cover
Contact Name
Umi Narsih
Contact Email
uminars@gmail.com
Phone
+6281336240199
Journal Mail Official
jikeshafshawaty@gmail.com
Editorial Address
https://journal.unhasa.ac.id/index.php/jikes/about/editorialTeam
Location
Kab. probolinggo,
Jawa timur
INDONESIA
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
ISSN : -     EISSN : 25797913     DOI : https://doi.org/10.333006/jikes
Core Subject : Health,
JI-KES (Jurnal of Health Sciences) is a journal published by LP2M Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan. This journal publishes research articles in the health care field, including nursing, midwifery, public health, nutrition, pharmacy, and others. The management of this journal accept articles from research lecturers and health experts to be published twice a year in February and August.
Articles 142 Documents
Effect of Family Caregiver Empowerment on Burnout in Caregiver Type 2 Diabetes Wardani, Novita Putri Eka; Rondhianto; Ridla, Akhmad Zainur
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2025): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v8i2.798

Abstract

Abstrak Burnout pada caregiver dapat muncul sebagai reaksi dari peran, tanggung jawab, dan kurang optimalnya caregiver keluarga dalam merawat penderita T2DM.  Burnout yang terjadi mengindikasikan kurangnya sumber daya dalam penatalaksanaan T2DM yang menyebabkan kemampuan keluarga tidak memadai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intervensi Family Caregiver Empowerment Model (FCEM) terhadap Burnout pada Caregiver pasien Diabetes Melitus tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan desain pretest dan posttest dengan sampel sebanyak 74 responden, secara acak menggunakan cluster sampling (perlakuan = 35, kontrol = 39). Variabel independen adalah FCEM, dan variabel dependen adalah burnout. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI-HSS). Analisis statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol terdapat perbedaan skor burnout yang signifikan pada saat pretest dan posttest (p=<0.001 p=0.002 < α =0.05). Terdapat perbedaan yang signifikan pada skor burnout antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=<0,001). Intervensi FCEM dapat mengurangi depresi pada penderita T2DM. Perawat dapat menggunakan intervensi FCEM untuk meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri diabetes untuk mengurangi burnout pada caregiver pasien T2DM.    Kata kunci: burnout, pemberdayaan, pengasuh keluarga, diabetes mellitus tipe 2   Abstract Burnout in caregivers can arise as a reaction to the role, responsibility, and less-than-optimal family caregivers in caring for people with T2DM. Burnout may indicate a lack of resources in managing T2DM, which can result in inadequate family abilities. This study aims to analyze the effect of the Family Caregiver Empowerment Model (FCEM) intervention on Burnout in Caregivers of type 2 Diabetes Mellitus patients. The study was a quasi-experimental pretest and posttest design with a sample of 74 respondents, randomly using cluster sampling (treatment = 35, control = 39). The independent variable is FCEM, and the dependent variable is burnout. The instrument used was the Maslach Burnout Inventory (MBI-HSS) questionnaire. Statistical analysis used Wilcoxon signed rank test and Mann Whitney. The results showed that in both the intervention and control groups, there was a significant difference in burnout scores at the pretest and posttest (p=<0.001 p=0.002 < α =0.05). There was a significant difference in burnout scores between the intervention and control groups (p=<0,001). FCEM intervention could reduce depression in people with T2DM. Nurses can use FCEM interventions to increase family capacity in diabetes self-care and reduce burnout in caregivers of patients with T2DM. Keywords: burnout, empowerment, family caregiver, type 2 diabetes mellitus
Perbandingan Aktivitas Antioksidan Umbi dan Kulit Bawang Merah Probolinggo Menggunakan Metode 2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl Anggraeni, Adek Bela; Nurlaila, Hamida; Vivi Shofia; Azis, Fahmi Dimas Abdul
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2025): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v8i2.800

Abstract

Abstrak Bawang merah (Allium cepa L.) asal Probolinggo dikenal kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid dan sulfur yang berfungsi sebagai antioksidan dan meningkatkan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan kulit dan umbi bawang merah menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Kulit dan umbi bawang merah diekstraksi menggunakan pelarut etanol, kemudian dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH untuk menentukan nilai IC50, yaitu konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengurangi 50% radikal bebas. Kulit bawang merah menunjukkan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan umbi, dengan nilai IC50 masing-masing 6,41 µg/mL dan 16,50 µg/mL. Nilai IC50 yang lebih rendah pada kulit bawang merah menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan umbi, menunjukkan perbedaan potensi antioksidan antara kedua bagian tanaman. Penelitian ini mengungkap bahwa kulit bawang merah memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami yang lebih tinggi dibandingkan umbi, dengan kedua bagian tanaman dikategorikan sebagai antioksidan kuat (IC50 < 50 µg/mL). Kulit bawang merah dapat dijadikan bahan alami yang lebih efektif dalam mencegah kerusakan akibat radikal bebas. Kata kunci: bawang merah, antioksidan, DPPH, kulit bawang merah, umbi bawang merah.   Abstract Probolinggo's shallot (Allium cepa L.) are well-known for being abundant in bioactive substances including sulfur and flavonoids, which have anti-oxidant and health-promoting properties. This study aims to compare the antioxidant activity of shallot skin and bulbs using the DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) method. After ethanol solvent was used to extract the shallot skins and bulbs, the DPPH method was used to evaluate antioxidant activity and calculate the IC50 value—the concentration required to eliminate 50% of free radicals. The antioxidant activity of shallot skin was higher than that of bulbs, with IC50 values of 6.41 µg/mL and 16.50 µg/mL, respectively. Shallot skin has a lower IC50 value than bulbs, indicating higher antioxidant activity. This suggests that the two plant components have different antioxidant capacity. With both plant parts classified as powerful antioxidants (IC50 < 50 µg/mL), this study showed that shallot skin has the potential to be a higher source of natural antioxidants than bulbs. Shallot skin can be used as a natural ingredient that is more effective in preventing free radical damage. Keywords: shallot, antioxidant, DPPH, shallot skin, shallot bulb.
the Pemanfaatan Instrumen Deteksi Stroke Menggunakan Stroke Risk Scorecard untuk Meningkatkan Motivasi Mencegah Stroke Tunik; Yulidaningsih, Elok; Mandasari, Yuyun Putri; Nusantara, Ana Fitria
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2025): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v8i2.851

Abstract

Abstrak Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab ketiga kematian di dunia. Deteksi faktor resiko stroke pada individu perlu dilakukan sebagai dasar untuk memberikan motivasi seseorang untuk mengubah perilaku dalam upaya mencegah terjadinya stroke. Tujuan dari  penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi dalam mencegah stroke pada individu yang beresiko mengalami stroke. Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods dengan menggunakan pendekatan action research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat peserta Posbindu Lansia di Desa Mlinjon, Suruh, Trenggalek, Jawa Timur. Sampel adalah masyarakat yang hadir di Posyandu Lansia Kedungmaron sebesar 65 orang, dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah tabel Stroke Risk Scorecard untuk mengukur faktor resiko stroke dan kuesioner motivasi untuk mengukur motivasi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 65 responden, 35% memiliki resiko tinggi mengalami stroke, 25% memiliki resiko sedang, dan 40% memiliki resiko rendah. Sedangkan untuk variable motivasi diperoleh hasil bahwa responden memiliki motivasi yang tinggi berupa keyakinan diri dan optimis untuk mampu melakukan perubahan terhadap life style dalam mencegah terjadinya penyakit stroke. Motivasi untuk melakukan perubahan life style dapat dipengaruhi dengan memberikan bukti nyata dari hasil suatu pengukuran dan juga dengan memberikan edukasi, sehingga diharapkan peningkatan motivasi ini dapat  menurunkan faktor resiko dan mencegah terjadinya stroke. Kata kunci: faktor resiko, motivasi, stroke   Abstract Stroke is the ultimate cause of disability and the third deadliest disease in the world. Detection or screening risk factors is used to encourage people to critically think and change their lifestyle. This study aimed to identify the motivation to prevent stroke of individual person with potential risk of stroke. This study employed mixed-method with action research approach. The population in this study was the entire community of Pobindu participants at the Posyandu for the Elderly in Mlinjon, Suruh, Trenggalek-East Java. The sample was 65 people who attended the Kedungmaron Elderly Posyandu using purposive sampling of the target population. The instrument used in this study was Stroke Risk Scorecard Table to measure the risk factor and to measure the motivation. After taking the early detection of risk factors, the writer provided education and  measure the motivation. The result showed that 35% of respondents had high risk of Stroke, 25% of respondents had moderate risk, and 40% of respondents had lower risk of Stroke. Regarding motivation, it was reported that respondents had a positive attitude and behavior to change their lifestyle. In conclusion, health education and early detection strongly impacted the motivation to decrease risk factors and prevent stroke cases. Keywords: motivation, risk factor, stroke
Optimasi dan Uji Efektivitas Gel Shampoo Antiketombe Poliherbal terhadap Jamur Penyebab Ketombe Rukaya, Benazir Evita; Syuhada
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2025): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v8i2.869

Abstract

Abstrak Ketombe adalah masalah utama bagi sebagian besar masyarakat di dunia. Kemunculan ketombe biasanya dipengaruhi oleh adanya infeksi jamur Malassezia furfur yang mempengaruhi estetika dan sering menimbulkan rasa gatal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sediaan gel shampoo poliherbal dengan konsentrasi kombinasi ekstrak seledri, bawang dayak dan daun sirih yang optimal dalam menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vitro, yang diawali dengan proses maserasi menggunakan pelarut etanol 70% untuk masing-masing tanaman, kemudian diuapkan untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak diformulasikan menjadi 3 variasi konsentrasi kombinasi (daun seledri: bawang dayak: sirih) dengan perbandingan (2:1:3);(3:2:1); dan (1:3:2) dan dilakukan uji pendahuluan, selanjutnya diformulasikan menjadi sediaan gel shampoo dan dilakukan evaluasi stabilitas fisik sediaan. Selain itu, juga dilakukan pengujian aktivitas antijamur lanjutan dengan 3 kelompok uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi yang optimal adalah F3 (1:3:2),  shampoo poliherbal (F3) memiliki aktivitas antijamur sebesar 24,20 mm. Shampoo ini juga menunjukkan stabilitas busa yang baik dan pH yang sesuai dengan standar produk perawatan kulit. Kesimpulan, shampoo poliherbal yang mengandung kombinasi ekstrak seledri, bawang dayak, dan daun sirih memiliki potensi sebagai produk perawatan kulit dengan aktivitas antijamur yang efektif dan stabil, serta aman digunakan. Kata kunci: antijamur, bawang dayak, gel shampoo, sirih, seledri   Abstract Dandruff is a common issue for many people worldwide. Its appearance is often associated with the fungal infection Malassezia furfur, which affects aesthetics and frequently causes itching. This study aimed to develop a polyherbal gel shampoo formulation with an optimal concentration of celery, Dayak onion, and betel leaf extracts to inhibit the growth of Malassezia furfur. The research method used in this study was an in vitro experimental approach, starting with the maceration process using 70% ethanol as a solvent for each plant, followed by evaporation to obtain a concentrated extract. The extracts were formulated into three different combination concentration variations (celery: Dayak onion: betel leaf) with ratios of (2:1:3), (3:2:1), and (1:3:2), followed by preliminary testing. The formulations were then developed into gel shampoo preparations and subjected to physical stability evaluations. Additionally, antifungal activity testing was conducted with three test groups. The results showed that the optimal concentration ratio was F3 (1:3:2), where the polyherbal shampoo (F3) demonstrated antifungal activity of 24.20 mm. This shampoo also exhibited good foam stability and a pH that aligns with skincare product standards. In conclusion, polyherbal shampoo containing a combination of celery, dayak onion, and betel leaf extracts has potential as a skin care product with effective and stable antifungal activity, and is safe to use. Keywords: antifungal, dayak onion, gel shampoo, betel leaf, celery
Socioeconomic Interaction, Friends, and Health Worker in Increasing Awareness of Scabies Prevention Behavior Kurniawan, Ardhiles Wahyu; Nurbadriyah, Wiwit Dwi; Wahyusari, Shinta; Hastuti, Apriyani Puji
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2025): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v8i2.872

Abstract

Abstrak Skabies adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama di lingkungan dengan kepadatan tinggi seperti pesantren. Penularan yang cepat melalui kontak langsung, stigma sosial dan rendahnya kesadaran pencegahan dapat memperburuk penyebaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat sosial ekonomi, dukungan teman  dan tenaga kesehatan dengan kesadaran pencegahan skabies pada pengelola pesantren di Kabupaten Malang. Penelitian menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross-sectional, melibatkan 140 responden yang dipilih secara proportional random sampling dari delapan pesantren. Data dikumpulkan dengan kuesioner terstruktur dan dianalisis menggunakan uji statistik Somers’d dan Gamma. Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat sosial ekonomi dan kesadaran pencegahan skabies (ρ=0,031, r=0,351), serta antara dukungan teman dan kesadaran pencegahan skabies (ρ=0,000, r=0,542). Namun, dukungan tenaga kesehatan tidak menunjukkan hubungan signifikan (ρ=0,152, r=0,183), meskipun tetap berperan dalam edukasi dan pemberdayaan. Tingkat sosial ekonomi dan dukungan teman berperan penting dalam meningkatkan kesadaran pencegahan skabies, sedangkan dukungan tenaga kesehatan tidak memberikan pengaruh signifikan. Oleh karena itu, pendekatan yang melibatkan faktor sosial ekonomi dan dukungan sosial perlu diperkuat dalam upaya pencegahan skabies di pesantren. Kata kunci: sosial ekonomi, petugas kesehatan, kesadaran, scabies   Abstract Scabies is a significant public health issue, particularly in environments with high population density, such as pesantren (Islamic boarding schools). Its rapid transmission through direct contact, along with social stigma and low awareness of prevention, exacerbates the spread of the disease. This study aims to analyze the correlation between socioeconomic status, peer support, and healthcare worker support with awareness of scabies prevention among pesantren administrators in Malang Regency. The research employed a correlational design with a cross-sectional approach, involving 140 respondents selected through proportional random sampling from eight pesantren. Data was collected using a structured questionnaire and analyzed using Somers’ d and Gamma statistical tests. The results indicated a significant correlation between socioeconomic status and awareness of scabies prevention (ρ=0,031, r=0,351), as well as between peer support and awareness of scabies prevention (ρ=0,000, r=0,542). However, healthcare worker support did not show a significant correlation (ρ=0,152, r=0,183), although it still plays a role in education and empowerment. Socioeconomic status and peer support are crucial in enhancing awareness of scabies prevention, while healthcare worker support does not have a significant impact. Therefore, approaches that involve socioeconomic factors and social support need to be strengthened in efforts to prevent scabies in pesantren. Keywords: sosioeconomic, health worker, awareness, scabies
Physical and in Vivo Anti Hypertensive Activity of Red Spinach (Amaranthus cruentus) Foam Mat Drying Ikhsan, Muhammad; Wibowo, Danang Novianto; Shabrina, Ayu; Amalia, Ayunda Tri
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2025): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v8i2.873

Abstract

 Abstrak Selama lima tahun terakhir, hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan. Penggunaan nutraseutikal seperti bayam merah (BM), yang kaya akan antosianin, dapat membantu menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi sifat fisik dan aktivitas antihipertensi dari produk foam mat drying (FMD) BM secara in vivo. Produk FMD BM dibuat dengan mencampurkan 100 g BM dengan 100 ml air, ditambahkan 6% Tween 80 dan 15% maltodekstrin, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45°C. Granul yang dihasilkan diayak menggunakan ayakan 60 mesh, lalu diuji kualitas fisik dan aktivitas in vivo menggunakan tikus Wistar yang diberi larutan NaCl 2% selama 14 hari untuk memodelkan hipertensi. Tikus dibagi menjadi beberapa kelompok: kontrol positif (KP; Captopril 5 mg), kontrol negatif (KN; 1% CMC Sodium), dan tiga kelompok perlakuan (C1-C3) yang diberikan FMDBM dosis 0,5%, 1%, dan 1,5%. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif dan data kuantitatif dianalisis menggunakan ANOVA. Granul FMDBM menunjukkan parameter fisik yang baik, termasuk laju aliran, sudut diam, pH, dan kelarutan. Dalam uji aktivitas antihipertensi, C3 menunjukkan penurunan tekanan darah tertinggi (37,31±1,12%) namun masih berbeda signifikan dari KP (41,79±2,75%). Hasil ini berkorelasi dengan kandungan antosianin dalam FMDBM, menunjukkan bahwa FMDBM dapat menjadi produk nutraseutikal yang efektif dan terbukti secara saintifik. Kata kunci: bayam merah, foam mat drying, antihipertensi, nutrasetikal   Abstract Over the past five years, hypertension in Indonesia has increased. The use of nutraceuticals such as red spinach (BM), which is rich in anthocyanins, can help lower blood pressure. This study aims to evaluate the physical properties and antihypertensive activity of BM foam mat drying (FMD) products in vivo. FMD BM products were prepared by mixing 100 g of BM with 100 ml of water, adding 6% Tween 80 and 15% maltodextrin, then dried in an oven at 45°C. The resulting granules were sieved using a 60 mesh sieve, then tested for physical quality and in vivo activity using Wistar rats fed 2% NaCl solution for 14 days to model hypertension. The rats were divided into several groups: positive control (KP; Captopril 5 mg), negative control (KN; 1% CMC Sodium), and three treatment groups (C1-C3) given FMDBM doses of 0.5%, 1%, and 1.5%. Qualitative data were analyzed descriptively and quantitative data were analyzed using ANOVA. The FMDBM granules showed good physical parameters, including flow rate, angle of repose, pH, and solubility. In the antihypertensive activity test, C3 showed the highest blood pressure reduction (37.31±1.12%) but was still significantly different from KP (41.79±2.75%). These results correlated with the anthocyanin content in FMDBM, suggesting that FMDBM could be an effective and scientifically proven nutraceutical product. Keywords: red spinach; foam mat drying; anti-hypertensive; nutraceutical
Validity and Reliability of the Clean and Healthy Living Behavior (CHLB) Questionnaire in Relation to Stunting Incidence in Bondowoso Regency Siswatiningsih; Susanto, Tantut; Yusi Ratnawati, Leersia
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.882

Abstract

Abstrak Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berdampak pada pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta produktivitas individu. Kabupaten Bondowoso memiliki prevalensi stunting yang tinggi, salah satunya disebabkan oleh rendahnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji validitas serta reliabilitas kuesioner PHBS tatanan rumah tangga dalam menganalisis keterkaitannya dengan kejadian stunting. Penelitian dilakukan di Desa Sumber Jeruk, Kabupaten Bondowoso, dengan desain deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian sebanyak 75 responden dipilih menggunakan rumus Slovin dengan metode simple random sampling. Data dianalisis dengan uji validitas pearson dan reliabilitas cronbach’s alpha menggunakan SPSS 23.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua data dinyatakan valid karena nilai uji Pearson lebih dari 0,2272. Kuesioner ini memiliki reliabilitas yang baik dengan nilai cronbach’s alpha pada pengetahuan responden terhadap PHBS tatanan rumah tangga sebesar 0,849, sikap responden 0,832, keterpaparan informasi 0,853, dukungan tenaga kesehatan 0,805, sarana dan prasarana 0,709, kebijakan terhadap PHBS 0,711, dan dukungan tokoh masyarakat 0,717. Dengan demikian, kuesioner ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang valid dan reliabel dalam mengevaluasi serta meningkatkan penerapan PHBS tatanan rumah tangga guna mendukung upaya pencegahan stunting di masyarakat. Kata kunci: Stunting, PHBS, Validitas, Reliabilitas   Abstract Stunting remains a major public health problem affecting physical growth, cognitive development, and individual productivity. Bondowoso Regency has a high prevalence of stunting, partly due to the low implementation of Clean and Healthy Living Behavior (CHLB) in households. This study aimed to develop and test the validity and reliability of a household-level CHLB questionnaire in analyzing its correlation with stunting incidence. Conducted in Sumber Jeruk Village, Bondowoso Regency, the research used a descriptive quantitative design with 75 respondents selected through simple random sampling based on Slovin’s formula. Data were analyzed using Pearson’s validity test and Cronbach’s alpha reliability test with SPSS 23.0. The analysis results showed that all data were valid, as the Pearson test values were greater than 0.2272. The questionnaire demonstrated good reliability with Cronbach’s alpha values of 0.849 for respondents' knowledge of household-level CHLB, 0.832 for respondents' attitudes, 0.853 for exposure to information, 0.805 for health worker support, 0.709 for facilities and infrastructure, 0.711 for policy towards CHLB, and 0.717 for community leader support. Thus, the questionnaire could be used as a valid and reliable tool to evaluate and improve the implementation of household-level CHLB to support stunting prevention efforts in the community. Keywords: Stunting, CHLB, Validity, Reliability, Behavioral
Prevalensi dan Hubungan Glukokortikoid dengan Kejadian Efek Samping Hiperglikemia pada Pasien Systemic Lupus Erythematosus Filliana, Ulfa; Aurelia Vernanda, Cindy; Quraisy Aljufri, Achmad
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.888

Abstract

Abstrak Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang memerlukan pengelolaan terapi jangka panjang dan berkelanjutan terutama keamanan terapi. Glukokortikoid merupakan terapi lini pertama dan memiliki potensi efek samping hiperglikemia paling tinggi. Dampak perburukan penyakit dan rendahnya kesadaran tenaga medis untuk monitoring efek samping obat merupakan tantangan paling besar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi efek samping hiperglikemia akibat penggunaan glukokortikoid dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode menggunakan penelitian observasional yang dilakukan dengan rancangan retrospektif cross sectional study pada periode 2024 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian ini yaitu prevalensi kejadian efek samping hiperglikemia akibat penggunaan glukokortikoid sebesar 12.7% pada periode tahun 2024. Data subjek penelitian yaitu 72 pasien, sebanyak 32 pasien mengalami ESO hiperglikemia dan 40 pasien tidak mengalami ESO hiperglikemia. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi kejadian ESO hiperglikemia yaitu jenis kortikosteroid metilprednisolon (p-value=0,000) dan rute pemberian intravena (p-value=0,000). Kesimpulan penelitian ini yaitu jenis kortikosteroid metilprednisolon menunjukkan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian efek samping hiperglikemia akibat glukokortikoid (OR 6.500; 95% CI 2.185-19.333). Kata kunci: glukokortikoid; efek samping obat; hiperglikemia; SLE   Abstract Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is an autoimmune disorder requiring prolonged and ongoing therapeutic management, particularly for the safety of the treatment. Glucocorticoids are the first-line therapy and have shown the highest potential for adverse effects on hyperglycemia. The impact of worsening disease and low awareness among medical personnel to monitor adverse drug reactions is the biggest challenges. This study aimed to determine the prevalence of adverse effects associated with hyperglycaemia resulting from glucocorticoid treatment and the factors that influence this condition. Method used was observational research conducted with a retrospective cross-sectional study design in 2024 at Dr. Kariadi Central Public Hospital Semarang.  This study found that the prevalence of hyperglycaemia adverse effects due to glucocorticoid used was 12.7% ​​in 2024. The total subjects of this study were 72 patients; 32 patients experienced hyperglycaemia while 40 others did not. Significant factors influencing the incidence of hyperglycaemia, adverse effect, were the type of corticosteroid methylprednisolone (p-value=0.000) and the intravenous route of administration (p-value=0.000). In conclusion, the type of corticosteroid methylprednisolone is the factor most associated with adverse effects of hyperglycaemia due to glucocorticoids (OR 6.500; 95% CI 2.185-19.333). Keywords: glucocorticoids; adverse drug reaction; hyperglycemia; SLE
Potensi Ekstrak Etanol Kulit Bawang Merah terhadap Kadar Malondialdehid Jejunum Tikus Gastritis Sulistyorini, Endah; Narsih, Umi; Shofia, Vivi
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.894

Abstract

Abstrak Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang ditandai dengan peningkatan stress oksidatif dan kadar malondialdehid. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.45.952 jiwa penduduk setiap tahun. Kulit bawang merah (Allium sp.) mengandung senyawa antiinflamasi dan antioksidan yang berpotensi untuk pengobatan gastritis. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak etanol kulit bawang merah dalam menurunkan kadar malondialdehid jejunum tikus putih (Rattus norvegicus) model gastritis. Metode penelitian ini menggunakan desain eksperimental research dengan rancangan post-test only control group design. Sebanyak 25 tikus dibagi dalam 5 kelompok, yakni kelompok tikus sehat, kelompok tikus gastritis, kelompok terapi ranitidin, kelompok terapi ekstrak kulit bawang merah dosis 100 dan 200 mg/kgBB. Kadar malondialdehid dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan penurunan signifikan kadar malondialdehid pada kelompok dengan terapi ekstrak kulit bawang merah dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB yaitu penurunan sebesar 52,52% (1,313 ± 0,393)  pada dosis 100 mg/kgBB dan 61,69% (1,059 ± 0,264) pada dosis 200 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol kulit bawang merah berpotensi sebagai agen antioksidan dan antiinflamasi dalam menurunkan kadar MDA pada kondisi gastritis. Kata kunci: gatritis, stress oksidatif, malondialdehid, tikus, kulit bawang merah   Abstract Gastritis is an inflammation of gastric mucosa characterized by increased oxidative stress and elevated levels of malondialdehyde (MDA). The number of gastritis cases in Indonesia is relatively high, with a prevalence of 274,396 cases among a population of 238,459,952 annually. Shallot peel (Allium sp.) contains anti-inflammatory and antioxidant compounds that have potential for treating gastritis. This study aimed to determine the potential of ethanol extract of shallot peel in reducing malondialdehyde levels in jejunum of white rats (Rattus norvegicus) with gastritis models. This research used an experimental design with a post-test only control group design. A total of 25 male white rats were divided into five groups: negative control, positive control, ranitidine therapy group, and treatment groups receiving shallot peel ethanol extract at doses of 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW. Malondialdehyde levels were analyzed using UV-Vis spectrophotometry. The results showed a significant decrease in malondialdehyde levels in the groups treated with shallot peel extract at doses of 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW, with reductions of 52.52% (1.313 ± 0.393) and 61.69% (1.059 ± 0.264), respectively. Based on these findings, ethanol extract of shallot peel has potential as an antioxidant and anti-inflammatory agent in reducing MDA levels under gastritis conditions. Keywords: gastritis, oxidative stress, malondialdehyde, mouse, shallot peel
Blood Pressure Analysis in the Runner Community towards the Risk of Exercise-Induced Hypertension Umara, Annisaa Fitrah; Habibi, Alpan; Wijoyo, Eriyono Budi; Fratiwi, Agmalia; Rananda, Dhinda Anjas
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.897

Abstract

Abstrak Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung secara global, sementara olahraga lari telah menjadi populer sebagai langkah pencegahan. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan Hipertensi yang Dipicu oleh Olahraga (EIH), terutama pada pelari jarak jauh berusia paruh baya yang menunjukkan tingkat EIH lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lain. Studi ini menyelidiki variasi tekanan darah sebelum dan setelah berlari dalam komunitas pelari. Menggunakan desain pra-eksperimental dengan pendekatan pra-tes dan pasca-tes, studi ini melibatkan responden berusia di atas 18 tahun yang berlari lebih dari 1-kilometer dan berlatih setidaknya dua kali seminggu. Sebanyak 36 anggota komunitas dipilih secara purposif. Tekanan darah dan denyut nadi diukur sebelum dan segera setelah berlari. Sebagian besar responden adalah laki-laki (33,3%), muda (52,78%), dan tidak merokok (72,2%). Temuan menunjukkan bahwa berlari tidak secara signifikan mempengaruhi Tekanan Darah Sistolik (p>0,05), tetapi mempengaruhi Tekanan Darah Diastolik (p<0,05). Tidak terdapat perubahan signifikan pada tekanan darah, menunjukkan adanya EIH (tekanan darah istirahat <140/90 mmHg dan maksimum selama olahraga ≥210 mmHg untuk pria dan ≥190 mmHg untuk wanita). Tekanan darah yang stabil atau menurun dikaitkan dengan vasodilatasi metabolik selama olahraga. Pemantauan tekanan darah secara terus-menerus sangat penting untuk mengurangi risiko kesehatan yang potensial. Kata kunci: hipertensi, latihan fisik, pelari, tekanan darah   Abstract Hypertension increases the risk of heart disease globally, while running has gained popularity as a preventive measure. However, it can also lead to Exercise-Induced Hypertension (EIH), particularly in middle-aged long-distance runners who exhibit higher EIH levels than other age groups. This study investigates blood pressure variations before and after running within a running community. Utilizing a pre-experimental design with a pre- and post-test approach, the study included respondents over 18 years old, who ran more than 1 kilometer and trained at least twice weekly. A purposive sample of 36 community members was selected. Blood pressure and pulse were measured before and immediately after running. The majority of respondents were male (33.3%), young (52.78%), and non-smokers (72.2%). Findings indicated that running did not significantly affect Systolic Blood Pressure (p>0.05), but it did impact Diastolic Blood Pressure (p<0.05). No significant changes in blood pressure were observed, suggesting EIH (resting blood pressure <140/90 mmHg and maximum during exercise ≥210 mmHg for men and ≥190 mmHg for women). The stable or decreased blood pressure is attributed to metabolic vasodilation during exercise. Continuous blood pressure monitoring is essential to mitigate potential health risks.   Keywords: blood pressure; hypertension; physical exercise; runner