple linear regression analysis with SPSS. The first hypothesis test results indicated that television advertising exposure (X1) isn’t significantly affect purchase request food and beverage products from children to parent (Y), while the significance of the results indicated the value of 0.231. The second hypothesis test indicated that frequency of parent-children communication (X2) significantly affects purchase request food and beverage products from children to parent (Y), with the results that indicates the value of 0.007.
PEMBUATAN WEBSITE MAGAZINE “IKILHO” BEKERJASAMA DENGAN EKSPRESI SUARA REMAJA (Divisi Editor, Desainer Grafis, dan Pengelola Website) Aprillia N S; Nurist Surayya Ulfa; M Bayu Widagdo; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.57 KB)

Abstract

Website Magazine adalah bentuk online dari majalah cetak. Website magazine saat ini dinilai lebih efisien karena sudah mulai banyak orang yang meninggalkan majalah cetak. Bekerjasama dengan Ekspresi Suara Remaja yang merupakan website magzine asal Semarang dengan target nasional, dibuatlah suatu website magazine baru bernama “Ikilho”. Berita yang ada pada “Ikilho” lebih berkonsentrasi pada informasi lokal Semarang seputar gaya hidup remaja. “Ikilho” dibuat karena belum adanya media yang menyugguhkan informasi lokal Semarang seputar gaya hidup remaja, sementara ketertarikan remaja Semarang terhadap informasi seperti itu cukup tinggi. Penulis bertugas sebagai Editor, desain grafis, dan administrator dalam website magazine “Ikilho”. Editor bertugas untuk mengedit naskah berita yang sudah ditulis oleh reporter, sedangkan desain grafis bertugas untuk membuat desain website dan mengedit foto berita. Administrator bertugas untuk mengunggah berita ke website “Ikilho” kemudian memromosikannya di media sosial. Selain itu administrator juga bertugas untuk melakukan buzzing di Twitter. Selama pelaksanaan penulis mengalami beberapa hambatan, baik hambatan tekhnis maupun hambatan non tekhnis. Tapi secara keseluruhan dari hasil riset pasca pelaksanaan yang diberikan kepada beberapa pembaca “Ikilho”, konsep website “Ikilho” sudah sesuai dengan target audiens yaitu remaja Semarang. Walaupun begitu terdapat beberapa bagian yang masih harus diperbaiki agar website magazine “Ikilho” bisa lebih baik. Kata kunci : Website Magazine, Gaya Hidup Anak Muda, Editor, Desain Grafis, Administrator
Pengaruh Intensitas Penggunaan Smartphone dan Komunikasi Orangtua Anak Terhadap Prestasi Belajar Anak Aldi Atwinda Jauhar; Nurist Surayya Ulfa; Tandiyo Pradekso; Agus Naryoso
Interaksi Online Vol 3, No 3: Agustus 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.855 KB)

Abstract

Smartphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat modern sekarangini, hal ini terlihat dari jumlah pengguna smartphone yang selalu meningkat setiaptahunnya. Tidak hanya orangtua saja, anak-anak saat ini sudah banyak yangmenggunakan perangkat canggih tersebut. Prestasi belajar anak dapat ditingkatkandengan memanfaatkan smartphone secara optimal, selain itu kegiatan komunikasiorang tua anak yang baik di dalam lingkungan keluarga juga memiliki peran dalammenaikkan prestasi akademik dari anak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaansmartphone dan komunikasi orang tua anak terhadap prestasi belajar anak. Dasarpemikiran yang digunakan adalah teori determinasi teknologi dan konsepkomunikasi instrumental. Penelitian ini menggunakan teknik simple randomsampling. Sampel penelitian adalah anak berusia 12 – 14 tahun, dengan jumlahsebesar 138 siswa di SMP Negeri 5 PatiAnalisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana denganbantuan SPSS 22. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa intensitas penggunaansmartphone (sig 0,003) dan komunikasi orang tua anak (sig 0,002) berpengaruh dansignifikan terhadap prestasi belajar anak. Kesimpulan dari uji hipotesis adalahintensitas penggunaan smartphone dan komunikasi orangtua anak berpengaruhpositif terhadap prestasi belajar anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa teorideterminasi teknologi dan konsep komunikasi instrumental terbukti mampumenjelaskan pengaruh antara intensitas penggunaan smartphone dan komunikasiorangtua anak terhadap prestasi belajar anak. Semakin tinggi intensitas penggunaansmartphone dan komunikasi orangtua anak maka semakin tinggi prestasi belajaranak.Saran yang dapat diberikan adalah mengoptimalkan penggunaansmartphone. Agar penggunaan smartphone tidak hanya untuk kegiatan hiburanseperti bermain game, namun juga digunakan untuk kegiatan yang positif dan lebihbermanfaat. Para guru dapat memanfaatkan serta mengenalkan keberadaanteknologi komunikasi informasi seperti smartphone untuk kegiatan belajarmengajar.
HUBUNGAN TERPAAN IKLAN PRODUK PEMUTIH KULIT DI TELEVISI DAN PERSEPSI ANAK TENTANG KULIT PUTIH DENGAN PREFERENSI ANAK PADA KULIT PUTIH Luhung Nalar Wangi; Nurist Surayya Ulfa, S.Sos, M.Si
Interaksi Online Vol 4, No 2: April 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.069 KB)

Abstract

Penelitian ini berangkat dari data penelitian sebelumnya yangmenunjukkan tingginya persentase iklan produk dewasa terutama produkkecantikan pada jam tayang anak. Di lain sisi, data di lapangan yang penulisperoleh dari berbagai forum diskusi ibu-ibu menunjukkan banyaknya anak-anakusia sekolah dasar yang merasa tidak percaya diri dengan warna kulitnya dancenderung lebih menginginkan kulit putih. Selain itu data tersebut jugadidukung dari hasil pra riset yang penulis lakukan pada anak-anak perempuanusia sekolah dasar yang menunjukkan preferensi anak-anak terhadap kulit putihterbilang tinggi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan iklanproduk pemutih kulit di televisi dan persepsi anak tentang kulit putih denganpreferensi anak pada kulit putih. Penelitian ini menggunakan teori efek mediauntuk menjelaskan hubungan terpaan iklan produk pemutih kulit di televisi danpersepsi anak tentang kulit putih dengan preferensi anak pada kulit putih.Sedangkan teori tentang efek iklan pada anak intended and unintended effectdigunakan untuk menjelaskan bahwa persepsi anak tentang kulit putih danpreferensi anak pada kulit putih merupakan dampak tidak di sengaja dariadanya paparan iklan produk pemutih kulit di televisi. Populasi dalampenelitian ini adalah anak perempuan usia 10-12 tahun yang sudah terterpaiklan produk pemutih kulit di televisi dan sampel yang diambil sebanyak 50orang dengan teknik purposive sampling.Dalam uji hipotesis, penulis menggunakan Analisis Korelasi Kendall Taub.Uji hipotesis pertama antara terpaan iklan dengan preferensi menunjukkannilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Uji hipotesis kedua antara terpaan iklandengan persepsi menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,004 (<0,05). Ujihipotesis ketiga antara persepsi dengan preferensi menunjukkan nilaisignifikansi sebesar 0,000(<0,05).Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwaterdapat hubungan antara terpaan iklan produk pemutih kulit di televisi danpersepsi anak tentang kulit putih dengan preferensi anak pada kulit putih.Penelitian ini menunjukkan bahwa iklan produk dewasa yang tayang pada jamtayang anak memiliki unintended effect pada anak-anak, sehingga saran untukmasyarakat khususnya kalangan orang tua agar menaruh perhatian lebih padapaparan iklan yang menerpa anak-anak dan saran untuk pihak pemegangregulasi (KPI) sebaiknya memperketat aturan tentang iklan pada jam tayanganak.
Pengaruh Intensitas Bermain Game Online dan Pengawasan Orang Tua Terhadap Perilaku Agresif Anak Ananda Erfan Musthafa; Nurist Surayya Ulfa; Sri Widowati Herieningsih; Tandiyo Pradekso
Interaksi Online Vol 3, No 3: Agustus 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.255 KB)

Abstract

Tren game online yang sekarang banyak digandrungi lapisan usia tidakhanya memberikan dampak positif saja, namun juga dapat membawa dampaknegatif kepada anak. Di dalam permainan game online sekarang ini banyakmengandung adegan atau aksi-aksi kekerasan baik secara verbal maupun secarafisik. Hal ini tentunya menjadi kekhawatiran karena anak yang memainkan gameonline yang banyak mempertontonkan aksi-aksi kekerasan dan perilaku agresifbisa menjadi contoh yang buruk bagi perkembangan anak terutama perilaku anak.Disinilah peran orang tua dibutuhkan yaitu dengan memberikan pengawasankepada anak dalam bermain game online untuk meminimalisir dampak negatifdari game online.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas bermaingame online dan pengawasan orang tua terhadap perilaku agresif anak. Dasarpemikiran yang digunakan adalah social cognitive theory dan parental mediation.Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik non random sampling denganmetode purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 50 responden denganusia 10-14 tahun di warnet atau game center yang ada di kecamatan Banyumanikkota Semarang.Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhanadengan bantuan SPSS 22. Uji hipotesis antara intensitas bermain game onlinemenunjukkan hasil yang sangat signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000dan berpengaruh positif terhadap perilaku agresif anak. Sedangkan variabelpengawasan orang tua terhadap anak dalam bermain game online menunjukkanhasil yang signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 dan memilikipengaruh yang negatif dengan perilaku agresif anak. Kesimpulan dari uji hipotesisini adalah semakin tinggi intensitas bermain game online maka semakin tinggiperilaku agresif anak dan semakin tinggi pengawasan orang tua maka perilakuagresif anak akan semakin rendah.Saran peneliti adalah orang tua sebaiknya mengarahkan anak untukmelakukan aktivitas yang lebih positif dan bermanfaat, serta untuk penelitianselanjutnya disarankan menggunakan variabel lain seperti inteeraksi peer groupatau pola asuh orang tua.
Co-Authors Adam Gilang Ditsani Adelya Putri Ayu Felita Adi Nugroho Adi Nugroho Adi Nugroho Adi Nugroho Adinda Sekar Cinantya Aditya Ihatra, Dzikri Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Ahmad Mulyadi Aldha Wulan Nugraheni Aldi Atwinda Jauhar Alya Khoirunnisa, Mayfida Amaria Niken Ranindyasa Amida Yusriana Ananda Erfan Musthafa Andika Al Hakiem, Muhammad Andre Ghozali Putra Riyadi Andrea Oktavia, Helga Anggi Pramesthi Kusumarasri Anisa Dyah Permata, Cindy Aprillia N S Arnita Devi Wellynda Yanti Aulia Ecallypta, Saffa Aulia Rahma Fadilla Aulia Triwardhana Noor Fathan Ramadhan, Bayu Widagdo, Muhammad Brigitta Dwi Liusditari Dafa H.D, Krisna Daffa Satriowibowo Djoko Setiabudi Djoko Setyabudi Djoko Setyabudi Djoko Setyabudi Donik Agus Setiyanto Drasthya Estha Ghany, Drasthya Estha Dwi Purbaningrum, Dwi Dwiki Ryan Pramana Eririan Kloer, Latissya Erlita Ardiana . Fahrida Amalia Husna Fatikah Rosutami Febriana Handayani Ghaliyah Julya Almira Ginanjar Saputra Gita Reza Nadhani Hedi Pudjo Santosa Hedi Pudjo Santosa Helmi Bayuputra, Rafli Iffah Shofiyah Ariefah Ilham Bayu Prasetyo Ima Putri Siti Sekarini Jan Khairuzzaman, Alief Jessica Inez Indriani, Febronia Jimmy Fachrurrozy Kurniandy, Yody Lintang Dwi Pudyastuti, Lintang Dwi Lintang Ratri Rahmiaji Luhung Nalar Wangi Luthfiana Dewi . Lutvia Anjani, Erlin M Bayu Widagdo Marsha Fildzaishma Martia Mutiara Tasuki Maulana Ocky Adhicondro Monalisa Sima Sebayang Muchamad Yuliyanto Muhammad Bayu Widagdo Muhammad Gustiasa, Muhammad Nada Nurkhalisha, Aisya Nadhif Zufar Faizal, Sulthan Nadia Gita Aresti Nadya Putri Kristiyanto Nanda Deristia Maharani Ni Made Dinna Caniswara Nicho Putera Gustantyo Nisa Safitri, Aiko Nur Suryanto Gono, Joyo Nuriyatul Lailiyah Nurul Hasfi Nurul Izzah, Saniyyah Octavia Meiza Putri, Karina Pehulisa, Karin Permata Ayuning Mulia, Catharina Putra Baroto, Medio Qurrota Ayun, Primada Qurrota Ayyun, Primada Rahma Kurniasari Raihan Wiguna, Ilham Reni Yunita Muyaningsih Renis Susani Karamina Rezky Utami, Nofiyanti Rifni Lestari Rosanna Fadiya Sekar Dewi Pramana, Antonia Rachel Sholihudin, Nabiila Siadari, Roulina Siti Zahara Alawiyah Yulissa Sofari Fuqoha, M Ilham Sri Widowati Herieningsih Sri Widowati Herieningsih Sunarto Sunarto Surya Prabhaswara, Fauzan Suryanto Gono, Joyo Nur Tandiyo Pradekso Tazki Valeda, Delicia Thalenta Salsabila Tiagita Reva Yogiyanti, Tiagita Reva Tri Hastuti Caisari Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Wahyu Hidayat Wahyu Kuncoro Aji, Danar Wahyu Satria Utama, Wahyu Satria Widya Andhika Aji Wiwid Noor Rakhmad Yanuar Luqman Yunisa Wirastanti, Tiara Yusriana, Amida YUSUF AKBAR, MUHAMMAD