cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN
ISSN : 19799594     EISSN : 25415492     DOI : 10.21831
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 229 Documents
General intelligence versus multiple intelligence: Social and cognitive development in visual arts education Makawi, Faizal Erlangga
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 16, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v16i2.60791

Abstract

This research discusses implementing general intelligence theory in the Visual Arts Education Department to improve students’ creativity from social and cognitive development. The two most relevant approaches in visual arts education are general intelligence and multiple intelligence. This research selects general intelligence theory as the primary approach rather than multiple intelligence theory. Therefore, social development and cognitive development are discussed. This research method is a type of literature review, and the topic of study includes social development, cognitive development, growth mindset, rewards, intervention, and feedback. Moreover, the sources came from book chapters and articles from Elsevier,  Sage, Routledge, etc. As a result, the findings of this research show (1) there are five general intelligence and nine multiple intelligence approaches; (2) Social development shows two approaches: active learning which consists of analyzing, defining, creating, and evaluating, while critical thinking consists of reading, writing, interpreting, and testing; (3) Cognitive development shows four approaches; growth mindset that consist of change perception and hardworking, rewards consist of extrinsic and intrinsic motivation, the intervention consists of consultation and motivation, and finally feedback consists of direct feedback and immediate feedback. Using a psychological approach to general intelligence, this teaching method in Visual Arts Education will improve students’ creativity. Kecerdasan umum versus kecerdasan ganda: Perkembangan sosial dan kognitif dalam pendidikan seni rupaPenelitian ini mendiskusikan implementasi dari jeneral intelligen dalam Program Studi Pendidikan Seni Rupa, yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa dari perkembangan sosial dan kognitif. Dalam pendidikan seni rupa, terdapat dua pendekatan yang paling relevan yaitu kecerdasan umum dan kecerdasan ganda. Dalam penelitian ini, teori kecerdasan umum dipilih sebagai pendekatan utama daripada teori kecerdasan ganda. Oleh karena itu, perkembangan sosial dan perkembangan kognitif didiskusikan. Metode penelitian ini adalah jenis tinjauan literatur, topiknya terdiri dari perkembangan sosial, perkembangan kognitif, pikiran berkembang, penghargaan, intervensi, dan umpan balik. Kemudian, sumbernya berasal dari buku chapter dan artikel dari journal bereputasi internasional seperti Elsevier, Sage, Routledge dan seterusnya.. Sehingga, temuan penelitian ini menunjukkan; (1) terdapat lima pendekatan kecerdasan umum dan sembilan pendekatan kecerdasan ganda; (2) Dalam perkembangan sosial terdapat dua pendekatan yaitu pembelajaran aktif yang terdiri dari menganalisis, menentukan, menciptakan, dan mengevaluasi, sementara pemikiran kritis terdiri dari membaca, menulis, menafsirkan, dan menguji;(3) Perkembangan kognitif menunjukkan empat pendekatan yaitu pola pikir berkembang yang terdiri dari mengubah persepsi dan kerja keras, imbalan yang terdiri dari motivasi ekstrinsik dan intrinsik, intervensi yang terdiri dari konsultasi dan motivasi, dan akhirnya umpan balik yang terdiri dari umpan balik langsung dan umpan balik segera. Metode pengajaran dalam Pendidikan Seni Rupa dari pendekatan psikologis kecerdasan umum akan meningkatkan kreativitas siswa.
Indonesia high school teacher’s organizational citizenship behavior Utari, Rahmania
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 16, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v16i2.61004

Abstract

The teacher's job characteristics are pretty challenging. It is widely known that teachers need extra commitment and work beyond their duties. This research aims to describe the OCB level among teachers in the Special Province of Yogyakarta, Indonesia. The study was conducted using quantitative research with a descriptive analysis technique. 97 high school teachers were involved in the study. The questionnaire employs a rating scale with a Likert scale style. The instrument of the OCB scale is developed based on the modification of the grounded research conducted by Shaheen et al. in 2016. The results show that the average score of OCB teachers attain is 80.32. There, 17.52% of teachers had a total score under 75, and 8.25% obtained a score higher than 90. Teaching etiquette and showing empathy are the most OCB performed by teachers, followed by the teacher’s approach to students.  Even though the general scores in each OCB factor are pretty good, it can be found that the most suffering dimension of a teacher’s OCB is in the teacher’s social awareness. Tingkat perilaku kewargaan organisasi pada guru sekolah menengah atasKarakteristik pekerjaan guru terbilang menantang. Diketahui secara luas bahwa guru membutuhkan komitmen ekstra dan bekerja di luar tugasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat OCB pada guru di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik deskriptif. Sejumlah 97 guru SMA dilibatkan dalam penelitian ini. Kuesioner menggunakan skala penilaian dengan gaya skala Likert. Instrumen skala OCB dikembangkan berdasarkan modifikasi grounded research yang dilakukan oleh Shaheen et.al pada tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor OCB yang dicapai guru adalah 80,32. Terdapat 17,52% guru dengan nilai total di bawah 75 dan 8,25% di antaranya memperoleh nilai total di atas 90. Etika mengajar dan menunjukkan empati merupakan OCB yang paling banyak dilakukan oleh guru, disusul dengan pendekatan individual guru kepada siswa. Walaupun skor umum pada masing-masing faktor OCB cukup baik, namun dapat ditemukan bahwa dimensi OCB guru yang paling lemah adalah kesadaran sosial guru.
Karakteristik butir instrumen asesmen dinamis capaian karakter anak usia dini: Analisis Rasch model Harun, Harun; Prayitno, Prayitno; Sudaryanti, Sudaryanti; Rolina, Nelva; Manaf, Abdul
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 16, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v16i2.63358

Abstract

Capaian karakter anak usia dini merupakan informasi yang sangat penting untuk diketahui seorang guru yang mengajar di TK. Namun selama ini, penilaian atau pengukuran karakter anak usia masih bersifat non dynamic, sehingga tidak diperoleh hasil penilaian atau pengukuran yang maksimal. Selain itu, instrumennya belum diuji kualitas butirnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan karakteristik butir instrumen yang digunakan dalam mengukur capaian karakter anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menganalisis data kuantitatif hasil pengukuran capaian karakter anak TK yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Sampel penelitian berjumlah 40 anak yang dinilai oleh gurunya. Metode pengumpulan data menggunakan survei dan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Rasch Model. Hasil analisis menunjukkan bahwa instrumen kuesioner yang memuat 45 butir pernyataan memiliki tingkat kesukaran yang heterogen yaitu sangat mudah, mudah, sulit, dan sangat sulit. Keterkaitan antara butir dengan responden terdapat satu butir yang sangat mudah dan sangat sulit direspon oleh responden. Ada 44 butir pernyataan dikatakan sesuai (item fit) karena memiliki: (a) nilai MNSQ OUTFIT lebih besar dari 0.5 dan kurang dari 1.5. (b) Nilai ZSTD OUTFIT lebih besar dari -2,0 dan lebih kecil dari +2.0. (c) Nilai PT MEASURE CORR lebih besar dari 0,4 dan kurang dari 0.85. Berdasarkan nilai alpha cronbach, instrumen memiliki koefisien relibilitas lebih besar 0.7 yang merupakan interaksi antara person dan item secara keseluruhan dan reliabilitas sudah sangat memuaskan. Dengan demikian butir instrumen asesmen dinamis telah memenuhi kriteria sebagai instrumen yang berkualitas dan dapat digunakan guru TK dalam mengukur pencapaian perkembangan karakter anak usia dini. Selain itu, di dalam instrumen tersebut menilai 4 dimensi karakter yaitu hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Characteristics of dynamic assessment instrument items for early childhood achievement: Rasch model analysisThe character achievements of early childhood are essential information for a teacher who teaches in kindergarten to know. However, so far, the assessment or measurement of the character of young children is still non-dynamic, so maximum assessment or measurement results cannot be obtained. In addition, the instrument has not been tested for item quality. This study aims to describe the characteristics of the instrument items used in measuring early childhood character achievements. This study uses a quantitative approach, analyzing quantitative data to estimate the character achievements of kindergarten children in Pontianak, West Kalimantan. The research sample consisted of 40 children who were assessed by their teachers. Data collection methods using surveys and questionnaires. The collected data were analyzed using the Rasch Model. The analysis results show that the questionnaire instrument contains 45 statement items and has heterogeneous difficulty levels: elementary, easy, complex, and very difficult. The linkage between the items and the respondents is one item that is very easy and very difficult for respondents to respond to. 44 items are said to be fit (item fit) because they have: (a) the MNSQ OUTFIT value is more significant than 0.5 and less than 1.5. (b) The ZSTD OUTFIT value is more significant than -2.0 and less than +2.0. (c) The value of PT MEASURE CORR is more critical than 0.4 and less than 0.85. Based on Cronbach's alpha value, the instrument has a more significant reliability coefficient of 0.7, which is the interaction between person and item, and the reliability is very satisfactory. Thus, the dynamic assessment instrument items meet the criteria as a quality instrument and can be used by kindergarten teachers in measuring the achievement of early childhood character development. In addition, the instrument assesses 4-character dimensions: the relationship with God, oneself, others, and the environment.
Improving cognitive learning outcomes and communication skills through problem-based learning with lesson study Robi, Fikri Syahir; Dianti, Putri Rahma; Handayani, Ning Rahayu
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 16, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v16i2.60041

Abstract

Students' communication skills must be empowered by habituating discussion to increase learning and understanding. This habit can be trained by applying Lesson Study (LS) activities in Problem-Based Learning (PBL). This study analyzed the effectiveness of PBL learning with LS activities in improving cognitive learning outcomes and communication skills of Masters of Biology Education students at Universitas Negeri Malang. This type of research uses a mixed method with a quantitative research approach and a one-group-pretest-posttest research design. The sampling technique used purposive sampling. Data collection uses test, non-test, observation, and documentation techniques. Data analysis used descriptive qualitative, descriptive statistics, and inferential statistics t-tests. The results showed that the PBL learning syntax had been implemented well, and there were significant differences in the learning outcomes of the two cycles, with a significance value of 0.000 (cycle I) and 0.001 (cycle II) 0.05. Furthermore, the results of student communication skills also experienced an increase in scores from cycle I to cycle II by 0.5%. This shows that PBL learning with LS activities can effectively improve students' communication skills and can be recommended for learning. Memperbaiki pembelajaran kognitif dan keterampilan komunikasi melalui pembelajaran berbasis masalah dengan lesson studyPemberdayaan keterampilan komunikasi siswa perlu dilakukan dengan pembiasaan diskusi sebagai upaya peningkatan pemahaman belajar. Kebiasaan ini bisa dilatih dengan menerapkan kegiatan Lesson Study (LS) dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pembelajaran model PBL dengan kegiatan LS dalam meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan komunikasi mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Jenis penelitian menggunakan mixed method dengan pendekatan penelitian kuantitatif dan desain penelitian one-group-pretest-postest. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, non-test, observasi dan dokumentasi. Pada siklus pertama materi yang digunakan adalah penyusunan hipotesis dan siklus kedua menggunakan materi statistik dan analisis data. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif, statistik deskriptif dan statistik inferensial uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan sintak pembelajaran PBL telah terlaksana dengan baik dan terdapat perbedaan nyata hasil belajar kedua siklus dengan nilai signifikansi 0,000 (siklus 1) dan 0,001 (siklus 2) 0,05. Selanjutnya hasil keterampilan komunikasi mahasiswa juga mengalami peningkatan skor dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0.5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa model PBL dengan kegiatan LS secara efektif dapat meningkatkan keterampilan komunikasi mahasiswa dan dapat direkomendasikan untuk pembelajaran.
Evaluasi strategi untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan Islam di sekolah menengah atas Syaefullah, Nur Kholid; Suprapto, Suprapto; Giyoto, Giyoto
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 16, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v16i2.67559

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis evaluasi strategi (mengidentifikasi faktor eksternal dan internal, mengukur kinerja, melakukan korektif) dalam meningkatkan kualitas layanan Pendidikan Islam. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus untuk mengeksplorasi dan memahami makna informasi dari proses pengambilan langkah perbaikan evaluasi strategi untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Majlis Tafsir Al Qur an (SMA MTA) Surakarta  sebagai Islamic Boarding School. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Informasi yang diperoleh yaitu seputar proses pengambilan langkah mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal dengan analisis SWOT, mengukur kinerja, dan melakukan koreksi untuk  perbaikan mutu layanan.  Informasi yang diperoleh dianalisa dengan langkah-langkah berikut, yaitu (a) mengolah dan mempersiapkan informasi untuk dianalisis; (b) membaca keseluruhan data; (c) mendeskripsikan setting (ranah), orang (partisipan), dan kategori yang dianalisis; (d) deskripsi disajikan dalam narasi/laporan kualitatif; dan (e) membuat interpretasi. Dari hasil penelitian ini diperoleh ; 1) faktor-faktor eksternal  dan internal yang mempengaruhi peningkatan kualitas layanan pendidikan Islam diperoleh melalui; a)  analisis  kekuatan dan kelemahan (internal), seperti; sumber daya manusia, dimilikinya sarana prasarana, daya dukung yayasan,  b) peluang/kesempatan dan ancaman (eksternal), seperti; berdirinya lembaga pendidikan baru, adanya dana BOS, jumlah kemitraan yang banyak, dst, 2) pengukuran kinerja,   capaian kinerja di ukur dengan  membandingan capaian dengan standar atau program yang telah ditetapkan, 3) melakukan koreksi untuk perbaikan, dilakukan dengan menggunakan kriteria ; konsisten, kelayakan,  kesesuaian dan kemanfaatan. Dari hasil temuan tersebut, SMA MTA IBS sebagai Lembaga Pendidikan Islam hendaknya menerapkan manajemen strategik yang sistematis, konsisten, terprogram, komprehensif dan berkelanjutan.
Resiliensi guru sekolah menengah atas/kejuruan Efianingrum, Ariefa; Maryani, Maryani; Sukardi, Joko Sri; Hanum, Farida; Dwiningrum, Siti Irene Astuti
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 16, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v16i2.63211

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi individu guru SMA/SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menganalisis, dan menguji secara empiris pengaruh ketujuh aspek resiliensi terhadap resiliensi individu. Analisis dan pengujian menggunakan instrumen skala resiliensi personal dengan mengadopsi dari teori yang dikembangkan oleh Reivich dan Shatte. Populasi dalam penelitian adalah seluruh guru SMA/SMK di DIY, dengan pengambilan sampel minimum menggunakan rumus Lamshow sebanyak 249 guru SMA/SMK dengan teknik purposive sampling dan analisis data menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan bantuan software Lisrel 8.54. Temuan utama penelitian ini menunjukkan tingkat resiliensi individu guru SMA/SMK di DIY dengan mendasarkan pada tujuh faktor resiliensi individu yaitu aspek emotional regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy, self-efficacy, and reaching out. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa aspek resiliensi individu guru SMA/SMK di DIY yang memiliki pengaruh paling dominan adalah aspek keempat (optimism), aspek kedua (impulse control), aspek keenam (aspect self efficacy), aspek ketiga (aspect empathy), aspek kelima (aspect causal analysis). Adapun aspek resiliensi individu guru SMA/SMK di DIY yang memiliki pengaruh terendah pada aspek ketujuh (reaching out) dan aspek kesatu (emotional regulation). Resilience of high school/vocational school teachersThe purpose of this study was to determine the factors that influence the individual resilience of SMA/SMK teachers in Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY), analyze and empirically test the influence of the seven aspects on individual resilience using the individual resilience scale instrument adopted from Reivich and Shatte. The research population was all high school teachers in Yogyakarta, with a minimum sampling using the Lamshow formula of 249 high school teachers with purposive sampling technique and data analysis using SEM (Structural Equation Model) with the help of Lisrel 8.54 software. The main finding of the research is the individual resilience of high school teachers in Yogyakarta, which looks at seven individual resilience factors: emotional regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy, self-efficacy, and reaching out. Based on the results of SEM analysis, explain that the most dominant aspects of individual resilience of high school teachers in DIY are the fourth aspect (aspect of optimism), the second aspect (aspect of impulse control), the sixth aspect (aspect of self-efficacy), the third aspect (aspect empathy), the fifth aspect (aspect causal analysis), and the lowest in the seventh aspect (aspect reaching out) and the first aspect (aspect emotional regulation.
Model moving class, kompetensi pedagogik, motivasi dan disiplin belajar berbasis SEM-PLS Lasaiba, Mohammad Amin; Lasaiba, Irvan; Man Arfa, Arman; Lasaiba, Djamila
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 17, No 1 (2024): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v17i1.56840

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji model moving class, kompetensi pedagogik guru, motivasi dan disiplin belajar dengan penggunaan Structural Equation Model (SEM) berbasis aplikasi SmartPLS. Lokasi dalam penelitian ini pada SMA 13 Ambon dengan sampel yang diambil secara random sampling dengan penggunaan angket sebanyak 41 siswa. Hasil yang diperoleh bahwa sebaran data dari nilai SLF 0,5 sedangkan Nilai CR serta VE 0,7. Nilai ini menunjukkan indikasi instrumen valid dan reliabel. Model hubungan antar variabel menunjukan model dikatakan baik berdasarkan nilai Q Square yang memiliki predictive relevance nol, yaitu 0,321. Sedangkan untuk analisis SEM dengan t-tabel dan p-value 0,05, sedangkan nilai R-square test dan path coefficient menunjukkan pengaruh nyata dan cukup signifikan. Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran moving class dan kompetensi pedagogik dari guru berpengaruh terhadap motivasi dan kedisiplinan siswa
The effectiveness of problem-based teaching module training to increase elementary teacher motivation Lidyasari, Aprilia Tina; Kawuryan, Sekar Purbarini; Purnomo, Yoppy Wahyu; Faturrohman, Faturrohman; Wibowo, Setiawan Edi; Anggito, Albi; Wanyi, Poh; da Comte, Augusto
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 16, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v16i2.64636

Abstract

Literacy Teaching modules are an essential learning element in the independent curriculum. However, many SD Negeri Percobaan 04 Wates teachers are less motivated to develop it because they lack assistance creating their teaching modules. Based on this, the purpose of this study is to see the effectiveness of problem-based teaching module training in the independent curriculum in increasing the motivation of elementary school teachers. The training participants were 25 elementary school teachers who were SDN Percobaan 4 Wates members. Theoretical material and practical assistance were carried out in the Kapanewon Kulonprogo area. The implementation of the activity will be reflected through an evaluation of the participant's understanding of the material in terms of performance, work results, and motivation scale of the training participants. The offline training was held at the UNY Wates Campus Hall offline and online through the Zoom meeting application. This study used a pre-experiment research design with a one-group pretest-posttest design model. Data collection was carried out using a teacher motivation scale. The data analysis technique used was the Wilcoxon Test to determine the effect of training on the motivation of primary school teachers. to assess the impact of exercise on elementary school teachers' motivation. Implementing this training based on the pre-post questionnaire increased pretest and post-test results. The Wilcoxon test results significantly affected teacher motivation before and after providing problem-based teaching module training for elementary school teachers in Kulonprogo Regency, Yogyakarta Special Region. Efektivitas pelatihan modul pengajaran berbasis masalah untuk meningkatkan motivasi guru sekolah dasar Modul ajar merupakan salah satu elemen penting dalam pembelajaran di kurikulum merdeka. Namun, masih banyak guru di SD Negeri Percobaan 04 Wates yang kurang termotivasi dalam mengembangkannya karena kurang mendapatkan pendampingan untuk membuat modul ajarnya sendiri. Berdasar pada hal tersebut maka tujuan dalam penelitian ini adalah melihat efektivitas pelatihan modul ajar berbasis masalah dalam kurikulum merdeka dalam meningkatkan motivasi guru sekolah dasar. Peserta pelatihan berjumlah 25 guru sekolah dasar yang tergabung pada SDN Percobaan 4 Wates. Materi teori dan pendampingan praktik dilaksanakan di wilayah Kapanewon Kulonprogo. Pelaksanaan kegiatan akan direfleksikan melalui evaluasi pemahaman peserta terhadap materi, ditinjau dari unjuk kerja, hasil karya, dan skala motivasi peserta pelatihan. Pelatihan secara luring dilaksanakan di Aula UNY Kampus Wates secara luring dan daring melalui aplikasi zoom meeting. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimen dengan model one group pretest-posttest design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala motivasi guru. Teknik analisis data yang digunakan adalah Test Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap motivasi guru SD. Adapun hasil dari pelaksanaan pelatihan ini berdasarkan angket pre-post diperoleh hasil terjadi peningkatan hasil pretest dan posttest.  Sedangkan hasil uji Wilcoxon menunjukkkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada motivasi guru sebelum dan setelah pemberian pelatihan modul ajar berbasis masalah pada para guru SD di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Developing teacher professionalism independently through the utilization of information technology media Maya, Nor; Hidayati, Dian
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 17, No 1 (2024): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpipfip.v17i1.64514

Abstract

This study aims to describe the development of teacher professionalism at SMP Muhammadiyah 3 Balikpapan, carried out independently using information technology media. This study used a qualitative approach. Data collection methods included interviews and documentation. The analysis results consisted of five categories with various underlying indicators. The five categories were intrinsic motivation, extrinsic motivation, platforms followed, programs participated in, and training outcomes. The indicator of intrinsic motivation is the teacher as an educator, and the teacher must learn. The needles found in extrinsic motivation were upgrading knowledge, growing teaching abilities, increasing knowledge, and improving skills. For platforms followed, the indicators uncovered included Literacy Platform, Extensive Reading, Smart Teacher, E-Guru ID, E-Guru Digital, Chrome Book, Canva for Education, Asus for Education, and Merdeka Mengajar Platform. In addition, the indicators of the programs participated in revealed were making learning videos, learning media, teaching strategies, learning assessment applications, and learning administration. Finally, the needles from the training outcomes are missed teachers, interactive learning, fun lessons, exciting learning, and easy-to-understand lessons. In conclusion, the insights obtained from this study can inform teachers in maximizing teacher professionalism, which requires strong motivation from within the teacher who is aware that as educators, they must continue to learn to produce interactive, fun, and exciting learning so that the students in the classroom always await their presence. Teacher professionalism can be developed through various efforts, i.e., by participating in multiple trainings and webinars using information technology, which can be done online because they can better manage their time and choose the program/content they want to study.