I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi
Universitas Warmadewa

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Translation of Weiman Kou’s ‘Corona Virus’ Comic into Indonesian: Covid-19 Prevention Educational Strategy Umiyati, Mirsa; Susanthi, I Gusti Ayu Agung Dian; Daimond Tavares Rosa Suhartono
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 6 No. 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Program Studi Magister Ilmu Linguistik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.356 KB) | DOI: 10.22225/jr.6.2.2211.91-97

Abstract

The Covid-19 pandemic having been spreading throughout the world has resulted in the emergence of various literary works with the aim of educating the wider community on how to anticipate it. One form of literary work helping educate and is well responded to by the community, especially school-aged children, is comics. Comics are very effective in attracting people to listen and read since the information is conveyed in attractive pictures and in easily digestible language. The comics written are translated into various languages ​​so that people in the regions and speakers of other languages ​​can receive the messages conveyed through the comics in question. Identifying the advantages of comics in educating the prevention of Covid-19 around the world, this research focuses on examining the process of translating a comic by Weiman Kou into Balinese. Translation is an effective way to develop learning, not only in college but also in the wider community environment. This study examines the procedure for translating comics by graduate students of linguistics. The results showed that the comic was translated by literal, calque, and borrowing procedures. In order to achieve quality translation results, it is suggested that translating does not only apply three types of procedures but also many other types of procedures, including communicative and idiomatic procedures. By applying these procedures, the message conveyed is perceived the same to both the source language reader and the target language reader.
Categories and Context of Taboo Words in Denpasar (How Words Are Classified as Taboo) I Made Astu Mahayana; Ni Made Suwendri; Made Sani Damayanthi Muliawan; I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 9 No. 3 (2023)
Publisher : Program Studi Magister Ilmu Linguistik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taboo expressions are part of a language that is produced by culture. Every language in an area certainly has taboo expressions, including Denpasar City. Denpasar City is an industrial center that attracts everyone from various regions to settle and survive. With the phenomenon of immigrants with various backgrounds, there is an intensity of multi-language. On the other hand, technological advances slowly change language norms, especially the use of taboo words. This study aims to examine taboo words and analyze the context of an utterance that becomes taboo. This study uses a qualitative approach. Data was obtained through field studies and literature. This study also employs the theory of ethnographic and anthropological linguistics approaches. The results show that taboo expressions in Denpasar are divided into four categories: language level of taboo, naming taboo, context-specific taboo words, and general taboo words. In addition to the context, an utterance that becomes taboo is not only influenced by the word but is the result of a combination of performance and participants in the process of its expression. Thus, an utterance becomes taboo or inseparable from several elements, namely what utterance is used, how the utterance is used, where the utterance is used, who is involved, and what is meant by the said utterance.
BLENDED ONLINE LEARNING: COMBINING THE STRENGTHS OF SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS ONLINE LEARNING IN EFL CONTEXT Cahyani, Ni Made Wahyu Suganti; Suwastini, Ni Komang Arie; Dantes, Gede Rasben; Jayantini, I Gusti Agung Sri Rwa; Susanthi, I Gusti Ayu Agung Dian
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol. 18 No. 2 (2021): Edisi Juli 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.11 KB) | DOI: 10.23887/jptk-undiksha.v18i2.34659

Abstract

The ubiquitous use of digital technology brings the inevitability of online learning and its varying degree of teacher-student interactions, both in synchronous and asynchronous online learning modes. This present study reviews the strength and weaknesses of the two online learning modes to propose the use of blended online learning as the combination that harvests the strengths of asynchronous and synchronous modes of online learning with the opportunity to cover each other's weaknesses. The recent study employed Aveyard's literature review model as a method for gaining a comprehensive understanding of a specific topic using data and arguments from previous studies. Thirty-six articles published in reputable international journals or accredited national journals published in 2015-2020 were used. This review revealed that blended online learning combines the strengths of synchronous and synchronous learning in terms of authentic learning activities, flexibility, access, interaction, development of critical thinking, comprehension, and mastery, and student-centered nature of the learning. However, it still retains challenges in terms of network and connection issues from both online learning modes. This finding implies that blended learning can be the middle-ground to facilitate online learning with benefits from both synchronous and asynchronous online modes by minimizing the students’ exposure to the weaknesses from the two modes.
Pendampingan Pengajaran Bahasa Inggris Berbasis Budaya bagi Teruna Teruni Gianyar Language Club di Desa Beng Gianyar I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi; I Made Mardika; Made Sani Damayanthi Muliawan; A.A. I Mas Trisnamayuni; Kadek Yogi Pratama; Kadek Silvia Melinda Dewi
Linguistic Community Services Journal Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Warmadewa Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/licosjournal.5.2.9969.33-39

Abstract

Bali sebagai destinasi pariwisata tentunya sangat ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai belahan dunia. Hal ini merupakan pemicu bagi generasi muda untuk dapat menguasai bahasa asing, utamanya bahasa Inggris. Sebagai contoh, penggunaan bahasa Inggris menjadi sangat penting untuk dapat bekomunikasi dengan wisatawan yang berkunjung. Oleh sebab itu, bahasa Inggris tentunya sangat perlu untuk dipelajari sejak dini, di samping itu, saat ini banyak wisatawan yang berkunjung ke Bali dengan berbagai tujuan yakni berlibur, mengenal budaya lokal dan sebagainya. Fenomen ini tentunya sangat penting untuk diperhatikan mengingat Bali sangat kaya akan produk dan budaya lokal. Kendala keterbatasan berkomunikasi dalam bahasa Inggris seringkali menjadi permasalahan untuk dapat memperkenalkan budaya ataupun produk lokal pada wisatawan yang berkunjung. Kendala tersebut dapat diatasi dengan mengadakan pengajaran atau pelatihan bahasa Inggris agar tentunya budaya lokal dan produk lokal dapat lebih dikenal oleh wisatawan yang berkunjung. Pengajaran bahasa Inggris yang diperkenalkan juga dapat memuat unsur pengenalan budaya, hal ini penting karena pengenalan budaya pada remaja dapat disisipkan dalam pengajaran bahasa, seperti pengenalan bahasa Inggris yang mengandung unsur budaya dapat termuat dalam pengenalan kata benda sebagi contoh makanan, profesi, tempat dan sebagainya dengan sajian yang menarik sehingga mudah diingat oleh siswa, pengenalan kata sifat sebagai contoh kata sifat yang sering digunakan dalam mendeskripsikan tempat. Dengan demikian, adanya pendampingan pengajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan kualitas dan mutu pelajaran bahasa Inggris dan membantu lembaga yang berlokasi di desa khususnya yang memiliki potensi wisata yang tinggi.
Pelatihan Bahasa Inggris Pariwisata bagi Para Remaja di Kawasan Wisata Seseh I Nyoman Muliana; I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi; Made Subur; I Made Dwika Hadinata; Putu Ayu Nindya Bintang Oktaviani
Linguistic Community Services Journal Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Warmadewa Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/licosjournal.5.2.10146.46-51

Abstract

Sejak lima belas tahun terakhir, Seseh telah berkembang menjadi kawasan wisata. Perkembangan ini membawa tantangan, terutama rendahnya kemampuan warga dalam menggunakan bahasa Inggris, yang menghambat daya saing mereka di bidang usaha dan kerja. Tim Dosen Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Warmadewa bekerja sama dengan mitra untuk memberikan solusi melalui pelatihan bahasa Inggris pariwisata bagi empat belas remaja di kawasan tersebut. Fokus pelatihan adalah pada keterampilan berbicara (speaking). Observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan speaking peserta berada pada tingkat dasar, dengan rincian: 2 orang (14,3%) baik, 5 orang (35,7%) cukup, dan 7 orang (50%) kurang. Pelatihan selama dua bulan mencakup kosakata pariwisata dan dua belas fungsi bahasa Inggris untuk pelayanan di bidang ini. Hasil tes akhir menunjukkan peningkatan signifikan: rata-rata skor kemampuan speaking peserta meningkat dari X menjadi Y, dengan persentase peserta yang mencapai level baik meningkat dari 14,3% menjadi Z%. Peningkatan ini menandakan bahwa pelatihan berhasil meningkatkan kemampuan bahasa Inggris para remaja, mendukung mereka untuk lebih kompetitif dalam sektor pariwisata.
PKM Pemberdayaan UMKM Jajan Tradisional di Kelurahan Kawan Bangli Agus Darma Yoga Pratama; I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi; Ni Made Rai Juniariani
Linguistic Community Services Journal Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Warmadewa Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/licosjournal.5.2.10278.59-63

Abstract

Di Bali, khususnya di Kelurahan Kawan, Kabupaten Bangli, terdapat banyak UMKM yang memproduksi jajanan tradisional. Masyarakat di Kelurahan Kawan berperan besar dalam memproduksi dan melestarikan jajanan tradisional Bali, salah satunya adalah Kelompok Usaha Kawan. Namun, kelompok usaha ini memiliki beberapa permasalahan, seperti kurangnya branding produk melalui pembuatan logo produk, kemasan, promosi media sosial dengan bahasa iklan yang menarik, dan keterbatasan peralatan sehingga kelompok ini tidak bisa berkembang dalam hal pangsa pasar dan varian produk. Terdapat beberapa metode yang dilakukan oleh tim PKM untuk mengatasi permasalahan mitra yaitu melakukan pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan bahasa iklan dengan membuat konten dalam bentuk foto dan video, pencatatan arus kas keuangan, dan program bantuan peralatan. Hasil dari kegiatan ini yaitu peningkatan penjualan yang dihasilkan oleh mitra melalui perluasan pasar dengan menggunakan media sosial sebagai ajang branding dan promosi melalui konten-konten yang menarik. Selain itu, mitra juga mengalami perubahan dalam mengelola keuangan pribadi dan keuangan dalam usahanya sebagai hasil dari adanya pelatihan pencatatan arus kas.
Social Deixis Found In Balinese Selebgram Content On Instagram Subur, Made; Susanthi, I Gusti Ayu Agung Dian; Manik Warmadewi , Anak Agung Istri; Manik Yuliasih, Ni Luh Made
LINGUA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 21 No. 2 (2024): September
Publisher : Center of Language and Cultural Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30957/lingua.v21i2.968

Abstract

Penelitian ini menganalisis penggunaan deiksis sosial dalam konten Instagram seorang selebgram asal Bali, Gek Cantik, yang dikenal konsisten mempromosikan budaya dan bahasa Bali dalam unggahannya. Deiksis sosial merupakan unsur pragmatik yang menunjukkan perbedaan status sosial antara penutur dan lawan tutur dalam sebuah interaksi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan data yang dikumpulkan melalui observasi dan transkripsi dua video promosi di akun Instagram Gek Cantik. Data dianalisis dengan menggunakan teknik kategorisasi untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk deiksis sosial, seperti kata “meme” untuk merujuk pada ibu dan “bli” dalam percakapan ini, yang merujuk pada panggilan untuk suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deiksis sosial dalam konten tersebut mencerminkan hubungan keluarga dan hirarki sosial yang khas dalam budaya Bali. Temuan ini menunjukkan bahwa bahasa Bali, dalam konteks media sosial, mempertahankan kompleksitas dan nuansa sosial yang kuat meskipun digunakan pada platform digital modern. Meskipun penelitian ini terbatas pada analisis konten Instagram dari satu selebgram, hasilnya memberikan wawasan penting tentang bagaimana media sosial dapat berfungsi sebagai media untuk memperkuat identitas budaya dan sosial melalui penggunaan Bahasa.
The Characterization of Felix Salinger as the Main Character in Morris Gleitzman’s Once Suwastini, Ni Komang Arie; Pebriyanti, Ni Kadek Wuni; Wahyuni, Ni Luh Gede Eka; Susanthi, I Gusti Ayu Agung Dian
International Journal of Language and Literature Vol. 6 No. 4 (2022): November 2022
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijll.v6i4.34938

Abstract

The present study aimed to elaborate on the characterization of Felix Salinger, the main character in Morris Gleitzman’s Holocaust novel entitled Once. Through textual analysis, the study revealed that the novel portrays Felix Salinger as an eight-year-old Jewish boy who was religious, brave, caring, and creative. Felix Salinger's religious character involved strong tolerance toward Christianity and high respect for the higher powers in their various names. His bravery was shown when he had to accomplish many challenging tasks at the risk of his own life. Felix Salinger's caring characterizations were supported by his observant, attentive, and selfless characters. His creativity relied on his imagination to create solutions to various challenges he faced, including creating stories to entertain others as part of his survival. These findings imply that children can be very resilient in challenging situations.