Pekerja di industri tekstil khususnya di bagian produksi, sering menghadapi tekanan kerja yang tinggi, tuntutan produksi yang ketat, dan jam kerja yang panjang, yang berisiko menimbulkan burnout. Kondisi ini dapat berdampak pada peningkatan perilaku tidak aman di lingkungan kerja, sehingga berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara burnout dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT. X Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional kuantitatif dengan metode cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja PT. X Surakarta sebanyak 1.000 orang, dengan sampel sebanyak 96 pekerja yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk mengukur burnout serta kuesioner perilaku tidak aman, keduanya menggunakan skala Likert. Hasil analisis bivariat dengan Fisher’s Exact Test menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara burnout dan perilaku tidak aman (p = 0,026; p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pekerja yang mengalami burnout cenderung melakukan perilaku tidak aman, yang diindikasikan oleh gangguan fungsi kognitif dan emosional seperti kelelahan, depersonalisasi, dan penurunan prestasi diri pekerja, dimana burnout berdampak terhadap penurunan konsentrasi dan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan. Oleh karena itu, pendekatan psikologis penting untuk meminimalkan risiko perilaku tidak aman di lingkungan kerja industri tekstil.