Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol dan Ekstrak n-Heksan Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata. L) terhadap Waktu Kematian Cacing Pita Ayam (Raillietina Sp.) Secara In Vitro Intannia, Difa; Amelia, Rezki; Handayani, Lisda; Santoso, Heri Budi
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 2, No 2 (2015): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK            Indonesia diketahui banyak memiliki tumbuhan yang berkhasiat obat, diantaranya adalah daun ketepeng cina (Cassia alata. L) yang mempunyai khasiat sebagai obat cacing, sariawan, sembelit, panu, kurap, kudis dan gatal-gatal. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol dan n-heksan daun ketepeng cina (Cassia alata. L) terhadap waktu kematian cacing pita ayam secara in vitro. Metode Penelitian: Merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan perlakuan terhadap cacing pita ayam yang direndam dalam ekstrak etanol dan ekstrak n-heksan dengan dosis 25 mg/25 mL, 50 mg/25 mL, 75 mg/ 25mL dan 100 mg/25 mL serta sebagai pembanding adalah mebendazole dengan seri dosis yang sama. Setiap perlakuan dilakukan 3 kali replikasi dengan masing-masing replikasi menggunakan 5 ekor cacing. Waktu kematian cacing dicatat dan dilakukan analisis. Hasil Penelitian: Ekstrak n-heksan diketahui lebih cepat mematikan cacing pita ayam dibandingkan dengan ekstrak etanol, namun masih lebih lambat dibandingkan dengan mebendazole. Dosis  100 mg/ 25mL memberikan waktu kematian yang paling cepat pada semua kelompok, dengan waktu kematian sebagai berikut: 1) Ekstrak etanol 202 menit±17.48, 2) Ekstrak n-heksan 138 menit±26,94 dan Mebendazole 95 menit±21,68. Kesimpulan: Ekstrak etanol dan n-heksan mampu mematikan cacing pita ayam (Raillietina sp.) secara in vitro.Kata kunci: Efek anthelmintic, daun Cassia alata. L, ekstrak etanol, ekstrak n-heksan, Raillietina spAbstractKetepeng Cina (Cassia alata. L) is one of Indonesian medical herb which have properties as an anthelmintic, laxative, treat scabies and itchy. Aim of this study is to understand the effect of ethanolic and n-hexane leaf extract of Cassia alata. L toward mortality time of chicken tapeworm (raillietina sp.) in vitro. Four concentrations (25, 50, 75 and 100 mg/ 25 mL) of each extract were studied in activity, which involved the determination time of death of the tapeworm. Both the extracts exhibited best anthelmintic effect at highest concentration of 100 mg/25 ml.  Mebendazole  in  same  concentration  as  that  of  extract  was included  as  standard  reference. Mortality time for each extracts are 1) Ethanolic extracts 202 minute±17.48; 2) n-hexane extract 138 minute±26.94 and Mebendazole 95 minute±21.68  The ethanolic  and  n-hexane leaf  extracts of Cassia alata. L has effect toward mortality time of chicken tapeworm Raillietina sp. in vitro.Key word: Anthelmintic effect, Cassia alata. L, Ethanolic leaf extract, n-Hexane leaf extract, Raillietina sp
PREVALENSI, KARAKTERISTIK PASIEN, DAN PROFIL TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM AKHIR DI RSUD RATU ZALECHA, MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN Srikartika, Valentina Meta; Intannia, Difa; Nurlely, Nurlely
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIHipertensi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK). Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan keparahan kondisi ginjal dari pasien PGK itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, karakteristik pasien dan profil terapi hipertensi pada pasien PGK stadium akhir di RSUD Ratu Zalecha, Martapura, Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode pengumpulan data retrospektif melalui rekam medik pasien rawat jalan yang menjalani hemodialisis. Data yang didapat dianalisis menggunakan statistika deskriptif (Frequency dan cross-tabulation) dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92.16% dari 51 pasien PGK mengalami hipertensi, dimana 61.70% dari pasien hipertensi adalah perempuan, dan 63,80% berumur 41-65 tahun. Berdasarkan tingkat keparahan hipertensi, 40.63% pasien mengalami hipertensi stage-1, dan masing-masing 24.22% pasien mengalami hipertensi stage-2 dan pra-hipertensi. Terapi obat tunggal merupakan terapi yang paling banyak diberikan kepada pasien (63.30%), disusul dengan terapi kombinasi 2 obat (32.1%), kombinasi 3 obat (3.9%), dan kombinasi 4 obat (0.8%). Terapi tunggal yang paling banyak diberikan adalah Amlodipin (52.3%%), Furosemid (4.7%), dan Captopril (3.1%). Sedangkan kombinasi 2 obat dan 3 obat yang paling banyak berturut-turut adalah kombinasi Amlodipin-Captopril (28.9%), dan kombinasi Bisoprolol-Furosemid-Telmisartan (3.1%). Terdapat peresepan anti hipertensi yang menggunakan kombinasi 4 obat yaitu Amlodipin-Diltiazem-Furosemid-Valsartan sebanyak 0.8%.Kata kunci: hipertensi, penyakit ginjal kronik, profil terapiABSTRACTHypertension is the most common complication in patients with chronic kidney disease (CKD). Uncontrolled hypertension can lead to kidney condition severity of CKD patients themselves. This study aimed to determine the prevalence, patient characteristics and treatment profile of hypertension in patients with CKD stage late in Ratu Zalecha Hospital, Martapura, South Kalimantan. This study is a descriptive study with retrospective data collection methods through the medical records of patients undergoing outpatient hemodialysis. The data obtained were analyzed using descriptive statistics with SPSS. The results showed that 92.16% of the 51 patients with CKD have hypertension, where 61.70% of hypertensive patients are women, and 63.80% aged 41-65 years. Based on the severity of hypertension, 40.63% of patients had hypertension stage-1, and 24.22% respectively of patients had stage-2 hypertension and pre-hypertension. Single drug therapy is the most widely therapy given to patients (63.30%), followed by 2 drug combination therapy (32.1%), a combination of 3 drugs (3.9%), and a combination of 4 drugs (0.8%). Single therapy is the most widely prescribed amlodipine (52.3 %%), furosemide (4.7%), and captopril (3.1%). While the combination of 2 drugs and the drug most widely 3 in a row is a combination of amlodipine-Captopril (28.9%), and the combination of Bisoprolol-Furosemide-Telmisartan (3.1%). There prescribing the use of antihypertensive medication is a combination of 4-Diltiazem-furosemide amlodipine-valsartan as much as 0.8%.Keywords: hypertension, chronic kidney disease, therapeutic profile
PENGGUNAAN OBAT OFF-LABEL PADA PASIEN NEONATUS RAWAT INAP RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE JANUARI—DESEMBER 2013 Kartinah, Nani; Dasupantini, Sulvia; Intannia, Difa
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIPenggunaan obat off-label pada pasien neonatus dikarenakan pengujian untuk mendapatkan data farmakokinetika,farmakodinamika dan efek samping obat pada pasien ini belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase pasien neonatus yang mendapatkan obat off-label, mengetahui golongan obat dengan tingkat kejadian obat off-label tertinggi dan mengetahui persentase obat off-label berdasarkan kriteria usia, dosis, rute pemberian obat dan indikasi. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pengambilan data secara retrospektif pasien neonatus periode januari hingga desember 2013. Berdasarkan hasil analisis, 100% (n = 357) pasien neonatus mendapatkan obat off-label. Tingkat kejadian off-label tertinggi terjadi pada obat golongan antibiotik yaitu sebesar 91,9 % (n=552 obat). Berdasarkan kriteria, penggunaan off-label pada kriteria usia sebesar 71,7% (n=552 obat), kriteria dosis sebesar 98,6% (n=552 obat), kriteria indikasi sebanyak 3,3% (n=552 obat) dan kriteria rute pemberian obat tidak ada kasus off-label. Kesimpulan penelitian penggunaan obat off-label pada pasien neonatus di RSUD Ulin Banjarmasin masih sangat tinggi.Kata kunci : off-label, neonatus, rawat inapABSTRACTOff-label drug use on neonatal due to patient testing to get data pharmacokinetics, pharmacodynamics and drug side effects in these patients have not been conducted. This study aims to know percentage neonatal patients who received drugs off-label, to know classes of drugs with an incidence rate of off-label drugs and to know the highest percentage of off-label drugs based on the criteria age, doses, route of administration drugs and indications. This study was an observational study with retrospective data collection period January until December 2013. Based on the analysis, 100% (n = 357) neonatal patients get the drug off-label. The incidence rate of off-label drug classes was highest on the antibiotic that is equal to 91.9% (n = 552 drugs). Based on the criteria, the use of off-label on the age criteria was 71.7% (n = 552 drugs), dose criteria of 98.6% (n = 552 drugs), indication criteria as much as 3.3% (n = 552 drugs) and the criteria of drug administration no cases of off-label. Conclusion research off-label drug use on neonatal patients at RSUD Ulin Banjarmasin still very high.Keywords: off-label, neonatal, hospitalization
Gambaran Penggunaan Obat Off-Label Pada Pasien Pediatrik Rawat Jalan Di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2013 Ariati, Antung Lisa; Kartinah, Nani; Intannia, Difa
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 2, No 1 (2015): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Off-label adalah penggunaan obat di luar ketentuan dari izin penjualan (marketing authorisation = MA), berkaitan dengan dosis, usia, rute pemberian, dan indikasi yang berbeda. Pemakaian obat off-label adalah akibat dari kurangnya penelitian obat khususnya pada anak-anak. Faktor yang mengakibatkan kurangnya penelitian obat pada anak-anak adalah rumitnya uji klinis pada anak-anak dan data farmakokinetik yang tidak mencukupi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase pasien pediatrik di Poliklinik Anak RSUD Ulin Banjarmasin yang mendapatkan obat off-label, mengetahui golongan obat dengan tingkat kejadian obat off-label tertinggi dan mengetahui persentase obat off-label berdasarkan kriteria usia, dosis, rute pemberian dan indikasi. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pengambilan data secara retrospektif. Berdasarkan hasil analisis terhadap 348 pasien, persentase pasien yang menerima obat off-label sebesar 60,1% (n = 348 pasien). Jumlah obat yang dianalisis sebanyak 947 obat. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kejadian obat offlabel tertinggi adalah golongan obat batuk dan pilek yaitu sebesar 23,7% (n = 947 obat). Persentase penggunaan off-label pada kriteria dosis sebesar 98,9% (n = 446 obat), pada kriteria usia sebesar 24,8% (n = 112 obat), pada kriteria indikasi sebanyak 1,3% (n = 6 obat) dan pada kriteria rute pemberian tidak ada kasus offlabel. Kata kunci: off-label rawat jalan, usia, dosis, rute pemberian, indikasi Abstract Off-label is a use of drugs that is beyond the terms of the license sales (marketing authorization = MA), related to dose, age, route of administration, and different indications. Off-label use of drugs is a result of the lack of drug research, especially in children. Factors that lead to lack of drug research in children is the complexity of clinical trials in children and pharmacokinetic insufficient data. The purposes of this study were to determine the percentage of pediatric patients at Childrens Polyclinic in Ulin Banjarmasin Hospital who get the off-label drug, determine the drug classes with an incidence rate of off-label drugs and determine the highest percentage of off-label drug based on the criteria of age, dose, route of administration and indications. This study was an observational study with retrospective data collection. Based on the analysis of 348 patients, the percentage of patients who received the off-label drug for was 60,1% (n = 348 patients). The number of drugs that were analyzed were 947 drug. The analysis showes that the highest incidence rate of off-label drug is cough and cold medicines was 23.7% (n = 947 drug). The percentage of off-label use in the dose criterion about 98.9% (n = 446 drug), the age criteria about 24.8% (n = 112 drug), the indication criteria as much as 1.3% (n = 6 drug), and on the the route of administration criteria no cases of off-label found. Keywords: off-label, outpatients, age, dose, route of administration, indications
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Tanaman Iler (Coleus atropurpureus Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Aloksan Illyyani, Sarlina; Intannia, Difa; Triyasmono, Liling
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 2, No 1 (2015): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak            Tanaman iler secara tradisonal digunakan masyarakat Amuntai Kalimantan Selatan untuk penghilang rasa nyeri, demam dan menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan pengaruh paling besar dari ekstrak etanol tanaman iler (Coleus atropurpureus Benth) yang dapat menimbulkan penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan. Tikus diinduksi aloksan 150mg/kgBB secara intraperitonial dan dikatakan diabetes jika kadar glukosa darah ≥ 150 mg/dL. Tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kontrol positif glibenklamid sebanyak 0,45 mg/kgBB, kontrol negatif NaCMC 1 % dan dosis ekstrak etanol tanaman iler yaitu 25mg/kgBB, 50mg/kgBB, 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0 (setelah tikus diinduksi aloksan dan menjadi diabetes), 4, 7, 10 dan 14. Nilai persen perubahan kadar glukosa darah dianalisis menggunakan uji Kruskal wallis dan uji Mann-Whithney. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak etanol tanaman iler dosis 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB menunjukkan tidak berbeda nyata dengan kontrol positif glibenklamid. Semua dosis ekstrak etanol iler menujukkan penurunan kadar glukosa darah. Dosis ekstrak 200mg/kgBB memberikan aktivitas terbesar yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji. Kata Kunci : Glukosa Darah, Ekstrak Etanol, Iler AbstractTraditionally, Iler plant is used by the people in Amuntai, South Kalimantan for healing the pain, fever and decreasing the level of blood glucose. The aim of this research is to determine activities and the largest effect of ethanol extract of iler plant (Coleus atropurpureus Benth) which can decrease blood glucose on the white male rats. The rats is inducted with alloxan doses 150 mg/kgBB intraperitonial, rat has diabetes if the level of blood glucose ≥ 150 mg/dL. The rats are divided into 6 groups, consist of positive control of glibenclamide 0.45 mg/kgBB, negative control NaCMC 1% and ethanol extract of iler plant doses 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, and 200 mg/kgBB. Measurement of blood glucose level was performed on day 0 (after the rats are inducted with alloxan and becoming diabetes), 4, 7, 10 and 14. The percentage of blood glucose level change was analyzed using Kruskal Wallis test, and Mann Whitney test. Analysis result showed that extract ethanol of Iler plant with doses 100 mg/kgBB and 200 mg/kgBB was not significantly different from the positive control glibenclamide. All of doses of ethanol extract of iler  referred to the decreasing of level of blood glucose. The doses 200mg/kgBB contributed the largest activity that able to decrease the level of blood glucose of laboratory animal. Key words : Blood Glukose, Ethanol extract, Iler.
PREVALENSI KEJADIAN BERPOTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2012 Arnata, Azhar; Cahaya, Noor; Intannia, Difa
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIKondisi klinis pasien ICU yang kompleks menyebabkan penggunaan obat yang banyak yang mengarah terjadinya interaksi obat potensial. Tujuan penelitian yaitu mengetahui persentase pasien ICU RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2012 yang mengalami interaksi obat potensial secara umum dan ditinjau dari kelompok umur pasien, jumlah obat yang diberikan, tingkat keparahan interaksi obat, dan mekanisme interaksi obat yang terjadi. Digunakan metode penelitian deskriptif denan pengambilan data secara retrospektif. Data diambil dari rekam medik pasien ICU RSUD Ulin Bnajarmasin Tahun 2012. Jumlah sampel yang didapatkan 297 orang yang terdiri atas 249 orang dewasa dan 48 orang geriatri. Prevalensi pasien ICU RSUD Ulin tahun 2012 yang mengalami kejadian interaksi obat potensial sebesar 95,96%. Berdasarkan kelompok umur, 96,8% terjadi pada kelompok dewasa dan 91,7% pada kelompok geriatri. Berdasarkan jumlah obat, 90,80% terjadi pada kelompok jumlah obat ≤ 5 obat dan 98,09% pada kelompok jumlah obat > 5 obat. Berdasarkan tingkat keparahan: 34,01% pasien pada tingkat keparahan Major; 71,38% pasien pada tingkat keparahan Moderate; dan 76,43% pasien pada tingkat keparahan Minor. Berdasarkan mekanisme interaksi: 4,7% pada inkompatibilitas obat, 74,07% pada farmakodinamik, 66,67% pada farmakokinetik obat, dan 35,69% pasien pada mekanisme tak diketahui. Prevalensi kejadian berpotensi interaksi obat pasien ICU RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2012 sebesar 95.96% (N=297).Kata kunci: interaksi obat potensial, intensive care unit.ABSTRACTComplexity clinical condition of ICU patient that uses many drug to leads potential drug interaction occurrence. Aim of this research were determined percentage of ICU RSUD Ulin patient in 2012 who had potential drug interaction in general and specifically in age group, drug total, severity, and mechanism term. Data taken from medical record retrospectively and analyzed by literature studies. Total sample were analyzed 297 that consist of 247 adult and 48 geriatric.Result: In general, 95,96% (N=297) patient had potential drug interaction. In age group term, 96,8% in adult group and 91,7% in geriatric group. In drug total term, 90,80% in ≤ 5 group and 98,09% in > 5 group. In severity term, 34,01% patient had Major; 71,38% patient had Moderate; and 76,43% had Minor. In mechanism term, 4,7% in incompatibility; 74,07% in pharmacodynamic; 66,67% in pharmacokinetic; and 35,69% in unknown mechanism.Keyword: potential drug interaction, intensive care unit
Profil dan Evaluasi Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura Periode Juli-Oktober 2014 Sari, Nori Lovita; Srikartika, Valentina Meta; Intannia, Difa
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 2, No 1 (2015): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya anemia karena ketidakmampuan ginjal memproduksi eritropoetin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil terapi anemia serta mengevaluasi terapi anemia pasien GGK yang menjalani hemodialisa di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura. Metode penelitian ini bersifat prospektif yang dilakukan selama bulan Juli-Oktober 2014. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 215 data pemeriksaan laboratorium pasien GGK terdapat 99,1 % kejadian anemia dan hanya 65,1 % saja yang mendapatkan terapi anemia. Terapi anemia yang diberikan yaitu untuk terapi tunggal seperti eritropoietin sebesar 8,5 %; vitamin B kompleks sebesar 21,8 %; vitamin B1 sebesar 1,5%; dan transfusi darah sebesar 11,2 %; untuk terapi kombinasi 2 obat yang diberikan yaitu vitamin B kompleks dengan eritropoeitin α sebesar 52,9 %; vitamin B kompleks dengan vitamin B1 sebesar 2,7 %; Vitamin B kompleks dengan transfusi darah sebesar 0,6 %; sedangkan untuk terapi 3 kombinasinya yaitu vitamin B kompleks, eritropoietin dan transfusi darah sebesar 0,9 %; Evaluasi terapi anemia pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa belum sesuai dengan pedoman terapi yaitu pemeriksaan laboratorium yang kurang lengkap seperti jumlah retikolosit absolut, serum transferin saturation (TSAT), serta serum vitamin B12 serta asam folat, selain itu masih terdapat pemberian terapi anemia yang tidak mempertimbangkan kondisi pasien. Kata Kunci : Terapi Anemia, GGK, Hemodialisa Abstract A Chronic Kidney Disease (CKD) is a disease that can lead to anemia because of the inability of the kidney to produce erythropoietin. This study aimed to observe the pattern of anemia therapy and to evaluate the therapy anemia of Chronic Kidney Disease patients conducting hemodialysis at Ratu Zalecha Hospital Martapura. This study was conducted prospectively from July to October 2014. Based on the results it could be concluded that from 215 patients’ laboratory check-up data there were 99.1% prevalence of anemia and of those only 65.1% got anemia therapy. The applied anemia therapies for singular therapy were erythropoietin at the amount of 8,5 %; vitamin B complex at the amount of 21.8 %; vitamin B1 at the amount of 1.5 % and blood transfusion at the amount of 11.2 %; for the combined therapies the applied 2 medicines were iron with erythropoietin at the amount of 52.9 %; vitamin B complex with vitamin B1 at the amount of 2.7%; vitamin B complex with blood transfusion at the amount of 0.6%; whereas the 3 combination therapy was vitamin B complex, erythropoietin and blood transfusion at the amount of 0.9 %. The evaluation of anemia therapy Chronic Kidney Disease patients conducting hemodialysis was not completely appropriate as instructed in therapy manual such less comprehensive laboratorium check-up such us absolute reticoloycte, serum transferin saturation (TSAT), serum vitamin B12 and folate acid, aside from that many treatments which not considered with the patients’ condition. Keywords : Therapy Anemia, CKD, Hemodialysis
Profil Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Air Rambut Jagung (Zea Mays L.) Tua dan Muda Pada Mencit Jantan Galur Balb-C Ramadani, Finlinda Hery; Intannia, Difa; Ni’mah, Malikhatun
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 3, No 1 (2016): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rambut jagung mengandung flavonoid. Kandungan total flavonoid dipengaruhi oleh usia tanaman. Flavonoid memiliki potensi sebagai antihiperglikemia. Penelitian bertujuan untuk melihat profil penurunan kadar glukosa darah ekstrak air rambut jagung tua dan muda pada mencit jantan galur Balb-C yang diinduksi aloksan. Penelitian bersifat eksperimental dengan rancangan posttest only control group design. Ekstrak dibuat dengan merebus rambut jagung menggunakan air selama 30 menit. Total flavonoid ditentukan dengan metode AlCl3. Aktivitas penurunan kadar glukosa darah dilakukan dengan metode tes toleransi glukosa oral terhadap mencit jantan galur Balb-C yang diinduksi aloksan secara intraperitonial (140 mg/kgBB). Sebanyak 20 hewan uji dibagi menjadi kelompok kontrol positif (Akarbose 0,1305 mg/20 gBB), kontrol negatif (NaCMC 1%), ekstrak air rambut jagung tua (200 mg/kgBB) dan ekstrak air rambut jagung muda (200 mg/kgBB) yang diberi perlakuan secara oral. Kadar glukosa darah diukur pada menit ke 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 pasca pembebanan glukosa oral. Data persen penurunan kadar glukosa darah dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Persen penurunan kadar glukosa darah ekstrak air rambut jagung tua dan muda tidak berbeda bermakna (p>0,10). Ekstrak air rambut jagung muda menurunkan kadar glukosa darah sejak menit ke-90 pasca pemberian glukosa oral dengan persen penuran sebesar 44,55 ± 4,92%. Sedangkan ekstrak air rambut jagung tua menurunkan kadar glukosa darah sejak menit ke-120 pasca pemberian glukosa oral dengan persen penurunan sebesar 30,15 ± 7,25%. Kata kunci: rambut jagung tua, rambut jagung muda, flavonoid, kadar glukosa darah
STUDI INTERAKSI DEKOKTA BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN PARASETAMOL PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) (TINJAUAN TERHADAP EFEK ANALGETIK) Parikesit, Epri Wing; Intannia, Difa; Kartiko, Jasmadi Joko
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARISekitar 175 juta tablet parasetamol dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap tahunnya ketika muncul nyeri dan demam karena mudah didapat dan harganya terjangkau. Bawang putih (Allium sativum) merupakan bahan yang cukup sering digunakan baik sebagai obat herbal atau sebagai bumbu masakan. Bawang putih diketahui efektif dalam menginhibisi enzim sitokrom P-4502E1 yang berperan dalam mempengaruhi metabolisme parasetamol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian bawang putih terhadap efek analgetik parasetamol pada mencit (Mus musculus). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dan metode pengujian analgetik menggunakan metode geliat yang diinduksi dengan asam asetat 0,5% v/v secara intra peritoneal 15 menit setelah pemberian perlakuan. Parameter pengamatan berupa jumlah geliat setiap 5 menit selama 60 menit. Mencit yang digunakan sebanyak 25 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok I untuk kontrol negatif (akuades), kelompok II untuk kontrol positif (parasetamol 65,25 mg/Kg BB), dan tiga kelompok yang lain diberi perlakuan dengan dekokta bawang putih dengan konsentrasi masing-masing 5%; 10% dan 20% dan parasetamol 65,25 mg/Kg BB secara per oral. Dekokta bawang putih pada kelompok uji diberikan 24 jam sebelum pengujian dan pada saat pengujian. Data diperoleh berupa jumlah geliat kumulatif mencit kemudian dihitung persen proteksi nyeri dianalisis statistic dengan One-Way ANOVA, dilanjutkan uji Post Hoc dengan taraf kepercayaan 95% . Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan dekokta bawang putih berpengaruh secara bermakna (p<0,05) pada konsentrasi 10% dan 20% terhadap peningkatan aktivitas efek analgetik parasetamol.Kata Kunci: interaksi, analgetik, dekokta, bawang putih, parasetamolABSTRACTAbout 175 million paracetamol tablet used in Indonesian when pain and fever because easy to get and economist. Garlic (Allium sativum) is known to be effective in inhibiting cytochrome P - 4502E1 enzyme which plays a role in influencing the metabolism of paracetamol. The purpose of this study was to determine the effect of garlic on analgesic effect of paracetamol in mice (Mus musculus). This study used completely randomised design and analgesic testing methods used writhing methods that induced by acetic acid of 0.5 % v / v intra- peritoneal administration 15 minutes after treatment with the observation of parameters such as the amount of writhing every 5 minutes for 60 minutes. Mice which were used as many as 25 mice and divided into 5 groups, namely Group I for the negative control (aquadest), group II for the positive control (paracetamol of 65.25 mg / kgBB), and three other groups treated with garlic dekokta with concentrations of 5 %, 10 %, and 20 % and paracetamol of 65.25 mg / kgBB orally basis. Garlic dekokta in the test group was given 24 hours before the test and during the test. Data were obtained in the form of twisted cumulative number of mice were then calculated the pain protection percent and were analyzed by One- Way ANOVA, followed by Post Hoc test with test level of 95 %. The analysis showed that the addition of garlic dekokta affect significantly (p < 0.05) at concentrations of 10 % and 20 % to the raising activity of paracetamol analgesic effect.Key words : interaction, analgesic, dekokta, garlic, paracetamol
Overview Off-label Drug Uses in Pediatric Patients at Ulin’s Hospital, Banjarmasin Kartinah, Nani; Intannia, Difa; Fitri, Nahyanti
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.307 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2014.3.3.77

Abstract

Profile of off-label drug uses in Indonesia particularly in South Borneo is yet unknown. Study of off-label drug uses is necessary because its safety and effectiveness treatment for children are not guaranteed. The purpose of this study was to identify the percentage of pediatric patients who received off-label drug, the most commonly drug that used as an off-label drug, and the percentage of off-label drug based on the criteria, including: age, dose, route of administration, and indication. This research used a prospective study. The study population on this research was patients aged a month to 18 years who is treated at Ulin’s Hospital during March to May 2013. The samples of this research were patients who received antibiotics, analgesics, and antipyretics, anti-inflammatory, antihistamine, anticonvulsant, and antiemmetic drug therapy. There was 86 people (32.58%) of the 264 patients who received an off-label drug, anti-inflammatory drug was the most commonly used as an off-label drug with 38 cases (30.64 %) of the 124 cases of an off-label drug, and based on the criteria, there was 41 cases (33,06 %) off-label of age, 45 cases (36.29%) off-label of dose, no cases off-label of route of administration, and 38 cases (30,65 %) off-label of indication. Further research is needed to determine the safety and efficacy of an off-label drug.Key words: Off-label drug, pediatrics, RSUD Ulin BanjarmasinGambaran Penggunaan Obat Off-label pada Pasien Pediatrik di Rumah Sakit Ulin, BanjarmasinPenggunaan obat off-label pada anak-anak di Indonesia khususnya Kalimantan Selatan tidak diketahui. Penelitian ini diperlukan karena tidak terdapat jaminan keamanan dan efektivitas pengobatan bagi anakanak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pasien anak yang mendapatkan obat offlabel, mengidentifikasi obat yang paling umum digunakan sebagai off-label, dan menentukan persentase obat off-label berdasarkan kriteria usia, dosis, cara pemberian, dan indikasi. Metode penelitian ini menggunakan prospektif studi. Populasi penelitian adalah pasien 1 bulan hingga18 tahun yang dirawat di RSUD Ulin pada bulan Maret hingga Mei 2013. Sampel penelitian adalah semua pasien usia 1 bulan hingga 18 tahun yang mendapat antibiotik, analgetik, dan antipiretik, antiinflamasi, antihistamin, antikonvulsan, dan antiemetik. Total pasien yang memperoleh obat off-label adalah 86 (32,58%) dari 264 pasien, golongan obat yang biasa digunakan off-label adalah antiinflamasi 38 (30,64%) dari 124 obat off-label. Jumlah obat off-label menurut kriteria usia adalah 41 (33,06%) dari 124 obat off-label, kriteriadosis 45 (36,29%), pada rute pemberian obat 0 (0%), dan kriteria indikasi 38 (30,65%). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan keamanan dan kemanjuran obat.Kata kunci: Obat off-label, pasien anak, RSUD Ulin Banjarmasin
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdul Karim ahmad rizal Alya Zainah Amalia Risna Andini, Rizka Syawal Angelina Ayu Dela Anisa Desriyanti Anna Khumaira Sari Antung Lisa Ariati Antung Lisa Ariati, Antung Lisa Azhar Arnata, Azhar Bayu Wiratama Bethy Nurhayaty Sidauruk Dahlia Syahrina Damayanti Rumondang Butar Butar Dania, Sri Rahmah Daniel Wisnugroho DENI SETIAWAN Dharmawan, Robby Epri Wing Parikesit, Epri Wing Fahira, Nurul Savira Fanli Yudi Anwar Fanli Yudi Anwar Febrianti, Dwi Rizki Finlinda Hery Ramadani Finlinda Hery Ramadani, Finlinda Hery Fitri, Nahyanti Fitriana Rahmi Gusti Rizky Puspa Ramadhani Hadiastuti, Adinda Dwina Hayatun Izma Helmina Wati Henny Maryani Heri Budi Santoso Heri Budi Santoso Herningtyas Nautika Lingga Ikhwan Rizki, Muhammad Imam Muftadi Isnaini, Nazhifah Izma, Hayatun Jasmadi Joko Kartiko, Jasmadi Joko Jauhar Latifah Khoirunnisa Muslimawati Khumaira Sari, Anna Kumala, Dinna Fitria Laode Muhammad Indra Kesuma Liling Triyasmono Linda Permata Sari LINDA WAHYUNI Lisda Handayani Lisda Handayani, Lisda Malikhatun Ni’mah, Malikhatun Malikhatun Ni’mah Melviani Mia Fitriana Muhammad Ikhwan Rizki Muhammad Ramadhan Muhammad Reza Pahlevi Muhammad Rizki Akbar Mustika Muthaharah Nahdiya Nahdiya Nahyanti Fitri Nani Kartinah Nasya Hafizah Nita Safitri Noor Cahaya Nor Aida Nori Lovita Sari Nori Lovita Sari, Nori Lovita Normaidah, Normaidah Noval Novia Novia Novia Novia Nurlely Nurlely Okta Muthia Sari Prima Happy Ratnapuri Prima Happy Ratnapuri Putra, Aditya Maulana Perdana Rahmatullah, Satrio Wibowo Rapi'ah, Rizka Restu Aulia Rezki Amelia Rezki Amelia Rina Astiyani Jenah Rizaldi, Muhammad Ronalisa Ronalisa Sandi, Dita Ayulia Dwi Sari, Okta Muthia Sarlina Illyyani Sarlina Illyyani, Sarlina Silviana, Mega Sriyatul Adawiyah Sulvia Dasupantini, Sulvia Susanto, Yugo Syahrizal Ramadhani Syifa Auliani Tangkas, Hansel Hens Tuti Misrina Valentina Meta Srikartika Valentina Meta Srikartika Valentina Meta Srikartika Valentina Meta Srikartika, Valentina Meta YULIANTI, MAWAR DWI Yusrinie Wasiaturrahmah