Claim Missing Document
Check
Articles

Evaluation of thermotherapy on potato tubers to control tuber-borne nematodes, Meloidogyne spp. Kurniawan, Wawan; Supramana, Supramana; Munif, Abdul; Giyanto, Giyanto
Kultivasi Vol 24, No 1 (2025): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v24i1.62705

Abstract

Root knot nematodes (Meloidogyne spp.) are significant plant-parasitic nematodes frequently transmitted through potato tubers and are a major factor contributing to the decline in both crop quality and yield. This study aims to evaluate the effectiveness of thermotherapy for eliminating Meloidogyne spp. from potato tubers and its impact on sprouting viability. Thermotherapy was conducted by immersing potato tubers and second-stage juveniles (J2) of Meloidogyne spp. in water at temperatures of 50 °C, 52.5 °C, 55 °C, and 60 °C for durations ranging from 5 to 75 minutes, depending on the treatment. Parameters observed included the mortality rate of Meloidogyne spp. J2 and the growth viability of potato seeds. The results showed that thermotherapy applied to second-stage juveniles (J2) of Meloidogyne spp. at 50 °C for 20 minutes resulted in complete (100%) nematode mortality. Similarly, the application of thermotherapy to potato tubers at 50 °C for 40 minutes did not significantly affect seed viability. During this treatment, the internal temperature of the tubers, measured at a depth of 1.5 cm, reached the target temperature of 50 °C at the 20-minute mark and was maintained until the 40th minute, ensuring an effective thermal exposure. These results indicate that thermotherapy at 50 °C for 40 minutes represents a safe and effective method for the elimination of Meloidogyne spp. in potato tubers. This approach offers a practical and promising strategy to enhance seed health and minimize the risk of nematode dissemination in potato cultivation systems. 
Ketahanan Varietas Padi terhadap Nematoda Pucuk Putih Aphelenchoides besseyi: The Resistance of Rice Varieties Against White Tip Nematode Aphelenchoides besseyi Imamah, Annisa Nur; Supramana, Supramana; Damayanti, Tri Asmira
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol. 21 No. 1 (2025): Maret 2025 - IN PROGRESS
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14692/jfi.21.1.7-17

Abstract

Penyakit pucuk putih pada padi yang disebabkan oleh Aphelenchoides besseyi merupakan penyakit tergolong baru dan telah tersebar di Indonesia. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara terbaik untuk mengendalikan A. besseyi. Namun, belum ada informasi terkait ketahanan varietas padi terhadap A. besseyi di Indonesia. Sembilan varietas padi diuji respons ketahanannya terhadap A. besseyi dengan menggunakan inokulum sebanyak 500 ekor nematoda per tanaman. Nematoda A. besseyi diinfestasikan pada fase pembungaan dengan cara menyemprotkan suspensi nematoda ke bagian malai dan diamati panjang malai, jumlah bulir, jumlah bulir bernas dan hampa, berat 100 bulir bernas, jumlah nematoda, dan ekspresi gen PBZ1 padi. Deteksi gen ketahanan PBZ1 dilakukan dengan one step reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) menggunakan primer spesifik PBZ1F dan PBZ1R. Berdasarkan parameter hasil panen, populasi A. besseyi, dan ekspresi gen PBZ1, respons ketahanan varietas padi terhadap infestasi A. besseyi dibagi menjadi tiga kategori ketahanan, yaitu tahan (‘Ciherang’, ‘Utri Merah’, dan ‘Utri Rajapan’), toleran (‘Inpago 7’, ‘IPB 3S’, ‘Prima’, dan ‘Situ Bagendit’), dan rentan (‘Inpara 3’ dan ‘Inpara 4’). Infestasi A. besseyi menginduksi ekspresi gen PBZ1 pada varietas uji dengan intensitas berbeda tergantung tingkat ketahanan varietas. Varietas ‘Ciherang’, ‘Inpago 7’, ‘Situ Bagendit’, ‘Utri Merah’, dan ‘Utri Rajapan’ menunjukkan ekspresi gen PBZ1 tinggi baik sebelum maupun setelah infestasi A. besseyi. Intensitas ekspresi gen PBZ1 yang tinggi sebelum infestasi A. besseyi menunjukkan varietas ini merupakan sumber potensial varietas tahan terhadap A. besseyi. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi antara tingginya ekspresi gen PBZ1 dengan ketahanan varietas padi terhadap A. besseyi.
Keefektifan Tumbuhan Rorippa indica sebagai Biofumigan untuk Pengendalian Nematoda Puru Akar pada Tanaman Mentimun: Effectiveness of Rorippa indica as a Biofumigant for Controlling Root Knot Nematodes on Cucumber Plants Bramasta, Muhammad Willy; Supramana; Abdul Munif
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol. 20 No. 6 (2024): November 2024 - IN PROGRESS
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14692/jfi.20.6.295-304

Abstract

Meloidogyne spp. merupakan nematoda parasit penting pada berbagai tanaman yang menyebabkan gejala penyakit seperti puru akar, kerdil, daun menguning, dan tanaman menjadi layu. Nematisida botani memiliki potensi menjanjikan sebagai metode pengendalian nematoda. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi Rorippa indica sebagai biofumigan dalam mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne incognita). Percobaan biofumigasi dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu percobaan laboratorium dan rumah kaca dengan masa inkubasi selama 14 hari untuk proses biofumigasi. Percobaan di laboratorium menggunakan polibag berisi 100 g tanah yang diinfestasi 100 juvenil 2 (J2) M. incognita sebelum perlakuan biofumigasi. Potongan batang, daun, dan seluruh bagian tumbuhan R. indica dicampurkan pada polibag dengan bobot bahan 1.3, 2.3, dan 3.9 g sebagai perlakuan. Percobaan di rumah kaca dilakukan dengan menambahkan potongan R. indica dengan bobot bahan 150 g per polibag yang berisi 3 kg tanah dan telah diinfestasi 300 J2 M. incognita. Tanaman mentimun berumur 7 hari setelah semai dipindahkan ke dalam polibag yang telah dibiofumigasi dan diamati selama 6 minggu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa biofumigasi menggunakan R. indica dalam skala laboratorium terbukti efektif mengurangi populasi nematoda sebesar 87%, sedangkan pada skala rumah kaca menyebabkan perbedaan pembentukan puru yang signifikan dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini berkaitan dengan hasil analisis GC-MS yang menunjukkan kandungan terpenoid pada ekstrak R. indica. Perlakuan R. indica dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman mentimun dibandingkan kontrol.