Claim Missing Document
Check
Articles

STANDARISASI PARAMETER SPESIFIK DAN NON SPESIFIK PADA SIMPLISIA KULIT BUAH MUNDAR (Garcinia forbesii) ASAL KALIMANTAN SELATAN Anna Khumaira Sari; Muhammad Ikhwan Rizki; Liling Triyasmono; Gina Alfandani
BENZENA Pharmaceutical Scientific Journal Vol 2, No 01 (2023): BENZENA PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/benzena.v2i01.3111

Abstract

Latar bekalang : Mundar (Garcinia forbesii) merupakan tanaman khas asal Kalimantan Selatan yang berpotensi sebagai bahan obat. Tamanan diolah menjadi simplisia harus memenuhi persyaratan untuk dapat digunakan sebagai bahan obat. Simplisia yang digunakan akan melalui uji parameter standar simplisia meliputi parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik yang akan diuji yaitu golongan senyawa, senyawa spesifik yang menggambarkan efek farmakologis sedangkan pada parameter non spesifik yang akan diuji adalah sifat kimia, fisika dan mikrobiologi yang akan mempengaruhi stabilitas dan keamanan obat.Tujuan : Menetapkan parameter spesifik dan non spesifik simplisia kulit buah mundar asal Kalimantan SelatanMetode : Pengujian yang dilakukan yaitu penetapan parameter spesifik dan parameter non spesifik yang ditetapkan meliputi organoleptik, mikroskopik, kadar sari larut pelarut tertentu, susut pengeringan, kadar abu tidak larut asam, kadar abu total, dan  cemaran logam berat. Sampel simplisia tanaman Mundar yang akan diuji berasal dari dua Kecamatan yang berbeda yaitu dari Kecamatan Karang Intan dan Kecamatan Beruntung Baru Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.Hasil : Hasil analisis simplisia kulit buah mundar dari Kecamatan Karang Intan and Kecamatan Beruntung Baru masing-masing adalah organoleptik kedua sampel simplisia berupa serbuk coklat, asam, berbau khas. Hasil mikroskopik diperoleh terdapat epidermis, kolenkim dan parenkim mesocarp pada kedua simplisia. Kadar sari larut etanol kedua simplisia masing-masing 57,20±0,10% dan 58,57±0,49%, kadar sari larut air 66,93±0,23% dan 68,83±0,15%, susut pengeringan 5,40±0,26% dan 6,93±0,76%, kadar abu total 2,20±0,03% dan 2,49±0,02%, kadar abu tidak larut asam 0,04±0,02% dan 0,06±0,02%, cemaran logam berat Pb 0,007±0,000mg/kg dan 0,010±0,003mg/kg, Cd 0,006±0,001mg/kg dan 0,009±0,002 mg/kg.Kesimpulan : Hasil parameter spesidik dan non spesifik kedua sampel simplisia kulit buah G.forbesii memenuhi persyaratan standar.Kata kunci: Mundar, simplisia, spesifik, non spesifik.
Evaluasi Penggunaan Obat di Pusat Kesehatan Masyarakat “X” di Kalimantan Selatan di Tinjau dari Indikator Peresepan Menurut World Health Organization Saputera, Mochammad Maulidie Alfiannor; Sari, Anna Khumaira; Ayuchecaria, Noverda
Jurnal Jejaring Matematika dan Sains Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Jejaring Matematika dan Sains
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jjms.2023.v5.i1.803

Abstract

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan tempat pelayanan kesehatan pertama dan utama di masyarakat. Pengobatan yang rasional merupakan hal penting dalam pelayanan kesehatan. World Health Organization memperkirakan separuh obat yang digunakan telah diresepkan, dibagikan dan dijual secara tidak tepat. Pengobatan yang tidak rasional dapat menyebabkan kesalahan pengobatan serta timbulnya efek samping. World Health Organization menetapkan indikator penggunaan obat yang rasional. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan obat di pusat kesehatan masyarakat yang ditinjau dari indikator peresepan Menurut World Health Organization. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan data retrospektif. Data diambil dari resep pasien rawat jalan disalah satu pusat kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan pada periode januari hingga desember 2021. Jumlah sampel resep yang dianalisis adalah 373 resep. Hasil penelitian dibandingkan dengan standar WHO. Hasil menunjukkan bahwa jumlah rata-rata obat per lembar resep 3,77; persentasi penggunaan obat generic 98,57%; persentasi obat antibiotic 12,23%; persentasi obat sediaan injeksi 0% dan persentasi obat sesuai Formularium Nasional 93,88%. Hasil evaluasi penerapan penggunaan obat yang rasional sesuai dengan indikator WHO ada tiga indikator yang memenuhi yaitu persepan injeksi, dan persepan antibiotik sedangjan  jumlah item obat per lembar resep Peresepan obat dengan nama generik dan penggunaan obat sesuai formularium nasional masih belum memenuhi persyaratan sesuai dengan indikator WHO
REVIEW ARTIKEL : POTENSI BAHAN ALAM UNTUK PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) Anna Khumaira Sari; Anisa Desriyanti; Atikah Andria Saputri; Khairunnisa Khairunnisa; Jariyah Amilia
BENZENA Pharmaceutical Scientific Journal Vol 3, No 01 (2024): BENZENA PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/benzena.v3i01.4451

Abstract

Latar bekalang : Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Meskipun penggunaan antibiotik telah menjadi pendekatan umum dalam pengobatan ISPA, resistensi antibiotik yang semakin meningkat menuntut penelitian alternatif terhadap agen antimikroba. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah pemanfaatan potensi bahan alam sebagai agen pengobatan ISPA.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi dari beberapa bahan alam yang dapat berguna untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan akut.Metode : Jenis penelitian yang dilakukan adalah narrative review dengan menggunakan database Google Scholar dengan ketentuan kriteria inklusi meliputi jurnal yang meneliti terkait topik, publikasi artikel yang dapat diakses penuh, full text, diterbitkan antara tahun 2019 hingga 2024, artikel penelitian, dipublikasikan dalam bahasa Indonesia atau bahasa InggrisHasil : Hasil pemilihan artikel didapatkan 30 jurnal dari 2160 artikel yang relevan mengenai bahan alam yang memiliki potensi untuk terapi infeksi pernapasan saluran akut. Beberapa bahan alam seperti rimpang kunyit, daun mengkudu, daun mangga arumanis berpotensi digunakan sebagai terapi dalam pengobatan gejala infeksi saluran pernapasan akut. Senyawa aktif flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, terpenoid, dan fenol merupakan  senyawa metabolit yang sangat berperan dalam membantu terapi infeksi saluran pernapasan akut.Kesimpulan : Tanaman dengan senyawa aktif flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, terpenoid, dan fenol mempunyai potensi untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan akut Kata kunci: Bahan alam, infeksi saluran pernapasan akut, potensi
PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL DAN NILAI SUN PROTECTION FACTOR (SPF) FRAKSI EKSTRAK ETANOL DAUN CEMPEDAK (Artocarpus integer): DETERMINATION OF TOTAL FLAVONOID LEVELS AND SUN PROTECTION FACTOR (SPF) VALUE THE ETHANOL EXTRACT FRACTION OF CEMPEDAK LEAF (Artocarpus integer) Anna Khumaira Sari; Muhammad Ikhwan Rizki; Syifa Auliani; Normaidah; Amalia Khirunnisa
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 7 No 4 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v7i4.442

Abstract

Daun Cempedak (Artocarpus integer) merupakan salah satu tumbuhan yang diketahui memiliki kandungan senyawa flavonoid dan berpotensi digunakan sebagai tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar flavonoid total dan aktivitas tabir surya fraksi ekstrak etanol daun A. integer dengan menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis. Daun A. integer segar dilakukan proses ekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 96 %. Ekstrak kering difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat serta fraksi diuapkan hingga kental. Penentuan kadar flavonoid dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3, sedangkan uji Sun Protection Factor (SPF) dilakukan pada konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis. Hasil menunjukkan kadar flavonoid total fraksi ekstrak etanol daun A.integer yaitu fraksi n-heksan 1,565 ± 0,007 % b/b, fraksi etil asetat 2,443 ± 0,035 % b/b, dan fraksi air 0,560 ± 0,002 % b/b ekivalen kuersetin. Aktivitas tabir surya fraksi ekstrak etanol daun A. integer yang paling baik terdapat pada konsentrasi 1000 ppm yaitu fraksi etil asetat termasuk kategori kuat dengan nilai SPF 8,511; fraksi n-heksan termasuk kategori sedang dengan nilai SPF 4,786; dan  fraksi air termasuk kategori sedang dengan nilai SPF 4,322.
EDUKASI PENGUNAAN OBAT SAAT BERPUASA PADA PASIEN DI SALAH SATU APOTEK KABUPATEN BANJAR Sari, Anna Khumaira; Normaidah; Nurul Huda; Winsa Wira Wijaya
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (MEDITEG) Vol. 8 No. 1 (2023): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (MEDITEG)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/mediteg.v8i1.160

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim. Masyarakat muslim setiap tahunnya melaksanakan kegiatan berpuasa hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola makan dan konsumsi obat. Meskipun agama islam mempunyai keringanan bagi yang tidak mampu melaksanakannya, orang sakit dan sedang dalam pengobatan biasanya tetap melaksanakan ibadah wajib tersebut. Pasien dengan penyakit kronis atau degeneratif biasanya mengonsumsi obat secara rutin setiap harinya dan mengonsumsi obat lebih dari dua kali sehari, sehingga diperlukan edukasi penggunaan obat saat berpuasa agar kesehatan pasien tetap terjaga. Pengabdian masyarakat ini dilakukan di salah satu Apotek di Kabupaten Banjar kepada pasien dengan penyakit kronis, dengan langkah menanyakan terkait tata cara penggunaan obat yang diresepkan, memberikan edukasi terkait tata cara penggunaan obat saat berpuasa, kemudian mengevaluasi hasil edukasi. Hasil yang diperoleh adalah sebelum di pemberian edukasi 90,90% pasien belum dapat menjelaskan tata cara penggunaan obat dengan benar, dan 100% pasien dapat menjelaskan terkait tata cara penggunaan obat setelah dilaksanakan edukasi.
POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MUNDAR (GARCINIA FORBESII KING.) DENGAN PARAMETER SENYAWA MARKER Rizki, Muhammad Ikhwan; Triyasmono, Liling; Sari, Anna Khumaira; Dewi, Anita Ratna
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan 2023: Webinar Nasional & Call For Paper
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jiis.v8i3.1859

Abstract

Mundar plants are native to Kalimantan which are believed to contain various marker compounds that have biological effects. Phenol and tannin are marker compounds found in the skin of G. forbesii fruit which are believed to act as antioxidants. This research aims to determine the antioxidant potential of marker compounds, namely phenol and tannin, by determining the total phenol and total tannin levels in the ethanol extract of G. forbesii fruit peel. Mundar fruit skin was extracted with ethanol solvent then the total phenol content was determined using the Folin-Ciocelteau method using a gallic acid standard and total tannin was determined using the vanillin method using catechin as a standard solution. The test results showed that the phenol content of the ethanol extract of G. forbesii fruit peel was 1.507 ± 0.041 % w/w equivalent to gallic acid and the total tannin was 0.257 ± 0.004 % w/w equivalent to catechin. These results indicate that the ethanol extract of mundar fruit peel has the potential to act as an antioxidant.
Upaya Pembudidayaan dan Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura Rizki, Muhammad Ikhwan; Sari, Anna Khumaira; Normaidah, Normaidah; Silviana, Mega
Jurnal Pengabdian Masyarakat Panacea Vol 1, No 3 (2023): Jurnal Pengabdian Masyarakat Panacea
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jpmp.v1i3.10271

Abstract

Tanaman obat keluarga terdiri atas beberapa jenis tanaman obat yang ditanam di halaman atau di lingkungan sekitar rumah. Pemanfaatan tanaman sebagai obat memerlukan informasi agar tidak terjadi kesalahan terkait kandungan, khasiat, dan cara pengolahan.  Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Masyarakat di Desa Tungkaran Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan tentang pemanfaatan tanaman obat keluarga dan memberikan informasi mengenai kandungan dan khasiat dari beberapa jenis tanaman obat keluarga. Metode pengabdian dilakukan dengan metode penyuluhan dengan media buku saku terkait manfaat tanaman obat keluarga serta pembuatan kebun tanaman obat keluarga, sehingga tanaman obat yang sudah ditanam dapat dimanfaatkan oleh warga. Evaluasi yang digunakan berupa pretest, keaktifan peserta, dan posttest. Perolehan hasil pretest yang sudah dilakukan oleh warga Desa Tungkaran didapatkan nilai rata-rata yaitu sebesar 60%, sedangkan untuk perolehan hasil posttest didapatkan nilai rata-rata yaitu sebesar 85%. Angka ini mengalami kenaikan setelah pemberian materi tentang penanaman dan pemanfaatan TOGA. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang menunjukkan bahwa peserta pengabdian dapat menerima dengan baik materi yang telah diberikan.Kata Kunci: Pemanfaatan, Sosialisasi, Tanaman Obat KeluargaFamily medicinal plants consist of several types of medicinal plants grown in the yard or in the neighborhood. The utilization of plants as medicine requires information to avoid errors related to the content, efficacy, and processing methods.  This activity was carried out with the aim of increasing community knowledge in Tungkaran Village, Martapura Sub-district, Banjar Regency, South Kalimantan about the utilization of family medicinal plants and providing information about the content and efficacy of several types of family medicinal plants. The method of service is carried out by counseling methods with pocket book media related to the benefits of family medicinal plants and the creation of a centralized family medicinal plant garden, so that medicinal plants that have been planted can be utilized by residents. The evaluation used is in the form of pretest, participant activeness, and posttest. The pretest results obtained by the residents of Tungkaran Village obtained an average value of 60%, while the posttest results obtained an average value of 85%. This figure has increased after providing material on planting and utilizing TOGA. This shows that there is an increase in knowledge which shows that the service participants can accept the material that has been given well.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN KACIP FATIMAH (Labisia pumila) MENGGUNAKAN VARIASI PELARUT EKSTRAKSI Rahmatullah, Satrio Wibowo; Rizki, Muhammad Ikhwan; Sari, Anna Khumaira; Triyasmono, Liling; Normaidah, Normaidah; Lingga, Herningtyas Nautika
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 8 No 2 (2024): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Universitas Borneo Lestari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/bjp.v8i2.538

Abstract

Secondary metabolite content and extract characterization can be influenced by the solvent used in the extraction process. The content of phenolic compounds and antioxidant activity of Labisia pumila leaves can be influenced by solvents. This research aims to determine three extracts' antioxidant activity and total phenolic content using different solvents. Fresh L. pumila leaf samples were cleaned with running water and then dried using a drying cabinet. The dried leaves are then powdered and extracted using distilled water, 70% ethanol, and 96% ethanol. Extraction with distilled water using the infusion method and ethanol using maceration. Next, the solvent obtained was evaporated using a rotary evaporator and oven until a dry extract was obtained. Total phenolic content was determined using the UV-Vis spectrophorometric method with the Folin-Ciocalteu reagent. The standard used is error-free. Antioxidant activity was determined using the DPPH method with a UV-Vis spectrophotometer, then the IC50 value was calculated. The research showed that the total phenolic content of the distilled water extract was 6.437 ± 0.177 w/w GAE, the 70% ethanol extract was 8.377 ± 0.079 w/w GAE, and the 96% ethanol extract was 17.387 ± 0.621% w/w GAE. Antioxidant activity is known to have an IC50 value of distilled water extract of 59,716 ppm, 70% ethanol extract of 50,543 ppm, and ethanol extract of 43,520 ppm. The conclusion of the research is that of the three extracts, it is known that the antioxidant activity is the strongest, and the total phenolics are the highest in the 96% ethanol extract.
Penetapan Kadar Fenolik Total dan Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi dari Ekstrak Etanol Daun Cempedak (Artocarpus integer) dengan Metode DPPH Rizki, Muhammad Ikhwan; Sari, Anna Khumaira; Kartika, Dewi; Khairunnisa, Amalia; Normaidah
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 4 No. 2 (2022): DECEMBER
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v4i2.4937

Abstract

Daun cempedak (Artocarpus integer) dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat Kalimantan Selatan dalam pengobatan. Golongan fenolik terkandung dalam ekstrak daun cempedak dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Fraksi dari ekstrak daun cempedak belum pernah ditetapkan kadar fenolik total dan akivitas antioksidannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi dari ekstrak daun cempedak yang mengandung kadar fenolik dan aktivitas antioksidan tertinggi. Penelitian dimulai dengan pengeringan daun segar menggunakan lemari pengering, pembuatan serbuk simplisia, proses ekstraksi secara maserasi, pengeringan ekstrak dengan lemari pengering, dan proses fraksinasi dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan aquadest. Penetapan kadar fenolik total dapat dilakukan dengan reagen Folin-Ciocalteu dan menggunakan baku pembanding asam galat. Aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH berdasarkan nilai IC50 dan dengan pembanding kuersetin. Kadar fenolik total pada fraksi n-heksan 9,352 ± 0,113% b/b, fraksi etil asetat 12,595 ± 0,415% b/b, dan fraksi aquadest 9,992 ± 0,485% b/b ekivalen asam galat. Fraksi n-heksan, etil asetat, dan aquadest masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 89,192 ± 2,91 bpj (kuat), 64,754 ± 2,803 bpj (kuat), dan 82,247 ± 23,034 bpj (kuat). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa fraksi etil asetat memiliki kadar fenolik total tertinggi dan aktivitas antioksidan paling kuat dibandingkan fraksi n-heksan dan fraksi aquadest dari ekstrak daun cempedak. Cempedak (Artocarpus integer) leaves are traditionally used by people in South Kalimantan as medicine. The phenolic group contained in cempedak leaf extract has known as an antioxidant. The fraction of cempedak leaf extract has never been determined for total phenolic content and antioxidant activity. This study aimed to determine the fraction of cempedak leaf extract that contains the highest levels of phenolic and antioxidant activity. The study started with drying of fresh leaves using a drying cabinet, simplicia powder preparation, maceration extraction, extract drying, and fractionation with n-hexane, ethyl acetate and aquadest as solvents. Determination of total phenolic content was obtained with Folin-Ciocalteu reagent and gallic acid as a standard for comparison. Antioxidant activity was measured using the DPPH method based on the IC50 value and comparison with quercetin. The total phenolic content of the n-hexane, ethyl acetate and aquadest fraction were 9.352 ± 0.113% w/w, ethyl acetate fraction 12.595 ± 0.415% w/w, and aquadest fraction 9.992 ± 0.485% w/w equivalent gallic acid, respectively. The n-hexane, ethyl acetate, and aquadest fractions showed IC50 values of 89.192 ± 2.91 ppm (strong), 64.754 ± 2.803 ppm (strong), and 82.247 ± 23.034 ppm (strong), respectively. The conclusion of this study was that the ethyl acetate fraction had highest total phenolic content and strongest antioxidant activity compared to n-hexane and aquadest fraction from cempedak leaf extract.
Antimicrobial Activity of Ethanol Extract of Sea Pandan Leaves (Pandanus odorifer) Against Staphylococcus aureus and Escherichia coli Rizki, Muhammad Ikhwan; Sari, Anna Khumaira; Rahma, Salsabila Fadiya; Rahmatullah, Satrio Wibowo; Izma, Hayatun
Jurnal FARMASIMED (JFM) Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Farmasimed (JFM)
Publisher : Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/jfm.v7i1.2280

Abstract

Sea pandan (Pandanus odorifer) is used in traditional medicine in India. Sea pandan is efficacious in treating pain, parasites, digestive, liver, and cognitive disorders. Sea pandan is found in coastal areas in South Kalimantan. Sea pandan contains flavonoid compounds that have the potential to be antimicrobials. This study aimed to determine the antimicrobial activity of sea pandan leaf extract. The study began with sample preparation, which included washing the leaves, drying them using an oven, refining the particle size, extracting 70% ethanol, and evaporating the solvent until a thick extract was obtained. Total flavonoid levels in sea pandan leaf extract were determined using the colourimetric method using quercetin standards. Antimicrobial testing was conducted using the diffusion method at concentrations of 30%, 40%, and 50% against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The positive control used was chloramphenicol. The determination of the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) values ??was carried out using the dilution method. The results showed that sea pandan leaf extract contains phenolics, flavonoids, saponins, steroids, and tannins. The total flavonoid content in sea pandan leaf extract is 10.01% w/w equivalent of quercetin. The antimicrobial activity of sea pandan leaf extract against Staphylococcus aureus bacteria is 10.15 - 25.36 mm, while against Escherichia coli in the range of 8.15 - 23.16 mm. Ethanol extract of sea pandan leaves at a concentration of 50% is included in the very strong category in inhibiting Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Ethanol extract of sea pandan leaves has an MIC value of 7.5% on Staphylococcus aureus and 15% on Escherichia coli. MBC of sea pandan extract is 15% on Escherichia coli bacteria. This study concludes that the ethanol extract of sea pandan leaves has antimicrobial activity against Staphylococcus aureus (bacteriostatic) and Escherichia coli (bactericidal).