Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Musik Tiup dan Upacara Adat: Kasus Pengayaan Identitas Kebudayaan Musikal pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan Purba, Mauly
PANGGUNG Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i3.123

Abstract

ABSTRACT Up to the 1990’s the use of the gondang sabangunan, the traditional ceremonial music ensamble of the Batak Toba people,  still played an important role in the practice of their adat (customary law) ceremonies—such as wedding and funeral ceremonies. In present time, however, the so-called musik tiup, a combination of Western brass instruments and Batak Toba traditional musical instruments, tends  to take place of the role of the gondang sabangunan in the adat ceremonies; its use is in fact countinuous. This paper aims to investigate whether or not it is a kind of  social process of  forming a new musical culture identity of the Batak Toba people in Medan. Ethnomusicological and ethno- historical approaches are used in investigating this particular social phenomenon. This research uses decriptive method and the result shows that, on one hand, the people intend to look after their ances- tors’ traditions through the practice of adat ceremonies where they use musik tiup, yet at the same time, they not only perform traditional gondang repertoires (gondang compositions) but also employ certain instruments of the gondang sabangunan ensamble. On the other hand, through the use of musik tiup the people mean to construct and  enrich their musical culture identity. Keywords: Batak Toba, musik tiup, Gondang Sabangunan, identity, adat    ABSTRAK Hingga  dekade  1990an  penggunaan  gondang  sabangunan,  ensambel  musik  seremo- nial masyarakat Batak Toba Toba di kota Medan, masih memainkan peran yang penting di dalam upacara-upacara adat, antara lain upacara perkawinan dan kematian. Namun, dewasa ini ensambel yang dikenal sebagai musik tiup, yang merupakan kombinasi alat musik tiup logam (dari kebudayaan Barat) dengan alat musik dari kebudayaan Batak Toba, kelihatannya menggantikan posisi ensambel gondang sabangunan di dalam upacara-upa- cara adat; kondisi ini berkesinambungan. Apakah ini suatu dinamika proses sosial dalam rangka pembentukan identitas kebudayaan musikal yang baru bagi masyarakat Batak Toba di kota Medan? Pendekatan etnomusikologi dan etnohistori diaplikasikan dalam hal me- mahami dan menganalisa masalah ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan hasilnya menunjukkan bahwa di satu sisi, masyarakat berusaha menjaga kesinambungan tradisi musik leluhur mereka melalui pelaksanaan upacara adat walaupun dengan format ensambel yang berbeda (musik tiup), tetapi tetap memberi ruang kepada elemen musik dan ekstra musikal tradisi gondang Batak Toba, khususnya instrumen dan melodi gondang. Di sisi yang lain, melalui musik tiup masyarakat memberikan kontribusi pada pengayaan identitas kebudayaan musikalnya. Kata kunci: Batak Toba, musik tiup, Gondang Sabangunan, identitas, adat
Empowerment of Silaban margu arts sanggar as crafts of Batak Toba music tradition instruments in Huta Sitangkuban village Siponjot Kecamatan Lintong Ni Huta district Humbang Hasundutan Purba, Mauly; Lumbanraja, Prihatin
ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2019): ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.749 KB) | DOI: 10.32734/abdimastalenta.v4i2.4199

Abstract

Sanggar Seni Silaban Margu is an organization in Huta Sitangkuban, Siponjot Village, Lintong Ni Huta Subdistrict, Humbang Hasundutan Regency. The presence of Sanggar Seni Silaban Margu, has helped increase the activities of citizens through the production of a numerous traditional Batak Toba musical instruments and has also marketed them for both locally and nationally. They also carry out routine training in playing music, thus providing an opportunity for the Huta Sitangkuban community to understand and develop their own arts. The problem faced at this time is that Silaban Margu has not implemented productive time management and good human resource management as well as planned work methods that can be applied to provide high quality and maximum production results. The craftsmen of these musical instruments have not yet applied the method of processing wood from the remnants of making musical instruments that could actually be used to be processed into other artistic creativity items. The implementation of community service activities is carried out in two main forms, namely socialization and assistance. In addition, we also provided assistance with work equipment to facilitate better production access. Meanwhile in based on ideas, the we provided an understanding of how to manage time as well as human resources, so that the duration of productive work hours and working methods of musical instrument craftsmen can be maximized. The dedication team provided the craftsmen with the idea of ​​processing existing wood, not only for making musical instruments, but the rest of the production was then made into other artistic creations, which could be used for daily life needs. These community service activities had become the basis idea for planning the ‘Desa Binaan’
Sinunö Falöwa sebagai Pelegitimasi Upacara Adat Perkawinan pada Masyarakat Nias di Kota Gunungsitoli: Kajian Konteks dan Kontinuitas Waruwu, Happy Majesty; Purba, Mauly; Dardanila, Dardanila
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 20, No 3 (2019): Desember 2019
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.662 KB) | DOI: 10.24821/resital.v20i3.4078

Abstract

Tulisan ini membahas tentang ritual perkawinan pada masyarakat Nias di Gunungsitoli. Dua hal yang menjadi fokus diskusi pada tulisan ini adalah, pertama, terkait tradisi nyanyian perkawinan yang dikenal sebagai sinunö falöwa, dan kedua, terkait kepercayaan lokal masyarakat Nias yang dikenal sebagai sanömba adu, penyembah Patung. Dengan mengaplikasikan pendekatan etnomusikologis dan metode penelitian deskriptif komparatif, artikel ini mengungkapkan: (i) ritual perkawinan pada masyarakat Nias di Gunungsitoli terlegitimasi lewat penyajian nyanyian perkawinan yang dikenal sebagai sinunö falöwa; (ii) sebagai aspek yang melegitimasi ritual perkawinan, sinunö falöwa merefleksikan aspek-aspek kepercayaan lokal, dan (iii) keberadaan sinunö falöwa menggambarkan keberlanjutan kepercayaan kuno masyarakat Nias yang eksis melalui proses transmisi sinunö falöwa dan harus dilaksanakan melalui ritual perkawinan, falöwa.Sinunö Falöwa As Legitimacy of Indigenous Marriage Ceremony in Nias Community in Gunungsitoli City: Study of Context and Continuity. This paper presents an overview of marriage rituals of the Nias community in Gunungsitoli. Two things become the main focus of the discussion, namely the one related to the tradition of marriage singing known as sinunö falöwa, and the one related to the local beliefs of the Nias community known as sanömba adu, worshipers of the Statue. By applying the ethnomusicological approaches and comparative descriptive research methods, this article reveals: (i) marriage rituals in the Nias community in Gunungsitoli which are legitimized through the presentation of marriage songs known as sinunö falöwa; aspects of local beliefs, and (ii) the existence of sinunö falöwa illustrates the continuation of the ancient beliefs of the Nias community that has been existed through the transmission process of sinunö falöwa and must be carried out through marriage rituals, falöwa.Keywords: sinunö falöwa; sanömba adu; Nias tribe
Proses Pembelajaran Paduan Suara di Lembaga Sanggar Melodious Magnificent Ensemble Siallagan, Ruth Melody Misbow; Purba, Mauly
Journal of Education Research Vol. 5 No. 3 (2024)
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/jer.v5i3.1159

Abstract

Pendidikan musik bagi anak sangatlah perlu, karena manfaat pendidikan musik bagi anak merupakan bagian yang sangat menunjang dalam rangka mengisi proses kehidupan di masa depan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pembelajaran paduan suara di Lembaga Sanggar Melodius Magnificnet . Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, dokumentasi dan observasi. Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian tentang pembelajaran paduan suara untuk anak-anak di Sanggar Melodious Magnificent  dapat disimpulkan sebagai berikut. Pembelajaran paduan suara  untuk  anak-anak  di  Sanggar Melodious Magnificent  menggunakan  metode  pembelajaran demonstrasi  dan  metode  pembelajaran  latihan.  Proses  pembelajaran  vokal untuk  anak-anak  berlangsung  selama  tiga  jam  setiap  satu  kali  pertemuan  di  hari Minggu. Sanggar Melodious Magnificent  ini sudah berjalan hampir satu tahun, dan sudah banyak sekali anak-anak yang dilahirkan karyanya. Salah satu program pembelajaran paduan suara di Sanggar Melodious Magnificent Esamble adalah Paduan suara.
Pendidikan Budaya pada Pertunjukan Silat sebagai Atraksi pada Pesta Pernikahan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan Andika, Riki; Purba, Mauly
Journal of Education Research Vol. 5 No. 3 (2024)
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/jer.v5i3.1160

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pendidikan budaya pada pertunjukan silat sebagai atraksi pada pesta pernikahan masyarakat Minangkabau di Kota Medan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala kesenian, khususnya mengenai seni tradisi dan kreativitas dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau dengan menggunakan pendekatan Hermeneutik dan studi literatur. Hermeneutik mempersyaratkan suatu aktivitas konstan dari interpretasi antara bagian keseluruhan yang merupakan suatu proses tanpa awal dan juga tanpa akhir. Hasilnya bahwa salah satu tradisi pernikahan adat terkaya di Indonesia, masyarakat Minang dalam upacara pernikahan adat di Padang menandai serangkaian prosesi dengan kesan dan makna yang dalam. Sebelum akad nikah, prosesi prapernikahan dilalui dengan cermat dan penuh hikmat. Tradisi dimulai dengan Maresek, dengan keluarga perempuan datang ke kediaman keluarga laki-laki untuk menjajaki calon mempelai pria.  Tahap Manimang atau Batimbang Tando menyusul sebagai penanda persetujuan dan penukaran tanda-tanda berharga yang menjadi pengikat pinangan. Pertunjukan ini masih melekat dengan budaya Minangkabau yang selalu tersaji dalam setiap acara pesta pernikahan. Makna dari pertunjukan ini adalah menyetujui kedatangan dari mempelai pria kepada pihak mempelai wanita.
AKULTURASI DAN STRUKTUR PENYAJIAN MUSIK KONTEMPORER PADA UPACARA ADAT MANGONGKAL HOLI Simanjuntak, Fransiska; Purba, Mauly; Sebayang, Vanesia A
JURNAL DARMA AGUNG Vol 32 No 3 (2024): JUNI
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Darma Agung (LPPM_UDA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46930/ojsuda.v32i3.4396

Abstract

Tulisan ini membahas tentang musik kontemporer pada upacara mangongkal holi masyarakat Batak Toba. Dua hal yang menjadi fokus diskusi pada tulisan ini adalah, pertama faktor apa saja yang menyebabkan adanya perubahan struktur penyajian musik pada upacara mangongkal holi, dan kedua bagaimana dampak perubahan struktur penyajian musik terhadap keberlanjutan upacara adat mangongkal holi. Dengan mengaplikasikan pendekatan etnomusikologis dan metode penelitian deskriptif komparatif, artikel ini mengungkapkan: (i) musik kontemporer menggantikan fungsi gondang sabangunan yaitu struktur musik pada musik kontemporer tetap sama dengan konsep musikal masyarakat Batak Toba tetapi isi dari lagu-lagu yang terdapat dalam repertoar adalah berbeda (ii) faktor perubahan itu ada pada mindset, yaitu perubahan yang diakibatkan dengan kemajuan teknologi baik dibidang pendidikan, politik, ekonomi, komunikasi, budaya dan agama bahwa salah satu konsekuensi perubahan mindset itu adalah bagaimana masyarakat merespon warisan leluhur mereka, yaitu tradisi gondang (musik seremonial adat) yg sekarang ini formatnya jauh berbeda karena kebudayaan itu sendiri bersifat dinamis, terus bergerak sesuai dengan perubahan zaman.
The Existence of Tuwu Dance in Nias Society Hulu, Yeni Cecilia Fa'omasi; Laoli, Hernando; Zebua, Erwin Anugerah; Ndruru, Riki Mega Pratama; Simbolon, Perdinal Edo Perwira; Purba, Mauly
Warisan: Journal of History and Cultural Heritage Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34007/warisan.v5i2.2309

Abstract

The Tuwu Dance is an integral part of the cultural heritage of the Nias people in Indonesia, reflecting their identity and deeply rooted traditions. This research explores key aspects of this traditional dance, including its history, cultural significance, specific movements, and the role it plays in the social fabric of Nias society. The research employs a qualitative approach, incorporating direct observation of dance performances, in-depth interviews with community leaders and cultural practitioners, and analysis of relevant literature to gather comprehensive insights. Findings reveal that the Tuwu Dance is not merely an artistic expression; it embodies values of unity, courage, and spiritual reverence, deeply embedded in the everyday life of the Nias people. The dance involves vigorous and expressive movements, which showcase physical grace and strength, symbolizing resilience and communal solidarity. Furthermore, the Tuwu Dance serves as a vital medium for cultural transmission, ensuring that traditional values and identity are preserved and passed on to the younger generation. In conclusion, the Tuwu Dance plays a crucial role in maintaining cultural continuity and reinforcing social bonds, thus holding a revered place in the hearts of the Nias people.
Transformation of Kulcapi Use in Karo Society Traditions in Medan: A Study on Style, Genre, and Social Function Ginting, Yerikho Delvinci; Ginting, Yosua Saputra; Tarigan, Wahyu Perdana; Tarigan, Prima Nopraka; Ginting, Ryandi; Purba, Mauly
Warisan: Journal of History and Cultural Heritage Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34007/warisan.v5i2.2280

Abstract

The kulcapi is a traditional musical instrument deeply embedded in Karo cultural practices. This study aims to trace its historical usage within traditional ceremonies and rituals, examine its functional evolution from ancient times to the modern era, and analyze its transformation from a ritualistic to an entertainment medium. Employing a historical approach, this research utilizes literature review and case studies related to the kulcapi's role within Karo culture. Findings indicate that the kulcapi has experienced a significant functional transformation: initially a solo instrument in ritual contexts, it became an integral part of the gendang telu sedalanen ensemble and has more recently merged with modern instruments, such as the keyboard. This transition reflects the kulcapi's adaptation to social and cultural changes while presenting challenges to its traditional values. The study concludes that preserving and developing the cultural heritage associated with the kulcapi is essential for maintaining Karo cultural identity amidst global modernization pressures.
Analisis Bentuk Musik dan Makna Nyanyian Lagu Above the Hills of Times Yuliana Simamora, Elfrida; Purba, Mauly
Jurnal Media Informatika Vol. 5 No. 2 (2024): Jurnal Media Informatika
Publisher : Jurnal Media Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan bentuk musik dan variasi melodi pada karya ini. Berdasarkan hal tersebut peneliti memandang perlu untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai Bentuk Musik dan Makna Above the Hills of Times. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan menggunakan data yang diperoleh melalui tahap observasi dan wawancara. Data yang digunakan telah direduksi, disajikan, dan ditarik kesimpulannya sebagai sebuah hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karya Above the Hills of Times merupakan Nyanyian Lagu Rohani Klasik dengan menggunakan bentuk musik yaitu elemen-elemen musik dan istilah-istilah musik. Variasi melodi terjadi pada melodi utama yang dikembangkan disetiap tema yang terdapat dalam bagian dari bentuk musik lagu ini yang diolah dengan berbagai macam Teknik. Adapun makna nyanyian Lagu yaitu Denotasi adalah makna sebenarnya yang sesuai dengan makna kamus, sedangkan konotasi adalah makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural ataupun personal. Teori yang menjelaskan tentang denotasi dan konotasi dalam semiotika adalah teori yang dikemukakan oleh Roland Barthes pada tahun 1977.
Pembelajaran Tari Menggunakan Metode Kombinasi untuk Siswa Tunagrahita Ringan di SLB YPAC Medan Maulidia Putri, Sabrina; Purba, Mauly
Jurnal Media Informatika Vol. 5 No. 2 (2024): Jurnal Media Informatika
Publisher : Jurnal Media Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada umumnya tentu hal tersebut dipengaruhi dengan proses pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan. Tujuan peneliti ini untuk mendeskripsikan metode yang digunakan dalam pembelajaran seni tari, dan mengetahui kelebihan serta kekurangan masing-masing metode. Lokasi penelitian dilakukan di SLB YPAC Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menjelaskan serta menggambarkan keadaan yang benar-benar terjadi. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah awal dari penelitian adalah observasi yang bertujuan untuk melihat keadaan awal lokasi penelitian kemudian pengumpulan data dilengkapi dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul dianalisis kemudian dapat ditarik kesimpulan. Hasil penelitian adalah mengetahui metode yang digunakan dalam proses pembelajaran seni tari di SLB YPAC Medan sehingga siswa tunagrahita dapat menarikan sebuah karya dengan bagus dan kompak, dimana metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode demonstrasi, metode drill dan metode imam, namun setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk terus berkembangnya proses pembelajaran agar lebih baik.