Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

ANALISIS BIAYA SAKIT PERSPEKTIF MASYARAKAT PADA PENDERITA DRESS (Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms) DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Musa Fitri Fatkhiya; Dyah Aryani Perwitasari; Sri Awalia Febriana
Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi Vol 17, No 1: Maret 2020
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.772 KB) | DOI: 10.12928/mf.v17i1.15928

Abstract

Penyakit akibat induksi obat merupakan suatu efek yang tidak diinginkan  yang dapat menyebabkan mortalitas maupun morbiditas. Reaksi pada kulit yang mungkin muncul dapat berupa efek ringan hingga berat seperti Severe Cutaneous Adverse Reaction (SCAR) sehingga memerlukan perhatian khusus. SCAR bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga menjadi beban keuangan yang signifikan untuk individu yang terkena dampak. Salah satu variasi SCAR yang memiliki periode latensi yang panjang adalah DRESS (Drug Reaction With Eosinophilia and Systemic Symptom). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata biaya medis langsung, biaya non medis langsung dan biaya tidak langsung pada pasien DRESS. Pengambilan data dalam penelitian ini secara cohort retrospective di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2015-2018 pada pasien DRESS akibat induksi NSAID, antibiotik, antikonvulsan, antiretroviral, antituberkulosis berdasarkan data rekam medis, data akuntansi serta CRF. Hasil data dianalisis secara deskriptif dengan Microsoft office excel. Rata-rata biaya medis langsung rawat inap sebesar Rp. 11.643.405 dengan komponen biaya tertinggi adalah biaya obat (31%),  biaya tindakan medis (27%), biaya laboratorium (24%), biaya akomodasi (15%) dan biaya lainnya (3%). Biaya rawat jalan  sebesar Rp. 1.027.894 dengan komponen tertinggi yaitu biaya tindakan medis (39%), biaya laboratorium (36%), biaya obat (14%), biaya lainnya (6%) dan terendah adalah biaya transportasi (5%). Rata-rata biaya non medis langsung sebesar Rp 491.035 dan biaya tidak langsung adalah sebesar Rp. 1.675.369 yang merupakan biaya loss income. Biaya medis langsung merupakan biaya tertinggi dibandingkan biaya non medis langsung dan biaya tidak langsung.
Analisis biaya pasien Severe Cutaneous Adverse Reactions (SCARs) Qarriy 'Aina Urfiyya; Musa Fitri Fatkhiya; Dyah Aryani Perwitasari; Sri Awalia Febriana; Woro Supadmi
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 18 No. 2 (2022): Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jif.vol18.iss2.art12

Abstract

Background: Severe Cutaneous Adverse Reactions (SCARs), including Stevens-Johnson Syndrome (SJS), Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), and Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom (DRESS), were the idiosyncratic reactions most commonly caused by drugs which have an impact on increasing the patient's financial burden. Objectives: This study aims to determine the highest cost component and the illness cost in patients suffering from Severe Cutaneous Adverse Reactions (SCARs). Methods: This study was an analytic observational study with a cross-sectional design. We collected direct medical costs, direct non-medical costs, and indirect costs for inpatients with SJS, TEN, and DRESS at Dr. Sardjito Yogyakarta Hospital from 2014-2018, retrospectively. Based on the societal perspective, we defined the highest cost component and the illness cost in patients with SCARs. Results: The highest cost component for SJS, and TEN patients were obtained in the health professional services (24,1% and 25,2%, respectively). Meanwhile, the highest cost component for DRESS patients was the cost of drugs (20,2%). The total illness cost of 47 SCARs patients (22 SJS patients, 6 TEN patients, and 19 DRESS patients) was IDR 666.615.321, with the highest average cost for TEN patients, followed by SJS and DRESS (IDR 16.510.595, IDR 14.205.545, and IDR 13.445.555, respectively). Conclusions: The highest cost component was the health professional services in SJS and TEN patients and the cost of medicine for DRESS patients. The management of SCARs requires considerable cost, and it is still being a financial burden on the patients.
Gambaran Penggunaan Obat Anestesi di Instalasi Bedah RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Musa Fitri Fatkhiya; Nitya Rofiana Arrizka
Journal Borneo Vol. 3 No. 1 (2023): Volume 3 Issue 1 tahun 2023
Publisher : Politeknik Kaltara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.993 KB) | DOI: 10.57174/jborn.v3i1.71

Abstract

Induction of anesthesia, each patient can get a variety of premedications. The selection of anesthetic drugs should be based on patient characteristics and conditions associated with surgery and costs. This study aims to describe the use of anesthetic drugs in the Surgical Installation of RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan in the period May-July 2022. The method used in this research is descriptive observational. The results of the study showed the use of fentanyl 100 mcg/2mL 130 (27.43%), recofol-N 10 mg/mL 101 (21.31%), KTM 100 mg/mL 89 (18.78%), sevodex 250 mL 50 (10.55%), sedacum 5 mg/5mL 39 (8.23%), tramus 25 mg 38 (8.02%), tramus 50 mg 14 (2.95%), and Isorane/Isoflurane 250 mL 13 (2.74) %). So it can be concluded that the most widely used general anesthetic drug was fentanyl 100 mcg/2mL of 27.43%.
Gambaran Penyimpanan Obat High Alert di Instalasi Farmasi Musa Fitri Fatkhiya; Putri Liliani Cahyaningtiyas
Jurnal Farmasetis Vol 12 No 1 (2023): Jurnal Farmasetis: Februari 2023
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.324 KB)

Abstract

Penyimpanan merupakan salah satu langkah dalam memelihara perbekalan farmasi pada tempat yang aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia sehingga penyimpanan obat harus dilakukan dengan baik dan benar, terutama pada obat high alert/risiko tinggi karena memiliki dampak yang sangat serius jika terjadi kesalahan dalam pengelolaannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui  penyimpanan obat high alert di Instalasi Farmasi Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan berdasarkan Permenkes Nomor 72 tahun 2016. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Sampel sebanyak 67 obat high alert di Instalasi Farmasi Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Tahun 2022 diperoleh dari pengumpulan data secara primer. Data dianalisis dan dihitung prosentase kesesuaian dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat high alert di Instalasi Farmasi Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan terdiri 3 golongan antara lain, golongan obat risiko tinggi (high alert) dengan prosentase kesesuaian penyimpanan rata-rata sebesar 83,65% termasuk kriteria sangat baik, golongan Look A like Sound A like mendapatkan prosentase rata-rata sebesar 86,36% termasuk kriteria sangat baik dan golongan elektrolit konsentrasi tinggi sebesar 75% termasuk kriteria baik. Dapat disimpulkan bahwa penyimpanan obat High Alert di Instalasi Farmasi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan sudah berdasarkan Permenkes Nomor 72 tahun 2016  sebesar 81,67%.
GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI APOTEK ASLI PEKALONGAN TAHUN 2022 Musa Fitri Fatkhiya; Ayu Dzakiyah
Jurnal Pharmacopoeia Vol 2 No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/jp.v2i1.370

Abstract

Salah satu jenis pelayanan obat yang sering digunakan dan dapat menimbulkan ketergantungan yaitu obat golongan narkotika dan psikotropika. Untuk itu narkotika dan psikotropika harus memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari penyalahgunaan. Mengingat jumlah penggunaan obat narkotika dan psikotropika semakin banyak terutama di Apotek Asli. Maka sebagai pelayanan kefarmasian harus mengetahui obat yang masuk dalam Apotek. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran penggunaan obat narkotika dan psikotropika pada periode Agustus-September 2022 di Apotek Asli Pekalongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang diukur dengan menggunakan resep-resep narkotika dan psikotropika yang ada di Apotek. Sampel yang digunakan obat narkotika dibulan Agustus dan September terdapat 237 resep dengan 9 jenis obat. Dibulan Agustus dengan jumlah 331 tablet dan bulan September 1.802 tablet . Penggunaan obat psikotropika dibulan Agustus dan September terdapat 243 resep dengan 20 jenis obat. Bulan Agustus dengan jumlah obat 8.434 tablet dan September 7.415 tablet. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Apotek Asli Pekalongan pada bulan Agustus dan September 2022 dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat tertinggi penggunaan obat narkotika yaitu codikaf tablet sebesar 58,56% dan psikotropika yaitu proneuron sebesar 19,79%.
Kajian Administratif, Farmasetis dan Klinis Resep Pasien Ispa di RSUD Bendan Kota Pekalongan Eni Hafidzah; Musa Fitri Fatkhiya
DIAGNOSA: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2023): Agustus : Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Katolik Widya Karya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59581/diagnosa-widyakarya.v1i3.1079

Abstract

ARI is an acute respiratory infection that affects one or more parts of the respiratory system. The high prevalence and risk factors in the prescription of ARI patients need to be considered in the completeness of the prescription and the provision of appropriate drugs to increase the effectiveness of treatment therapy. The purpose of this study was to determine the suitability of prescribing ARI patients aged 0-12 years administratively, pharmaceutically, and clinically based on PMK No. 72 of 2016. This type of research is descriptive observational and retrospective data collection. The sample used was the prescription of ARI patients at Bendan Hospital who met the inclusion criteria for the period April-May 2023, totaling 25 prescription sheets. The sampling technique used total sampling technique. The results showed that in administrative aspects including patient name, gender, age, address, doctor's name, SIP, telephone number, doctor's address, doctor's signature, prescription date was fulfilled 100% and body weight was fulfilled 92%. The pharmaceutical aspects include the name of the drug, dosage form, dosage strength, drug dosage, amount of drug, rules of use and how to use are fulfilled 100%. Clinical aspects include 100% indication accuracy, 100% dose accuracy and 52% drug interactions. It can be concluded that the suitability of prescribing ARI patients for children aged 0-12 years is administratively 100%, pharmaceutically 92%, and clinically 48%.
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Seftriakson dan Sefotaksim Pada Terapi Demam Tifoid di RSUD Dr.M.Ashari Pemalang Dini Indriani; Musa Fitri Fatkhiya; Gita Ulistanti
Jurnal Medika Nusantara Vol. 1 No. 2 (2023): Mei: Jurnal Medika Nusantara
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59680/medika.v1i2.455

Abstract

Typhoid fever is a disease caused by salmonella typhi bacteria whose main treatment is antibiotics. Antibiotic costs are more than 50% of the hospital pharmacy budged so that cost-effectiveness analysis is needed to improve efficiency or appropriate costs and effectiveness (treatment result). This study is an observation study on typhoid fever patients at Dr.M.Ashari Pemalang in January-Desember 2022. The sampling technique used purposive sampling and met the inclusion criteria of 20 samples. Data will be presented in tabular from on the data collection sheets and analyzed using the ACER formula and Microsoft excel. The result shower that ceftriaxone antibiotic therapy had a fever-free time o 3.30 days and a length of Hospitalization of 3.23 days while cefotaxime had a fever-free time o 3.71 days and a length o hospitalization 4.42 days. The ACER value obtained for ceftriaxone antibiotics is Rp 355,098.69 in length of hospitalization and Rp 347,566.30 in fever-free time while cefotaxime is Rp 393,348.92 in length of hospitalization and Rp 468,625.94 in fever-free time. From result it can be concluded that ceftriaxone antibiotics are more cost-effective than cefotaxime
Penyuluhan Dagusibu Kepada Dharma Wanita Pekalongan Barat Musa Fitri Fatkhiya; Muhammad Walid; Mahfur Mahfur
Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1: November 2023
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/joongki.v3i1.2607

Abstract

DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) adalah jenis program yang membahas terkait pengelolaan obat dengan baik dan benar yang diusung oleh Apoteker di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi kejadian atau kasus penyalahgunaan obat yang kerap terjadi di Indonesia. Pengetahuan terkait DAGUSIBU perlu diketahui oleh seluruh kalangan Masyarakat baik anak-anak, remaja ataupun dewasa khususnya pengetahuan yang baik dari seorang ibu rumah tangga. Masyarakat mendapatkan obat melalui resep dokter ataupun obat bebas dan obat bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu Dharma Wanita Pekalongan Barat terkait DAGUSIBU. Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi. Kegiatan dilakukan di kelurahan Podosugih Kota Pekalongan pada tanggal 8 Agustus 2023 dan dihadiri sebanyak 50 peserta ibu-ibu dari Dharma Wanita Pekalongan Barat. Diharapkan melalui kegiatan ini, pengetahuan terkait pengelolaan obat dapat meningkat dan Masyarakat dapat mengimplementasikan secara langsung.
PENYULUHAN TENTANG PENGENALAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT ISPA DI DESA BEBEL PEKALONGAN Musa Fitri Fatkhiya; Ekanita Desiani; Jamaludin Al Jeff; Eko Budi Prasetyo; Wiwiduri Wiwiduri; Muhammad Sakti
BESIRU : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 3 (2024): BESIRU : Jurnal Pengabdian Masyarakat, Maret 2024
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/y703az68

Abstract

ABSTRACT Acute respiratory infection (ARI) is a disease that develops in areas with quite high levels of pollution, such as in Pekalongan. ARI attacks babies, children, adults and the elderly. ISPA can be treated independently or with a doctor's consultation. To minimize undesirable events from the use of these drugs, sufficient knowledge and health education are needed. The activity was held on December 18 2022 in Bebel Village, Pekalongan and was attended by 19 participants. The activity began with a pretest, then a leaflet was given containing material about ARI and non-pharmacological and physiotherapy treatment of ARI. At the end of the activity, given a posttest. Analyzed using a t-test to determine the differences between the pre-test and post-test of the extension activities. Based on the test results, the differences between the pretest and posttest were obtained with sig. 0.000 towards public knowledge about the recognition and prevention of ARI. The results of this community activity show an increase in knowledge. Keywords: Acure Respiratory Infection, handling, prevention, counseling   ABSTRAK   Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang berkembang di daerah dengan angka polusi yang cukup tinggi, seperti di Pekalongan. ISPA menyerang mulai dari bayi, anak-anak maupun dewasa dan lansia. Penanganan ISPA dapat diobati secara mandiri maupun konsultasi dokter. Untuk meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan dari penggunaan obat tersebut maka diperlukan pengetahuan yang cukup dengan penyuluhan Kesehatan. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2022 di Kelurahan Bebel Kota Pekalongan dan dihadiri oleh 19 peserta pemuda karangtaruna. Kegiatan diawali dengan pretest tentang ISPA, kemudian diberikan leaflet berisi materi tentang ISPA dan penanganan ISPA secara non farmakologi dan fisioterapi. Di akhir kegiatan dilakukan posttest tentang ISPA kemudian di analisis menggunakan uji t-test untuk mengetahui perbedaan pre-test dan post-test kegiatan penyuluhan. Berdasarkan hasil uji diperoleh perbedaan prestest dan post test dengan sig. 0,000 terhadap pengetahuan masyarakat tentang pengenalan dan pencegahan ISPA. Hasil kegiatan kepada masyarakat ini menunjukkan peningkatan pengetahuan.  
PENGENALAN BAHAYA DAN PENANGANAN PENYAKIT DEGENERATIF  PADA USIA MUDA Musa Fitri Fatkhiya; Jamaludin Al Jeff; Febi Ilma Faza; Luthfiah Ananda; Najwa Chelsea
BESIRU : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 6 (2024): BESIRU : Jurnal Pengabdian Masyarakat, Juni 2024
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/169waj73

Abstract

Penyakit degenerative adalah penyakit jangka panjang yang bersifat progresif. Penyakit degenerative yang paling umum diketahui adalah penyakit kardiovaskuler atau penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah dan penyakit neurodegenerative atau penyakit jangka panjang yang menyerang system neuron atau saraf. Penyakit degenerative tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dikontrol gejalanya menggunakan obat-obatan. Penggunaan obat yang tidak patuh dapat menyebabkan perburukan kondisi pasien, dapat menimbulkan komplikasi penyakit lain bahkan kematian. Salah satu factor resiko dari timbulnya penyakit kardiovaskuler adalah gaya hidup yang tidak baik dan benar. Untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler, maka diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang cukup dalam menjaga pola hidup yang baik yang dimulai sejak sedini mungkin. Kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu penyuluhan Pengenalan Bahaya Dan Penanganan Penyakit Degeneratif Pada Usia Muda yang akan dilaksanakan di Smk Nusantara Comal. Hasil kegiatan kepada masyarakat ini menunjukkan perbedaan pada sebelum dan setelah diberikan penyuluhan yang diharapkan kegiatan penyuluhan dapat rutin dilakukan dan dapat membantu anak-anak usia muda mencegah terjadinya komplikasi dan gangguan kardiovaskuler