Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN REGULASI EMOSI PADA PENINGKATAN OPTIMISME MASA DEPAN Devana Agripinata; Kartika Sari Dewi
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 (Agustus 2013)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.816 KB) | DOI: 10.14710/empati.2013.7357

Abstract

Narapidana remaja adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan khusus anak. Remaja yang hidup di lingkungan lapas akan mengalami tekanan dan mengembangkan emosi-emosi negatif. Hal tersebut menyebabkan mereka membangun pandangan-pandangan negatif sehingga menjadi remaja yang pesimis. Strategi regulasi emosi yang tepat diharapkan dapat membantu narapidana remaja dalam membangun emosi-emosi dan pandangan yang lebih positif. Selanjutnya juga dengan menerapkan ketrampilan regulasi emosi yang tepat, narapidana dapat menjadi lebih optimis dalam memandang masa depannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pelatihan ketrampilan regulasi emosi pada peningkatan optimisme masa depan narapidana remaja di Lapas Anak Klas IIA Kutoarjo.Penelitian ini dilakukan dengan jenis rancangan eksperimen kuasi atau semu. Subjek penelitian berjumlah 16 orang yang terdiri atas 8 orang sebagai kelompok eksperimen dan 8 orang sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan skala Optimisme Masa Depan yang terdiri dari 20 aitem (α=0, 862).Uji hipotesis menggunakan metode Wilcoxon menunjukkan bahwa p= 0,360 (p>0,05). Hipotesis penelitian ini ditolak, yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara pelatihan ketrampilan regulasi emosi dengan peningkatan optimisme masa depan pada narapidana remaja di Lapas Anak Klas IIA Kutoarjo. Scheier dan Carver menyatakan bahwa pembentukan optimisme menyinggung berbagai peristiwa dalam kehidupan individu. Pelatihan Ketrampilan Regulasi Emosi yang hanya mengambil aspek-aspek dari emosi kurang berpengaruh pada optimisme masa depan. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya tentang optimisme hendaknya lebih memperhatikan aspek-aspek yang lebih tepat digunakan dalam pelatihan untuk dapat meningkatkan optimisme masa depan.
DISTRES DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS DIPONEGORO Novianita Ayu Pramestuti; Kartika Sari Dewi
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014 (Oktober 2014)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.514 KB) | DOI: 10.14710/empati.2014.7606

Abstract

Distres adalah respon emosional dan fisiologis terhadap peristiwa yang dinilai menekan, mengancam, dan memberikan dampak negatif bagi individu yang ditandai dengan gejala depresi dan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan negatif antara tipe-tipe dukungan sosial teman sebaya dan distres pada mahasiswa tahun pertama Universitas Diponegoro. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 7838, dengan menggunakan two stage cluster sampling didapatkan jumlah sampel 367 mahasiswa tahun pertama Universitas Diponegoro. Pengumpulan data menggunakan dua skala psikologi, yaitu Skala Distres dan Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya memiliki hubungan negatif dengan distres pada mahasiswa tahun pertama Universitas Diponegoro. Apabila dukungan sosial teman sebaya tinggi maka distres yang dialami rendah, sebaliknya apabila dukungan sosial teman sebaya rendah maka distres yang dialami tinggi.
KEBAHAGIAAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DIFABEL Gilang Kartika Adi Perdana; Kartika Sari Dewi
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015 (Oktober 2015)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.904 KB) | DOI: 10.14710/empati.2015.13554

Abstract

Riset-riset sebelumnya membuktikan bahwa kebahagiaan berhubungan dengan kesehatan seseorang. Selain itu, kebahagiaan juga dapat mempengaruhi hubungan sosial individu. Oleh karena itu, orangtua yang dapat merasakan kebahagiaan, akan dapat melakukan tanggung jawabnya dengan baik sebagai ayah atau ibu serta dapat menjalin relasi yang baik dengan anggota keluarga lain maupun lingkungan sekitar, sehingga tercipta keluarga yang harmonis. Penelitian ini bermaksud memahami bagaimana kebahagiaan yang dialami oleh ibu dengan kondisi anaknya yang difabel. Pendekatan fenomenologis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis IPA (Interpretative Phenomenological Analysis).  Prosedur tersebut bertitik fokus pada eksplorasi pengalaman yang diperoleh subjek melalui kehidupan pribadi dan sosialnya. Subjek yang terlibat dalam penelitian berjumlah tiga orang, yaitu ibu yang memiliki anak dengan kondisi difabel. Penelitian ini mengungkapkan bahwa ibu dengan anak difabel mengalami kebahagiaan ketika merasa mampu berperan dengan baik dalam proses membesarkan anak sehingga anak berhasil. Kebahagiaan yang dialami ibu muncul ketika ibu dapat menerima kondisi anaknya, yang kemudian memunculkan prioritas hidup pada ibu. Prioritas hidup tersebut akan memunculkan gambaran positif lingkungan dan emosi positif dalam diri ibu. Religiusitas serta dukungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya penerimaan ibu terhadap kondisi anaknya yang difabel, sedangkan makna anak difabel bagi ibu adalah pemberian dari Tuhan. Penilaian ibu terhadap anak tersebut turut mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kondisi anak.
RELASI AYAH-ANAK PADA AYAH DENGAN ANAK SKIZOFRENIA: Studi Fenomenologis dengan Interpretative Phenomenological Analysis Isnanur Khurotul Aini; Kartika Sari Dewi
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015 (Oktober 2015)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.523 KB) | DOI: 10.14710/empati.2015.14365

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ayah berelasi dengan anak skizofrenia dan interaksi yang terjalin antara ayah dan anak. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologis dengan menggunakan analisis Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang ayah berusia 47-70 tahun, dengan anak yang didiagnosa Skizofrenia di usia remaja. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur. Transkrip wawancara dianalisis untuk mendapatkan tema-tema yang dikelompokkan ke dalam tiga tema pokok, yaitu (1) interaksi negatif, (2) respon pada kondisi anak (3) kondisi stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi yang terjadi antara subjek dengan anak kurang mendalam. Interaksi negatif terjadi pada subjek dengan anak dikala interaksi tersebut berjalan kurang baik. Kondisi stres dirasakan oleh subjek karena subjek merasa sudah tidak bisa menghadapi anak. Interaksi yang terjalin antara subjek-anak memiliki batasan, dan anak membatasi diri untuk tidak dekat dengan subjek. Subjek pun membatasi diri dengan anak. Subjek tidak membatasi pergaulan anak di luar rumah, dan membebaskan anak berteman dengan siapa saja. Subjek memiliki pengelolaan emosi yang tidak terbuka pada istri subjek, subjek hanya memendamnya saja. Sehingga pengelolaan stres pada subjek hanya dilakukan subjek saja dan subjek mencoba untuk beradaptasi terhadap perubahan yang ada pada anak. Dari relasi yang terjadi antara subjek dengan anak membentuk pola interaksi yang patologis antara subjek dengan anak. 
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERAKSIONAL ORANGTUA DAN ANAK DENGAN EFIKASI DIRI DALAM PERSIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XI DI SMK WALISONGO SEMARANG Siti Amalia; Kartika Sari Dewi
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 (Agustus 2013)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.29 KB) | DOI: 10.14710/empati.2013.7379

Abstract

Tingginya angka pengangguran di Indonesia perlu diatasi dengan strategi yang efektif. Salah satu caranya dengan menyiapkan mental untuk kesiapan kerja melalui peningkatkan efikasi diri dalam persiapan kerja. Efikasi diri dalam persiapan kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor eksternal dipengaruhi oleh persuasi sosial dan pengalaman vikarius yang didapatkan dari orangtua. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dan sumbangan efektif komunikasi interaksional orangtua dan anak terhadap efikasi diri dalam persiapan kerja.Populasi dalam penelitian ini 136 siswa dengan sampel penelitian 95 siswa. Penentuan sampel menggunakan simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Skala Komunikasi Interaksional Orangtua dan Anak terdiri dari 24 aitem ( 0,906) dan Skala Efikasi Diri dalam Persiapan Kerja terdiri dari 39 aitem (  0,932).Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi rxy=0,486 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti bahwa ada hubungan positif  yang signifikan antara komunikasi interaksional orangtua dan anak dengan efikasi diri dalam persiapan kerja. Semakin tinggi komunikasi interaksional orangtua dan anak semakin tinggi efikasi diri dalam persiapan kerja, dan sebaliknya. Sumbangan efektif yang diberikan komunikasi interaksional orangtua dan anak terhadap efikasi diri dalam persiapan kerja sebesar 23,7%. Analisis data tambahan dalam penelitian ini menggunakan analisis varian satu jalur menunjukkan jenis pekerjaan orangtua tidak mempengaruhi efikasi diri dalam persiapan kerja pada anak.
PROFESI GURU YANG DIJALANI PENYANDANG TUNARUNGU Evi Pujiyanti; Kartika Sari Dewi; Costrie Ganes Widayanti
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 (Agustus 2013)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.142 KB) | DOI: 10.14710/empati.2013.7358

Abstract

Keterbatasan pendengaran yang dimiliki penyandang tunarungu berpengaruh terhadap tugas perkembangan hidupnya, namun hal tersebut ternyata tidak menghalangi penyandang tunarungu untuk dapat berprofesi sebagai guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai profesi guru yang dijalani oleh penyandang tunarungu.Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Subjek kasus penelitian ini adalah penyandang tunarungu yang berprofesi guru, laki-laki dewasa madya yang telah berkeluarga, memenuhi kriteria diagnosis tunarungu serta tidak memiliki gangguan psikopatologis selain tunarungu,.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang tunarungu pernah menjalani jenis profesi lain sebelum berprofesi sebagai guru. Profesi guru diperoleh setelah melakukan pendekatan terhadap siswa dan mengajukan diri langsung ke sekolah. Profesi guru yang dipilih penyandang tunarungu muncul karena motivasi intrinsik seperti rasa pesimis bekerja di tempat lain, kepedulian dan keinginan memajukan penyandang tunarungu, serta motivasi ekstrinsik, yakni tuntutan kepala keluarga sebagai pencari nafkah dan status PNS. Tantangan internal yang dihadapi selama menjadi guru yaitu,rasa terpaksa, kesejahteraan kurang terpenuhi, dan reaksi emosi berupa marah dan kesal terhadap siswa. Tantangan eksternal yang dihadapi ialah hambatan diangkat PNS, keterbatasan komunikasi siswa, dan gangguan tambahan siswa penyandang tunarungu. Keputusan bertahan menjadi guru dipengaruhi oleh faktor internal, yakni penyesuaian diri, komitmen, spiritual focus coping, bangga serta tenang menjadi guru dan PNS. Kesempatan memperoleh gaji yang lebih besar ketika diangkat PNS kelak merupakan faktor eksternal untuk bertahan menjadi guru.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lingkungan memandang profesi guru yang dijalani penyandang tunarungu sebagai bentuk pengabdian, pemberdayaan alumni, prestasi, dan jalan untuk mencari nafkah.
PENGALAMAN IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNARUNGU Sinta Dewi Parahita; Kartika Sari Dewi; Nailul Fauziah
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014 (Oktober 2014)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.145 KB) | DOI: 10.14710/empati.2014.7619

Abstract

Setiap ibu berharap melahirkan anak yang sempurna. Namun, sebagian anak terlahir mengalami kecacatan. Salah satu kecacatan yang dialami adalah tunarungu. Tunarungu adalah mengalami kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan sebagian atau seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan hambatan perkembangan bahasa. Tujuan penelitian adalah menggambarkan dinamika pengalaman ibu yang memiliki anak tunarungu. Subjek berjumlah tiga orang dengan karakteristik adalah memiliki anak lebih dari dua, memiliki anak tunarungu berusia 6-8 tahun, anak memiliki taraf hilangnya pendengaran antara 60 dB sampai lebih dari 100 dB, dan ibu yang tidak bekerja. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan materi audio visual. Berdasarkan hasil penelitian dinamika pengalaman ibu yang memiliki anak tunarungu, yaitu dimulai dari kehamilan pada subjek #1 dan #3 sedangkan subjek #2 diawali dari kelahiran anak. Ketiga subjek melewati tahapan yang sama, yaitu anak dideteksi tunarungu. Ketunarunguan anak memunculkan beragam reaksi seperti sedih, tidak percaya, shock, perasaan ambivalen, terpukul, dan bingung. Ketunarunguan anak memunculkan masalah dalam keluarga dan masyarakat. Masalah yang muncul berdampak munculnya perasaan down, stres, sakit hati, kecewa, putus asa, rasa bersalah, rendah diri, cemas, trauma, ketidakpuasan pernikahan, dan berhenti kerja. Dampak yang muncul diatasi subjek dengan coping. Namun, subjek #3 tidak melakukan coping. Tidak hanya coping, ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain agama, hubungan suami dan istri yang baik, dukungan keluarga, dukungan sosial, dan penerimaan sosial. Coping dan faktor-faktor yang mempengaruhi menyebabkan subjek berpandangan positif mengenai anak dan muncul harapan untuk anak.
HUBUNGAN ANTARA KETIDAKPUASAN BENTUK TUBUH DENGAN INTENSI MELAKUKAN PERAWATAN TUBUH PADA WANITA DEWASA AWAL Arsanti Oktawati Suseno; Kartika Sari Dewi
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014 (Agustus 2014)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.271 KB) | DOI: 10.14710/empati.2014.7535

Abstract

      Wanita dewasa awal memiliki kebutuhan yang relatif lebih besar dalam memperhatikan tubuh dan penampilannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, muncul keinginan merawat serta memelihara tubuh yang bertujuan untuk menjaga kecantikan wajah, kulit, dan bentuk tubuh yang disebut dengan intensi melakukan perawatan tubuh. Perawatan tubuh yang dilakukan di klinik kecantikan maupun pusat kebugaran bertujuan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh wanita yang dapat menyebabkan ketidakpuasan bentuk tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara ketidakpuasan bentuk tubuh dan intensi melakukan perawatan tubuh pada wanita dewasa awal.      Subjek dalam penelitian ini adalah 37 orang wanita dewasa awal yang melakukan perawatan tubuh di klinik kecantikan dan pusat kebugaran yang diperoleh melalui teknik sampling convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Ketidakpuasan Bentuk Tubuh (25 aitem, α = 0,855) dan Skala Intensi Melakukan Perawatan Tubuh (25 aitem, α = 0,859), yang telah diujicobakan pada 56 orang responden.      Hasil analisis data dengan korelasi Spearman rho menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0,260 dengan p = 0,060. Hasil tersebut menunjukkan arah hubungan negatif yang tidak signifikan antara ketidakpuasan bentuk tubuh dengan intensi melakukan perawatan tubuh pada wanita dewasa awal.
RELATIONSHIP BETWEEN OF PERCEPTION OF PERSONALITY DEVELOPMENT PROGRAM WITH SELF-CONTROL FOR PRISONER IN WOMEN PRISON CLASS IIA SEMARANG Ervina Safitri; Kartika Sari Dewi
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 2, Nomor 4 Tahun 2013 (Oktober 2013)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.392 KB) | DOI: 10.14710/empati.2013.7401

Abstract

Increasing of women criminality levels in Indonesia one of them is because low self-control. Self-control is influenced by socialization, cognitive, and emotional adjustment factors. Socialization factors create cultivation of good values for prisoner through the perception of personality development. This study aimed to know the relationship between perceptions of personality development program with self-control for prisoner in Women prison Class IIA Semarang.Population in this research is 236 prisoner with 142 prisoner sample. Random sampling technique is used in this research. Participant were ask to complete 28 item of non verbal aggresivity scale (α=0.925) and 45 item perception of mental improvement scale (α=0.934). Data collection using the Scale Perceptions of Personality Development Program consists of 33 aitem (α = 0.928) and the Self-Control Scale consists of 24 aitem (α = 0.893).Simple regression analysis results indicate a positive and significant relationship between perceptions of personality development program with self-control for prisoner shown by the number of correlation r xy = 0.604 and p = 0.000 (p <0.05) so that the hypothesis that there is a positive relationship between perceptions the personality development program with self-control is acceptable. Relationship between the two variables is if the perception of personality development program is more positive, then the level of self-control is also higher. Otherwise, if the perceptions of personality development program is more negative, than the self-control is also lower.
Challenges in Implementing Health Protocols of COVID-19 for People with Visual Loss Costrie Ganes Widayanti; Kartika Sari Dewi
INKLUSI Vol. 9 No. 1 (2022)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ijds.090104

Abstract

COVID-19 has caused tremendous challenges for people with disabilities, such as those with vision loss, which affect their daily lives. This qualitative study was undertaken on six participants with vision loss to understand the challenges they had when implementing health protocols in the prevention of COVID-19. Open coding, axial coding, and selective coding were conducted to analyse the data. The study also pointed out that participants experienced physical, psychological, economic and social challenges in exercising the health protocols of COVID-19, such as in implementing physical distancing and wearing face masks. The participants felt alienated because of their limited direct interactions and experienced loss of income. Online learning caused minimize learning experiences and accessibility problems. These challenges potentially widen discrimination and inequality practices for people with disabilities in Indonesia with COVID-19 mitigation preparedness plan. COVID-19 telah menimbulkan tantangan bagi penyandang disabilitas, termasuk mereka dengan hambatan visual, yang mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang bertujuan untuk memahami tantangan dan strategi yang dilakukan partisipan dengan hambatan visual berkaitan dengan melaksanakan kebijakan protokol kesehatan. Open coding, axial coding, dan selective coding dilakukan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan mengalami tantangan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi selama menjalankan protokol kesehatan COVID-19, yang meliputi penggunaan masker dan menjaga jarak. Partisipan menilai adanya pembatasan sosial menimbulkan perasaan terasing karena interaksi tidak dapat dilakukan secara leluasa dan berkurangnya bahkan hilangnya pendapatan. Pembelajaran online mengakibatkan terbatasnya pengalaman belajar dan akses terhadap materi pembelajaran. Tantangan ini berpotensi memperkuat praktik diskriminasi, yang telah terjadi sebelumnya sehingga semakin memperlebar praktik eksklusi bagi penyandang disabilitas di Indonesia, terutama berkaitan dengan manajemen mitigasi penanganan bencana COVID-19.