Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

THE EFFECTIVENESS OF EXERCISE AND NUTRITION INTERVENTION PROGRAMMES TO PREVENT AND MANAGE OBESITY AMONG YOUNG POPULATION Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background:Childhood obesity has become a central chronic disease in this modern era. Early prevention and effective treatment of obese children and adolescents is mandatory. Surprisingly, there are limited shortand long-term studies determining targeted interventions particularly physical activity and dietary intervention in preventing and treating obesity among the young population. Further, the efficacy of physical activity and nutritional strategies to prevent and treat pediatric obesity remains unclear. Objective: This review aims to evaluate the effect of physical activity and dietary interventions in preventing and treating obese children and adolescents. Results: There are five main studies involved in this review. Most of the reviewed studies found significant reductions on body weight, body mass index and body fat, and improvement on aerobic fitness and endurance time. Conclusion: The data shows the short- and long-term beneficial effects of physical activity alone and in combined intervention with dietary-behavioural approaches to treat obesity among young population. However, some studies have flawed study design such as small sample size and unmatched participants in control group. Additional research considering behavioural, dietary and physical intervention, and costeffective approach for primary and community care are required.
A REVIEW: THE RISK OF IRON DEFICIENCY WITHIN INFANTS WHO ARE EXCLUSIVELY BREAST FED FOR THE FIRST SIX MONTHS: CASES IN DEVELOPED COUNTRIES Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This review aims to discuss about the risk of iron deficiency within infants who are exclusively breast fed for the first six months after birth, especially in developed countries. It is well documented that iron deficiency is one of the most common nutritional disease among babies and young children. This commonly occurs during an increased need of iron supply particularly in the first period of life. The WHO and many health authorities recommend to exclusively breast fed babies for the first six months of their life for the best achievement on growth, health and development, and no adverse outcome on growth have been reported for breastfeeding babies exclusively for six months. However, a lower level of iron has been identified in some developing country settings.There have been few studies specifically to examine the relationship between infants who are exclusively breast fed for the first six months after birth and the prevalence of iron deficiency in developed countries. Based on the evidence, there are several factors may affect iron stores depletion of babies and toddlers such as dietary intake, socioeconomic, low iron concentration of weaning foods, cow‟s milk consumption and prolonged duration of breastfeeding. Most studies that have been carried out have concluded that there is little risk of iron deficiency and iron deficiency anaemia in infants who are exclusively breast fed for the first six months after birth. It seems that only infants with unusual low iron stores at birth are at risk of deficiency if breast fed exclusively for six months.
THE RELATIONSHIP BETWEEN CHILD OBESITY AND BONE HEALTH Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Since early childhood obesity has increased dramatically in the recent year, many researchers observe the relationship of excess fat mass during childhood and many health consequences including with bone health. This review aims to examine the relationship between childhood obesity and bone health. The results are conflicting. Several results show that fat mass have a strong positive relationship with increase bone mass and bone area, while other studies found obesity may increase the risk of fracture and may be detrimental on bone health. By these findings, further studies should be conducted to examine the effect of childhood obesity and bone health, also to evaluate the mechanisms how excess fat mass may increase or reduce bone growth.
Studi Status Gizi, Pola Makan serta Aktivitas pada Anak Sekolah Dasar di Kota Mataram Suryani, Dewi; Sabrina, Yunita; Cholidah, Rifana; Ekawanti, Ardiana; Andari, Marie Yuni
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Dewasa ini negara berkembang termasuk Indonesia dihadapkan pada dua permasalahan status gizi anak, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kecenderungan peningkatan prevalensi gizi lebih di Indonesia ditunjukkan oleh studi di Yogyakarta dan Denpasar. Sebuah studi di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi gizi lebih pada anak sekolah dasar di Yogyakarta sebanyak 15,8%, sedangkan di Denpasar tahun 2002 sebanyak 27,5%. Belum ada penelitian serupa di Kota Mataram. Penelitian status gizi perlu dilakukan secara periodik untuk mengetahui kecenderungan status gizi pada anak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi, pola makan dan pola aktivitas pada anak SD di Kota Mataram. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain belah lintang. Pengukuran status gizi anak diukur berdasarkan nilai Z-score kemudian kategori status gizi akan ditentukan berdasarkan standar age per weight. Penentuan faktor risiko diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh anak dan orang tua. Aspek yang tertuang dalam kuesioner meliputi) pola makan, pola aktivitas dan latar belakang sosial ekonomi keluarga. Hasil: Sebanyak 105 anak terlibat dalam penelitian ini. Proporsi anak yang mengalami gizi lebih adalah 9%. Dari hasil penelitian didapatkan anak yang pola hidupnya dapat mengarah pada gizi lebih, yaitu 16,2% anak menonton TV dan bermain video game melebihi waktu yang direkomendasikan, 38% anak melakukan aktivitas fisik kurang dari 1 kali dalam seminggu, 81% anak tidak menggunakan active commute (naik sepeda atau berjalan kaki ke sekolah), 29,5% anak mempunyai waktu tidur kurang dari jam tidur yang direkomendasikan, 74% anak tidak rutin membawa bekal ke sekolah; dan 5% anak mengkonsumsi makanan cepat saji minimal 1 kali dalam seminggu. Kesimpulan: Kasus gizi lebih sudah menjadi permasalahan di kota Mataram. Diperlukan upaya intervensi terkait faktor-faktor yang telah diketahui terkait dengan gizi lebih. Intervensi ini diperlukan pada anak yang gizi lebih maupun pada anak gizi cukup untuk mencegah terjadinya overweight maupun obesitas. Katakunci status gizi, pola makan, pola aktivitas, anak sekolah dasar
Hubungan Lingkar Pinggang dengan Tekananan Darah pada Pasien Poli Jantung RSUP NTB Fitri, Sani Solihatul; Pintaningrum, Yusra; Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Prevalensi obesitas terus mengalami peningkatan. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiometabolik seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia, dan penyakit jantung koroner. Lingkar pinggang merupakan salah satu metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrining obesitas. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan lingkar pinggang dengan tekanan darah pada pasien poli jantung RSUP NTB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah Pasien Poli jantung RSUP NTB yang lebih dari sama dengan 25 tahun. subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diukur tekanan darah dan lingkar pinggang. Data yang terkumpul diuji secara statistik dengan uji korelasi Spearman Hasil: Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik dan diastolik (p< 0,05). Didapatkan adanya korelasi yang positif antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Adapun kekuatan korelasi antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah sedang (R=0,509 ; R=0,459). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik dan diastolik.
HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI (BUBUR SUSU) TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN KEMBAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Kurniati, Mimin; Nurbaiti, lina; Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang :Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang diberikan pada usia 6-24 bulan untuk mencukupi kebutuhan gizi balita.Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini maupun terlambat akan menyebabkan bayi rentan mengalami penyakit infeksi, alergi, kekurangan gizi, dan kelebihan gizi, sehingga dapat menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan. Pola pemberian MP-ASI pada balita yang tidak sesuai umurnya juga berisikomengalami gizi buruk. Tujuan :Untuk mengetahui hubungan kebiasaan pemberian MP-ASI (Bubur Susu) terhadap status gizi balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kembar Kabupaten Lombok Barat. Metode :Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang menggambarkan hubungan kebiasaan pemberian MP ASI (bubur susu) dengan status gizi balita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 51 responden. Hasil : Status gizi balita paling banyak berdasarkan BB/U yaitu gizi baik 49 orang (96,1 %), berdasarkan PB/U yaitu gizi normal47 orang (92,2 %), berdasarkan BB/PB yaitu gizi normal 49 orang (96,1 %). Hasil uji chi-square diperoleh nilai p ≥ 0,05, sehingga tidak didapatkan adanya hubungan antara tingkat pemberian MP-ASI (frekuensi, porsi dan komposisi)terhadap status gizipada balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kembar. Kesimpulan :Tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan pemberian MP-ASI (Bubur Susu) terhadap status gizi balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kembar Kabupaten Lombok Barat.
HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI (NASI TIM) TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 8-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUJUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH Muna, Nilnal; Nurbaiti, Lina; Cholidah, Rifana
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Ketepatan usia pemberian MP-ASI dapat berpengaruh terhadap status gizi. Secara nasional, Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk salah satu provinsi yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang tertinggi. Penilaian masalah status gizi ini menurut WHO dapat diukur menggunakan indikator berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Tujuan: Mengetahui hubungan pemberian MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi balita usia 8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif analitik, dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu consecutif sampling dengan jumlah sampel 51. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square. Hasil: Pemberian MP-ASI (nasi tim) pada balita usia 8-12 bulan tidak berhubungan dengan status gizi balita dengan nilai (p ≥ 0,05). Hasil dari uji chi-square didapatkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan frekuensi, porsi, komposisi pemberian MP-ASI (nasi tim) dengan nilai p ≥ 0,05, sedangkan tingkat pendidikan berhubungan dengan frekuensi pemberian MP-ASI nasi tim (r = 0,95, p = 0,023). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan pemberian MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi balita usia 8-12 bulan.
Gambaran Konsumsi Garam Iodium dan Kadar Iodium Urin pada Anak Sekolah Dasar di Pulau Lombok Ekawanti, Ardiana; Lestarini, Ima Arum; Cholidah, Rifana; Fathana, Prima Belia; Yuliyani, Eka Arie
Jurnal Kedokteran Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Defisiensi iodium masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dari pemeriksaan iodium yang diekskresikan melalui urine, didapatkan defisiensi iodium pada 36,4% anak di seluruh dunia, dan daerah Asia Tenggara didapatkan 39,8% anak usia sekolah mengalami defisiensi iodium. Nusa Tenggara Barat adalah provinsi dengan konsumsi garam iodium yang terendah di seluruh Indonesia dan belum ada penelitian tentang kadar iodium urin dan factor yang mempengaruhinya. Tujuan: Mencari data dasar tentang epidemiologi defisiensi iodium , selain itu penelitian ini juga bisa memberi manfaat tentang gambaran kadar iodine masyarakat secara umum.. Metode: Rancangan penelitian ini adalah rancangan potong lintang dengan populasi terjangkau kelas 5 dan 6 siswa SD di dataran rendah dan dataran tinggi Pulau Lombok. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi garam didapatkan dengan menggunakan kuesioner. Kadar iodium urin dinyatakan dengan median iodium urin yang didapatkan dengan menggunakan metode acid digestion. Hasil: Median iodium urin di dataran rendah didapatkan 218 mg/L dan di dataran tinggi 236 mg/L. Iodium Urine Excretion di dataran rendah dan tinggi juga menunjukkan kecukupan tingkat konsumsi garam iodium. Kesimpulan: Median iodium urin di dataran rendah didapatkan 218 mg/L dan di dataran tinggi 236 mg/L. Iodium Urine Excretion di dataran rendah dan tinggi juga menunjukkan kecukupan tingkat konsumsi garam iodium.
Edukasi Pencegahan Anemia Dan Pemeriksaan Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Kota Mataram Cholidah, Rifana; Emmy Amalia; Ario Danianto; Dyah Purnaning
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 7 No 4 (2024): Oktober-Desember 2024
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v7i4.10003

Abstract

Anemia merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari normal. Anemia merupakan masalah gizi global yang terjadi baik dinegara maju maupun di negara berkembang. Anemia dapat terjadi akibat defisiensi beberapa zat gizi, diantaranya asam folat, vitamin B12 dan zat besi. Anemia yang disebabkan karena kurangnya zat gizi ditandai dengan adanya gangguan pada produksi hemoglobin baik karena kurangnya asupan zat besi atau karena gangguan absorpsi. Anak-anak, remaja putri dan wanita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap terjadinya anemia. Remaja putri berisiko menderita anemia karena pada masa pubertas mereka mengalami menstruasi dan percepatan tumbuh kembang. Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan menerapkan pola makan yang seimbang. Adapun zat besi dapat diperoleh dari makanan sehari-hari seperti daging, ikan, unggas, sayuran seperti bayam, kacangan-kacangan dan juga makanan yang terfortifikasi. Selain makanan yang kaya akan zat besi, anemia juga dapat dicegah dengan pemberian suplementasi zat besi pada remaja. Penulis memandang perlu dilakukannya pemeriksaan Hb dan penyuluhan tentang bagaimana pencegahan anemia pada remaja putri di Kota Mataram. Penyuluhan di laksanakan di Masjid Pondok Pesantren Nurul Islam khususnya siswi MTs Nurul Islam, pada hari Kamis tanggal 8 Agustus 2024 dihadiri oleh 4 orang tim penyuluh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Mataram beserta 6 orang mahasiswa dan 54 siswi dan 3 orang guru MTs Nurul Islam. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, terdapat peningkatan tingkat pengetahuan siswi mengenai pencegahan anemia dengan menerapkan pola makan seimbang. Nilai pre-test peserta adalah 67,04 dan meningkat pada penilaian post-test didapatkan 93,33. Berdasarkan pemeriksaan kadar hemoglobin pada 54 siswa didapatkan 19 (35,19%) siswi dengan Hb normal, 10 (18,52%) siswi menderita anemia ringan, 24 (44,44%) siswi menderita anemia sedang dan 1 (1,85%) siswi menderita anemia berat.
Factors Affecting Fe Tablet Consumption in Adolescent Girls in Order to Prevent Anemia in Mataram City Tarigan, Rizqy Agung Fattahillah; Cholidah, Rifana; Danianto, Ario
Jurnal Biologi Tropis Vol. 25 No. 2 (2025): April-Juni
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v25i2.8101

Abstract

A disorder known as anemia occurs when the body's hemoglobin level falls. Oxygen is transported throughout the body by hemoglobin. Because puberty alters the body's nutritional and physiological requirements, teenage females are among the groups most at risk for anemia. If adolescent girls' anemia is not addressed with regular Fe pill use, it can impair their capacity to learn and result in pregnancy. Adolescent girls' consumption of Fe pills is influenced by a number of factors, including distribution of the tablets, school assistance, attitude, and knowledge. This study aims to determine the factors that influence the consumption of Fe tablets in adolescent girls. The type of research conducted is an analytical survey study with a cross-sectional approach and using chi-square data analysis with a sample size of 68 respondents. The results of the study showed that the variable level of knowledge was dominated by the less category (50%) and had a p-value of 0.000, the attitude variable was dominated by a positive attitude (54.4%) and had a p-value of 0.061, the school support variable was dominated by the less supportive category (54.4%) and had a p-value of 0.041, the overall distribution variable of Fe tablets received tablets once a week (100%) and the p-value could not be assessed (NA).