Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

STATUS VITAMIN A DAN ZAT BESI ANAK INDONESIA Ernawati, Fitrah; Sandjaja, nFN; Soekatri, Moesijanti
GIZI INDONESIA Vol 36, No 2 (2013): September 2013
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.372 KB)

Abstract

Zat besi dan vitamin A mempunyai peran penting dalam pertumbuhan anak. Kekurangan kedua zat gizi tersebut mempunyai dampak yang luas terhadap, tumbuh kembang anak. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui status anemia dan status vitamin A anak Indonesia. SEANUTS adalah survai status gizi anak 0,5-12,9 tahun multi-center study dengan rancangan potong lintang yang dilaksanakan pada tahun 2011 di Indonesia yang mencakup 48 kabupaten/kota. Data yang dikumpulkan antara lain biokimia darah, termasuk hemoglobin, ferritin, dan vitamin A serum. Penentuan kadar hemoglobin dengan Cyanmethemoglobin, ferritin dengan ELISA, kadar serum vitamin A menggunakan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia tertinggi ditemukan pada kelompok umur 0,5-0,9 tahun yang tinggal di perdesaan yaitu 61,9 persen dibandingkan pada kelompok umur 9,0-12,9 tahun yaitu 11,4 persen. Demikian pula dengan prevalensi kurang besi, pada kelompok umur 1,0 - 2,9 tahun sebesar 29,7 persen, sedangkan pada kelompok umur 9,0-12,9 tahun hanya 5,3 persen. Prevalensi kekurangan vitamin A di perkotaan, pada kelompok umur 1,0-2,9 tahun tidak dijumpai masalah kurang vitamin A (0,0 persen), namun di perdesaan dijumpai sebanyak 3,1 persen, sementara itu pada kelompok usia 9,0-12,9 tahun di perkotaan dijumpai sebesar 4,9 persen dan di perdesaan sebesar 4,8 persen. Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan kategori berat terutama pada anak di bawah usia 3 tahun. Kekurangan zat besi lebih banyak ditemui pada anak kelompok usia dibawah 3 tahunABSTRACT VITAMIN A AND IRON STATUS OF INDONESIAN CHILDREN The aim of this study was to identify the iron and vitamin A status in Indonesian children. SEANUTS Indonesia covered children of age 0.5-12.9 years old from 48 sub-districts. The study collected biochemical parameters which included iron, ferritin and serum vitamin A status.  Hemoglobin was determined by Cyanmethemoglobin, ferritin by ELISA and serum vitamin A serum by HPLC. The prevalence of anemia was lower (11.4 %) in the older children (9.0-12.9 years) compared to younger children (0.5-0.9 years) were 61.9 % which was found in the rural area. Similarly, the prevalence of iron deficiency was lower (5.3 %) in the older children (9.0-12.9 years) compared to younger children (0.5-0.9 years) were 29.7 % which was found in the rural area. In contrast, the prevalence of retinol deficiency was higher (4.9 %) in the older children (9.0-12.9 years) compared to younger children (0.5-0.9 years) were 0,0 % which was found in the urban area, and it was higher (4.8 %) in the older children (9.0-12.9 years) compared to younger children (0.5-0.9 years) were 3.1 % which was found in the rural area.  Anemia among children under 3 years old remains a severe public health problem. Iron deficiency more prevalent among children under 3 years oldKeywords: vitamin A status, iron status, Indonesian children
HUBUNGAN ANTENATAL CAREDENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI INDONESIA (ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2010) Ernawati, Fitrah; Kartono, Djoko; Puspitasari, Dyah Santi
GIZI INDONESIA Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.245 KB)

Abstract

Prevalensi BBLR di Indonesia cukup tinggi mencapai 11,5 persen (Riskesdas 2007). Berat badan lahir sangat berpengaruh terhadap status kesehatan di masa dewasa. Berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir kurang dari 2500 gr, berkorelasi erat dengan penyakit degenerative diusia dewasa (Barker 1998). Tujuan penelitian adalah meneliti hubungan kunjungan antenatal dengan berat badan lahir di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjutdata Riskesdas 2010. Sampel penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia satu tahun ke bawah yang mempunyai data berat badan lahir dari sampel Riskesdas 2010. Jumlah sampel 2926 anak usia kurang dari satu tahun. Variabel yang diteliti meliputi: ANC, paritas, umur ibu saat melahirkan, jarak kelahiran, ditimbang saat ANC, diukur tinggi badan, diukur tekanan darah, diperiksa air seni,diperiksa darah (hb),dijelaskan tanda komplikasi, disuntik TT, diberi pil besi, tinggi badan ibu, status ekonomi. ANC dikatagorikan baik jika memenuhi syarat minimal satu kali kunjungan pada trimester satu, satu kali pada trimester dua dan dua kali pada trimester tiga. Untuk mengetahui hubungan ANC dengan kejadian BBLR menggunakan uji statisik regresi logistik Ganda. Hasil uji bivariat menemukan variabel yang berpotensi menjadi variabel yang berhubungan dengan berat badan lahir (p<0,05) yaitu kunjungan ANC, penjelasan tanda komplikasi saat ANC, dan jarak lahir. Setelah dilakukan uji multivariate menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ANC dengan kejadian BBLR dengan OR 1.8 (CI 95%: 1.3 - 2.5). Artinya ibuyang melakukan kunjungan ante-natal care lebih dari 4 kali mempunyai peluang untuk tidak melahirkan anak BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan ante-natal care kurang dari 4 kali. Hasil uji interaksi dan uji confounding tidak menemukan adanya interaksi diantara variabel independen dan pengaruh variabel confoundingterhadap hubungan antara ANC dengan kejadian BBLR.Kata kunci: antenatal care, BBLR, paritas, jarak kelahiran
DESAIN PENELITIAN SOUTH-EAST ASIAN NUTRITION SURVEY (SEANUTS) DI INDONESIA Sandjaja, nFN; Budiman, Basuki; Harahap, Heryudarini; Ernawati, Fitrah; Soekatri, Moesijanti; Widodo, Yekti; Sumedi, Edith; Sofia, Gustina; Effendi, Rustan; Syarief, Hidayat; Minarto, nFN
GIZI INDONESIA Vol 36, No 2 (2013): September 2013
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.095 KB)

Abstract

South-East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) merupakan multi-center study yang dilakukan di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam yang diprakarsai oleh FrieslandCampina Belanda tahun 2011 untuk mengetahui besaran masalah gizi utama di masing-masing negara. SEANUTS merupakan studi komprehensif gizi yang mengumpulkan data antropometri gizi (berat, tinggi badan, tinggi duduk, lapisan lemak bawah kulit, lingkaran lengan atas, lebar lengan tangan, siku, lutut), biokimia gizi (vitamin A, D, Hb, ferritin, DHA), iodium urine, perkembangan mental/ kognitif dan motorik, aktivitas fisik, kualitas tulang, konsumsi makanan, dan morbiditas. Tulisan ini menjelaskan desain umum SEANUTS. Desain SEANUTS adalah studi potong lintang (cross-sectional). Sampel adalah anak umur 0,5-12,9 tahun sebanyak 7211 anak yang dipilih dengan metode two-stage randomized cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan sesuai dengan data yang dikumpulkan. Enumerator terlatih mengumpulkan data morbiditas, antropometri, aktivitas fisik, kualitas tulang, perkembangan mental dan kognisi, konsumsi makanan, urin. Pemeriksaan klinis oleh tenaga medis setempat, pengambilan darah oleh plebotomis. Tulisan-tulisan dalam nomor majalah ini berisi hasil deskriptif tentang besaran masalah gizi makro dan mikro di Indonesia, konsumsi makanan, aktivitas fisik, dan perkembangan mental, sedangkan tulisan ini menjelaskan desain umum SEANUTS
FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA IBU MENYUSUI DI RUMAH TANGGA MISKIN sudikno, nFN; Jus'at, Idrus; Sandjaja, nFN; Ernawati, Fitrah
GIZI INDONESIA Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.303 KB)

Abstract

Anemia pada ibu menyusui menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, khususnya di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko anemia pada ibu menyusui. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di kabupaten Tasikmalaya dan kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Desain penelitian cross-sectional yang melibatkan 229 ibu menyusui dari keluarga miskin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hemoglobin pada ibu menyusui sebesar 13,28±1,56 g/dl. Prevalensi anemia pada ibu menyusui sebesar 17, 9 persen. Analisis regresi logistic multivariate menunjukkan bahwa faktor kecukupan vitamin A dan umur ibu berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu menyusui. Ibu menyusui yang kekurangan vitamin A cenderung berisiko untuk mengalami anemia sebesar 4,58 kali setelah dikontrol variable umur ibu (OR=4,58; p=0,001, 95% CI: 1,86-11,26)  dibandingkan ibu menyusui tidak kekurangan vitamin A. Rekomendasinya adalah perbaikan gizi pada ibu menyusui melalui pemberian makanan tambahan maupun penambahan mikronutrien sangat diperlukan. Di samping itu, penyuluhan tentang penundaan usia kehamilan  juga bisa menjadi program alternatif pencegahan anemia.ABSTRACT ANEMIA RISK FACTORS IN LACTATING MOTHERS AMONG POOR HOUSEHOLDS Anemia in Lactating mothers is still one of public health problem, particularly in developing countries. This study aims to determine the risk factors of anemia in lactating  women. This study was conducted from June -July 2011 in Tasikmalaya and Ciamis Districts, West Java Province. Design of the study was cross-sectional study involving 229 breastfeeding women from poor families. The result showed that the average hemoglobin in breastfeeding mothers was 13.28 ± 1.56 g/dl. The prevalence of anemia in lactating  women was 17.9 percent. Multivariate logistic regression analysis showed that factors adequacy of vitamin A and maternal age were associated with maternal anemia during breastfeeding. Lactating  women who were deficient in vitamin A tended to have anemia experience was 4.58 times after controlled by maternal variables (OR = 4.58; p = 0.001, 95% CI: 1.86-11.26) compared  to those  who were not deficient in vitamin A. It  is recommended  to improve nutrition among lactating  women through supplementary feeding with  micronutrients addition. Furthermore, the extension of delay marriage age is also an alternative programs to prevent anemia.Keywords: risk factors, anemia, lactating women
STATUS VITAMIN D TERKINI ANAK INDONESIA USIA 2,0-12,9 TAHUN Ernawati, Fitrah; Budiman, Basuki
GIZI INDONESIA Vol 38, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.732 KB)

Abstract

Masalah kurang vitamin D merupakan masalah gizi terbaru yang menjadi perhatian saat ini. Berbagai studi di luar negeri, baik di negara sub-tropis maupun tropis, menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi. Di Indonesia belum banyak laporan tentang status vitamin D pada anak dan kelompok lain. Studi ini bertujuan mengetahui status vitamin D pada anak umur 2,0-12,9 tahun di Indonesia dan faktor yang berperan. Analisis menggunakan data anak usia 2,0 – 12,9 tahun dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) yang dikumpulkan tahun 2011. Desain penelitian adalah potong lintang di 48 Kabupaten di Indonesia. Pengukuran kadar 25-hydroxyvitamin D [25(OH)D] menggunakan enzym immuno assay. Analisis data menggunakan ANOVA and korelasi. Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar vitamin D anak umur 2,0-12,9 tahun 52.6 + 0,7 nmol/L. Prevalensi deficiency vitamin D (serum 25(OH)D < 25 nmol/L), insufficiecy (25-49 nmol/L), inadequate (50-74 nmol/L), dan desirable (> 75 nmol/L) berturut-turut 0%, 45,1%, 49,3%, dan 5,6%. Kadar vitamin D lebih tinggi pada anak lelaki (54,7±0,9 nmol/L) dibanding perempuan (49,9±1,0 nmol/L). Dijumpai hubungan positif antara lama melakukan aktifitas diluar rumah dengan kadar vitamin D (r=0,164, p=0,012). Kadar vitamin Dpada anak kelompok umur 2,0-2,9 tahun yaitu 54,0±2,3 nmol/l, sedangkan pada anak kelompok umur 9,0-12,9 tahun yaitu 50,3 ± 1,4 nmol/l. Kadar vitamin D anak yang tinggal di kota (52,5 nmol/l) tidak berbeda dengan anak yang tinggal di desa (52,6 nmol/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status vitamin D pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian.ABSTRACT CURRENT STATUS OF VITAMIN D IN INDONESIAN CHILDREN 2,0-12,9 YEARS OLD Vitamin D deficiency is an emerging nutritional problem. Studies in subtropical and tropical countries have shown high prevalence of vitamin D deficiency. However, the vitamin D status of school children and other groups in indonesia is still underreported. The objective of this study is to assess vitamin D status and its associated factors in children aged 2.0-12.9 year. The data used for the analysis is secondary data of children 2.0-12.9 year old taken from the cross-sectional study of South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) conducted in 48 districts in 2011. Serum 25-hydroxyvitamin D [25(OH)D] level was measured using enzyme immuno assay. Statistical analysis of data used ANOVA and Correlation test. The results showed that the mean serum 25(OH)D was 52.6 + 0,7 nmol/L. The prevalence of vitamin D deficiency (serum 25(OH)D < 25 nmol/L), insufficiency (25-49 nmol/L), inadequate (50-74 nmol/L), and desirable (> 75 nmol/L) were 0%, 45.1per cent, 49.3per cent, dan 5.6per cent ,respectively. Vitamin D level in boys (54,0±2,3 nmol/L) was higher than in girls (49.9±1.0 nmol/L). There was an association between vitamin D levels with outdoors activity (r=0.164, p=0.012). Mean vitamin D level in children aged 2,0-2,9 years was 54.0±2.3 nmol/l, while in children aged 9.0-12.9 years was 50,3 ± 1,4 nmol/l. There was no significant difference of vitamin D level between urban children (52.5 nmol/L) and rural children (52.6 nmol/L). The study draws our attention to vitamin D status in children 2.0-12.9 years old..Keywords: vitamin D status, children aged 1,0-12,9 years, outdoors activity 
PENGARUH SUPLEMANTASI VITAMIN C DIBANDINGKAN DENGAN MULTI VITAMIN-MINERAL TERHADAP STATUS ZAT GIZI ANTIOKSIDAN PADA WANITA PEKERJA Ernawati, Fitrah; ., Rimbawan; Riyadi, Hadi; T.Wibawan, I.Wayan; ., Muhilal
GIZI INDONESIA Vol 32, No 1 (2009): Maret 2009
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.254 KB)

Abstract

EFFECT OF THE VITAMIN C SUPLEMENTATION TOWARD MULTI VITAMIN-MINERAL ON THE STATUS OF NUTRITIONAL ANTIOXIDANT IN WOMAN WORKERSMicronutrients, both vitamins and minerals are needed by the body in limited quantities, but their roleis essential to the body. To fulfill vitamin and mineral requirements, consumption of variant andbalanced diet is needed because most vitamins and minerals are not produced by our body. Foodsupplements can be a good alternative in providing sufficient amount of micronutrient if intake fromdietary sources are not enough. This research was intended to analyse the effect of multi vitaminmineral (MVM) supplementationcompared to a single nutrient supplementation (Vit C 1000 mg) ondietary antioxidant status. It was conducted on Februari 2008and thedesign of this research was adouble blind randomized controlled trial. There were 92 samples aged 20-45 years old, healthy(physically and clinically), did not consume alcohol, did not smoke and were willing to partipate in theresearch. Multi vitamin-mineral supplementation increased serum concentration of vitamin E andsuperoxide dismutase (SOD) significantly(p<0.05), while single supplementation of vitamin C 1000 mgimproved only vitamin C status. Suplementation of multi vitamin-mineral reduced free radicals byimproving superoxide dismutase (SOD) status. Keywords: multi vitamin-mineral supplementation, superdioxide dismutase status, vitamin Estatus, viin C status.
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BATITA STUNTING: SYSTEMATIC REVIEW Rosmalina, Yuniar; Luciasari, Erna; Aditianti, Aditianti; Ernawati, Fitrah
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.446 KB)

Abstract

Stunting in children less than three years is manifestation of chronic nutrient deficiency during pre and postnatal period. The objective of this syatematic review is to find and to determine the effects of nutrients intervention on the linier growth of children under 3 years. In this systematic review, Medline, Pubmed, Google Search or bibliography were searched for RCTs and have full text included in this analysis. The 16 articles were meet criteria for further analysis. Out of 16 articles 2 were intervented single nutrient, 6 articles using 2-3 nutrients, 5 article using multi-micronutrients, 3 articles with nutrient and carbohydrate food source. Out of 8 articles which using single nutrient (Vitamin A, Zinc or DHA) and combination single nutrient showed 3 articles have significant effect on linier growth of the children. The supplementation of multri-micronutrient 2 articles showed positive influence to linier growth. There was no significant effect of the intervention using nutrients combined with carbohydrate food source (solid food, porridge, maize) after 6 months. The conclusion was the intervention regarding combating stunting of children less than 3 years were available, whether single nutrient or multi-macronutrients. Though no conclusive to prevent stunting children. ABSTRAK  Stunting pada balita merupakan manifestasi dari kekurangan zat gizi kronis, baik saat pre- maupun post-natal. Review bertujuan mendapatkan cara pencegahan terjadinya stunting pada anak di bawah tiga tahun (batita) dan memperoleh data efikasi makro atau zat gizi mikro untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi dan anak batita. Artikel dikumpulkan dengan melakukan penelusuran secara komputer melalui MEDLINE, PUBMED, Google Search atau bibliografi dari artikel yang ditelusur. Hanya artikel dengan desain Randomized Control Trial (RCT) dan yang mempunyai teks penuh (full text) yang akan dimasukkan dalam review ini. Diperoleh 16 artikel dengan subjek bayi atau anak batita untuk diikutkan dalam analisis ini. Dari 16 artikel yang telah diekstraksi, ada 6 artikel dengan jenis intervensi kombinasi zat gizi (2-3 zat gizi), 5 artikel jenis intervensi multi-zat-gizi-mikro, 3 artikel intervensi dengan kombinasi zat gizi dan makanan serta 2 artikel intervensi dengan zat gizi tunggal. Hasil telaah terhadap 8 artikel intervensi menggunakan zat gizi tunggal (Vitamin A, Fe, Zn atau DHA) dan kombinasi zat gizi menunjukkan hasil yang berbeda, terdapat 3 artikel yang menunjukkan pemberian zat gizi tunggal memberikan peningkatan panjang badan yang signifikan. Pada pemberian multi-zat-gizi-mikro, terdapat 2 artikel yang memperlihatkan hasil positif terhadap perubahan panjang badan. Penambahan makanan sumber karbohidrat pada makanan padat, bubur nasi, maize kombinasi dengan pemberian ASI atau mineral seng atau multivitamin ternyata tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan linier pada bayi setelah 6 bulan intervensi. Disimpulkan bahwa intervensi pada bayi untuk penanggulangan masalah stunting dengan memberikan zat gizi tunggal, kombinasi 2-3 zat gizi (multi-zat-gizi-mikro) telah banyak dilakukan dan dampaknya tidak konklusif bisa mencegah anak batita menjadi stunting.Kata kunci: intervensi, stunting, anak di bawah 3 tahun (batita), systematic review
HubunganPolaKonsumsiMakananBeresikodan Status GizidenganKejadianHipertensi di Kalimantan Selatan padaUsia 35 – 44 Tahun (Analisis Data RISKESDAS 2007) Sari, Dewi Anggraini Puspita; Ernawati, Fitrah; Kuswari, Murry
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 1 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i1.1263

Abstract

AbstractHypertension is non communicable disease and The third major cause of death in Indonesia for all ages (6.8%), after a stroke (15.4%) and tuberculosis (7.5%). The problem of hypertension is influenced by sex, age, nutritional status, food consumption patterns of risk (sweet, salty, fatty, offal, preserved food, caffeinated, and seasonings), stress, and physical activity. The purpose of this study was to determine the relationship of food consumption patterns and nutritional status with the risk of incident hypertension in South Kalimantan in the age group 35-44 years. The subjects of  this study are people aged 35-44 years old  in South Kalimantan. Sample obtained by 3603 people. Analysis of the data in this study using chi-square test and Spearman correlation. This technique is used to determine the relationship between the characteristics (gender and residential areas), nutritional status, and patterns of food consumption risk (sweet, salty, fatty, offal, preserved, caffeinated beverages, and seasonings). Statistical test results showed an association between sex, nutritional status (r = 0.188, p <0.05), and the pattern of consumption of caffeinated beverages (r = 0.06, p <0.05) with incident hypertension. Keywords: the pattern of food consumption risk, nutritional status, hypertension AbstrakHipertensi merupakan penyakit tidak menular dan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberculosis (7,5%). Masalah hipertensi dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, status gizi, pola konsumsi makanan beresiko (manis, asin, berlemak, jeroan, yang diawetkan, berkafein, dan bumbu penyedap), stres, dan aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi makanan beresiko dan status gizi dengan kejadian hipertensi di Kalimantan Selatan pada kelompok usia 35-44 tahun. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Kalimantan Selatan usia 35-44 tahun. Sedangkan sampelnya diperoleh sebanyak 3603 orang. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan uji korelasi spearman dan chisquare. Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik (jenis kelamin dan daerah pemukiman), status gizi, dan pola konsumsi makanan beresiko (manis, asin, berlemak, jeroan, yang diawetkan, minuman berkafein, dan bumbu penyedap). Hasil uji statistik menunjukan adanya hubungan antara jenis kelamin, status gizi (r=0,188, p<0,05), dan pola konsumsi minuman berkafein (r=0,06, p<0,05) dengan kejadian hipertensi. Kata kunci: pola konsumsi makanan beresiko, status gizi, hipertensi  
Kandungan Gizi Mikro (Besi, Seng), Nitrit dan Formalin pada Daging Sapi dari Pasar Tradisional dan Swalayan Alegantina, Sukmayati; Isnawati, Ani; Winarsih, Winarsih; Ernawati, Fitrah; Imanningsih, Nelis; Setyorini, Herni Asih
Jurnal Kefarmasian Indonesia VOLUME 8, NOMOR 1, FEBRUARI 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jki.v8i1.3725

Abstract

Beef is a nutritious food to consume due to its nutrient content that needed by human body. The demand for beef increases in certain times, such as in religion event or in the holiday. Special treatment is needed for the slaughter time to ready to consume beef, such as freezing or refrigerating. This research aimed to identify the quality of fresh beef as well as frozen beef in the traditional market and frozen beef in supermarket regarding its content of micronutrient (iron and zinc), preservatives (nitrate), and another dangerous additional food (formaldehyde) in cub roll, upper thighs, and lower thighs of beef. This was a cross-sectional and laboratory observational designed research. The result showed that iron, zinc, and nitrite concentration on fresh beef and frozen beef in traditional market and supermarket on any side of the beef sample was not significantly different (p>0.05). Nitrite concentration was within the permitted level. All beef samples also had not contain formaldehyde.
Status 25(OH)D pada Penderita Sindrom Metabolik, Komponen Sindrom Metabolik, dan Orang Dewasa Sehat: 25(OH)D Status in Metabolic Syndrome, Metabolic Syndrome Components, and Healthy Adult Efriwati, Efriwati; Ernawati, Fitrah; Nurjanah, Nunung; Julianti, Elisa Diana; Aji, Galih Kusuma; Sundari, Dian; Retiaty, Fifi; Arifin, Aya Yuriestia
Amerta Nutrition Vol. 8 No. 4 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v8i4.2024.619-624

Abstract

Background: Vitamin D supplementation to prevent Metabolic Syndrome (MetS) has been widely implemented in developed countries and is now being introduced in developing countries. However, recent studies have shown no association between vitamin D and MetS in adults. Objectives: This study aims to obtain a profile of vitamin D values ​​in adults and explore vitamin D status in MetS patients, MetS components, and healthy adults. Methods: This research design was a cross-sectional study, utilizing both secondary and primary data from the research on the Risk Factors for Non-Communicable Diseases (RF-NCD) longitudinal study in 2021. Serum 25(OH)D levels in 956 adult respondents were determined by Enzyme-linked Immune Assay (ELISA) analysis using Stored Biological Material (SBM) serum from the 2021 RF-NCD longitudinal study. The ANOVA test was used to determine differences in vitamin D levels in various physiological conditions of respondents (MetS, MetS components, and healthy people). Results: A total of 68.5% of respondents had inadequate (deficiency and insufficiency) serum vitamin D levels, with an average of 26.5 ng/mL. The average vitamin D levels between MetS patients, MetS components, and healthy people were not significantly different (p-value>0.05). However, the number or percentage of respondents with 25(OH)D deficiency in the MetS group (12.1%) was higher than other physiological conditions. Conclusions: Most of the respondents in this study have inadequate vitamin D levels. The average vitamin D levels did not differ between physiological conditions. Further studies are needed on other micronutrient factors that affect the incidence of MetS and its components.