Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengalaman Perawat dalam Melakukan Pengkajian Pasien Baru Di Satu Rumah Sakit Swasta Di Indonesia Bagian Barat [Experience Of Nurses in Conducting Assessment on New Patients in One Of The Private Hospitals in West Indonesia] Grace Ivo; Marisa Manik; Oberlin Simamora
Nursing Current: Jurnal Keperawatan Vol 6, No 1 (2018): June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/nc.v6i1.1261

Abstract

The nurse carries out an assessment (history) of the patient when the patient is admitted to the hospital about the complaint or problem. Accurate assessment, complete according to reality, and correctness of data is very important for the next step in providing nursing care according to individual responses. Researchers still find studies that are not carried out accurately and completely, especially in the inpatient room where researchers practiced. The nurse does not conduct a direct study of the patient but has filled in the new patient assessment documentation. The purpose of this study was to determine the experience of nurses in conducting a study of new patients in the inpatient room at a Private Hospital in Western Indonesia. This study uses phenomenological qualitative research methods by collecting data through interviews and double checks (on patients and assessment documents). The number of samples studied was six nurses. This research was conducted in October-November 2017. The results of this study indicate that there were five themes related to the experience of nurses in conducting a new patient assessment. The five themes are the experience of carrying out the nursing process, conducting new patient assessments, as well as the driving factors in carrying out the assessment, the benefits obtained and obstacles in conducting the assessment. The number of categories from the five themes is 16 categories. The patient assessment sheet was almost completely filled by the nurses except that the body weight and height were still not all filled, which amounted to 66.66% of the total documentation sample conducted by the six respondents. It can be concluded that the assessment conducted by nurses in the inpatient room in one Western Indonesian Private Hospital can be said to be complete but inaccurate where not all studies were carried out directly to patients but were filled in the assessment sheet.BAHASA INDONESIA Perawat melakukan pengkajian (anamnesis) terhadap pasien ketika pasien masuk rumah sakit mengenai keluhan atau masalahnya. Pengkajian yang akurat, lengkap sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respon individu (Muttaqin, 2008). Peneliti masih menemukan pengkajian yang tidak dilakukan dengan akurat dan lengkap khususnya di ruang Rawat tempat peneliti melakukan praktik. Perawat tidak melakukan pengkajian langsung kepada pasien namun telah melakukan pengisian dokumentasi pengkajian pasien baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman perawat dalam melakukan pengkajian pasien baru di ruang Rawat di Satu Rumah Sakit Swasta di Indonesia Bagian Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi dengan pengumpulan data melalui wawancara dan double check (terhadap pasien dan dokumen pengkajian). Jumlah sampel yang diteliti adalah enam perawat. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan OktoberNovember 2017. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat lima tema terkait pengalaman perawat dalam melakukan pengkajian pasien baru. Lima tema tersebut yaitu pengalaman melakukan proses keperawatan, melakukan pengkajian pasien baru, serta faktor pendorong dalam melakukan pengkajian, manfaat yang diperoleh dan hambatan dalam melakukan pengkajian. Jumlah kategori dari lima tema tersebut yaitu 16 kategori. Lembar pengkajian pasien hampir semua terisi  lengkap oleh perawat kecuali berat badan dan tinggi badan masih belum semua terisi yaitu berjumlah 66,66% dari total keseluruhan sampel dokumentasi yang dilakukan oleh keenam responden. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengkajian yang dilakukan perawat di ruang Rawat di Satu Rumah Sakit Swasta Indonesia Bagian Barat dapat dikatakan lengkap namun tidak akurat dimana tidak semua pengkajian dilakukan langsung kepada pasien namun sudah terisi di lembar pengkajian
Deteksi Dini Dan Edukasi Kesehatan Pada Jemaat IHOP Mangga Besar Jakarta Belet Lydia Ingrit; Marisa Manik; Veronica Paula; Fransiska Ompusunggu; Tirolyn Panjaitan
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.591 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.292

Abstract

Jemaat gereja IHOP Mangga Besar merupakan salah satu komunitas yang berada di pusat kota dengan beragam karakteristik jemaat yang terdiri dari lansia, dewasa muda dan remaja. Karakteristik jemaat yang beragam dengan status ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor kendala dalam meningkatkan status kesehatan mereka. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui status kesehatan jemaat IHOP Mangga Besar. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah, tinggi badan, pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat serta edukasi kesehatan dan pengobatan gratis. Hasil didapatkan jumlah jemaat yang hadir sebanyak 91 orang (52,7% perempuan dan 47,3% laki-laki) dengan kisaran usia 20 – 75 tahun. Masalah kesehatan yang terjadi adalah pre hipertensi sebanyak 24.2% (22 orang) dan hipertensi 19.8% (18 orang), underweight 8.7% (8 orang) dan overeweight 30.9% (28 orang), kolesterol tinggi sebanyak 14.3% (13 orang), asam urat tinggi 24.2% (22 orang) dan kadar gula darah darah yang tinggi sebanyak 5.4% (5 orang). Kesimpulan yang didapatkan sebagian dari jemaat IHOP memiliki status kesehatan yang rendah dan butuh untuk pemeriksaan lebih lanjut (berkelanjutan).
READINESS FOR INTERPROFESSIONAL EDUCATION: PERSPECTIVE FROM MEDICAL AND NURSING STUDENTS Vivien Puspitasari; Ni Gusti Ayu Eka; Marisa Junianti Manik; Mona Marlina; Neneng Suryadinata; Grace Solely Houghty
Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia: The Indonesian Journal of Medical Education Vol 11, No 3 (2022): September
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpki.72842

Abstract

Background: Interprofessional education (IPE) is argued as an educational strategy for promoting communication and collaboration amongst prospective healthcare professionals. The benefits of IPE have culminated in improved patient care leading to enhanced satisfaction for patients and healthcare practitioners. Therefore, further exploration is needed to assess the readiness for IPE through healthcare students’ perspectives, specifically medical and nursing students.This study aimed to assess medical and nursing students’ readiness for IPE and the effect of gender on their readiness.Methods: A quantitative study design using the Readiness for Interprofessional Learning Scale (RIPLS) was employed on 150 medical students and 150 nursing students. Data was analyzed using descriptive and Mann-Whitney statistical analyses.Results: The readiness of IPE score was statistically significantly different between medical and nursing students (p-value <0.0001), with nursing students (Median 4.34) found to have higher readiness or indicate more positive attitudes toward IPE compared to medical students (Median 3.73). Students are found to have a positive attitude or readiness towards IPE. This study also revealed that there was no significant difference in IPE readiness based on genders (p-value 0.087).Conclusion: It is essential to engage students in preparing the implementation of IPE for health sciences courses. Further workshops for IPE can be a strategic step to enhance readiness of the students.
PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA Belet Lydia Ingrit; Christie Lidya Rumerung; Dwi Yulianto Nugroho; Komilie Situmorang; Maria Maxmila Yoche A; Marisa Junianti Manik
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 5 (2022): PERAN PERGURUAN TINGGI DAN DUNIA USAHA DALAM AKSELERASI PEMULIHAN DAMPAK PANDEMI
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v5i0.1461

Abstract

Adolescence is a transition from childhood to adulthood that involves changes in physical and psychological aspects. Keeping healthy reproductive is very important, especially for adolescents, Lack of education on reproductive health will trigger health problems like pregnancy at a young age and abortion in adolescent girls. This community service activity is to increase adolescent knowledge about the growth and development of adolescents in general and also to increase knowledge about reproductive health for boys and girls with the health education method and also using the pretest, post-test, online reproductive health education, and question-and-answer method with a total of 118 teenagers attending. The results from this activity from the pretest and posttest showed an increase in the change in value seen from the pretest and posttest scores by 10 points, from a value of 80 to 90. The increasing score indicates the increasing cognitive abilities of participants and they understand the topic given. This Community Service went smoothly starting from preparation, during the webinar, and during questions and answer sessions. At the end of the activity, participants can explain again the information that had been given by the Community Service team such as the stages of adolescent development and growth, and knowing the health reproduction in adolescents. Furthermore, hopes that this Community Service activity can be sustainable by taking up new topics related to reproductive health in couples of childbearing age.
EDUKASI DAN PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA (first aid) DI SEKOLAH DIAN HARAPAN LIPPO KARAWACI (SMP-SMA), KARAWACI-TANGERANG Windy Sapta Handayani Zega; Marisa Junianti Manik; Bima Adi Saputra; Magda Fiske Rumambi; Heman Pailak
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 5 (2022): PERAN PERGURUAN TINGGI DAN DUNIA USAHA DALAM AKSELERASI PEMULIHAN DAMPAK PANDEMI
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v5i0.1470

Abstract

Pertolongan pertama (first aid) adalah upaya awal sebelum dikirim ke rumah sakit ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan seperti kecelakaan, pingsan, digigit serangga, patah tulang, pendarahan, kejang, henti jantung napas atau kondisi yang mengganggu kesehatan. Kecelakaan maupun gangguan kesehatan dapat terjadi dimana saja dan tidak dapat diprediksi secara pasti salah satu lokasi terjadi bisa sekolah maupun diluar sekolah, dekat dengan jalanan sekolah maupun ketika datang dan kembali dari sekolah. Seorang siswa sekolah bisa saja menghadapi cedera, pingsan, perdarahan ataupun kondisi yang menimbulkan masalah bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Kurangnya membekali seorang anak usia sekolah berkaitan dengan pertolongan pertama secara benar dapat menimbulkan rasa panik, cemas dan kurangnya pengetahuan dalam penanganan yang tepat. Oleh karena itu sekolah harus memberikan edukasi dan pelatihan pertama di sekolah untuk meningkatkan keselamatan siswa. Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini berfokus pada edukasi dan pelatihan pertolongan pertama. Metode pelaksanaan siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan didampingi dua fasilitator. Hasil dari kegiatan ini terbagi menjadi 2 hal, pertama siswa mampu mendemonstrasi penanganan pingsan dan perdarahan atau mimisan. Kedua, siswa mampu mendemonstrasikan teknik BHD (bantuan hidup dasar) “hands only CPR” dan penggunaan elastis verband. Disarankan edukasi berkelanjutan secara rutin dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa sejak dini tentang pertolongan pertama.
Penerapan Protokol Kesehatan pada First Aid Palang Merah Remaja Chriska Roully Adeline; Marisa Junianti Manik; Bima Adi Saputra; Eva Chris Veronica Gultom; Heman Pailak
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 5 (2022): PERAN PERGURUAN TINGGI DAN DUNIA USAHA DALAM AKSELERASI PEMULIHAN DAMPAK PANDEMI
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v5i0.1476

Abstract

Kebijakan pembatasan sosial telah diterapkan oleh pemerintah, namun kasus Covid-19 terus meningkat di hampir semua provinsi di Indonesia dengan pola transmisi di komunitas, termasuk di sekolah. Terdapat beberapa bagian di sekolah yang rentan terhadap transmisi Covid-19 salah satunya adalah tim Palang Merah Remaja (PMR) karena dalam beberapa prosedur penanganan kesehatan seperti first aid sering kali harus kontak erat dengan korban maupun tim PMR yang lain. Tujuan dilakukan kegiatan PkM ini untuk menekan penyebaran Covid-19 ketika siswa melakukan penanganan first-aid. Pentingnya peran PMR di area komunitas khususnya di sekolah maka petugas PMR perlu meningkatkan pengetahuan dengan cara mengikuti perkembangan penerapan protokol kesehatan dalam penanganan korban di masa pandemi Covid-19. Fakultas Keperawatan Universitas Pelita Harapan mengadakan kegiatan PkM melalui webinar tentang edukasi penerapan protokol kesehatan dalam penanganan first-aid kepada 52 peserta anggota PMR di Sekolah Menengah Pertama Dian Harapan Lippo Village. Peserta dievaluasi dengan mengisi pretest dan postest. Hasil dari kegitan PkM ini menunjukkan rata-rata peningkatan pengetahuan siswa mengenai penerapan protokol kesehatan dalam pemberian first-aid sebesar 0,235 poin setelah mengikuti webinar. Dengan meningkatnya pengetahuan siswa diharapkan first-aid dapat dilakukan dengan tetap menekan penyebaran Covid-19.
Deteksi Dini dan Edukasi Penatalaksanaan Perawatan Diabetes Melitus Marisa Manik; Ineke Patrisia; Fiolenty Sitorus; Deborah Siregar; Ester Silitonga; Heman Pailak; Chriska Sinaga; Tirolyn Panjaitan
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 11 (2023): Volume 6 No 11 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i11.12167

Abstract

ABSTRAK Diabetes adalah penyebab utama komplikasi kesehatan yang serius dan termasuk dalam 10 penyebab kematian di dunia. Prevalensi dan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 meningkat pesat di seluruh dunia. Beban komplikasi DM juga akan meningkat seiring dengan prevalensi penyakit yang terus meningkat. Untuk mengatasi beban ini maka diperlukan strategi pencegahan yang efektif seperti deteksi dini dan pendidikan kesehatan kepada individu maupun masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya deteksi dini dan penatalaksanaan perawatan Diabetes Melitus. Kegiatan PkM ini dilakukan pada 23 Maret 2023 dan 30 Maret 2023. Metode pembelajaran adalah ceramah, diskusi, demonstrasi dan return-demonstration. Media pembelajaran yang digunakan adalah PowerPoint dan alat peraga berupa kertas koran. Hasil dari kegiatan ini adalah bahwa pengetahuan peserta didik pada kegiatan pertama (23 Maret 2023) meningkat dengan skor rata-rata 60 dan pengetahuan peserta didik pada kegiatan kedua (30 Maret 2023) meningkat dengan skor rata-rata 53,33. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. Mengingat komplikasi dari Diabetes Melitus yang serius dan dapat menurunkan kulitas hidup seseorang maka rekomendasi dari kegiatan ini adalah diperlukan deteksi dini dan pendidikan kesehatan kepada individu atau masyarakat secara berkelanjutan. Kata Kunci: Diabetes Melitus, Deteksi Dini, Pendidikan Kesehatan  ABSTRACT Diabetes is the leading cause of serious health complications and one of the top ten causes of death worldwide. The prevalence and incidence of type 2 Diabetes Mellitus are rapidly increasing around the world. The burden of diabetes complications will increase in line with the disease's prevalence. Effective prevention strategies, such as early detection and health education for individuals and communities, are required to reduce this burden. This activity aims to raise awareness of the significance of early detection and management of diabetes Mellitus treatment. This activity was carried out on March 23, 2023, and March 30, 2023. The method was lectures, discussions, demonstrations, and return demonstrations. PowerPoint and newsprint teaching aids are used as learning media. The results obtained from this activity were that the knowledge of participants in the first activity (23 March 2023) increased with an average score of 60 and the knowledge of participants in the second activity (30 March 2023) increased with an average score of 53.33. Based on the findings, we can conclude that health education plays a role in increasing an individual's knowledge. Diabetes Mellitus can reduce a person's quality of life, therefore the recommendation from this activity is that early detection and ongoing health education are required for individuals or communities. Keywords: Diabetes Mellitus, Early Detection, Health Education
Pemberdayaan Masyarakat dalam Mencegah Faktor Risiko Diabetes Mellitus Marisa Manik; Fiolenty Sitorus; Maria Veronika Ayu Florensa; Deborah Siregar; Herman Pailak; Chriska Sinaga
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 7 (2024): Volume 7 No 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i7.15006

Abstract

ABSTRAK Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis dan saat ini menjadi beban dalam sistem layanan kesehatan. Pendekatan multifaset diperlukan dalam pencegahan dan penanganan diabetes. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang memungkinkan masyarakat untuk meningkatkan kontrol atas kehidupan mereka. Adanya pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu mengatasi faktor risiko diabetes terutama faktor yang dapat dimodifikasi seperti diet, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol. Kegiatan ini bertujuan untuk menggambarkan status kesehatan peserta didik meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, dan kadar glukosa darah sewaktu, asam urat, dan kolesterol, serta memberdayakan komunitas dengan meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan mengenai faktor risiko dan pencegahan diabetes. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan pada 10 Maret 2024. Metode pembelajaran adalah ceramah, diskusi, demonstrasi dan return-demonstration. Media pembelajaran yang digunakan adalah PowerPoint dan alat peraga berupa kertas koran. Hasil dari kegiatan ini adalah mayoritas peserta memiliki IMT normal (41,71%) dan 35,58% mengalami overweight serta obesitas sebanyak 17,17%. Mayoritas peserta memiliki tekanan darah normal (60,73%), namun terdapat kasus pra-hipertensi dan hipertensi. Selain itu, mayoritas peserta memiliki kadar glukosa darah (52,14%) dan kadar kolesterol (69,32%) yang tidak normal. Intervensi kesehatan diperlukan untuk mengelola faktor risiko ini dengan pemberdayaan masyarakat dalam memodifikasi gaya hidup, melakukan pendidikan kesehatan secara berkelanjutan kepada masyarakat dan pemantauan rutin. Kata Kunci: Diabetes Melitus, Pendidikan Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat  ABSTRACT Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder and currently imposes a burden on the healthcare system. A multifaceted approach is needed to prevent and treat diabetes. Community empowerment is a process that enables people to increase control over their lives. Empowering the community is expected to help overcome diabetes risk factors, especially modifiable factors such as diet, physical activity, smoking habits, and alcohol consumption. This activity aimed to describe the health status, including BMI, blood pressure, blood glucose levels, uric acid, and cholesterol, and empowering the community by increasing knowledge through health education regarding risk factors and prevention of diabetes. This activity was conducted on March 10, 2024. The learning methods included lectures, discussions, demonstrations, and return-demonstrations. The learning media used were PowerPoint presentations and teaching aids in the form of newspapers. The results of this activity showed that the majority had a normal BMI (41.71%), while others were overweight (35.58%) or obese (17.17%). Most had normal blood pressure (60.73%), but some cases of pre-hypertension and hypertension were observed. Most had abnormal blood glucose levels (52.14%) and cholesterol levels (69.32%). Health interventions are needed to manage these risk factors through community empowerment, ongoing health education, regular monitoring, and lifestyle modifications. Keywords: Diabetes Mellitus, Community Empowerment, Health Education
Pelatihan Hands-Only Cpr: Meningkatkan Kesiapan Komunitas Dalam Menolong Korban Henti Jantung Manik, Marisa; Siregar, Deborah; Gultom, Eva; Sibuea, Renova; Saputra, Bima Adi; Rumambi, Magda; Lumbantoruan, Septa; Pailak, Heman; Suntoro, Suntoro
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 8 (2025): Volume 8 No 8 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i8.20100

Abstract

ABSTRAKHenti jantung mendadak merupakan keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan cepat dan tepat. Salah satu metode yang terbukti efektif adalah Resusitasi Jantung Paru (Cardiopulmonary Resuscitation, CPR), khususnya teknik hands-only CPR yang dapat dilakukan oleh masyarakat umum tanpa pelatihan formal. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam melakukan hands-only CPR, guna meningkatkan peluang bertahan hidup korban henti jantung mendadak. Kegiatan dilaksanakan di Gereja Katolik Santa Helena Lippo Karawaci pada 12 Januari 2025 dengan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, dan return demonstration. Sebanyak 57 peserta yang terdiri dari laki-laki (37%) dan perempuan (63%) mengikuti kegiatan ini. Evaluasi dilakukan menggunakan pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan. Hasil menunjukkan peningkatan skor pengetahuan rata-rata dari 6.03 pada pre-test menjadi 9,.14 pada post-test, dengan peningkatan sebesar 3.11 poin. Pelatihan ini terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan peserta mengenai henti jantung mendadak dan keterampilan melakukan hands-only CPR. Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama pada korban henti jantung mendadak, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat kondisi tersebut. Kata Kunci: Henti Jantung Mendadak, Hands-Only CPR, Pendidikan Kesehatan, Pengabdian kepada Masyarakat.  ABSTRACT Sudden cardiac arrest is a medical emergency that requires prompt and appropriate treatment. One of the proven effective methods is Cardiopulmonary Resuscitation (CPR), particularly the hands-only CPR technique, which can be performed by the general public without formal training. This Community Service Activity (PkM) aims to enhance the knowledge and skills of the community in performing hands-only CPR to increase the survival chances of sudden cardiac arrest victims. The activity was conducted at the Santa Helena Catholic Church in Lippo Karawaci on January 12, 2025, using methods such as lectures, discussions, demonstrations, and return demonstrations. A total of 57 participants, consisting of 37% males and 63% females, attended this event. Evaluation was conducted using pre-tests and post-tests to measure the increase in knowledge. The results showed an average increase in knowledge scores from 6.03 on the pre-test to 9.14 on the post-test, with an increase of 3.11 points. This training has proven effective in enhancing participants' knowledge about sudden cardiac arrest and their skills in performing hands-only CPR. This activity also demonstrates that health education can increase community awareness and ability to provide first aid to sudden cardiac arrest victims, ultimately aiming to reduce mortality rates due to this condition. Keywords: Community Service, Hands-Only CPR, Health Education, Sudden Cardiac Arrest
Vascular Access Management in Inpatients Based on the Vessel Health and Preservation Model Manik, Marisa; Sitorus, Fiolenty; S, Yulia; Kaburito, Aryanto; Rizal, Nurochman; Cicilia; Amelia, Gita; Yelti, Stevanie; Astari, Dian; Anesta, Haidy
Babali Nursing Research Vol. 6 No. 3 (2025): July
Publisher : Babali Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37363/bnr.2025.63505

Abstract

Introduction: Maintaining vascular access is a complex process that involves various clinical factors, the competence of healthcare staff—particularly nurses—and the products used in treatment. Administering drug and fluid therapy through the intravenous route is intricate and carries significant risks of complications. Therefore, the Vessel Health and Preservation (VHP) model approach is crucial for administering effective therapy. To date, no studies have been conducted on comprehensive vascular access management in Indonesia. This study aimed to describe vascular access management in inpatient care using the VHP Model.Methods: Using an accidental sampling technique, the study employed a descriptive design, with 224 nurses from two private hospitals in Indonesia serving as respondents. The instrument was an observation sheet, and data collection was conducted on 224 vascular access installations in patients, based on observations made in March 2024. The data were analyzed using descriptive statistics.Results: Vascular access management, including the four quadrants in the VHP model, is critical to apply because phlebitis complications still occurred in 17 (7.59%) of 224 cases, and only 181 (80.80%) of intravenous access insertions were successful on the first puncture.Conclusion: These results indicate the need for ongoing nurse education and training in vascular access management. The complexity of administering drug and fluid therapy through the intravenous route, with a reasonably high risk of complications, requires an approach model that can be used in administering therapy through the intravenous route.