Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PERANAN BIDAN DESA DALAM MENANGANI DAN MERUJUK KASUS BAYI BARU LAHIR ASFIKSIA DI KABUPATEN CIREBON Umniyati, Helwiah
Jurnal Kedokteran YARSI Vol 15, No 3 (2007): SEPTEMBER-DESEMBER 2007
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.646 KB) | DOI: 10.33476/jky.v15i3.1072

Abstract

Each year 3 million newborns die during the first seven days of life, accounting for 75% of all neonatal deaths. At least 1 million babies die during their first 24 hours of life. Three major causes of neonatal death are infections (pneumonia, diarrhea, and tetanus) 36%, preterm birth 28% and asphyxia 23%. Causes of death vary between the early and late neonatal periods, with deaths caused by preterm birth, asphyxia and congenital defects occur predominantly during the frst week of life and infection is the major cause of neonatal deaths thereafter. In Indonesia based on 2001 Household Health Survey (SKRT 2001) neonatal death caused by asphyxia was 27% which was the second cause of neonatal death after low birth weight. The objective of this study was to learn the role of midwives in handling and referring birth asphyxia in Cirebon District by using qualitative method. The result showed that many people living in villages in Cirebon district did not understand the causes of asphyxia. They thought that babies could not cry because of bad spirit or devil. The midewives were capable of handling the asphyxia babies according to their knowledges obtained from training about asphyxia management. Sometimes however, the midwives encountered some constrains in practice such as low birth weight babies (only 1,4 Kg) and oversize concave cover for resuscitation. Other limiting factors occurred when the midwives would like to refer the babies to the hospital. The families might refuse with some reasons such as, no trust in the medical staff, shortage of money or difficulty in finding transportation.  Lack of incubator in the hospital was also another obstacle.
KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA TAHUN 2009 Umniyati, Helwiah
Jurnal Kedokteran YARSI Vol 18, No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.639 KB) | DOI: 10.33476/jky.v18i1.175

Abstract

Pelayanan kesehatan yang bermutu dari Puskesmas dapat diukur salah satunya dengan mengetahui kepuasan pasien terhadap layanan. Bagi Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok kepuasan pasien merupakan hal yang sangat penting, mengingat visi Puskesmas ini adalah menjadikan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok sebagai unit pelayan kesehatan prima, merata dan terjangkau oleh masyarakat demi mendukung pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja pelayanan kesehatan terhadap masyarakat khususnya di balai pengobatan dengan mengukur tingkat kepuasaan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian survei, untuk melihat gambaran kepuasan pasien di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok yang dilaksanakan pada Mei ? Juli 2009. Populasi pada penelitian adalah pasien rawat jalan di Balai pengobatan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara. Tingkat kepuasan pasien diukur berdasarkan metode servqual dan diagram kartesius dengan melakukan wawancara pada 63 pasien di balai pengobatan umum. Masing-masing pernyataan diberi skor dengan menggunakan skala likert 1-5. Pada penelitian ini dihasilkan sebagian besar responden merasa puas terhadap pelayanan tenaga kesehatan di balai pengobatan umum Puskesmas Tanjung Priok (71,4%). Dimensi bukti fisik (tangible) memiliki persentasi kepuasan yang tertinggi sebesar 84,12% sedangkan persentase kepuasan terendah yaitu pada dimensi jaminan (assurance) sebesar 65,07%. Kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter lebih tinggi dari pada kepuasaan terhadap perawat 76,19% vs 65,07%. Puskesmas Tanjung Priok perlu mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang sudah ada. Beberapa hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan untuk lebih ditingkatkan misalnya saja kehadiran petugas yang tepat waktu, mempunyai waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan pasien, menanggapi keluhan dengan baik, serta memberikan informasi dengan jelas.
PENERAPAN ASI EKSKLUSIF 6 BULAN VERSUS PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DI INDONESIA Umniyati, Helwiah
Jurnal Kedokteran YARSI Vol 13, No 1 (2005): JANUARI - APRIL 2005
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jky.v13i1.1060

Abstract

The benefits of breastfeeding are well established, so that in 2001 WHO has revised global recommendation on exclusive breastfeeding that mothers should exclusively breastfeed their children until 6 months old (the old recommendation was previously 4 months). After that, to fulfill the babies need on nutrition, babies are given complementary feeding while breastfeed should be continued until 2 years. Six months exclusive breastfeeding will reduce infant morbidity and mortality in developing countries. In Indonesia, although exclusive breastfeeding for 6 month has been implemented by Ministry of Health, it is only 1% of the mothers exclusively breastfeed their babies for 6 months. In Vietnam, children who were exclusively breastfed for less than 3 months got diarrhoea earlier and the prevalence of diarrhoea was greater than babies who were breastfed for more than 3 months. Complementary feeding should be given when babies are 6 months old. In Indonesia, however complementary feeding have already been given when the babies are just 7 days old or less. The babies got formula, honey, water, sweet water, fruits, etc. Proportion of babies aged less than 1 month receiving commercial complementary feeding was 4 ? 5 %, increasing with the increase of age. Early complementary feeding will affect the baby's health.
Knowledge, attitude, and practice of pregnant women in preventing HIV transmission from mother to child Umniyati, Helwiah; Atmoko, Sri Puji Utami; Sudaryo, Mondastri Korib
Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Vol 14 No 1 (2020): July
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29238/kia.v14i1.1039

Abstract

HIV AIDS is a very important global health issue, and the trend of housewives getting HIV AIDS significantly increases. The objective of this study to assess knowledge, attitude, and practice related to mother-to-child HIV transmission and its prevention in antenatal clinic (ANC) attendees at the public health center. The type of studdy was a cross-sectional survey was conducted amongst 101 antenatal attendees in Senen Public Health Centre (Puskesmas) in Central Jakarta. The result was most respondents (83.2%) knew HIV caused AIDS. Knowledge of HIV prevention was quite good. Based on pregnant women's perception, only 25.7% had HIV test and 18% syphilis test in last pregnancy. In chi-square analysis, we found a significant relationship in variables knowledge of PMTCT, attended group discussion, and syphilis test related to attitude (p <0.05). The results of cox survival analysis, which was the lower the PMTCT knowledge, the worse the attitude (PR = 1.84 with 95% CI 1-072 - 3.150). Among the pregnant mothers, we found that the awareness and knowledge about HIV/AIDS were superficial.
Uji Validitas Kuesioner Fonseca dalam Menilai Gangguan Temporomandibula (TMD) pada Karyawan Universitas YARSI Umniyati, Helwiah
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 12, No 2 (2020): DESEMBER 2020
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v12i2.1751

Abstract

Pendahuluan: Salah satu nyeri orofasial yang sering dikeluhkan pasien seperti sakit kepala, nyeri di sekitar leher, nyeri pada wajah dan telinga adalah gangguan temporomandibula / temporomandibular disorders (TMD). Biasanya pasien tidak menyadari tanda dan gejala gangguan temporomandibula. Banyak faktor yang mempengaruhi TMD, seperti trauma oklusi, gigi tanggal, kebiasaan buruk dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan menguji validitas kuesioner Fonseca dalam menilai gangguan temporomandibula (TMD), dibandingkan dengan pemeriksaan klinis pada karyawan Universitas YARSI.  Bahan dan Metode Penelitian:  Dilakukan studi analitik cross sectional dengan sampel 225 karyawan Universitas YARSI. Kami menggunakan teknik non-probability sampling. Data dievaluasi menggunakan uji Chi-square. Hasil: Ditemukan prevalensi TMD dengan pemeriksaan klinis lebih tinggi dibandingkan kuesioner Fonseca yaitu 57,8% dan 50,7%. Kebanyakan dari sampel mengalami TMD ringan. Ada hubungan yang bermakna antara TMD berdasarkan kuesioner Fonseca dan TMD dengan pemeriksaan klinis (p 0,05). Berdasarkan pemeriksaan klinis, tidak didapatkan perbedaan TMD berdasarkan jenis kelamin, usia responden dan status gigi hilang. Hanya pendidikan dan status pekerjaan yang memiliki hubungan bermakna. Pada uji validitas hasil kuisioner dan pemeriksaan klinis didapatkan sensitivitas 65% dan spesifisitas 71%. Simpulan: Kuisioner Fonseca merupakan alat yang cukup baik untuk skrining gangguan pada temporomandibular (TMD) di masyarakat, mungkin perlu memodifikasi pertanyaan agar dapat meningkatkan validitas.
Pelatihan Kader Komunitas dalam Penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Jakarta Selatan Umniyati, Helwiah; Syarip, Achmad; Dewi Subandiyah, Ika
Smart Dedication: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2025): Smart Dedication: Jurnal Pengabdian Masyarkat
Publisher : SMART SCIENTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70427/smartdedication.v2i1.163

Abstract

Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia dengan kasus Tuberkulosis (TBC). Untuk merespon situasi tersebut, Indonesia mencanangkan program “Eliminasi TBC tahun 2030. Kasus TBC di Jakarta Selatan, masih sangat tinggi dengan jumlah pasien TB sebanyak 5200 orang yang masih dalam taraf pengobatan. Investigasi Kontak (IK) merupakan pendekatan utama dalam mengupayakan penemuan kasus baru TBC di masyarakat dengan melakukan kegiatan skrining TBC kepada kontak erat dan kontak serumah. IK dilaksanakan oleh kader komunitas yang terlatih. Pelibatan kader dalam menemukan kasus baru TBC merupakan upaya untuk meningkatkan peran masyarakat dalam penanggulangan TBC. Tantangan besar di dalam melibatkan kader komunitas adalah tingkat keaktifan kader di dalam pelaksanaan program yang sering mengalami turn over atau penggantian kader. Untuk mengantisipasi situasi tersebut, maka dilakukan pelatihan kader secara periodik. YARSI TB Care bekerja sama dengan LK NU Jakarta Selatan dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan melakukan kegiatan pelatihan kader TBC di Kantor Walikota Jakarta Selatan pada Maret 2022, yang dibuka langsung oleh Walikota Jakarta Selatan. Jumlah kader baru yang dilatih sebanyak 20 orang berasal dari 10 Kecamatan. Rata-rata usia kader 46,6 tahun dengan usia minimum 29 tahun dan usia maksimum 56 tahun. Rata-rata nilai pre-test adalah 73 dan nilai post-test 82,3. Terjadi kenaikan pengetahuan kader sebesar 13%. Diharapkan kader terlatih ini dapat membantu meningkatkan penemuan kasus TB di Jakarta Selatan.
PELATIHAN MANAJEMEN KEBERSIHAN MENSTRUASI PADA GURU SD DAN SMP Umniyati, Helwiah
Indonesian Community Service and Empowerment Journal (IComSE) Vol 6 No 1 (2025): Indonesian Community Service and Empowerment Journal (IComSE)
Publisher : Divisi Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DP2M) UNIKOM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/icomse.v6i1.14541

Abstract

ABSTRACT School Sanitation is an important element in improving the quality of education because it has a significant impact on improving the health and comfort of students at school, one of the components is Menstrual Hygiene Management (MKM). MHM is the management of hygiene and health when girls are menstruating. In Indonesia, MHM has been included in the UKS but has not received integrated attention and treatment and limited knowledge of teachers about MHM. Another important issue related to MHM is the fact that male students tend to bully female students who are menstruating. Because of the importance of MHM to school teachers, YARSI University in collaboration with UNICEF Indonesia conducted MHM training for teachers through a webinar enrolled by 385 teachers from many provinces in Indonesia, however only 121 teachers could be evaluated heir knowledges. Most of the MHM training participants (86.9%) were female teachers. After the training, there was a significant increase in the level of teacher knowledge about MHM by 55.6%, using the wilcoxom test showed that there was a significant difference between knowledge before and after education (p<0.05). Through training, it is hoped that the MHM program could be implemented in schools. Teachers can deliver MHM material as part of reproductive health lessons at school, implement MHM as a mandatory activity at UKS, and provide various facilities needed by students. Other important goal was that male students have a positive attitude towards female students so gender equality will be achieved. Key words: menstrual hygiene management; school; teacher ABSTRAK Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) merupakan pengelolaan kebersihan dan kesehatan pada saat anak perempuan mengalami menstruasi. Di Indonesia, saat ini, MKM sudah masuk dalam UKS akan tetapi belum mendapat perhatian dan penanganan yang terintegrasi. Pentingnya isue MKM di sekolah terkait tiga hal yaitu rendahnya sarana sanitasi yang layak di sekolah, kurangnya akses informasi siswa mengenai pengelolaan kebersihan menstruasi secara baik dan benar, dan banyak guru yang belum tahu mengenai MKM. Tujuan dari PkM adalah melakukan sosialisasi MKM pada guru sekolah, Universitas YARSI bekerja sama dengan UNICEF Indonesia melakukan Pelatihan MKM pada guru sekolah melalui webinar yang diikuti oleh guru dengan peserta sebanyak 385 guru, akan tetapi hanya 121 peserta yang dapat dianalisis. Sebagian besar peserta pelatihan MKM (86,9%) adalah guru perempuan. Setelah pelatihan, terjadi peningkatan bermakna dari tingkat pengetahuan guru mengenai MKM sebesar 55,6%, dengan menggunakan uji wilcoxom memperlihatkan bawa terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi (p<0,05). Melalui pelatihan guru diharapkan program MKM dapat diterapkan di sekolah. Guru dapat menyampaikan materi MKM sebagai bagian dalam pelajaran kesehatan reproduksi di sekolah, melaksanakan MKM sebagai salah satu kegiatan wajib pada UKS, dan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan siswa. Tujuan penting lainnya Siswa laki-laki dapat bersikap positif terhadap siswa perempuan dalam memenuhi kesetaraan gender. Kata kunci: manajemen kebersihan menstruasi; sekolah; guru
Peran Guru pada Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Menuju Indonesia Bebas Karies 2030 Umniyati, Helwiah; Ardinansyah, Agus; Atmaji, Moch; Hatta, Ridhayani; Sari, Wening
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan Gigi FOKGII (JPMKG FOKGII) Vol. 2 No. 1 (2025): Februari 2025
Publisher : Forum Komunikasi Kedokteran Gigi Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 prevalensi karies usia 5-9 tahun sangat tinggi yakni 92,6%, sehingga memerlukan perhatian dan upaya pencegahan secara baik dan benar. Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang sudah dicanangkan sejak tahun 1951 tidak berjalan dengan efektif, banyak sekolah yang tidak melaksanakan kegiatan ini karena kurangnya tenaga kesehatan. Perlunya peran guru dalam pelaksanaan UKGS sebagai motor pendidikan untuk merubah tingkah laku anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat kami adalah menyiapkan guru dengan melakukan pelatihan dan pendampingan pada kegiatan UKGS. Sebanyak 33 guru dari 30 sekolah dasar di Kecamatan Ciseeng dilatih dengan materi PHBS dan khususnya materi kesehatan gigi dan mulut, pada tanggal20 Desember 2021 dengan melakukan sikat gigi yang baik dan benar dengan mengaplikasikan cairan disclosing solution sebagai marker adanya plak gigi. Kegiatan pendampingan di 30 sekolah dasar dilaksanakan dengan mengaplikasikan kegiatan ini pada siswa. Hasil setelah pelatihan terdapat peningkatan yang signifikan tingkat pengetahuan guru mengenai kesehatan gigi dan mulut sebesar 23,2 % (p=0,000). Guru diharapkan dapat melakukan kegiatan UKGS secara rutin pada siswa untuk menurunkan prevalensi karies dalam rangka mencapai tujuan Indonesia bebas karies 2030.
Determinants of Antiretroviral Therapy Success in HIV/AIDS Patients Sihombing, Intan Ully Athalia; Sudaryo, Mondastri Korib; Hasyim, Irva Zulviya; Helda, Helda; Umniyati, Helwiah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat Vol 17 No 2 (2025): JIKM Vol. 17, Issue 2, May 2025
Publisher : Public Health Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52022/jikm.v17i2.805

Abstract

Background: HIV/AIDS is still an important public health issue globally and Antiretroviral therapy (ART), considered as a foundation for the disease care. Succeeding in viral load suppression is very important for successful ART treatment although other factors get involved in this. Objectives The present study is to determine the factors of negative outcome for ART (non- success) based on patient viral suppression in HIV/AIDS, Bekasi district Indonesia. Method: Secondary data from HIV/AIDS Information System (SIHA) at Bekasi District Health Office were extracted with cross-sectional study that involved from January 2023 to September 2024. Patients on ART (n=811). We analyzed data with STATA version 17, performed univariable and bivariable analyses to identify factors associated with viral load suppression Results: Viral load suppression (≤50 copies/ml) was achieved by most patients (87.3%). High adherence (PR Adjusted: 5.27; p=0.000), clinical severity stage (PRA:2.52; p=0.000) and use of TLD regimen (PR Adjusted: ); p= 0.001) were significant predictors of unsuppressed viral load. Suppression rates were better in patients with HIV-negative or unreported status partners (PR Adjusted: 0.78; p=0.004). Conclusion: ART success in Bekasi District is dependent on appointment adherence, clinical stage, ARV regimens and partner is on HIV post- treatment, particularly relevant for national and global HIV/AIDS control strategies in terms of increasing the adherence at same time early initiation of ART as well individualized ARV regimens.
Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Pemanfaatan “Jurnal Gigiku: Seri Kanak-Kanak” pada Siswa TK Islam Terpadu Insan Madani Jakarta Hatta, Ridhayani; Attamimi, Fathimah Azzahrah; Nurfianti, Nurfianti; Suriyah, Wastuti Hidayati; Setianingtyas, Prastiwi; Jusup, Chrisni Octavia; Arsista, Dede; Ardinansyah, Agus; Umniyati, Helwiah
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan Gigi FOKGII (JPMKG FOKGII) Vol. 2 No. 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Forum Komunikasi Kedokteran Gigi Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan gigi dan mulut pada anak usia dini memegang peranan penting dalam menunjang tumbuh kembang optimal. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kebiasaan sehat siswa dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui media edukatif "Jurnal Gigiku: Seri Kanak-Kanak" di TK Islam Terpadu Insan Madani, Jakarta. Metode pelaksanaan terdiri dari tiga tahapan, yaitu (1) perencanaan dan penyusunan materi edukasi berbasis jurnal interaktif, (2) pelaksanaan edukasi melalui sesi interaktif yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua, serta (3) monitoring dan evaluasi dengan membandingkan hasil pretest dan posttest serta mengumpulkan umpan balik. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa secara signifikan, dari 61,5% pada pretest menjadi 100% pada post-test. Selain itu, terjadi perubahan positif dalam kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta peningkatan keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak. Program ini terbukti efektif dalam meningkatkan literasi kesehatan gigi dan mulut pada anak usia dini dan berpotensi untuk direplikasi secara lebih luas dan berkelanjutan.