Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

ANALISIS BIAYA SAKIT PERSPEKTIF MASYARAKAT PADA PENDERITA DRESS (Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms) DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Musa Fitri Fatkhiya; Dyah Aryani Perwitasari; Sri Awalia Febriana
Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi Vol 17, No 1: Maret 2020
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.772 KB) | DOI: 10.12928/mf.v17i1.15928

Abstract

Penyakit akibat induksi obat merupakan suatu efek yang tidak diinginkan  yang dapat menyebabkan mortalitas maupun morbiditas. Reaksi pada kulit yang mungkin muncul dapat berupa efek ringan hingga berat seperti Severe Cutaneous Adverse Reaction (SCAR) sehingga memerlukan perhatian khusus. SCAR bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga menjadi beban keuangan yang signifikan untuk individu yang terkena dampak. Salah satu variasi SCAR yang memiliki periode latensi yang panjang adalah DRESS (Drug Reaction With Eosinophilia and Systemic Symptom). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata biaya medis langsung, biaya non medis langsung dan biaya tidak langsung pada pasien DRESS. Pengambilan data dalam penelitian ini secara cohort retrospective di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2015-2018 pada pasien DRESS akibat induksi NSAID, antibiotik, antikonvulsan, antiretroviral, antituberkulosis berdasarkan data rekam medis, data akuntansi serta CRF. Hasil data dianalisis secara deskriptif dengan Microsoft office excel. Rata-rata biaya medis langsung rawat inap sebesar Rp. 11.643.405 dengan komponen biaya tertinggi adalah biaya obat (31%),  biaya tindakan medis (27%), biaya laboratorium (24%), biaya akomodasi (15%) dan biaya lainnya (3%). Biaya rawat jalan  sebesar Rp. 1.027.894 dengan komponen tertinggi yaitu biaya tindakan medis (39%), biaya laboratorium (36%), biaya obat (14%), biaya lainnya (6%) dan terendah adalah biaya transportasi (5%). Rata-rata biaya non medis langsung sebesar Rp 491.035 dan biaya tidak langsung adalah sebesar Rp. 1.675.369 yang merupakan biaya loss income. Biaya medis langsung merupakan biaya tertinggi dibandingkan biaya non medis langsung dan biaya tidak langsung.
Analisis biaya pasien Severe Cutaneous Adverse Reactions (SCARs) Qarriy 'Aina Urfiyya; Musa Fitri Fatkhiya; Dyah Aryani Perwitasari; Sri Awalia Febriana; Woro Supadmi
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 18 No. 2 (2022): Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jif.vol18.iss2.art12

Abstract

Background: Severe Cutaneous Adverse Reactions (SCARs), including Stevens-Johnson Syndrome (SJS), Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), and Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom (DRESS), were the idiosyncratic reactions most commonly caused by drugs which have an impact on increasing the patient's financial burden. Objectives: This study aims to determine the highest cost component and the illness cost in patients suffering from Severe Cutaneous Adverse Reactions (SCARs). Methods: This study was an analytic observational study with a cross-sectional design. We collected direct medical costs, direct non-medical costs, and indirect costs for inpatients with SJS, TEN, and DRESS at Dr. Sardjito Yogyakarta Hospital from 2014-2018, retrospectively. Based on the societal perspective, we defined the highest cost component and the illness cost in patients with SCARs. Results: The highest cost component for SJS, and TEN patients were obtained in the health professional services (24,1% and 25,2%, respectively). Meanwhile, the highest cost component for DRESS patients was the cost of drugs (20,2%). The total illness cost of 47 SCARs patients (22 SJS patients, 6 TEN patients, and 19 DRESS patients) was IDR 666.615.321, with the highest average cost for TEN patients, followed by SJS and DRESS (IDR 16.510.595, IDR 14.205.545, and IDR 13.445.555, respectively). Conclusions: The highest cost component was the health professional services in SJS and TEN patients and the cost of medicine for DRESS patients. The management of SCARs requires considerable cost, and it is still being a financial burden on the patients.
Gambaran Penggunaan Obat Anestesi di Instalasi Bedah RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Musa Fitri Fatkhiya; Nitya Rofiana Arrizka
Journal Borneo Vol. 3 No. 1 (2023): Volume 3 Issue 1 tahun 2023
Publisher : Politeknik Kaltara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.993 KB) | DOI: 10.57174/jborn.v3i1.71

Abstract

Induction of anesthesia, each patient can get a variety of premedications. The selection of anesthetic drugs should be based on patient characteristics and conditions associated with surgery and costs. This study aims to describe the use of anesthetic drugs in the Surgical Installation of RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan in the period May-July 2022. The method used in this research is descriptive observational. The results of the study showed the use of fentanyl 100 mcg/2mL 130 (27.43%), recofol-N 10 mg/mL 101 (21.31%), KTM 100 mg/mL 89 (18.78%), sevodex 250 mL 50 (10.55%), sedacum 5 mg/5mL 39 (8.23%), tramus 25 mg 38 (8.02%), tramus 50 mg 14 (2.95%), and Isorane/Isoflurane 250 mL 13 (2.74) %). So it can be concluded that the most widely used general anesthetic drug was fentanyl 100 mcg/2mL of 27.43%.
Gambaran Penyimpanan Obat High Alert di Instalasi Farmasi Musa Fitri Fatkhiya; Putri Liliani Cahyaningtiyas
Jurnal Farmasetis Vol 12 No 1 (2023): Jurnal Farmasetis: Februari 2023
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.324 KB)

Abstract

Penyimpanan merupakan salah satu langkah dalam memelihara perbekalan farmasi pada tempat yang aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia sehingga penyimpanan obat harus dilakukan dengan baik dan benar, terutama pada obat high alert/risiko tinggi karena memiliki dampak yang sangat serius jika terjadi kesalahan dalam pengelolaannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui  penyimpanan obat high alert di Instalasi Farmasi Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan berdasarkan Permenkes Nomor 72 tahun 2016. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Sampel sebanyak 67 obat high alert di Instalasi Farmasi Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Tahun 2022 diperoleh dari pengumpulan data secara primer. Data dianalisis dan dihitung prosentase kesesuaian dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat high alert di Instalasi Farmasi Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan terdiri 3 golongan antara lain, golongan obat risiko tinggi (high alert) dengan prosentase kesesuaian penyimpanan rata-rata sebesar 83,65% termasuk kriteria sangat baik, golongan Look A like Sound A like mendapatkan prosentase rata-rata sebesar 86,36% termasuk kriteria sangat baik dan golongan elektrolit konsentrasi tinggi sebesar 75% termasuk kriteria baik. Dapat disimpulkan bahwa penyimpanan obat High Alert di Instalasi Farmasi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan sudah berdasarkan Permenkes Nomor 72 tahun 2016  sebesar 81,67%.
Kajian Administratif, Farmasetis dan Klinis Resep Pasien Ispa di RSUD Bendan Kota Pekalongan Eni Hafidzah; Musa Fitri Fatkhiya
DIAGNOSA: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2023): Agustus : Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Katolik Widya Karya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59581/diagnosa-widyakarya.v1i3.1079

Abstract

ARI is an acute respiratory infection that affects one or more parts of the respiratory system. The high prevalence and risk factors in the prescription of ARI patients need to be considered in the completeness of the prescription and the provision of appropriate drugs to increase the effectiveness of treatment therapy. The purpose of this study was to determine the suitability of prescribing ARI patients aged 0-12 years administratively, pharmaceutically, and clinically based on PMK No. 72 of 2016. This type of research is descriptive observational and retrospective data collection. The sample used was the prescription of ARI patients at Bendan Hospital who met the inclusion criteria for the period April-May 2023, totaling 25 prescription sheets. The sampling technique used total sampling technique. The results showed that in administrative aspects including patient name, gender, age, address, doctor's name, SIP, telephone number, doctor's address, doctor's signature, prescription date was fulfilled 100% and body weight was fulfilled 92%. The pharmaceutical aspects include the name of the drug, dosage form, dosage strength, drug dosage, amount of drug, rules of use and how to use are fulfilled 100%. Clinical aspects include 100% indication accuracy, 100% dose accuracy and 52% drug interactions. It can be concluded that the suitability of prescribing ARI patients for children aged 0-12 years is administratively 100%, pharmaceutically 92%, and clinically 48%.
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Seftriakson dan Sefotaksim Pada Terapi Demam Tifoid di RSUD Dr.M.Ashari Pemalang Dini Indriani; Musa Fitri Fatkhiya; Gita Ulistanti
Jurnal Medika Nusantara Vol. 1 No. 2 (2023): Mei: Jurnal Medika Nusantara
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59680/medika.v1i2.455

Abstract

Typhoid fever is a disease caused by salmonella typhi bacteria whose main treatment is antibiotics. Antibiotic costs are more than 50% of the hospital pharmacy budged so that cost-effectiveness analysis is needed to improve efficiency or appropriate costs and effectiveness (treatment result). This study is an observation study on typhoid fever patients at Dr.M.Ashari Pemalang in January-Desember 2022. The sampling technique used purposive sampling and met the inclusion criteria of 20 samples. Data will be presented in tabular from on the data collection sheets and analyzed using the ACER formula and Microsoft excel. The result shower that ceftriaxone antibiotic therapy had a fever-free time o 3.30 days and a length of Hospitalization of 3.23 days while cefotaxime had a fever-free time o 3.71 days and a length o hospitalization 4.42 days. The ACER value obtained for ceftriaxone antibiotics is Rp 355,098.69 in length of hospitalization and Rp 347,566.30 in fever-free time while cefotaxime is Rp 393,348.92 in length of hospitalization and Rp 468,625.94 in fever-free time. From result it can be concluded that ceftriaxone antibiotics are more cost-effective than cefotaxime
Penyuluhan Dagusibu Kepada Dharma Wanita Pekalongan Barat Musa Fitri Fatkhiya; Muhammad Walid; Mahfur Mahfur
Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1: November 2023
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/joongki.v3i1.2607

Abstract

DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) adalah jenis program yang membahas terkait pengelolaan obat dengan baik dan benar yang diusung oleh Apoteker di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi kejadian atau kasus penyalahgunaan obat yang kerap terjadi di Indonesia. Pengetahuan terkait DAGUSIBU perlu diketahui oleh seluruh kalangan Masyarakat baik anak-anak, remaja ataupun dewasa khususnya pengetahuan yang baik dari seorang ibu rumah tangga. Masyarakat mendapatkan obat melalui resep dokter ataupun obat bebas dan obat bebas terbatas yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu Dharma Wanita Pekalongan Barat terkait DAGUSIBU. Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi. Kegiatan dilakukan di kelurahan Podosugih Kota Pekalongan pada tanggal 8 Agustus 2023 dan dihadiri sebanyak 50 peserta ibu-ibu dari Dharma Wanita Pekalongan Barat. Diharapkan melalui kegiatan ini, pengetahuan terkait pengelolaan obat dapat meningkat dan Masyarakat dapat mengimplementasikan secara langsung.
ANALISIS BIAYA BERDASARKAN PERSEPSI RUMAH SAKIT PADA PENDERITA PARKINSON DI RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG Khairunnisa, Fatina Adila; Fatkhiya, Musa Fitri
JFM (Jurnal Farmasi Malahayati) Vol 7, No 1 (2024)
Publisher : Jurnal Farmasi Malahayati (JFM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jfm.v7i1.13293

Abstract

Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif progresif kronik yang disebabkan oleh hilangnya neuron dopaminergik. Parkinson tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dikontrol dengan obat sehingga menjadi tantangan kepada pasien dan keluarga untuk mengeluarkan biaya pengobatan rutin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya berdasarkan persepsi rumah sakit pada pasien parkinsol.  Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental dengan pengambiland ata secara retrospektif. Teknik pengambilan data menggunakan Teknik purposive sampling dengan menggunakan data biaya akuntansi pada rawat jalan pada penderita parkinson periode Januari-Juni 2023 di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Hasil dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk melihat besarnya atau rata-rata biaya berdasarkan persepsi rumah sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen biaya terbesar adalah kategoroi biaya pengobatan sebesar Rp. 7.623.587 (76%) dengan rata-rata Rp. 136.135. Rata-rata biaya pada pasien BPJS PBI sebesar Rp 187.775 dan non PBI sebesar Rp. 176.479,43. Kesimpulan diperoleh kategori biaya terbesar berdasarkan persepsi rumah sakit adalah biaya pengobatan
Kajian Administratif, Farmasetis dan Klinis Resep Pasien Ispa di RSUD Bendan Kota Pekalongan Eni Hafidzah; Musa Fitri Fatkhiya
DIAGNOSA: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2023): Agustus : Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Lembaga Pengembangan Kinerja Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59581/diagnosa-widyakarya.v1i3.1079

Abstract

ARI is an acute respiratory infection that affects one or more parts of the respiratory system. The high prevalence and risk factors in the prescription of ARI patients need to be considered in the completeness of the prescription and the provision of appropriate drugs to increase the effectiveness of treatment therapy. The purpose of this study was to determine the suitability of prescribing ARI patients aged 0-12 years administratively, pharmaceutically, and clinically based on PMK No. 72 of 2016. This type of research is descriptive observational and retrospective data collection. The sample used was the prescription of ARI patients at Bendan Hospital who met the inclusion criteria for the period April-May 2023, totaling 25 prescription sheets. The sampling technique used total sampling technique. The results showed that in administrative aspects including patient name, gender, age, address, doctor's name, SIP, telephone number, doctor's address, doctor's signature, prescription date was fulfilled 100% and body weight was fulfilled 92%. The pharmaceutical aspects include the name of the drug, dosage form, dosage strength, drug dosage, amount of drug, rules of use and how to use are fulfilled 100%. Clinical aspects include 100% indication accuracy, 100% dose accuracy and 52% drug interactions. It can be concluded that the suitability of prescribing ARI patients for children aged 0-12 years is administratively 100%, pharmaceutically 92%, and clinically 48%.
Analisis Biaya Berdasarkan Persepsi Pasien Pada Penderita Parkinson Di Rsud Dr. M. Ashari Pemalang istiana, istiana; Musa Fitri Fatkhiya; Gita Ulistanti
Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan Vol. 2 No. 1 (2024): Januari : Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan
Publisher : STIKes Ibnu Sina Ajibarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59841/jumkes.v2i1.768

Abstract

Parkinson adalah penyakit neurodegenerative jangka panjang yang ditandai dengan gangguan pergerakan, dan tremor saat istirahat. Penyakit parkinson belum bisa disembuhkan dan hanya bisa di lakukan penanganan menggunakan obat dan terapi. Pengobatan yang dilakukan jangka panjang akan mempengaruhi pasien secara ekonomi secara langsung. Selain biaya yang dikeluarkan untuk obat, pasien Parkinson juga dapat kehilangan produktivitas karena meninggalkan pekerjaan akibat gejala dari penyakitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis biaya berdasarkan persepsi pasien penderita parkinson yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya pengobatan sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari biaya hilangnya produktivitas. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional dengan pengambilan data dari rekam medik dan wawancara kepada pasien. Data dianalisis untuk melihat besar atau rata-rata biasa langsung yaitu biaya medis langsung maupun non medis langsung dan biaya tidak langsung yaitu hilangnya produktivitas. Hasil penelitian ini adalah terdapat 23 sampel yang terdiri dari laki-laki 70% atau sebanyak 16 orang dan Perempuan sebesar 30% atau sebanyak 7 orang. Biaya medis langsung dengan komponen biaya tertinggi adalah biaya pemeriksaan dengan rata-rata Rp. 12.130, biaya obat rata-rata Rp. 64.503, biaya asuhan perawat rata-rata Rp. 64.500. Biaya non medis langsung dengan komponen biaya tertinggi yaitu biaya transportasi rata-rata Rp. 20.652, biaya konsumsi rata-rata Rp. 16.965. Biaya tidak langsung pada jenis hilangnya produktivitas dengan rata-rata Rp. 1.388.894. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biaya medis langsung merupakan biaya tertinggi dibandingkan biaya non medis langsung dan biaya tidak langsung. Kata kunci: Analisis biaya, Parkinson, Persepsi pasien,