Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Legal Protection Against Patients who Experience Overdose Muslimah; Ta’adi; Diana Pujiningsih; Andi Wahyuddin Nur; Mawardi
International Journal of Health, Economics, and Social Sciences (IJHESS) Vol. 6 No. 4: October 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/ijhess.v6i4.6263

Abstract

Overdose is a serious condition that occurs due to consuming excessive amounts of a drug or substance, which can be life-threatening. Legal protection for patients who experience an overdose is very important, especially related to patient rights, responsibilities of medical personnel, and health policies. According to WHO (World Health Organization), overdose is the use of psychoactive substances in dangerous amounts, which results in adverse effects, including death. Legal protection of patients who have overdosed is essential to ensure that they receive necessary treatment without fear of legal consequences. By upholding patient rights, medical personnel responsibilities, and supportive health policies, we can reduce the impact of overdoses and improve health outcomes for at-risk individuals. Collaboration between the government, health service providers, and the community is needed to create a safe environment for patients and their families.
Legal and Ethical Aspects of Informed Consent in BPJS Health Emergency Services Anna Veronica Pont; Ta'adi; Muchamad Taufiq; Ady Purwoto; Mawardi
International Journal of Health, Economics, and Social Sciences (IJHESS) Vol. 7 No. 1: January 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/ijhess.v7i1.6818

Abstract

Informed consent is a crucial element in the healthcare system as it ensures that patients provide consent based on a sufficient understanding of the medical procedures to be performed. In the context of emergency services, where patients often present with critical conditions requiring immediate action, the implementation of informed consent becomes more complex. BPJS Kesehatan, as the provider of healthcare services for the public, holds the responsibility to ensure that medical treatments within their network respect patient rights, both legally and ethically. This article aims to explore in-depth the legal and ethical aspects of implementing informed consent in emergency healthcare services under the BPJS Kesehatan program.
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN TB PARU DI POLI PARU RSUD KARDINAH KOTA TEGAL Yudyarto, Hudinoto Eko; Taadi, Taadi; Nurcholis, Nurcholis
Juru Rawat. Jurnal Update Keperawatan Vol 4, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Prodi D3 Keperawatan Tegal Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/juk.v4i2.12474

Abstract

Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Pengobatan TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat dan dosis tepat selama 6-8 bulan supaya semua kuman (temasuk kuman persiter) dapat dibunuh. Pasien menyadari bahwa ketika pasien didiagnosa menderita penyakit TB, maka secara otomatis pasien tersebut harus mengikuti program pengobatanyang relatif lama yaitu minimal 6 bulan. Perasaan takut yang dialami penderita Tuberculosis (TB) yang disebabkan oleh ketidakmampuan mereka menjalankan pengobatan TB dengan baik serta waktu pengobatan yang lama akan menimbulkan kecemasan dalam diri penderita TB. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien TB paru di poli paru RSUD Kardinah Kota Tegal. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dan Analisa data dalam penelitian ini, yaitu: univariat dan penyajian data menggunakan distribusi frekuensi. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien TB yang sedang dalam pengobatan yang bersedia menjadi responden, diambil sebanyak 51 sampel dari bulan Juni-Agustus 2024 yang datang dan berobat di poli paru RSUD Kardinah Kota Tegal. Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat kecemasan pasien TB Paru, instrumen yang digunakan dengan lembar kuesioner modifikasi HRS-A (Hamilton Anxiety Rating Scale). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki kecemasan dengan total sebanyak 30 orang (59%) yang terbagi dalam Kecemasan Ringan sebanyak 10 orang (20%), Kecemasan Berat Sekali 9 Orang (18 %), Kecemasan Berat 6 Orang ( 12%) dan Kecemasan Sedang 5 orang (20%). Dan sebanyak 21 orang masuk ke dalam kategori tidak ada kecemasan (41%).
Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Cuci Tangan 6 Langkah Moment Pertama pada Keluarga Pasien di Ruang Anak Taadi, Taadi; Setiyorini, Erni; Amalya F, M. Rifqi
Journal of Ners and Midwifery Vol 6 No 2 (2019)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v6i2.ART.p203-210

Abstract

Tatanan rumah sakit merupakan tempat yang memiliki resiko tinggi terjadinya Healthcare Associated Infection (HAIs). Perilaku keluarga dan pasien yang menjalani perawatan di RS sangat berpengaruh terhadap timbulnya HAIs, salah satunya dalam menerapkan cuci tangan. Beberapa faktor mempengaruhi kepatuhan cuci tangan 6 langkah momen pertama pada keluarga pasien di Ruang Anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan 6 langkah moment pertama pada keluarga pasien di ruang anak. Desain penelitian menggunakan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien anak yang dirawat di Ruang Anak sebanyak 60 orang, dengan consecutive sampling didapatkan sampel sebanyak 38 orang. Penelitian dilaksanakan 03 – 21 Desember 2018. Analisis data menggunakan Spearman Rho dan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan 6 langkah adalah faktor usia (p=-0,05) sedangkankan faktor jenis kelamin, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan tidak berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan 6 langkah pada momen pertama. Hasil penelitian menunjukkan 80% responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang cuci tangan 6 langkah. Sehingga diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan edukasi tentang cuci tangan 6 langkah, metode dan media yang digunakan dapat disesuaikan dengan tingkat pendidikan.