cover
Contact Name
Ivan Sunata
Contact Email
sunataivan@gmail.com
Phone
+6285274603444
Journal Mail Official
sunataivan@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci Jl. Kapten Muradi, Kec. Sungai Liuk, Kerinci, Jambi, Indonesia 37112
Location
Kab. kerinci,
Jambi
INDONESIA
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah
ISSN : 27146510     EISSN : 27156273     DOI : https://doi.org/10.32939/ishlah
Core Subject : Religion,
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah is a journal that publishes current original researches on ushuluddin, adab and dakwah phenomenon and studies related to social and cultural context in Indonesia in multi concepts, theories, perspectives, paradigms and methodologies. The focus study of Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah are: Interpretation of the Quran and Hadis; Humanities and Philology; Islamic Historical and Cultural Studies; Islamic communication/public speaking (Tabligh); Islamic counseling (Irsyad); Da’wah management (Tadbir); Islamic community development (Tamkin); Religion Studies.
Articles 112 Documents
Hadith-Sunnah Distinction and Islamic Science Reconstruction: Fazlur Rahman’s Innovative Approach Rizaka, Maghza; Darwati, Aan; Masruhan, Masruhan; Al-Hakim, Ahmad Hilmy Luqman
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i1.337

Abstract

This research explains Fazlur Rahman’s innovative approach to delineating the distinction between Hadith and Sunnah and its implications for the reconstruction of Islamic science. Rahman identified historical ambiguities in the usage of Hadith and Sunnah within Islamic scholarship, advocating for a clearer differentiation between textual records (Hadith) and the practical applications (Sunnah) of Prophet Muhammad’s teachings. By employing qualitative analysis of primary texts authored by Rahman and supplemented by secondary literature, this study examines Rahman’s nuanced perspectives on these concepts. It critically assesses Rahman’s contributions, emphasizing his endeavor to harmonize traditional Islamic teachings with contemporary scientific paradigms. Rahman’s scholarly approach not only enriches the understanding of Islamic sciences but also underscores the vital integration of Islamic principles with modern knowledge frameworks. His intellectual legacy stands as a crucial link between traditional Islamic scholarship and contemporary critical inquiry, advocating for a nuanced approach that addresses the multifaceted challenges confronting Muslim societies today. Penelitian ini menjelaskan pendekatan inovatif Fazlur Rahman dalam menggambarkan perbedaan antara Hadis dan Sunnah serta implikasinya terhadap rekonstruksi ilmu pengetahuan Islam. Rahman mengidentifikasi ambiguitas historis dalam penggunaan Hadis dan Sunnah dalam kesarjanaan Islam, mengadvokasi pembedaan yang lebih jelas antara catatan tekstual (Hadis) dan aplikasi praktis (Sunnah) ajaran Nabi Muhammad. Dengan menggunakan analisis kualitatif terhadap teks-teks primer yang ditulis oleh Rahman dan dilengkapi dengan literatur sekunder, penelitian ini mengkaji perspektif Rahman yang bernuansa pada konsep-konsep ini. Studi ini secara kritis menilai kontribusi Rahman, menekankan upayanya untuk menyelaraskan ajaran-ajaran Islam tradisional dengan paradigma ilmiah kontemporer. Pendekatan ilmiah Rahman tidak hanya memperkaya pemahaman ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya integrasi prinsip-prinsip Islam dengan kerangka kerja pengetahuan modern. Warisan intelektualnya menjadi penghubung penting antara kesarjanaan Islam tradisional dan penyelidikan kritis kontemporer, mengadvokasi pendekatan bernuansa yang membahas berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat Muslim saat ini.
The Sigindo Panjang Ancestor of the Koto Beringin Community and His Descendants in the Incung Manuscript in Kerinci Wijaya, Iqra Pandu; Riza, Yulfira; Hakim, Lukmanul
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.340

Abstract

The Sigindo system is a tribal leadership or government system in Kerinci that occurred between the 13th and 14th centuries AD throughout the Kerinci region. Based on an ancient Incung script in the Malay-Kerinci language collection from Dusun Sungai Liuk, a manuscript text was found that tells about one of the Sigindos found in Kerinci, precisely in the Koto Beringin area. In the text of the manuscript, it is stated about the genealogy of the descendants of Sigindo Panjang who became the stake of the Koto Beringin country or important figures in Koto Beringin. It is known that Sigindo Panjang had three children, namely a boy named Depati Harak Pandang or Depati Sarik Padang and two girls who were named Panatih Panjang and Panatih Pandak. The descendants of Sigindo Panjang's three children, later became the stake of the Koto Beringin country, which came from the descendants of Depati Harak Pandang, numbering seven people. The seven people are said to be pegs kacin or pegs of the land in Koto Beringin, namely Hadir Mulan, Hadir Hunut, Hadir Gadang, Mangku Garang, Malin Saka, Manti Manis and Salih Mandayu. Sistem Sigindo merupakan sistem kepemimpinan atau pemerintahan kesukuan di Kerinci yang terjadi antara abad ke-13 dan 14 M di seluruh wilayah Kerinci. Berdasarkan naskah kuno beraksara Incung berbahasa Melayu-Kerinci koleksi Dusun Sungai Liuk, ditemukan teks naskah yang menceritakan tentang salah satu Sigindo yang terdapat di Kerinci, tepatnya di wilayah Koto Beringin. Dalam teks naskah disebutkan perihal silsilah anak keturunan Sigindo Panjang yang menjadi pasak negeri Koto Beringin atau tokoh-tokoh penting di Koto Beringin, diketahui bahwa Sigindo Panjang memiliki tiga orang anak yaitu yang laki-laki bernama Depati Harak Pandang atau Depati Sarik Padang dan dua perempuan yang bernama Panatih Panjang dan Panatih Pandak. Keturunan-keturunan dari ketiga anak Sigindo Panjang, kemudian menjadi pasak negeri Koto Beringin yang berasal dari keturunan Depati Harak Pandang yang berjumlah tujuh orang. Adapun tujuh orang tersebut dikatakan menjadi pasak kacin atau pasak negeri di Koto Beringin, yaitu Hadir Mulan, Hadir Hunut, Hadir Gadang, Mangku Garang, Malin Saka, Manti Manis dan Salih Mandayu.
Cognitive Dissonance and the Image Pesantren in Pekalongan: A Study Using Mixed Methods Approach Dyatmika, Teddy; Mardiani, Wahyuni
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.341

Abstract

News coverage of violence in pesantren has increased. The news coverage should have made the image of pesantren hostile, and the number of students decreased. However, pesantren and Santri in Pekalongan Regency have experienced a significant increase. This study aimed to analyze the community in overcoming cognitive dissonance when sending their children to pesantren and to analyze the exposure to negative news on parents' interest in sending their children to pesantren through the intervening variable of the image of pesantren. The theory used is cognitive dissonance. The research methodology uses a post-positivistic paradigm with a mixed methods approach. The population was 976,504 people, and a sample of 475 respondents with a simple random technique. The data collection method used surveys and in-depth interviews. The study's results showed that the community could reduce cognitive dissonance; they considered pesantren the safest places to deepen religious knowledge, train independence, and make many friends. Parents assume that not all pesantren experience physical violence and sexual violence. The second research result is that the influence of mass media exposure on parents' request to send their children to pesantren is minimal, only 7.29%. In comparison, the image of pesantren influences parents' interest in sending their children to pesantren by 26.21%. Together, mass media exposure and the image of pesantren influence parents' interest in sending their children to pesantren by 34.8%. Meanwhile, mass media exposure does not affect parents' interest in sending their children to pesantren through the intervening variable of pesantren image. Pemberitaan kekerasan di pesantren meningkat. Pemberitaan membuat citra pesantren harusnya menjadi negatif dan jumlah Santri berkurang. Akan tetapi, pesantren dan Santri di Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan signifikan. Tujuan penelitian ini menganalisis masyarakat dalam mengatasi disonansi kognitif saat memondokkan anaknya di pesantren dan menganalisis terpaan pemberitaan negatif terhadap minat orang tua memondokkan anaknya di pesantren melalui variabel intervening citra pesantren. Teori yang digunakan adalah disonansi kognitif. Metodologi penelitian menggunakan paradigma post-positivistik dengan pendekatan mixed methods. Populasi sejumlah 976.504 masyarakat dan sampel 475 responden dengan teknik random sederhana. Metode pengambilan data menggunakan survei dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat dapat mengurangi disonansi kognitif, mereka menganggap bahwa pondok pesantren adalah tempat yang paling aman untuk memperdalam ilmu agama, melatih kemandirian dan memperoleh banyak teman. Orang tua beranggapan tidak semua pesantren terjadi kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Hasil penelitian yang kedua yaitu pengaruh terpaan media massa terhadap minat orang tua memondokkan anak di pesantren sangat kecil hanya 7,29% sedangkan citra pesantren memberikan pengaruh terhadap minat orang tua memondokkan anak di pesantren sebesar 26,21%. Secara bersama-sama terpaan media massa dan citra pondok memberikan pengaruh sebesar 34,8% terhadap minat orang tua memondokkan anak di pesantren. Sedangkan terpaan media massa tidak memberikan pengaruh terhadap minat orang tua memondokkan anak di pesantren melalui variabel intervening citra pesantren.
Pertahanan Budaya dan Agama: Upaya Organisasi Gerakan Muslimin Minangkabau di Tengah Tantangan Kristenisasi Mardianto, Pisdoni
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 2 No. 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v2i2.347

Abstract

The organization of the Minangkabau Muslim Movement of West Sumatra, established on August 17, 1999, which was spearheaded by H. Rusman Ipon R.S., H. Nurman Agus, H. Muhammad Ma'ad Makkah bin Achin R.B. and Abusammah Siregar This idea emerged based on the increasing Christianization efforts carried out by missionaries against Muslims in West Sumatra, especially starting from the kidnapping case, the apostasy and rape of Wawah that occurred in the city of Padang in 1998. The implementation of this organization carries out various activities related to apostasy such as the case of the disappearance of one of the IAIN Imam Bonjol Padang Postgraduate students on behalf of Mimi who was allegedly run away by Slamet (Aristo), apostasy carried out by two lecturers and two students of Unand Politani Tanjung Pati Lima Puluh Kota in addition to the activities carried out by this organization, namely tabliq akbar, safawi da'wah, seminars, magazine publishing, educating converts and da'i of West Sumatra, establishing the Amil Zakat Institute. This organization, in addition to collaborating with various organizations in Indonesia, also collaborates with Malaysian, Saudi Arabia and London British organizations. Organisasi Gerakan Muslimin Minangkabau Sumatera Barat, berdiri pada tanggal 17 Agustus 1999, yang dipelopori oleh H. Rusman Ipon R.S., H. Nurman Agus, H. Muhammad Ma’ad Makkah bin Achin R.B. dan Abusammah Siregar ide ini muncul didasarkan karena semakin maraknya upaya Kristenisasi yang dilakukan para misionaris terhadap umat Islam di Sumatera Barat, khususnya berawal dari kasus penculikan, pemurtadan dan pemerkosaan terhadap Wawah yang terjadi di kota Padang tahun 1998. Adapun implementasi organisasi ini melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pemurtadan seperti kasus hilangnya salah seorang mahasiswa Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang atas nama Mimi yang diduga dilarikan Slamet (Aristo), pemurtadan yang dilakukan oleh dua orang dosen dan dua orang mahasiswa Unand Politani Tanjung Pati Lima Puluh Kota di samping itu kegiatan yang di lakukan oleh organisasi ini yaitu tabliq akbar, safawi dakwah, seminar-seminar, penerbitan majalah, melakukan pendidikan kepada para mualaf dan da’i Sumatera Barat, mendirikan Lembaga Amil Zakat. Organisasi ini selain menjalin kersama dengan berbagai organisasi di Indonesia juga menjalin kerjasama dengan organisasi Malaysia, Arab Saud dan London Inggris.
Examination of Da'wah Communications on the Instagram @fuadhnaim Utilising Roland Barthes' Semiotic Framework Ramadhani, Suci; Siregar, Amran Pikal; Sitorus, Ari Oldwin; Ginting, Abdul Fikri; Sikumbang, Ahmad Tamrin
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.348

Abstract

This study examines the application of Roland Barthes' semiotic theory in the analysis of da'wah messages disseminated through the social media platform Instagram. This research involved analyzing content posted by the @fuadhnaim account from January to October 2024. The research seeks to elucidate the denotative, connotative, and mythological significances embedded in reel-shaped preaching messages, while also examining the utilization of visual and verbal symbols to communicate Islamic ideals in the digital age. The employed methodology is descriptive qualitative, utilizing content analysis as the primary data collection tool. An investigation of the @fuadhnaim Instagram account revealed that the da'wah messages comprised five postings on faith, four on sharia, four pertaining to worship, and nine about morals. Certain reels also address prevalent topics and offline research articles. The da'wah themes presented encompass self-reflection, prayer, and critique of promiscuity, alongside an examination of falsehoods that expose social constructs, like the morality of "migrating children" and Islamic perspectives on soul mates. The findings indicate that Instagram is beneficial for da'wah, leveraging social trends to communicate Islamic ideals pertinently in the digital age. Penelitian ini berfokus pada penggunaan pendekatan semiotika Roland Barthes dalam menganalisis pesan-pesan dakwah yang disampaikan melalui media sosial Instagram. Studi ini dilakukan dengan mengkaji konten yang diunggah oleh akun @fuadhnaim selama periode Januari hingga Oktober 2024. Penelitian bertujuan untuk mengungkap makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terkandung dalam pesan-pesan dakwah berbentuk reels, serta memahami bagaimana simbol-simbol visual dan verbal digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai Islam di era digital. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan analisis konten sebagai teknik utama pengumpulan data. Berdasarkan analisis konten akun Instagram @fuadhnaim ditemukan bahwa pesan dakwah yang disampaikan mencakup lima unggahan tentang akidah, empat tentang syari'ah, empat terkait ibadah, dan sembilan mengenai akhlak. Beberapa reels juga membahas isu populer dan potongan kajian offline. Tema dakwah yang diangkat meliputi introspeksi diri, doa, serta kritik terhadap seks bebas, dengan analisis mitos yang mengungkap konstruksi sosial seperti moralitas "anak hijrah" dan pandangan Islam tentang jodoh. Temuan ini menunjukkan bahwa Instagram efektif untuk dakwah, memanfaatkan tren sosial untuk menyampaikan nilai keislaman secara relevan di era digital.
Naḥw Studies in Jambi: Exploration of Local Manuscripts on its Origin and Existence Rosalinda, Rosalinda; Tarmizi, Ahmad; Nurdin, Nurdin; Ilham, Andri
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.353

Abstract

The Arabic language, particularly naḥw (syntax), is considered highly important to the Malay people, including those in Jambi. However, the study of naḥw in the manuscripts available in Jambi remains very limited. This article explores the study of naḥw in Jambi by mapping naḥw manuscripts housed in the Siginjei Museum and the Gentala Arsy Museum in Jambi. This research employs a facsimile text edition approach to the naḥw manuscripts with registration numbers 2505, 2539, 2514, 2540, and 2160. The findings reveal that the naḥw manuscripts in the collections of the Siginjei and Gentala Arsy Museums in Jambi have a strong connection with naḥw studies in the Middle East. The naḥw manuscripts in Jambi are not works of Jambi scholars (ulama), but were brought by ulama from outside Jambi, especially from Mecca, such as Sayyid ‘Abdullāh Dahlān who arrived in 1923, Shaykh Sa‘īd Yamanī in 1924, and others who taught at Madrasah Nurul Iman. Additionally, there are manuscripts that were brought from Palembang to Jambi. The naḥw manuscripts in Jambi generally contain and record the content of al-‘Awāmil al-Mi’ah by ‘Abd al-Qāhir al-Jurjānī. However, the book is not used as a naḥw textbook in the pesantren in Jambi. Ilmu bahasa Arab, naḥw khususnya, dianggap sangat penting bagi orang Melayu, termasuk Jambi. Namun kajian ilmu nahwu dalam manuskrip yang ada di Jambi masih sangat minim. Artikel ini menelusuri kajian naḥw di Jambi melalui pemetaan manuskrip Nahwu yang ada di Museum Siginjei dan Museum Gentala Arsy Jambi. Penelitian ini menggunakan edisi teks faksimili terhadap manuskrip naḥw dengan nomor registrasi 2505, 2539, 2514, 2540, and 2160 dan melakukan wawancara dengan sejumlah pengurus pondok pesantren. Dari hasil penelusuran diketahui bahwa manuskrip naḥw koleksi Museum Siginjei dan Gentala Arsy Jambi memiliki hubungan yang kuat dengan kajian naḥw Timur Tengah. Manuskrip naḥw yang ada di Jambi bukan merupakan karya ulama Jambi, melainkan dibawa oleh ulama dari luar Jambi, khususnya dari Mekkah, seperti Sayyid ‘Abdullāh Dahlān yang datang pada tahun 1923, Shaykh Sa‘īd Yamanī pada tahun 1924, dan lainnya yang mengajar di Madrasah Nurul Iman. Selain itu, ada juga manuskrip yang dibawa dari Palembang ke Jambi. Manuskrip naḥw di Jambi umumnya banyak memuat dan mencatatkan isi dari kitab al-‘Awāmil al-Mi’ah karya ‘Abd al-Qāhir al-Jurjānī. Namun, kitab tersebut tidak digunakan sebagai kitab nahwu di pesantren-pesantren yang ada di Jambi.
Intertextual Patterns in Ibn Kathīr’s Muqaddimah: A Comparative Study with Ibn Taymiyyah’s Methodology Wara, Jullul; Maram, Ahmad Nabilul; Ahmadi, Ahmadi
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.354

Abstract

This study aimed to analyze the intertextual patterns found in the muqaddimah of Ibn Kathīr’s Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm and its relation to Ibn Taymiyyah’s Muqaddimah fī Uṣūl al-Tafsīr to understand how classical exegesis practices evolved. A qualitative approach with an intertextual analysis framework focused on primary text comparison and thematic evaluation. The study identified vital patterns, including haplology, expansion, and transformation, illustrating how Ibn Kathīr integrated and adapted previous scholarly ideas to create his distinctive interpretative voice. Key results showed that these modifications were deliberate strategies emphasizing Qur'anic coherence and source authenticity. The findings underscore the innovative nature of classical Islamic scholarship and highlight the dialogic relationship between foremost scholars, demonstrating how intertextual strategies can shape religious literature. This analysis offers a foundation for future research on how scholarly interpretations were transmitted and adapted in other works. The paper includes detailed examples, references, and a comparative analysis of linguistic and thematic structures. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara pola-pola intertekstual yang ditemukan dalam muqaddimah Tafsīr al-Qur'ān al-'Aẓīm karya Ibn Kaṡīr dengan Muqaddimah fī Uṣūl al-Tafsīr karya Ibnu Taimiyah untuk memahami bagaimana praktik-praktik tafsir klasik berkembang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kerangka analisis intertekstual yang berfokus pada perbandingan teks primer dan analisis tematik. Dalam penelitian ini, ditemukan pola-pola penting, termasuk haplologi, ekspansi, dan transformasi, yang mengilustrasikan bagaimana Ibnu Kathīr mengintegrasikan dan mengadaptasi gagasan-gagasan ilmiah sebelumnya untuk menciptakan suara tafsirnya yang khas. Hasil utama menunjukkan bahwa modifikasi ini merupakan strategi yang disengaja untuk menekankan koherensi Alquran dengan keaslian sumber. Temuan ini menggarisbawahi sifat inovatif dari kesarjanaan Islam klasik dan menyoroti hubungan dialogis antara para ulama terkemuka, menunjukkan bagaimana strategi intertekstual dapat membentuk literatur keagamaan. Analisis ini menawarkan sebuah landasan untuk penelitian di masa depan tentang bagaimana penafsiran ilmiah ditransmisikan dan diadaptasi dalam karya-karya lain. Penelitian ini mencakup contoh-contoh terperinci, referensi, dan analisis komparatif struktur linguistik dan tematik.
The Pattern Of Hadith Usage And Moderate Concepts In Tarekat (A Study of Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari's Thoughts in the Book al-Durar al-Muntaṣirah fi Masā’il Al- Tis’a Asyarah) Alamudin, Muhammad; Husen, Fahmi; Rozaq, Ahmad Shiddiqur; Umam, Fajrul
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.358

Abstract

In Sufi literature theory, a wali (saint) generally tends to conceal and hide their spiritual status, as it is considered a trust from Allah SWT that must be safeguarded. However, in recent decades, some individuals have claimed to be walis or even the Imam Mahdi. This phenomenon also occurred during the time of Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, prompting him to respond in his work "al-Durar al-Muntaṣirah." Interestingly, Hadratussyaikh's response is not solely based on the opinions of scholars but also argues with hadith that serve as primary sources of tarekat teachings, which were rarely employed during that time. This research aims to formulate the patterns of hadith usage found in the book and to outline the moderate concepts in practicing tarekat from Hadratussyaikh's perspective. The study uses a qualitative approach through a literature review, focusing on descriptive-analytic data analysis of the hadith and thoughts contained in "al-Durar al-Muntaṣirah." In this article, the researchers found that there are two hadith included in the book. One hadith is used by Hadratussyaikh to provide background for the discussion, while the other supports the detailed explanations he provides. From this, the researchers conclude that what Hadratussyaikh presented begins and ends with hadith evidence (nash). Dalam teori literatur Sufi, seorang wali umumnya cenderung menyembunyikan dan menyimpan status spiritual mereka, karena dianggap sebagai amanah dari Allah SWT yang harus dijaga. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, beberapa individu mengklaim sebagai wali atau bahkan Imam Mahdi. Fenomena ini juga terjadi pada masa Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari dan menarik beliau untuk memberikan respon yang tertuang dalam karyanya al-Durar al-Muntaṣirah. Menariknya, respon yang dilakukan Hadratussyaikh tidak sebatas berlandas pendapat ulama saja, namun juga berhujjah dengan hadis yang menjadi sumber primer daripada ajaran tarekat yang jarang dipakai pada zaman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan pola penggunaan hadith yang ditemukan dalam buku tersebut dan merumuskan konsep moderat dalam bertarekat dari pemikirannya Hadratussyaikh dari karyanya tersebut. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui tinjauan literatur, dengan fokus pada analisis data deskriptif-analitik terhadap hadits dan pemikiran yang terkandung dalam al-Durar al-Muntasirah. Dalam artikel ini, peneliti menemukan bahwa terdapat dua hadits yang termasuk dalam buku tersebut. Satu hadith digunakan oleh Hadratussyaikh untuk memberikan latar belakang pembahasan, sementara hadith lainnya mendukung penjelasan detail yang ia berikan. Dari sini, para peneliti menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan Hadratussyaikh dimulai dan diakhiri dengan bukti hadis (nash).Kata kunci: Hasyim Asy’ari; Moderat dalam Bertarekat; Hadis; al-Durar al-Muntaṣirah.
The Role of Tafsīr Maqāṣidī in Contemporary Qur'anic Studies: An Analysis of Research at MIAT UIN Sunan Kalijaga Chirzin, Muhammad; MZ, Ahmad Murtaza; Huzaifah, Huzaifah
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.359

Abstract

The study of the Qur'an in Indonesia is currently undergoing significant transformations to maintain the relevance of its teachings in a modern context. The State Islamic University (UIN) Sunan Kalijaga, particularly the Master's Program in Qur'anic Studies and Interpretation (MIAT), has developed a new approach called tafsīr maqāṣidī, introduced by Abdul Mustaqim in 2019. This approach emphasizes understanding the objectives and principles of Sharia behind the Qur'anic text, allowing for interpretations that are more responsive to contemporary issues. This research aims to critically evaluate the application of tafsīr maqāṣidī in the theses of MIAT students at UIN Sunan Kalijaga, focusing on the depth, consistency, and quality of the interpretations, as well as identifying their strengths and weaknesses. The research question posed is: How does the application of tafsīr maqāṣidī enrich Qur'anic studies, and what challenges are faced in its implementation? The methodology used is a qualitative approach applying the reader-response theory, which asserts that the meaning of a text is formed through the interaction between the text and its readers. Analysis of various theses shows that tafsīr maqāṣidī enriches Qur'anic studies by linking the sacred text with contemporary issues such as the environment, governance, and social problems. However, limitations were found in the mastery of Arabic, ushul fiqh (principles of Islamic jurisprudence), classical Islamic texts (turāth), and engagement with contemporary studies, which affect the quality of interpretations. This research impacts a more comprehensive understanding of the application of tafsīr maqāṣidī and identifies areas that need improvement. Recommendations are provided to strengthen competencies in these areas so that tafsīr maqāṣidī can continue to develop and contribute significantly to Qur'anic studies in Indonesia. Studi Al-Qur'an di Indonesia kini mengalami transformasi signifikan untuk menjaga relevansi ajarannya dalam konteks modern. UIN Sunan Kalijaga, khususnya Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (MIAT), telah mengembangkan pendekatan baru yaitu tafsīr maqāṣidī yang diperkenalkan oleh Abdul Mustaqim pada 2019. Pendekatan ini menekankan pemahaman tujuan dan prinsip syariah di balik teks Al-Qur'an, memungkinkan interpretasi yang lebih responsif terhadap isu-isu kontemporer. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kritis penerapan tafsīr maqāṣidī dalam tesis-tesis mahasiswa MIAT UIN Sunan Kalijaga, dengan fokus pada kedalaman, konsistensi, dan kualitas penafsiran, serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menerapkan teori tanggapan pembaca (reader-response theory), yang menegaskan bahwa makna teks terbentuk melalui interaksi antara teks dan pembacanya. Analisis terhadap berbagai tesis menunjukkan bahwa tafsīr maqāṣidī memperkaya kajian Al-Qur'an dengan mengaitkan teks suci dengan isu-isu seperti lingkungan, tata kelola pemerintahan, dan masalah sosial. Namun, ditemukan keterbatasan dalam penguasaan bahasa Arab, ushul fiqh, kitab turāth, dan keterlibatan dengan kajian kontemporer, yang mempengaruhi kualitas penafsiran. Penelitian ini berdampak pada pemahaman lebih komprehensif tentang penerapan tafsīr maqāṣidī dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Rekomendasi diberikan untuk memperkuat kompetensi di bidang-bidang tersebut agar tafsīr maqāṣidī dapat terus berkembang dan berkontribusi signifikan dalam studi Al-Qur'an di Indonesia.
Transformation of Islamic Communication: Optimizing Blockchain Technology for Digital Da'wah Content Desiana, Desiana
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i2.367

Abstract

This research aims to understand the potential and implementation of blockchain technology in the transformation of Islamic communication, particularly in the dissemination of digital da'wah content. This research uses a qualitative method with a descriptive approach. The data collection process was carried out using documentation study tools, observation, and interviews to delve into in-depth information related to the dissemination of digital da'wah content. The research results show that the application of blockchain provides significant benefits for preachers and content creators, such as copyright protection through smart contracts, enhancing the credibility of da'wah content, and expanding audience reach. Blockchain technology, which supports encryption and decentralization systems, secures data from unauthorized access, thereby increasing user trust. This study contributes to the optimization of technology use, specifically blockchain technology, in digital da’wah content. The implications of this research highlight the importance of using technology to support and facilitate the dissemination of da’wah in the digital era. Penelitian ini bertujuan untuk memahami potensi dan implementasi teknologi blockchain dalam transformasi komunikasi Islam, terutama dalam penyebaran konten da'wah digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Proses pengumpulan data dilakukan menggunakan alat studi dokumentasi, observasi, dan wawancara untuk menggali informasi mendalam terkait penyebaran konten dakwah secara digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa penerapan blockchain memberikan manfaat signifikan bagi pendakwah dan pembuat konten, seperti perlindungan hak cipta melalui kontrak pintar, meningkatkan kredibilitas konten dakwah, dan memperluas jangkauan audiens. Teknologi blockchain yang mendukung sistem enkripsi dan desentralisasi membuat data aman dari akses tidak sah, sehingga meningkatkan kepercayaan pengguna. Studi ini berkontribusi pada optimalisasi penggunaan teknologi terkhusus teknologi blockchain pada konten dakwah digital. Implikasi dari penelitian ini menyoroti pentingnya penggunaan teknologi untuk mendukung dan mudahnya diseminasi dalam dakwah di era digital.

Page 10 of 12 | Total Record : 112